Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi yang merupakan bagian dari
masyarakat akan terus berkembang dan mengalami perubahan.
Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain keperawatan
sebagai bentuk asuhan profesional kepada masyarakat, keperawatan
sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta keperawatan
sebagai kelompok masyarakat ilmuwan dan kelpompok masyarakat yang
profesional. Dengan terjadinya perubahan tuntutan kebutuhan masyarakat
era global atau pergeseran dari berbagai faktor yang memengaruhi
keperawatan, akan berdampak pada perubahan dalam pelayanan/asuhan
keperawatan, perkembangan iptek keperawatan, maupun perubahan
dalam masyarakat keperawatan, baik sebagai masyarakat ilmuwan
maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2015).
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan
utama, yaitu mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang
diubah oleh suatu keadaan atau situasi. Keterampilan pertama adalah
proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan dalam
menyelesaikan masalah masalah yang sistematis dan konsisten dengan
perencanaan. Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis dikelas dan
mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan
orang lain, dan hal penting lainnya adalah terlaksananya manajeman
keperawatan dengan baik.
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf,
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan
merupakan proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajemen

1
keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana tim
keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen,
yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian.
Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan
memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia
dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang
bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan
tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas
utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut
berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi
(Nursalam, 2015).
Pelayanan keperawatan secara profesional perlu mendapatkan
perhatian dalam pengembangan dunia keperawatan dengan
mengoptimalkan manajemen keperawatan. Manajemen tersebut
mencakup kegiatan planning, organizing. Actuating, controlling terhadap
staf sarana, dan prasarana dalam mencapai organisasi. Manajer
keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin,
dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin
bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan
sangat penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia. Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan
kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan
keperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada
klien maupun keluarganya. Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan
pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
Stase manajemen keperawatan dalam tahapan profesi ners
merupakan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan
teori-teori manajemen yang dipadukan secara komprehensif dengan

2
kemampuan intelektual, kemampuan teknis keperawatan dan kemampuan
interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata,
yaitu ruang rawat inap. Dalam konteks belajar inilah mahasiswa
diberikan satu ruang rawat untuk dikelola dengan pendekatan proses
manajemen keperawatan, dalam hal ini Ruang Kenanga yang merupakan
Ruang Perawatan Bedah di RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun
di bawah arahan dan bimbingan intensif dari Preseptor Akademik dan
Preseptor Klinik ruangan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan studi pustaka dan Praktik klinik ini diharapkan
mahasiswa Program Studi Profesi Ners Ilmu Keperawatan STIKes
Awal Bros Batam diharapkan mampu melakukan pengelolaan unit
pelayanan keperawatan tertentu sesuai dengan konsep dan langkah
manajemen keperawatan.

2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti pengalaman belajar klinik manajemen
keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Melakukan kajian situasi di ruang kenanga sebagai dasar
untuk menyusun rencana strategis dan operasional unit.
b. Melakukan analisa SWOT sesuai dengan hasil temuan kajian
situasi.
c. Membuat Prioritas masalah
d. Menguraikan Fish bone analisis
e. Menyusun Rencana kegiatan melalui POA (Planing Of
Action)
f. Implementasi
g. Evaluasi

3
C. Manfaat
A. Bagi Ruang Perawatan Bedah Kenanga
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada perawat dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya
pemberian asuhan keperawatan.
B. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad Sani
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan sarana prasarana
di setiap ruangan.
C. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan atau refrensi bagi institusi pendidikan dalam hal
manajemen keperawatan.
D. Bagi Mahasiswa
Sebagai pembelajaran bagi mahasiswa praktek untuk meningkatkan
pengetahuan dan melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat
inap.
E. Bagi Pasien
Sebagai penunjang pelayanan sarana yang dapat dirasakan oleh
pasien sehingga tercapai kepuasan.

D. Cara Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk
identifikasi masalah yang dilakukan dengan metode :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat PJ Shift dan
perawat pelaksana untuk mengumpulkan data tentang pelayanan
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, keadaan inventaris ruangan, dan Asuhan
Keperawatan yang dilakukan langsung ke pasien.

4
3. Kuesioner
Kuesioner diberikan kepada petugas perawat dan kepada pasien
untuk mengukur kinerja dan kepuasan.
4. Studi Dokumentasi
Kegiatan yang dilakukan untuk pengumpulan data mengenai
karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan,
manajemen ruangan, prosedur tetap rungan dan iventaris ruangan

5
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


1. Defenisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan didefenisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan
untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap
yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan
pengendalian. Manajemen keperawatan adalah kelompok dari
perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan
yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana
perawat manajer menjalankan profesi mereka (Nursalam, 2015).
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang
perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas
yang telah ditentukan pada tingkat administrasi.Sedangkan Liang Lie
mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni
perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari
benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya (Nursalam, 2015).
2. Prinsip Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2015) Seorang manajer keperawatan
melaksanakan manajemen keperawatan untuk memberikan perawatan
kepada pasien menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen
keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian
tujuan sosial
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian

6
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau
tingkat sosial, disiplin, dan bidang studi Universitas Sumatera
Utara
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau
pengevaluasian.
3. Fungsi Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2015) secara umum, manajemen
keperawatanmenggunakan prinsip POAC (Planning, Organizing,
Actuating, dan Controlling). Berikut penjelasan lebih lanjut tentang
masing-masing point tersebut :
a) Planning (Perencanaan)
Planning (Perencaaan) merupakan pengaturan tujuan dan
mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan
tersebut. Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari
perencanaan karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses
penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak
berperan dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain.
Contohnya, setiap manajer harus membuat rencana pekerjaan yang
efektif di dalam kepegawaian organisasi. Planning atau
perencanaan meliputi :
1. Gambaran apa yang akan dicapai
2. Persiapan pencapaian tujuan
3. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4. Persiapan tindakan – tindakan
5. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak
saja

7
6. Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan

Dalam perencanaan, ada beberapa faktor yang harus


dipertimbangkan. Yaitu harus SMART :
a. Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun
ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis.
b. Measurable  artinya program kerja atau rencana harus dapat
diukur tingkat keberhasilannya.
c. Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.
d. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi
tetap ada tantangan.
e. Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan,
triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai
dan dievaluasi.
b) Organizining (Pengorganisasian)
Organizing atau pengorganisasian merupakan pengaturan
setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas
pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan
fasilitas. Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan
manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk
menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan
dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap
aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang
spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk
mengerjakan beberapa tugas.
Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian.
Dalam organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan
organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan.
Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab,
wewenang dan uraian jabatan (Job Description).
Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi
tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga

8
semakin besar penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebut
maka pekerjaan menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama
dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari manajemen. Yaitu
membagi-bagi tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing.
c) Actuating (Penggerak)
Actuating atau penggerak menggerakkan orang – orang
agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya
karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri,
termotivasi secara interval. Perencanaan dan pengorganisasian
yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan
kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan
kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus
dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus
sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan
peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah
ditetapkan.
d) Controlling (Pengawasan & Monitoring)
Controlling merupakan fungsi pengawasan agar tujuan
dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya,
cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar
kesalahan dapat segera diperbaiki. Agar pekerjaan berjalan
sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka
dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang
memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah
bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal

9
tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan
penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan
perkembangan zaman.
4. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen proses keperawatan dilakukan dengan pendekatan
sistem terbuka, dimana masing-masing komponen saling
berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan terdiri
dari lima elemen. Elemen manajemen keperawatan, dalam sistem
terbuka  yaitu:
1. Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
2. Proses
Proses adalah sekelompok manajer atau dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang
mempunyi tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.
3. Output
Output dari proses manajemen keperawatan adalah asuhan
keperawatan, pengembangan staf dan riset.
4. Kontrol
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan termasuk antara
lain ; budget keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat,
standar prosedur, dan akreditasi.
5. Umpan balik
Berupa laporan finansial dan hasil audit keperawatan.

10
Proses keperawatan menurut Nursalam (2015) terdiri dari:
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2015) Pengkajian atau assesment
merupakan suatu proses observasi untuk mengetahui hal-hal yang
muncul dari kegiatan menejerial disuatu instansi atau suatu
organsasi. Seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan
informasi tentang keadaan pasien pada tahap ini, melainkan juga
mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas), tenaga
keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang
memengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang
lain. Saat memimpin staf, manajer harus bertindak secara
terencana dan efektif, mampu menjalankan pekerjaan bersama
dengan para perawat dari beberapa level hierarki.
Manajer bekerja berdasarkan informasi penuh dan akurat
tentang apa yang perlu dan harus diselesaikan, dengan cara apa,
untuk alasan apa, tujuan apa, dan sumber daya apa yang tersedia
untuk melaksanakan rencana itu. Selanjutnya, manajer yang
efektif harus mampu mempertahankan tingkat efisiensi yang
tinggi pada salah satu bagian dengan menggunakan ukuran
pengawasan untuk mengidentifikasi masalah dengan segera.
Setelah masalah teridentifikasi, manajer mengevaluasi apakah
rencana tersebut perlu diubah atau prestasi karyawan yang perlu
dikoreksi.
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah
pada suatu tujuan. Tujuan akhir proes keperawatan mungkin
berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko,
pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau
ketrampilan kesehatan, dan kemudahan dari kebebasan maksimal.
Sementara itu, tujuan akhir proses manajemen keperawatan

11
adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok pasien.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual
dan potensial dimana berdasarkan pengalamannya, dia mampu
dan mempunyai wewenang untuk memberikan tindakan
keperawatan. Perawat menganalisa data pengkajian untuk
merumuskan diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah menyusun langkah strategis dalam
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan
disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas kerja staf, serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
4. Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja
melalui orang lain, maka tahap pada pelaksana terdiri atas
bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan
tindakan yang terencanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi
lagi dalam komponen fungsi, yaitu kepemimpinan, komunikasi,
dan motivasi.

5. Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi
seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah
untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya
sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta

12
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan.
Adapun Proses Keperawatan menurut (Nursalam, 2015)
dapat dilihat pada bagan berikut :

Sumber: Nursalam, 2015


5. Metode Asuhan Keperawatan Profesional
Menurut Nursalam (2015) ada 5 metode pemberian asuhan
keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan, yaitu:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua.Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
– 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada.
2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.

13
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive
care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu.
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer
(primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat
kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung
jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat
rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang
tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada
perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan

14
kolaboratif (Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
5. Model Asuhan Keperawatan Profesional Modifikasi: Modullar
Pengembangan model modular merupakan pengembangan
dari primer nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan
melibatkan tenaga profesional dan non profesional. Model
modular mirip dengan model keperawatan tim karena tenaga
profesional dan non profesional bekerjasama dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada beberapa pasien dengan arahan
kepemimpinan perawat profesional.
Model modular mirip juga dengan model primer, karena
tiap 2-3 perawat bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa
pasien sesuai dengan beban kasus, sejak pasien masuk, pulang dan
setelah pulang serta asuhan lanjutan kembali ke rumah sakit. Agar
model ini efektif maka kepela rungan secara saksama menyusun
tenaga profesional dan non profesional serta bertanggung jawab
supaya kedua tenaga tersebut saling mengisi dalam kemampuan,
kepribadian, teruatama kepemimpinan.

6. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan (MAKP)


1) Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan
harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan pada pasien. Keberhasilan
dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan
proses keperawatan
3) Efesiensi dan efektif dalam penggunaan biaya

15
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya
dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun
baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka
tidak akan didapat hasil yang sempurna.
4) Terpenuhnya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
Tintau akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau
pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena
itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang
dapat menunjang kepuasan pelanggan.
5) Kepuasan dan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh
motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat
meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban
kerja dan frustasi dalam perencanaannya.
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkaup tanggung
jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model
asuhan keperawatn diharapkan akan dapat meningkatkan
hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.

7. Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar
yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan
kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua
orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh
gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis.Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan

16
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat
pelaksana meliputi:
1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
 Manajemen puncak
 Manajemen menengah
 Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen
berhasil dalam kegiatannya.Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki
oleh orang – orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor
– faktor tersebut adalah
 Kemampuan menerapkan pengetahuan
 Ketrampilan kepemimpinan
 Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
 Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep – konsep manajemen
didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian atau evaluasi.

17
B. Perhitungan BOR dan LOS
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur
BOR menurut Huffman (dalam Arwani, 2006) adalah “the ratio of
patient service days toinpatient bed count days in a period under
consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

JUMLAH HARI RAWATAN


BOR X 100
= JUMLAH TT x JUMLAH HARI RAWATAN DALAM 1 PERIOE

2. LOS (Length of Stay) = Rata-rata lamanya


pasien dirawat
LOS menurut Huffman (dalam Arwani, 2006) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient discharged during the period under
consideration”. LOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005).

LOS = Jumlah lama dirawat


(jumlah pasien keluar(hidup+mati))

C. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan


Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria tenaga
yang seperti apa pada suatu ruangan tiap shiftnya. Berbagai cara

18
perhtungan kebutuhan tenaga perawat diruang rawat inap yang dapat
menjadi acuan, seperti:
1. Formula Gillies
AxBx 365
TenagaPerawat(TP )=
(365−C )xjam ker ja/hari
Keterangan:
A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien)
B = Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
C = Jumlah hari libur 78 hari (libur hari minggu = 52 hari, cuti
tahunan = 12 hari, libur Nasional = 14 hari)
365 = Jumlah hari kerja setahun, Jam kerja perhari = 6 jam
2. Formula Douglas
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas (dalam
Nursalam 2011) dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan untuk
setiap shift pasien dan hasil keseluruhan ditambah sepertiga (1/3).
Klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan
menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1 – 2 jam/24
jam, dengan criteria:
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan.
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam
dengan kriteria :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
4) Folley catheter/intake output dicatat.

19
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/24
jam dengan kriteria :
1) Segalanya diberikan/dibantu.
2) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena.
4) Pemakaian suction.
5) Gelisah/disorientasi.

D. Standar Asuhan Keperawatan


1. Pengertian
Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan
keperawatan
yang diberikan untuk klien. Fokus utama standar praktek keperawatan
adalah klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan
keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan
keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah intervensi
atan
tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan yang
direncanakan
dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tipe standar
praktek keperawatan Beberapa tipe standar telah digunakan untuk
mengarahakan dan mengontrol praktek keperawatan. Standar dapat
berbentuk ‘normatif’ yaitu menguraikan praktek keperawatan yang
ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang bermutu tinggi,
standar juga berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek
keperawatan berdasarkan hasil observasi pada sebagaian besar sarana
pelayanan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat
kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil

20
dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas
yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan
terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi
dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat
dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk
(Wilkinson, 2006 dalam Idris, 2016).
2. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
a. Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang
memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan
Nasional
b. Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan
pasien dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan
c. Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
d. Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesional
e. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua
kalangan
kesehatan
f. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan
pelayanan kesehatan
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan penting
lainnya mencakup pada dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja
perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam pengembangan
standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim
sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan
standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan
berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja
perawat professional untuk memberdayakan proses keperawatan.
Standar finansial juga harus dikembangkan dalam pengelolaan
keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan
organisasi pelayanan (Idris 2016).

21
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada
seperti merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume
kerja, standar pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar
pendidikan bagi perawat professional sebagai persyaratan agar dapat
masuk dan praktek dalam tatanan pelayanan keperawatan professional
(Suparti, 2015).
Terjadi kesepakatan antara praktisi terhadap tingkat kinerja
dan menawarkan ukuran penilaian agar praktek keperawatan terbaru
dapat dibandingkan. Penilaian essensial asuhan keperawatan melalui
penataan standar sebagai dasar kesepakatan untuk mencapai asuhan
keperawatan optimal. Standar keperawatan dalam prakteknya harus dapat
diterima. Setiap klien berhak mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa
membedakan usia dan diagnosa. Dengan demikian standar dapat
diharapkan memberikan fondasi dasar dalam mengukur kualitas asuhan
keperawatan.
3. Manfaat standar praktek keperawatan berguna bagi perawat, rumah
sakit/institusi, klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
a. Perawat
Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk
membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan
yang akan dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian
dalam melakukan tindakan keperawatan dengan membimbing perawat
dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
b. Rumah sakit
Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan
dapat menurun dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit.
c. Klien
Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang ditanggung
klien dan keluarga menjadi ringan.

22
d. Profesi
Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai
ukuran untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat
pengontrolnya.

e. Tenaga kesehatan lain


Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga
dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik.

4. Proses Terwujutnya Standar Asuhan Keperawatan


a. Pemimpin yang peduli dan mendukung
b. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan (Standar mutu )
c. Tenaga keperawatan disiapakn melalui upaya peningkatan
pengetahuan, sikap, ketrampilan dengan cara diadakan
program diklat dan seminar

5. Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan


Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya
dengan tersedianya Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu
didukung sistem pemantauan dan penilaian penerapan standar
tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis, objektif dan
berkelanjutan
a. Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentangstatus kesehatan klien
secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkatdanberkesinambungan.
Kriteria Proses:
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang
(pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan mempelajari catatan
klien lainnya ).

23
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait,
tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk
mengidentifikasi:
 Status kesehatan klien saat ini
 Status kesehatan klien masa lalu
 Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual
 Respon terhadap alergi
 Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
 Resiko – resiko tinggi masalah
b. Standar II: Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan
diagnosis keperawatan
Kriteria Proses:
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data,
identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosis
keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah
(P), Penyebab (E), dan tanda atau gejala (S) atau terdiri
dari masalah dan penyebab (PE).
3. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas
kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis
berdasarkan data terbaru.
c. Standar III: Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria Proses :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan
dan rencana tindakan keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.

24
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
d. Standar IV: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di
identifikasi dalam rencana asuhan keperawatan.
Kriteria Proses :
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk
meningkatkan status kesehatan klien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan klien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan
dibawah tanggung jawabnya.
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien
untuk mencapai tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan
dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai
konsep, ketrampilan asuhan diri serta membantu klien
memodifikasi lingkungan yang digunakannya.
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.
e. Standar V: Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan
dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta
perencanaan.
Kriteria Proses:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
kompeherensif, tepat waktu dan terus menerus.

25
2. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi
secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
3. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembangan kearah pencapaian tujuan.
4. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan
klien.
5. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi
rencana asuhan keperawatan.
6. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi
perencanaan.

