(PDF) Laporan Kasus Syok Kardiogenik - Compress PDF
(PDF) Laporan Kasus Syok Kardiogenik - Compress PDF
LAPORAN KASUS
Status Generalis
a. Kepala :
Normocephali
b. Mata :
CA (-/-), SI (-/-), pupil bulat isokor OD/OS 3 mm/3mm, RCL (+/+),
RCTL (+/+)
c. Leher :
Pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-), deviasi trakea ( -)
d. Thorax :
Normochest, simetris antara kanan dan kiri.
Cor : S1S2 Ireguler, murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : suara nafas dasar Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-
/-)
e. Abdomen :
Datar, bising usus (+) normal, supel, nyeri tekan epigastrium (+),
timpani pada seluruh lapang abdomen.
f. Ekstremitas :
Akral dingin, CRT > 2 detik, edema (-)
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12.3 13.2-17.3
Leukosit 11.900 3.800-10.000
Trombosit 156.000 150.000-440.000
Hematokrit 36.7 40-52
Eritrosit 4.61 4.4-5.9
Kolesterol total 246 150-200
Ureum 38.5 10-50
kreatinin 1.5 0.5-1.1
Troponin Positif (+)
2.5. DIAGNOSIS
Syok kardiogenik + DM tipe II
2.6. TATALAKSANA
- O2 4 lpm dengan nasal kanul
- IVFD NaCl 0,9% : diguyur sebanyak 250 ml, sela njutnya 15 tpm
- Dopamine 2-20 mcg/kgBB/menit IV
- Atropin 0,5 mg bolus IV
- Aspilet 20 mg : loading 2 tablet
- Inj. Ranitidin 1 amp IV
- Inj. Ondansentron 1 amp/8jam IV
- Loading insulin : sliding scale 20 unit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Epidemiologi
Penyebab syok kardiogenik yang terbanyak adalah infark miokard
akut. Insiden syok kardiogenik sebagai komplikasi sindrom koroner akut
bervariasi. Syok kardiogenik terjadi pada 2,9% pasien angina pektoris
tak stabil dan 2,1% pasien IMA non elevasi ST. Median waktu
perkembangan menjadi syok pada pasien ini adalah 76 jam dan 94 jam,
diamana yang tersering setelah 48 jam. Syok lebih sering dijumpai
sebagai komplikasi IMA dengan elevasi ST daripada tipe lain dari
sindrom coroner akut. Pada studi besar di Negara maju, pasien IMA
yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok
kardiogenik yang berkisar antara 4,2% sampai 7,2%. Dimana tingkat
mortilitas masih tetap tinggi sampai saat ini, berkisar antara 70-100%.1,2
c. Etiologi
Syok kardiogenik dapat disebabkan oleh komplikasi mekanik
akibat infark miokard akut, seperti rupture septal ventrikel, rupture atau
disfungsi otot papilaris dan rupture miokard. Infark ventrikel kanan
tanpa disertai infark atau disfungsi ventrikel kiri juga dapat
menyebabkan syok kardiogenik. 1,2
Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya syok kardiogenik
adalah taki atau bradiaritmia yang rekuren, dimana biasanya terjadi
akibat disfungsi ventrikel kiri dan dapat timbul bersamaan dengan
aritmia supraventricular ataupun ventricular. Syok kardiogenik juga
dapat timbul sebagai manifestasi tahap akhir dari disfungsi miokard yang
progresif, termasuk penyakit jantung iskemik maupun kardiomiopati
hipertrofik dan restriktif.1,2
f. Tatalaksana
Volume pengisian ventrikel kiri harus dioptimalkan dan pada
keadaan tanpa adanya bendungan paru, pemberian cairan sekurang-
kurangnya 250ml dapat dilakukan dalam 10 menit. Oksigenasi adekuat
penting, intubasi atau ventilasi harus dilakukan segera jika ditemukan
abnormalitas difus oksigen. Hipotensi yang terus berlangsung memicu
kegagalan otot pernapasan dan dapat dicegah dengan pemberian ventilasi
mekanis.1,2
1. Alwi Idrus, Nasution SA. Syok Kardiogenik dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, 2007.
2. Kasper D, Fauci AS et al. Harrison’s : Principles of Internal Medicine
Edisi 16. New York : McGraw-Hill, 2005.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan praktik
klinis (PPK) dan Clinicali Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah. 2016.
4. Bakta, I Made; Suastika, I Ketut. Gawat Darurat di Bidang Penyakit
Dalam. Jakarta : Penerbit EGC. 2000.
5. PERKI. Buku Ajar Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut, ACLS
(Advanced Cardiac Life Suport) Indonesia. 2016.
6. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. Jakarta : PB PERKENI. 2015.