E. Standar Operasional Prosedur (SOP)


1. Defenisi
Pengertian Standar Operasional Prosedur (SOP) dapat
mempunya makna yang berbeda bagi setiap orang, tergantung dari
kriteria dan konteks nya. Berikut adalah pengertian standar operating
prosedure (SOP) menurut sumber, (SOP) standar operating prosedure
atau diterjemahkan menjadi (PSO) prosedur standar operasi adalah
sistem yang disusun untuk memudahkan, merapikan, dan menerbitkan
pekerjaan kita serta Joko Dwi Santoso dalam purnamasari (2015: 10)
mengemukakan bahwa SOP memiliki tiga uraian yaitu standar,
operating, dan prosedure.
Ketiga uraian tersebut akan diuraikan dibawah ini:
1) Standar mengandung arti sebagai berikut :
a) Ketentuan yang menjadi acuan pokok
b) Sebagai acuan, dimana setiap anggota harus mematuhi standar
tersebut
c) Bisa juga sebagai hokum yang harus ditaati dengan
kesepakatan tertentu
d) Maka dari itu, yang perlu ditekankan adalah sifatnya mengikat
2) Operating mengandung arti sebagai berikut :
a) Dipahami lebih kepada aktivitas kerja yang aplikatif

26
b) Aktivitas tersebut mengambarkan alur kegiatan kerja baik yang
rutin maupun non rutin.
c) Oprasional adalah kegiatan kerja atau aktivitas-aktivitas di
dalamnya terkait dengan kaidah-kaidah yang sudah ditentukan
d) Dalam penerapannya, aktivitas-aktivitas tersebut harus sesuai
dengan kaidah atau standar ang diperlukan
3) Procedure mengandung arti sebagai berikut :
a) Langkah atau tahapan yang berhubungan dengan proses dalam
aktivitas kerja
b) Sebagai prosedur harus dideskripsikan secara jelas dan
terperinci
c) Prosedur dapat berupa gambar atau rincian tulisan
Purnama sari (2015) mengatakan bahwa hal-hal yang perlu ada
didalam SOP yaitu seperti tertera di bawah ini :
1) Konsistensi
Karena SOP sebagai suatu ketetapan atau prosedur kerja
maka harus konsisten.Oleh karena itu, semua yang terlibat
didalamnya harus mempunyai dedisiplinan yang tinggi. Tanpa
kedisiplinan konsistensi tidak akan perah tercapai
2) Efisiensi
Didalam SOP lurus ada unsur efisiensi, karna semua
aktivitas kerja dihadi harapkan dapat melaksanakan secaa cepat,
cermat, dan tepat sesuai dengan tujuan atau hasil yang ingin
diraih. Ketika terjadi kerugia, langsung bisa dicek dari efesiensi
sumber daya yang dimaksudkan
3) Meminimalkan kesalahan
SOP menjadi panduan pasti atau prosedur kerja yang
membimbing para karyawan agar kerja secara sistemis. Oleh
karena sistemitika yang jelas ini, karyawan diharapkan tidak
membuat kesalahan yang berakibt fatal bagi instasi atau
perusahaan yang terkit. Mrlalui SOP diharapkan para karyawan
dapat meminimalkan kesalahan

27
4) Penyelesaian masalah
Kadangkala knflik bisa saja terjadi, misalnya denga sesame
karyawan, karyawan dengan supervisor, karyawan dengan
pimpinan dan sebagainya.Konflik bisa terjadi berkepanjangan dan
seakan-akan tidak ada yang menjadi penengah untuk
menyelesaikan konflik tersebut.Jika dikembalikan ke SOP yang
telah disusun secara tepat maka kedua belah pihak yang sedang
berkonflik harus tunduk terhadap SOP tersebut sehingga konflik
pum dapat segera diatasi dengan mudah dan dicari jalan
keluarnya.
5) Perlindungan tenaga kerja
Dalam hal ini SOP dimaksudkan untuk melindungi para
karyawan yang berkaitan dengan persoalan karyawan, seperti
sikap loyalitas karyawan terhadap perusahaan dan karyawan
sebagai individu secara personal.
6) Peta kerja
SOP yang dibat bisa sebagai pola dimana semua aktivitas
yang dilakukan sudah tertera secara rapid an dijalankan didalam
pikiran masing-masing sebagai suatu kebiasaan yang pasti.
Melalui SOP, pola kerja menjadi lebih focus dan tidak melebar
kemana-mana. Hal ini akan sangat membantu dalam kemajuan
perusahaan. Selain itu peta kerja yang jelas akan mendukung
aktivitis lebih disiplin
7) Batasan pertahanan
SOP bisa diibaratkan seperti benteng pertahanan yang
kokoh. Karena secara prosedur semua aktivitas institusi ataupun
perusahan sudah tertera dengan sangat jelas. Karena itu, bila ada
inspeksi-inspeksi yang datangnya dari luar harus melewati
beberapa prosedur, tidak bisa langsung menuju kebagian
departemen atau bagian tertentu

28
2. Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tujuan membuat Standard Operating Procedure (SOP) menurut
Ekotaa (2015) adalah menyederhanakan pekerjaan kita supaya hanya
focus pada intinya, tetapi cepa dan tepat. Dengan cara ini, keuntungan
mudah di raih, penerobosan diminimalisasi, dan kebocoran keuangan
bisa dicegah. Sedangkan, Purnama sari (2015) mengatakan tujuan dan
fungsi dari SOP seperti uraian berikut ini :
a. Memberikan sebuah rekaman kegiatan dan pengoprasiannya
secara praktis
b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
c. Membentuk kedisplinan kepada semua anggota organisasi baik
dalam institusi, organisasi, maupun perusahaan
d. Menjaga tingkat kinerja yang konsisten pada masing-masing unit
kerjanya
e. Memeperlancar pekerjaan atau tugas bagi karyawan
f. Memperbaiki kualitas atau performa karyawan itu sendiri
3. Manfaat Standar Operasional Prosedur (SOP)
a. Dapat menjadi pedoman dalam tugas penyelesaian pekerjaan secara
konsisten dan komukasi dan pengawasan.
b. Meningkatkan rasa percaya diri karyawan dalam melakukan
pekerjaan.
c. Dapat digunakan sebagai salah satu alat pelatih dan tolak ukur kerja
perawat.
4. Konsep Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Kesalahan pembuatan SOP dapat menyebabkan hasil yang ingin
dicapai oleh perusahaan menjadi tidak maksimal. Dalam pembuatan
SOP harus memperhatikan beberapa konsep sebagai berikut :

29
a. SOP harus ditulis dan menjelaskan secara singkat langkah demi
langkah, fleksibel dn dapat disesuaikan dengan kondisi yang
berubah
b. Tampilan SOP harus mudah dibaca di mengerti dengan cepat dan
berusaha mendapatkan arus yang sebaik-baiknya
c. Mengunakan pernyataan positif, bukan pernyataan negatif.
Contoh : “ lengkapi lembar kerja buku dan kembalikan ke
pengadaan “ bukan” Jangan dikembalikan sebelum lembar kerja
dilengkapi”
d. Pencegahan penulisan, gerakan dan usaha yang tidak perlu dan
mencegah adanya pemeriksaan yang tidak perlu
e. Pembagian tugas tepat dan memberikan pengawasan yang terus
menerus atas pekerjaan yang dilakukan
f. Tiap pekerjaan yang diselesaikan harus memajukan pekerjaan
dengan memperhatikan tujuan

30
BAB III
ANALISIS SITUASIONAL

A. Pengkajian
1. Gambaran Umum
a. Sejarah Rumah Sakit Muhamad Sani Kabupaten Karimun
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muhammad Sani adalah
rumah sakit type C yang merupakan satu-satunya rumah sakit
milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun dengan status
Badan Layanan Umum Daerah. Berdiri di lahan seluas 47.889
m², terdiri dari 3 (tiga) bangunan utama, beberapa bangunan
penunjang lainnya dan berkapasitas 176 tempat tidur.
Rumah Sakit Umum daerah Muhammad Sani diresmikan pada
tahun 2003 dan terus mengembangkan jenis pelayanan dalam
rangka mendukung terwujudnya visi Kabupaten Karimun yaitu
“ Terwujudnya Kabupaten Karimun sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi berbasis maritim yang terdepan berlandaskan iman
dan taqwa”, sedangkan misi adalah “ membangun sumber daya
manusia yang sehat, cerdas, dan kompetitif serta menjawab
kebutuhan (terdepan dalam bidang pendidikan dan kesehatan).
Dalam melakanakan tugas pokok dan fungsinya RSUD
Karimun mempunyai motto yang menjadi landasan utama
dalam pelayanan yaitu : Cepat, tepat, ramah dan senyum.
Tahun 2015 RSUD Kab. Karimun melakukan
pengembangan dengan membuka pelayanan spesialisasi jiwa
dan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). Selain itu pada tahun ini
RSUD Muhammad Sani melakukan revitalisasi pelayanan
Medical Check Up melihat peluang yang tercipta dengan
bertambah banyaknya perusahaan-perusahaan yang ada di Kab.
Karimun. Tahun 2015 terjadi pergantian direktur berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Karimun No:025/824.4/ BKD-

31
02/VIII/2015 tanggal 10 Agustus 2015 Dra. Hj. Sensissiana,
M.Si ditunjuk sebagai Plt. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Karimun.
Tahun 2016 RSUD Kab. Karimun melakukan
pengembangan dengan menyediakan pelayanan spesialisasi
Jantung dan spesialisasi Bedah Mulut. Tanggal 7 Oktober 2016
dr. H. Zulhadi, MPH ditunjuk sebagai Direktur definitif RSUD
Muhammad Sani melalui Keputusan Bupati Karimun Nomor
KPTS. 95/X/2016 tentang pengangkatan Direktur RSUD Kab.
Karimun. Sejalan dengan HUT Ke-13 tahun, tanggal 12 Oktober
2016 pemberian nama atas RSUD Kab. Karimun menjadi RSUD
Muhammad Sani.
Tahun 2017 RSUD Muhammad Sani melakukan
pengembangan dengan melakukan percepatan dan penambahan
ruangan atau bangunan. Tepatnya Tanggal 12 Oktober 2017
sempena dengan Ulang Tahun Kabupaten Karimun diresmikan
Gedung TB-RO oleh Gubernur Kepulauan Riau Bapak Dr. H.
Nurdin Basirun, S.Sos, M.Si yang juga dihadiri oleh Bupati
Karimun Bapak H. Aunur Rafiq, S.Sos, M.Si.
Tanggal 27 s/d 29 November 2017 RSUD M. Sani
melakukan Akreditasi Versi KARS Tahun 2012 dengan hasil
akreditasi tingkat madya.
b. Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan
dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan. Tujuan
ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi
serta didasarkan pada isu-isu dan analis strategis. Berdasarkan
visi dan misi maka ditetapkan tujuan pembangunan RSUD
Muhammad Sani Kabupaten Karimun yaitu: “Mewujudkan
Pelayanan Aman, Nyaman, dan Bermutu.”

32
c. Sasaran
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh
Instansi Pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,
dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Sasaran RSUD Muhammad Sani :

a. Meningkatnya Pelayanan Rumah Sakit Yang Terakreditasi


b. Meningkatnya Kemandirian Keuangan Rumah Sakit.
d. Letak dan Sarana
RSUD Muhammad Sani beralamat di Jl. Soekarno Hatta
No 1 Tanjung Balai Karimun. Memiliki Medical Center
dilengkapi oleh dokter spesialis dan subspesialis seperti Bedah,
Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam, Mata, THT,
Syaraf, Kulit dan Kelamin, Bedah Syaraf, Bedah Mulut,
Konservasi Gigi. Pelayanan khusus lainnya Hemodialisa,
Rehabilitasi Medik, Klinik Psikologi, Poli Umum 2 yang
melayani pasien dengan HIV/AIDS, Klinik VCT, Pelayanan
Bank Darah. Layanan itu masih ditambah ruang perawatan
lengkap mulai dari Perawatan Intensif, Perawatan Perinatologi,
TB RO dll yang didukung dengan fasilitas modern serta Kamar
Perawatan (VVIP, VIP, Kelas I, II, III).
e. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada
tanggal 03 dan 04 Maret 2020 rentang waktu dengan
menggunakan metode wawancara, observasi, lembar kuesioner
yang disebarkan kepada kepala ruangan, penanggung jawab
shift, perawat pelaksana.
f. Responden
Wawancara dilaksanakan kepada kepala ruangan,
kuesioner disebarkan sebanyak 17 responden perawat yang

33
terdiri dari 4 PJ shift dan 13 perawat pelaksana dan kuesioner
juga disebarkan kepada 20 pasien yang sedang di rawat.

2. Gambaran Umum Ruang Kenanga


a. Data Umum
Merupakan ruang rawat inap dengan kapasitas 43 tempat tidur yang
diperuntukan bagi pasien dengan kasus : bedah, jantung dan
pembuluh darah, mata, kulit dan kelamin, THT, bedah mulut dan
bedah syaraf.

b. Jumlah Pasien Rawat Inap

Grafik 3.1
Jumlah Pasien Rawat Inap Ruang Kenanga
Tahun 2019

Kunjungan
300

250

200

150 273
222 240 244
100 188 193 185 207 202 218
156 153
50

0
ri ar
i et ril ei ni li s er er be
r
be
r
ua bru Mar Ap M Ju Ju
ustu mb tob m m
n
Ja Fe Ag epte e
Ok ov Des
e
S N

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kunjungan terbanyak rawat


inap adalah 373 pasien pada bulan Juli dan yang paling sedikit
adalah pada bulan mei 2019 sebanyak 153, sedangkan rata-rata
kunjungan perbulan pada tahun 2019 adalah 207 pasien.

c. BOR

34
Grafik 3.2
BOR Ruang Kenanga Tahun 2019

BOR
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
62.26%
30.00% 52.28%
48.38% 49.61%
46.81%
43.43% 42.38%
20.00% 35.41%
30.00% 30.00%
29.18%
10.00% 14.40%
0.00%
ri ar
i et pril ei ni li s er er er er
ua bru Mar A M Ju Ju
ustu mb tob mb mb
n
Ja Fe Ag epte Ok ove ese
S N D

Grafik diatas menunjukan angka BOR tertinggi sebesar 62.26%,


hampir mencapai standar yang ditetapkan oleh Depkes 2005 yaitu
65%. Sedangkan BOR terendah pada bulan Juni 2019 sebesar
14.40%. Nilai rata-rata BOR tahun 2019 adalah sebesar 40.35%
masih sangat jauh dari standar yang ditetapkan.
d. AVLOS
Grafik 3.3
AVLOS Ruang Kenanga Tahun 2019

35
AVLOS
3.5
3
2.5
2
3.12 2.91
1.5 2.61 2.42 2.63 2.54 2.63 2.74 2.79 2.62 2.87
1
0.5 1.01
0
i i t
ar ruar are Apr
il ei ni li s
be
r
be
r
be
r r
M Ju Ju tu be
nu b M gus em kto em em
Ja Fe A ept O v s
S No De

Grafik menunjukan bahwa rata-rata jumlah hari rawatan di ruangan


Kenanga jauh lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh
Depkes RI 2005 yaitu 6-9 hari. Hal ini disebabkan oleh singkatnya
masa rawat pasien pasca bedah kecil/sedang seperti kasus bedah
mulut, operasi katarak dan pasien post op. appendiktomy.

Tabel 3.4
Distribusi frekuensi ketenagaan di ruang kenanga berdasarkan jenis
kelamin, umur, pendidikan, status kepegawaian, level, lama bekerja
dan kepemilikan sertifikat diklat keperawatan

No.
Variabel n %
1. Jenis Kelamin
- Laki laki 3 orang 16.7
- Perempuan 15 orang 77.7

2. Umur
- 21 -30 10 orang 55
- 30-40 6 orang 33
- > 40 Tahun 2 orang 11

3. Pendidikan
- Sarjana Kep + Ners 1 orang 0.05
- D IV Kebidanan 1 orang 0.05
- D III Keperawatan 15 orang 83.3
- D III Kebidanan 1 orang 0.05

36
4. Status Kepegawaian
- PNS 5 orang 28
- Non PNS 13 orang 72
5. Level
- PK III 5 orang 28
- PK II 3 orang 17
- PK I 6 Orang 33
- Pra PK 4 orang 22
6. Lama Bekerja
- ≤ 1 Tahun 4 orang 22
- 2-5 Tahun 6 orang 33
- 6-10 Tahun 3 orang 17
- 10 Tahun 5 orang 28

7. Sertifikat Diklat
- BTCLS 10 orang 55
- Perawatan Luka 1 orang 0.05
- AIDS Nursing 1orang 0.05
- Proses Keperawatan 1orang 0.05
Sebagai Metode
Pemecahan Masalah
Jumlah Perawat 18 Orang

Berdasarkan pada tabel diatas dapat digambarklan bahwa


karakteristik perawat Ruang Kenanga adalah mayoritas perawat
ruang kenanga berjenis kelamin perempuan, berumur 20-30 tahun,
pendidikan DII Keperawatan, berstatus Non PNS, 72 % berstatus
Non PNS. Paling banyak Perawat Level PK I, masa kerja perawat
paling banyak yaitu 2-5 tahun.

3. Proses Pengkajian
a. Fungsi Perencanaan (Planning)
1) Visi Dan Misi
a. Wawancara : Kepala ruangan mengatakan sampai saat ini
belum visi dan misi diruangan Kenanga disejalankan dengan
Visi dan Misi Rumah Sakit.
b. Observasi : Dari hasil pengamatan diruangan kenanga tidak
terlihat visi dan misi ruangan Kenanga
c. Kuesioner : -

37
d. Kesimpulan : Belum ada visi dam misi khusus Ruang Kenanga
2) Ketenangaan
Penghitungan ketenagaan diruang kenanga mengunakan rumus
sesuai dengan Depkes RI 2005, dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 3.5
Kategori Askep yang diberikan

Waktu yang Jumlah Total


dibutuhkan Pasien
(jam)
Askep Minimal 2 14 28
Askep Sedang 3.08 3 9.24
Askep Berat 4.15 6 24..9
Askep 6.16 2 12.32
Maksimal
25 74.46

Kebutuhan tenaga = Jumlah Jam perawatan


Kerja Efektif/Shif
= 74.46
7
= 10.63
Loss Day = hari minggu dalam setahun+ cuti=hari besar
Jumlah Hari kerja efektif x Kebutuhan Tenaga
52 + 12+15
286 x 10.63
= 2.93
Non Nursing Job = (Jumlah Kebutuhan tenaga + loss day) x 25%
= (10,63+2.93) x 25%

38
= 3.39
Jumlah Tenaga yang dibutuhkan = 10.63 + 2.93+ 3.39
= 17 orang
Kebutuhan tenaga perawat di ruang Kenanga adalah 17 orang
perawat pelaksana, 4 orang Penanggung jawab Shift dan 1 orang
Kepala Ruangan = 22 orang
Sedangkan tenaga yang tersedia saat ini hanya berjumlag 18 orang.
Dapat disimpulkan bahwa di ruang kenanga masih membutuhkan 4
orang tenaga perawat agar jumlah ketersediaan tenaga perawat
menjadi ideal.
Kesimpulan : Menurut perhitungan Depkes Tahun 2005, terdapat
kekurangan tenaga keperawatan di ruang kenanga sebanyak 4 orang,
namun dengan terdapatnya 2 orang tenaga yang bukan berlatar
belakang pendidikan keperawatan (DIV dan D III Kebidanan)
kekurangan tenaga keperawatan menjadi 6 orang. Hanya 1 orang
saja tenaga keperawatan di ruang kenaga yang berpendidikan
Sarjana Keperawatan+Ners.

b. Pengorganisasian (Organizing)
1) Struktur Organisasi

Gambar 3.6
Struktur Organisasi Ruang Kenanga

KEPALA INSTALASI
RAWAT INAP

39
J
P
A
L
P
E
K
A
U
R
N
G
S
F
I
H N
A
T
PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT
PELAKSAN PELAKSAN PELAKSANA PELAKSANA

Wawancara : Kepala ruang mengatakan bahwa struktur organisasi


ruangan ada.

Observasi : Belum adanya struktur organisasi ruangan yang


terpasang didinding ruangan nurse station

Kuesioner : -

Kesimpulan : Belum ada terdapat Struktur Organisasi ruang kenanga


yang seharusnya terpasang pada dinding ruangan.

2) Metode penugasan yang digunakan


Wawancara : Menurut kepala ruangan metode pemberian asuhan
keperawatan diruangan Kenanga menggunakan metode fungsional
untuk menyikapi kekurangan tenaga perawat.
Observasi :Dari hasil observasi didapatkan ruangan Kenanga
menggunakan metode fungsional.
Kuesioner : Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa perawat
mengatakan metode yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan
tidak memberikan beban berat bagi kerja mereka ( 14 orang/ 82%).
10 orang (58%) mengatakan job description sudah jelas.

40
Kesimpulan : Belum optimalnya metode penugasan yang
digunakan
3) Uraian Tugas
Wawancara : Kepala ruang mengatakan perawat ruang kenanga
mempunyai uraian tugas masing-masing. Perawat mengatakan
bahwa mereka sudah memiliki uraian tugas masing-masing.

Observasi : Perawat ruang kenanga melakukan tugas sebagai


penanggung jawab shif dan perawat pelaksana

Kesimpulan : Pembagaian tugas sudah dilakukan dan petugas


mengetahui uraian tugasnya masing-masing.

4) Standar Operasional Prosedur


Standar praktek merupakan salah satu perangkat yang
diperlukan oleh setiap tenaga professional. Standar praktek dapat
mewujudkan tanggungjawab untuk melindungi penerima layanan
yaitu pasien atau keluarga dan pemberi layanan. Penggunaan
Pedoman, Panduan/SAK dan SOP sebagai acuan perawat
melaksanakan asuhan keperawatan. Di ruangan Kenanga memiliki
SOP sebagai acuan pelaksanaan Asuhan Keperawatan.

c. Pelaksanaan Kegiatan (Actuating)


1) Kegiatan Timbang Terima
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan kegiatan timbang
terima dilakukan sesuai dengan SPO.
Observasi :Dari hasil Kepala Ruangan mengevaluasi kesiapan
kegiatan timbang terima. Kegiatan terima dilakukan selama
25-30 menit. Ketika melakukan kegiatan timbang terima
didepan pasien perawat tidak memperkenalkan diri dan
menjelaskan pergantian shift kepada pasien.
Kuesioner : -

41
Kesimpulan : Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan timbang
terima sesuai dengan SOP.

2) Sentralisasi Obat
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan Kegiatan Sentralisasi
obat sudah dilakukan sesuai prosedur.
Observasi :Dari hasil observasi terdapat ruangan khusus
sentralisasi obat, terdapat format daftar pengadaan macam obat
(oral, injeksi, sup, infuse, insulin dll), terdapat box obat pasien
berdasarkan nama. Dan ada format tiap jenis obat sebelum
diberikan kepada pasein(etiket). Persiapan obat dilakukan oleh
seorang perawat yang bertindak sebagai medicine nurse.
Kuesioner : Berdasarkan hasil kuesioner sebanyak 16 orang
(94%) perawat menyatakan mengetahui tentang sentralisasi
obat. 11 orang perawat (64,7%) mengatakan selalu
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang tewlah
digunakan kepada pasien namun masih ada 5 orang perawat
tidak melakukannya. Sebagian besar perawat (88,2%) pernah
diberi wewenang dalam urusan sentralisasi obat dan sebanyak
3 orang orang perawat mengatakan belum pernah.
Kesimpulan : Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal.

3) Penerimaan Pasien Baru


Wawancara : Menurut Kepala Ruangan Kegiatan Penerimaan
Pasien Baru sudah dilakukan sesuai prosedur. Dan sudah
dilakukan dokumentasi setiap melaksanakan kegiatan PPB.
Observasi :Dari hasil observasi penerimaan pasien baru
dilakukan dengan teknik lisan dan tulisan dan dilakukan
pengkajian pada form pengkajian untuk melengkapi file. Tidak
semua perawat melakukan orientasi ruangan dan fasilitas
kepada pasien baru.

42
Kuesioner : Berdasarkan hasil kuesioner sebanyak 15 orang
(88,2%) perawat mampu menjelaskan dengan benar apa yang
harus dilakukansaat penerimaan pasien baru namun masih ada
2 orang perawat yang menjawab kurang tepat.
Kesimpulan : Pelaksanan kegiatan penerimaan pasien baru
belum optimal

4) Discharge Planning
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan Kegiatan Discharge
Planning masih belum optimal karena hanya dilakukan pada
saat pasien pulang. Kegiatan belum terdokumentasi dengan
baik.
Observasi :Dari hasil observasi Kegiatan Discharge Planing
hanya dilakukan saat pasien akan pulang dari RS. Sudah
terdapat brosur dan leaflet yang mendukung kegiatan. Perawat
melakukan discharge planning pada saat pasien pulang dan
belum mengdokumentasi kegiatan.
Kuesioner : Berdasarkan hasil kuesioner sebanyak 11 orang
perawat (64,7%) mampu menjelaskan dengan benar apa yang
yang dimaksud dengan discharge planning sedangkan 5 orang
belum bisa menjelaskan dengan baik. Sebanyak 9 orang
perawat (52,9%) mengatakan melakukan discharge planning
pada saat pasien mulai masuk RS sampai dengan saat pasien
pulang namun 47,1% perawat hanya melakukan pada saat
pasien pulang. Sebanyak 12 orang (70,5%) perawat
memberikan brosur dan leaflet, dan 38,5% lainnya belum
melakukannya. Hanya sebanyak 8 orang perawat ( 47%) yang
menggunakan teknik lisan dan tulisan ketika discharge
planning dan sebagian besar lainnya melakukannya hanya
dengan tulisan saja atau pun secara lisan saja. Sebanyak 12
orang perawat (70,5%) melakukan pengdokumentasian

43
discharge planning dan lainnya belum melakukan
dokumentasi.
Kesimpulan : Kurangnya pengetahuan perawat tentang
discharge planning dan belum optimal pelaksanaannya di
ruang kenanga.

5) Ronde Keperawatan
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan Kenanga belum pernah
dilakukan kegiatan Ronde Keperawatan.
Observasi : -
Kuesioner :
Kesimpulan : Belum pernah dilaksanakan ronde keperawatan
di ruang kenanga.

6) Dokumentasi Keperawatan
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan terdapat format
dokumentasi keperawatan di ruangan kenanga.
Observasi : tidak semua Perawat melakukan dokumentasi
keperawatan sesuai format yang telah disediakan dan masih
terdapat perawat yang tidak mengisi dokumentasi keperawatan
dengan lengkap.
Kuesioner : Semua perawat diruangan kenanga sudah mengerti
cara pengisian format dokumetasi keperawatan dengan tepat
dan mengatakan format yang tersedia membantu memudahkan
perawat dalam melakukan pengakajian pada pasien. Namun
masih ada 2 orang perawat yang mengatakan belum mengisi
dokumentasi keperawatan tepat waktu. 10 orang perawat
(58,8%) mengatakan model dokumentasi keperawatan ini
menambah beban kerja perawat sedangkan 7 orang lainnya
(41,2%) mengatakan sebaliknya. Dan sebanyak 11 orang
perawat mengatakan bahwa model dokumentasi keperawatan
yang digunakan menyita banyak waktu perawat.

44
Kesimpulan : Belum optimalnya kegiatan dokumentasi
keperawatan di Ruang Kenanga.

d. Pengarahan dan Pengawasan


Supervisi
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara supervisi dilakukan di
ruangan Kenanga melakukan supervisi dan menindaklanjuti
permasalahan yang ada. Selain melakukan supervisi, kepala
ruangan mengadakan meeting ruangan yang dilaksanakan setiap
bulan. Namun belum ada format baku supervisi untuk setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kuesioner : -
Observasi : terdapat buku rangkuman hasil rapat bulanan.
Kesimpulan : Belum optimalnya kegiatan supervisi di Ruang
Kenanga
e. Outcome
Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien di ruang Kenanga RSUD Muhammad
Sani Kabupaten Karimun yang diukur berdasarkan 5 (lima)
dimensi mutu. (Nursalam, 2014)

Tabel 3.3
Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Kenanga

No Tingkat Kepuasan Jumlah Persentase


1. Tidak Puas 9 Orang 45
2. Puas 11Orang 55
Total 20 orang 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagain besar (55%) pasien
menyatakan puas dengan pelayanan keperawatan di ruang perawatan
Kenanga, sedangkan 45% pasien menyatakan kurang puas.

45
Pernyataan kurang puas terbanyak pasien pada dimensi
responsiveness pada pertanyaan “Perawat menyediakan waktu
khusus untuk membantu anda berjalan, BAB, BAK ganti posisi tidur
dan lain lain” sebesar 10% (2 orang) .

C. Analisis SWOT
Berdasarkan pengkajian data umum maka disusun analisa SWOT untuk
mengetahui berbagai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki internal ruang
kenanga, dan mengidentifikasi peluang yang dapat dicapai dengan
mempertimbangkan ancaman yang dapat memperburuk keadaan. Uraian
analisa SWOT adalah sebagai berikut:

1. Kekurangan Tenaga Perawat di Ruang Kenanga

46
Internal Eksternal
No. Element Strength Weakness Opportunity Threats
(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)

1. MAN 1. Terdapat 1 orang Perawat 1. Ketersediaan tenaga 1. Adanya seminar dan 1. Jumlah kunjungan ruang
berlatar belakang perawat di Ruang Kenanga pelatihan diluar rumah sakit kenanga yang terus
pendidikan Sarjana hanya 18 orang dari yang yang dapat meningkatkan meningkat dan semakin
keperawatan+ Ners dibutuhkan sebanyak 22 mutu dan pengetahuan. tingginya tuntutan
2. Terdapat 15 orang Perawat orang. 2. Terdapat mahasiswa
pendidikan DIII 2. Ada 2 orang tenaga yang program ners S1 masyarakat untuk
Keperawatan berpendidikan non keperawatan yang dapat pelayanan kesehatan yang
keperawatan. diberdayakan. bermutu.
2. Hasil survey kepuasaan di
ruang kenanga terdapat
45% pasien menyatakan
tidak puas
METODE 1. Kewenangan RS sebagai 1. Kekurangan tenaga di RS 1. RSUD Muhammaad Sani
PPK - BLUD untuk bukan hanya tenaga perawat. merupakan RS milik
melakukan rekrut tenaga Pemerintah Daerah
perawat. sehingga dapat
mengusulkan penambahan
tenaga keperawatan dan
penempatan ASN.

MONEY 1. Tersedianya Anggaran 1. Anggran yang tersedia 1. Penerimaan ASN yang


BLUD. bukan hanya untuk tenaga dapat ditempatkan di
keperawatan RSUD Muhammad Sani
2. Belum optimalnya metode penugasan yang digunakan

46
Internal Eksternal
No. Element Strength Weakness Opportunity Threats
(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)

1. MAN 1. Terdapat 1 orang Perawat 1. Hanya ada 1 orang perawat 1. Adanya kebijakan rumah 1. Jumlah kunjungan ruang
berlatar belakang dengan Pendidikan Sarjana sakit tentang kenanga yang terus
pendidikan Sarjana Keperawatan + Ners profesionalisme perawat meningkat dan semakin
keperawatan+ Ners 2. Kurangnya pengetahuan dengan memberikan tingginya tuntutan
2. Terdapat 15 orang Perawat perawat tentang Model kesempatan kepada setiap
pendidikan DIII Praktek Keperawatan perawat untuk melanjutkan masyarakat untuk
Keperawatan Profesional. pendidikan dan mengikuti pelayanan kesehatan yang
3. Ada 2 orang tenaga yang pelatihan bermutu.
berpendidikan Kebidanan. 2. Adanya kerjasama dengan 2. Hasil survey kepuasaan di
4. 1 orang petugas memiliki STIKes Awal Bros Batam ruang kenanga terdapat
sertifikat proses dalam hal pengembangan 45% pasien menyatakan
keperawatan sebagai pendidikan.
tidak puas
metode pemecahan masalah 3. Terdapat mahasiswa
pasien. program ners S1
keperawatan yang dapat
diberdayakan.
METODE 1. Metode penugasaan yang 1. Perawat keterbatasan dalam 1. Adanya kerjasama dengan 1. Meingkatnya kesadaran
digunakan adalah metode memberikan asuhan STIKes Awal Bros Batam masyarakat tentang
fungsional dengan keperawatan sesuai tingkat dalam hal pengembangan tanggung jawab dan
menggunakan 1 ketergantungan pasien pendidikan. tanggung gugat perawat
penanggung jawab pada 2. Pemberian tugas sesuai 2. Adanya seminar dan
setiap shift. pertimbangan kondisi pasien pelatihan diluar rumah sebagai pemberi asuhan
atau pengalaman dalam sakit yang dapat keperawatan
pemberi asuhan meningkatkan mutu dan

47
keperawatan. pengetahuan.
3. Metode yang digunakan Terdapat Mahasiswa
menyebabkan Skill perawat Program Ners S1
berkembang keperawatan yang dapat
diberdayakan.

48
3. Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan timbang terima
Internal Eksternal
No. Element Strength Weakness Opportunity Threats
(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)

1. MAN 1. Terdapat 1 orang Perawat


1. Sebagian besar perawat tidak 1. Adanya pelatihan 1. Semakin tingginya tuntutan
berlatar belakang memberikan penjelasan komunikasi terapeutik masyarakat untuk
pendidikan Sarjanakepada pasien dan keluarga yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang
keperawatan+ Ners tentang kegiatan timbang interaksi antara pasien dan bermutu.
2. Terdapat 15 orang Perawat terima. perawat.
pendidikan DIII
2. Sebagaian besar perawat
Keperawatan. tidak memperkenalkan diri
3. Kepala Ruangan pada saat timbang terima
mengevaluasi kegiatandidepan pasien.
timbang terima. 3. Tidak semua perawat
menandatangai laporan serah
terima yang terdapat pada
file pasien.
METODE 1. Sudah ada SOP Timbang 1. Kurangnya sosialisasi SOP 1. Hasil survey kepuasan 55% 1. Meingkatnya kesadaran
Terima. secara berkala. pasien menyatakan puas masyarakat tentang
dengan pelayanan perawat tanggung jawab dan
di Ruang Kenaga.
tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan

4.Belum optimalnya pelaksanaan discharge planning

49
Internal Eksternal
No. Element Strength Weakness Opportunity Threats
(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)

1. MAN 1. Terdapat 1 orang Perawat 1. 47,1% perawat melakukan 1. Adanya mahasiswa yang 1. Makin tingginya junlah
berlatar belakang kegiatan Discharge Planning melakukan praktek. kasus yang memerlukan
pendidikan Sarjana hanya pada saat pasien 2. Adanya kerjasama yang discharhe planning.
keperawatan+ Ners pulang. baik antara mahasiswa dan 2. Makin tingginya kesadaran
2. Terdapat 15 orang Perawat 2. Hanya sebagian perawat perawat klinik
pendidikan DIII yang menggunakan teknis masyarakat akan
Keperawatan. lisan dan tulisan dalam pentingnya kesehatan.
3. Terdapat 2 orang petugas memberikan pendidikan
berlatar pendidikan kesehatan.
kebidanan. 3. Belum dilakukan
4. Sebagaian besar (64,7%) pengdokumentasian
perawat mengetahui discharge planing.
tentang discharge planning.
METODE 1. Sudah ada SOP Discharge 1. Kurangnya sosialisasi SOP 1. Kemauan dan Kepatuhan 1. Tingginya tuntutan
Planning secara berkala. pasien terhadap anjuran masyarakat mengenai
2. Sudah tersedia formulir 2. Kurangnya pengawasan yang diberikan oleh informasi perawatan
Dischare Planning dalam pelaksanaan discharge perawat
lanjutan di rumah agar
3. Tersedia leaflet yang dapat planning 2. Masih tingginya
digunakan sebagai 3. Tidak adanya pembagian kepercayaan masyarakat tidak terjadi readmisi.
peralatan pendukung tugas secara lisan tentang terhadap perawat.
pelaksanan discharge
planning.
5. Belum optimalnya kegiatan dokumentasi keperawatan
Internal Eksternal

50
No. Element

Strength Weakness Opportunity Threats


(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)

1. MAN 1. Terdapat 1 orang Perawat 1. Kekurangan tenaga perawat 1. Adanya mahasiswa yang 1. Meingkatnya kesadaran
berlatar belakang di ruang kenaga melakukan praktek. masyarakat tentang
pendidikan Sarjana 2. Terdapat 2 orang petugas 2. Adanya kerjasama yang tanggung jawab dan
keperawatan+ Ners berlatar pendidikan baik antara mahasiswa dan
tanggung gugat perawat
2. Terdapat 15 orang Perawat kebidanan perawat klinik
pendidikan DIII sebagai pemberi asuhan
Keperawatan. keperawatan.
3. Sebagian besar perawat
mengatakan sudah mengerti

METODE 1. Kepala Ruangan selalu 1. 58,8% perawat mengatakan 1. Adanya mahasiswa yang 1. Meingkatnya kesadaran
melakukan evaluasi kegiatan dokumentasi melakukan praktek. masyarakat tentang
pedokumentasian keperawatan menambah 2. Adanya kerjasama yang tanggung jawab dan
keperawatan bebab kerja perawat. baik antara mahasiswa dan tanggung gugat perawat
2. Sudah tersedia form 2. 11 orang perawat perawat klinik
dokumentasi keperawatan mengatakan bahwa kegiatan sebagai pemberi asuhan
3. Sebagian besar perawat dokumentasi banyak menyita keperawatan
mengatakan sudah mengerti waktu kerja perawat.
cara pengisian format 3. Dari 20 file pasien yang
dikumentasi keperawatan diperiksa terdapat 12 file
dengan tepat. yang dokumentasi
4. Sebagian besar perawat keperawatan tidak lengkap
mengatakan bahwa terisi.

51
formulir dokumentasi yang
tersedia memudahkan
dalam pengisian.

D. Perumusan masalah
1. Kekurangan tenaga keperawatan di ruang kenanga
2. Mayoritas tenaga keperawatan berpendidikan DIII Keperawatan
3. Belum terdapat Visi dan Misi Ruangan Kenanga
4. Belum optimalnya metode penugasan yang digunakan
5. Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan timbang terima sesuai dengan SOP.
6. Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal
7. Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan discharge planning.
8. Belum pernah dilakukan Ronde Keperawatan
9. Belum optimalnya kegiatan dokumentasi keperawatan
10. Belum Optimalnya kegiatan supervisi keperawatan.
11. Terdapat 45% ( Responden 20 orang) pasien yang menyatakan tidak puas dengan pelayanan keperawatan di ruang kenanga.

52
E. Analisis Fish Bone
Sebelum rencana intervensi disusun maka dilakukan suatu analisis
terhadap aspek man (sumber daya manusia), money ( uang atau dana),
Material (materi atau bahan), methode (metode), Machine (Mesin), dan
environment (lingkungan) sebagai penyebab dari masalah yang muncul
menggunakan metode analisis Fishbone.

54
Analisis Fishbone: Kekurangan tenaga perawat

MACHINE: MATERIAL: Enviroment:

Perhitungan tenaga menurut Depkes RI Tahun 2005 Peningkatan kunjungan rawat inap
Beban kerja meningkat

Kekurangan tenaga Keperawatan di Ruang Ken

MONEY: METODE: MAN:


Keterbatasan anggaran belanja pegawai Jumlah tenaga keperawatan yang kurang dari kebutuhan.
Penempatan pegawai belum sesuai ANJAB dan ABK
Kebutuhan 22, tersedia 18
2 orang berpendidikan kebidanan

55
Analisis Fishbone: Belum optimalnya metode penugasan yang digunakan

MACHINE: MATERIAL: Enviroment:


Budaya kerja berdasarkan intruksi dokter
Sistem pengajuan izin/tugas belajar yang sulit Rendahnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan

Belum optimalnya metode penugasan yang digunakan di

MONEY: METODE: MAN:


Terbatasanya dana untuk pelatihan MPKP Penggunaan metode fungsional untuk jangka pendek Hanya 1 orang Ners
Masih ada petugas yang ditunjuk
Sistem pemberian tambahan penghasilan belum berdasarkan tingkat pendidikan sebagai medicine nurse.
15 DIII Keperwatan
1 D4 Kebidanan
1 DIII Kebidanan
Belum ada sertifikat Diklat MPKP

56
Analisis Fishbone: Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan timbang terima sesuai dengan SOP.

MACHINE: MATERIAL: Enviroment:


Peningkatan jumlah kunjungan rawat inap di ruang kenanga.
Tidak dilakukan sosialisasi Tidak
SOP secara
ditempatkan
berkalaFile SOP Timbang Terima
Tidakdi ruangan kenanga
dibudayakan menyapa pasien dengan teknik terapeutik

Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan timbang terima se

MONEY: METODE: MAN:


Keterbatasan dana untuk pelatihan komunikasi terapeutik secara berkala - jumlah ketersediaan tenaga yang belum ideal
Teknik timbang terima didepan pasien belum sesuai SOP
Kegiatan timbang terima dengan menggunakan buku visite.

57
Analisis Fishbone: Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan discharge planning

MACHINE: MATERIAL: Enviroment:

Tenaga perawat di ruang Kenanga rata-rata berpendi

MONEY: METODE:
MAN:
Belum adanya kesempatan untuk melanjutkan studi karena kurang motivasi dari perawatnya

58
Analisis Fishbone : Belum optimalnya kegiatan dokumentasi keperawatan

MACHINE: MATERIAL: Enviroment:


Jumlah pasien tidak seimbang dengan tenaga perawat
Form dokumentasi keperawatan sesuai Kegiatan
dengan standar
dokumentasi cukup menyita waktu.

Belum optimalnya kegiatan dokumentasi kepera

MONEY: METODE: MAN:


Penerapan
Pembayaran paket INA-CBGs metode fungsional menyebabkanKetersediaan
dari BPJS askep tidak kontinu.
tenaga keperawatan yang tiak sesuai standar
Pengkajian tidak optimal
Reward askep belum sesuai Rendahnya motivasi untuk berubah.
Impementasi berdasarkan advis dokter
Fokus pada dokumentasi tindakan dan BHP yang digunakan

59
F. Scoring Prioritas Masalah
Proses untuk mendapatkan masalah di atas dengan menggunakan metode
pembobotan yang memperhatikan aspek :
1. Magnetude (Mg) : Kecenderungan besar dan masalah sering terjadi.
2. Severity (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini.
3. Manageability (Mn) : Berfokus kepada keperawatan sehingga dapat diatur
untuk perubahannya.
4. Nursing Consent (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat.
5. Affordability (Af) : Ketersediaan sumber daya.
Rentang nilai yang digunakan 1-5 dengan rincian :
a. Nilai 1 : sangat kurang sesuai
b. Nilai 2 : kurang sesuai
c. Nilai 3 : cukup sesuai
d. Nilai 4 : sesuai
e. Nilai 5 : sangat Sesuai

No MASALAH Mg Sv Mn Nc Af SKOR KET

1. Belum optimalnya
pelaksanaan kegiatan 4 3 5 5 4 1.200 I
timbang terima

2. Belum optimalnya
pelaksaan Discharge 5 3 5 5 3 1.125 II
Planning
3. Belum optimalnya kegiatan
dokumentasi keperawatan 3 3 5 5 2 450 III

4. Belum optimalnya metode


penugasan yang digunakan 4 4 3 3 1 144 IV

5. Kekurangan tenaga perawat 4 3 1 1 2 24 V

60
Planning Of Action (POA)

No. Masalah Tujuan Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu PJ

1 Belum optimalnya Mengoptimalkan Melakukan sosialisasi a. Koordinasi dengan Kepala Minggu Ke-3 - Mahasiswa
pelaksanaan kegiatan pelaksanaan kegiatan SOP dan Role Play Ruangan dan Penangung Jawab Stase Program
timbang terima timbang terima kegiatan timbang Shift tentang pelaksanaan Manajemen Ners
sesuai dengan SOP terima timbang terima Keperawatan - Kepala
b. Mensosialisasikan SOP Ruangan
Timbang terima
c. Melakukan penerapan timbang
terima
d. Menjadi Role model
e. Melakukan edukasi
f. Melakukan evaluasi dari
pelaksanaan timbang terima

No. Masalah Tujuan Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu PJ


2 Belum optimalnya 1. Menentukan jadwal a. Mensosialisasikan SOP Minggu Ke-3 - Mahasiswa

61
pelaksaan Discharge pelaksanaan Discharge Planning Stase Program
Planning . discharge planning. b. Mendiskusikan hambatan dan Manajemen Ners
2. Mensosialisasikan kendala dalam pelaksanaan Keperawatan - Kepala
dan melaksanakan Discharge Planning. Ruangan
discharge planning. c. melakukan rencana pulang
sesuai dengan perencanaan
rencana pulang sesuai standar
d. Memberi pemahaman kepada
pasien dan keluarga tentang
penyakitnya, pencegahan ,
perawatan, nutrisi, aktivitas,
maupun istirahatnya sesuai
dengan brosur yang sudah
diberikan
e. Mendokumentasikan semua
kegiatan rencana pulang yang
sudah dilakukan oleh para
perawat

No. Masalah Tujuan Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu PJ


3 Belum optimalnya Pelaksanaan a. Mensosialisasik 1. melibatkan peran aktif perawat Minggu Ke-3 - Mahasiswa

62
kegiatan dokumentasi an tentang dan mahasiswa praktek dalam Stase Program
dokumentasi keperawatan sesuai pendokumentasian pengisian dokumentasi asuhan Manajemen Ners
keperawatan dengan standar asuhan keperawatan keperawatan Keperawatan - Kepala
asuhan keperawatan b. menerapkan 2. melakukan pengawasan Ruangan
cara –cara terhadap pengisian dokumentasi
pendokumentasian asuhan keperawatan.
asuhan keperawatan 3. mengkaji efektifitas pelaksanaan
pengisian lembar pengkajian
dan rencana asuhan
keperawatan
4. mengkaji penyebab
ketidaklengkapan pengisian
pengkajian dan rencana asuhan
keperawatan
5. mengkaji dan menilai efektivitas
pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan
6. Memvalidasi data hal hal yang
dapat menghambat pelaksanaan
pendokumentasian keperawatan
7. menerapkan standar asuhan
keperawatan dan
pendokumentasian yang
meliputi pengkajian,

63
perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan catatan
perkembangan
8. menilai efektifitas pelaksanaan
tindakan hasil pengkajian
dokumentasi
9. Mengevaluasi hasil kegiatan
pengkajian asuhan keperawatan

No. Masalah Tujuan Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu PJ


4 Belum optimalnya Memberikan asuhan a. Koordinasi dengan 1. Menjelaskan dan Minggu Ke-3 - Mahasiswa
metode penugasan keperawatan yang Kasie Keperwatan. memperkenalkan metode MAKP Stase Program
yang digunakan lebih baik sesuai b. Koordinasi dengan Tim Manajemen Ners
Karu Ruang
dengan metode 2. Menentukan diskripsi tugas dan Keperawatan - Kepala
Kenanga
asuhan keperawatan c. Berkolaborasi tanggung jawab perawat. Ruangan
professional dengan dengan Kasie 3. Mendiskusikan setiap hambatan
menggunakan Keperawatan dan yang ada dalam penerapan model
jumlah staf yang kepala ruangan tim
tersedia tentang model
asuhan
keperawatan.
d. Sosialisasi model
asuhan keperawatan
yang sesuai dengan
MAKP

64
No. Masalah Tujuan Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu PJ
5 Kekurangan tenaga Terpenuhinya a. Koordinasi dengan 1. Menyampaikan formasi Minggu Ke-3 - Mahasiswa
perawat kebutuhan tenaga Kepala Instalasi kebutuhan tenaga menurut Stase Program
perawat sesuai Rawat Inap. Depkes 2005. Manajemen Ners
b. Koordinasi dengan 2. Mengusulkan penambahan
standar Keperawatan - Kepala
Karu Ruang tenaga keperawatan
Kenanga 3. Mengusulkan diklat Ruangan
keperawatan untuk
meningkatkan kompetensi
petugas di ruang kenanga

65
A. IMPLEMENTASI
Implementasi dimulai pada tanggal 28 Maret 2020 dengan Menyarankan
kebutuhan jumlah perawat, Sosialisasi SOP Hand Over, Sosialisasi SOP
penerimaan pasien baru, Sosialisasi model asuhan keperawatan yang sesuai
dengan MAKP, Sosialisasi struktur organisasi.
Selanjutnya berdiskusi dengan Kasi Keperawatan, Kepala Ruangan, PJ
Shift dan perawat pelaksana tentang intervensi yang telah direncanakan
sebelumnya oleh kelompok. Dari hasil diskusi dan sosialisasi tersebut,
kelompok mendapat masukan, arahan dan klarifikasi tentang masalah yang
ada di ruang Kenanga, dimana masukan tersebut bisa kami gunakan
sebagai proses belajar untuk kedepannya.

B. EVALUASI
Tahap evaluasi dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 30 Maret – 02
April 2020. Dengan pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan
hasil sebagai berikut :
a. Menyarankan Jumlah Tenaga Perawat
Penyaranan jumlah tenaga perawat dilakukan pada tanggal 28
Maret 2020 dimulai dengan berkoordinasi dengan Kepala Ruangan dan
Kasi Keperawatan. Dimana jumlah tenaga yang ada diruang
Flamboyan, yang masih jauh dari ideal yaitu berjumlah 21 orang. Di
samping itu dari 21 tenaga yang ada di ruang Flamboyan tidak semua
berprofesi perawat, karena masih ada 4 orang tenaga yang berprofesi
bidan yaitu 2 orang D3 Kebidanan dan 2 orang D4 Kebidanan. Jadi
total perawat yang ada diruang Flaboyan berjumlah 17 orang, dimana 1
orang SI Kep Ners dan 15 orang D3 Keperawatan.
Dari hasil koordinasi tersebut Kasi Keperawatan akan
melakukan pengajuan kebutuhan tenaga perawat ke Direktur c.q Subag
Kepegawaian RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun.
Penambahan tenaga perawat akan diperuntukkan pada ruangan yang
masih kekurangan tenaga perawat, seperti Ruang Kenanga.
b. Sosialisasi SOP Hand Over

66
Sosialisasi SOP Hand Over dilakukan pada tanggal 28 Maret
2020 dimulai dengan berkoordinasi dengan Karu Ruang Kenanga,
Menginformasikan sistem timbang terima pasien antar perawat sesuai
prosedur, Menginformasikan kepada perawat untuk selalu menjalin
komunikasi terapeutik dengan pasien dan Simulasi/Roll Play handover
sesuai SOP. Selama implementasi mahasiswa selalu mengingatkan
perawat ruang Kenanga setiap shift untuk melakukan Hand Over sesuai
SOP seperti yang sudah di simulasikan oleh kelompok. Perawat sangat
kooperatif dan tidak keberatan dengan implementasi yang kelompok
lakukan, sehingga perawat lebih sering melakukan Hand Over sesuai
prosedur. Harapan kelompok kedepannya adalah Hand Over yang
sesuai SOP dapat menjadi kebiasaan yang selalu dijalankan oleh
perawat ruang Kenanga.
Setelah dilakukannya implementasi dengan adanya sosialisasi
SOP Hand Over maka proses Hand Over sudah berjalan sesuai dengan
yang telah direncanakan atau sesuai prosedur, yang mana sebelumnya
pada saat operan perawat ruang Kenanga tidak melakukan komunikasi
terapeutik atau memperkenalkan perawat shift yang baru kepada pasien
dan tidak menanyakan keluhan pasien, kemudian tidak menyampaikan
program pengobatan/perawatan yang akan dilakukan. Sedangkan
sekarang terjadi peningkatan sebagian perawat sudah melakukan Hand
Over sesuai prosedur yaitu melakukan komunikasi terapeutik atau
memperkenalkan perawat shift yang baru kepada pasien, menanyakan
keluhan pasien, kemudian menyampaikan program
pengobatan/perawatan yang akan dilakukan.

c. Sosialisai SOP penerimaan pasien baru


Sosialisasi SOP penerimaan pasien baru dilakukan pada tanggal
28 Maret 2020, dimulai dengan berkoordinasi dengan Karu Ruang
Kenanga penerimaan baru sesuai SOP. Selama implementasi
mahasiswa selalu mengingatkan perawat ruang Kenanga ketika ada
pasien baru untuk melakukan penerimaan pasien baru sesuai SOP

67
seperti yang sudah di diskusikan oleh kelompok. Perawat sangat
kooperatif dan tidak keberatan dengan implementasi yang kelompok
lakukan, sehingga perawat lebih sering melakukan penerimaan pasien
baru sesuai prosedur. Harapan kelompok kedepannya adalah
penerimaan pasien baru yang sesuai SOP dapat menjadi kebiasaan yang
selalu dijalankan oleh perawat ruang Kenanga.
Setelah dilakukannya implementasi dengan adanya sosialisasi
SOP penerimaan paien baru maka proses serah terima pasien baru
sudah berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan atau sesuai
prosedur, yang mana sebelumnya pada saat serah terima perawat ruang
Kenanga tidak ikut mengantarkan pasien kekamar pasien dan operan
pasien baru hanya dilakukan di Nurse Station. Sedangkan sekarang
terjadi peningkatan sebagian perawat sudah melakukan serah terima
pasien baru sesuai prosedur yaitu perawat ruangan ikut mengantarkan
pasien kekamar pasien dan operan pasien baru dikamar pasien.

d. Sosialisasi model asuhan keperawatan yang sesuai dengan MAKP


Sosialisasi model asuhan keperawatan yang sesuai dengan
MAKP dilakukan pada tanggal 28 Maret 2020, dimulai dengan
berkoordinasi dengan Kasi Keperawatan dan berkoordinasi dengan
Karu Ruang Kenanga. Sebelum implementasi model praktek
keperawatan yang digunakan adalah model metode kasus. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan teori yang ada. Dimana
metode kasus rasio perbandingan 1 perawat : 1 pasien, sementara di
ruang flamboyan pembagian pasien sesuai jumlah perawat yang dinas
pada waktu itu. Misalnya ada 20 pasien dan ada 4 perawat, jadi
perbandingannya 1 perawat : 5 Pasien. Hal ini dikarenakan masih
kurangnya tenaga perawat diruang Kenanga. Selain itu ketidak jelasan
metode yang digunakan berimbas dengan pelayanan yang diberikan,
karena perawat tidak dapat memberikan asuhan keperawatan secara
utuh kepada beberapa pasien, sejak pasien masuk hingga pulang. Ini

68
dikarenakan jumlah pasien yang banyak sehingga tidak dapat
melakukan pelayanan secara maksimal.
Setelah dilakukan implementasi dengan adanya Sosialisasi
model asuhan keperawatan yang sesuai dengan MAKP maka model
asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Kenanga adalah Metode
Fungsional. Hal ini berhubungan dengan jumlah tenaga yang ada
diruang Kenanga, yang masih jauh dari ideal yaitu berjumlah 18 orang.
Di samping itu dari 18 tenaga yang ada di ruang Kenanga tidak semua
berfrofesi perawat, karena masih ada 2 orang tenaga yang berprofesi
bidan yaitu 1 orang D3 Kebidanan dan 1 orang D4 Kebidanan. Jadi
total perawat yang ada diruang Kenanga berjumlah 16 orang, dimana 1
orang SI Kep Ners dan 15 orang D3 Keperawatan.

e. Sosialisasi Struktur Organisasi.


Sosialisasi struktur organisasi dilakukan pada tanggal 28 Maret
2020 dimulai dengan Koordinasi dengan Kepala Ruangan Kenanga,
Menginformasikan pentingnya struktur organisasi dan Membuat
struktur organisasi. Selama implementasi perawat ruang Kenanga
sangat kooperatif dan dapat menerima implementasi yang kelompok
lakukan. Sehingga perawat dapat memahami fungsi dan pentingnya
struktur organisasi. Selanjutnya kelompok membuat struktur organisasi
sesuai seperti yang sudah dikoordinasikan bersama Karu ruang
Kenanga.
Setelah dilakukan implementasi dengan adanya sosialisasi
struktur organisasi maka ruang Kenanga memiliki struktur organisasi.
Dimana struktur organisasi itu sudah dibuat dan dicetak yang
selanjutnya ditempel di dinding ruangan Kenanga. Sehingga setiap
yang datang di ruang Kenanga dapat mengetahui langsung struktur
organisasi yang ada di ruang Kenanga.

BAB IV

PEMBAHASAN

69
A. ANALISIS KESENJANGAN TEORI DAN PENYELESAIAN YANG
TELAH DILAKUKAN
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh Mahasiswa Profesi
Ners STIKes Awal Bros Batam pada tanggal 02 Maret 2020 s/d 04 Maret
2020 di ruang rawat inap Kenanga RSUD M. Sani Tanjung Balai Karimun
didapatkan beberapa masalah. Setelah dianalisa dan dengan
mempertimbangkan kemampuan kelompok, maka kelompok memutuskan
untuk mengatasi beberapa masalah ruangan rawat inap Kenanga seperti
tersebut dibawah ini yang terkait dengan fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi pengarahan dan pengawasan yang dapat di
intervensi oleh mahasiswa. Setelah di intervensi kelompok mengevaluasi
kinerja dan membandingkan kembali dengan konsep teoritis yang ada dan
bagaimana pencapaian kelompok.
Adapun gambaran masalah fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi pengarahan dan pengawasan yang di intervensi
mahasiswa dan kinerja kelompok adalah sebagai berikut :
a. Belum Optimalnya Jumlah Ketenagaan.
Masalah yang ditemukan kelompok di ruangrawat inap Kenanga
adalah terkait jumlah tenaga perawat yang belum optimal. Untuk
penyelesaian masalah ini, kelompok membuat inovasi yang diantaranya
adalah berkoordinasi dengan Kasi Keperawatan tentang jumlah perawat
yang dibutuhkan di ruang Kenanga. Jumlah perawat ruang Kenanga
sekarang ini tidak ideal dengan jumlah pasien yang dirawat di ruang
Kenanga setiap harinya. Dimana jumlah perawat sekarang ini terdapat
18 perawat yang diantaranya 15 orang D3 Kep, 1orang D3 Keb, 1 orang
D4 Keb, 1 orang Skep Ners, dan Karu ruang Kenanga masih
berpendidikan DIII Keperawatan. Sedangkan jumlah perawat yang
dibutuhkan diruang Kenanga adalah 22 orang, dimana kelompok
menggunakan rumus Depkes sesuai hasil koordinasi dengan kepala
ruang Flamboyan.
Ada pun Prinsip-prinsip dalam perhitungan tenaga untuk rawat
inap menurut Nursalam (2015) adalah sebagai berikut:

70
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
1. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus.
2. Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien.
3. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari.
4. Jam kerja efektif tiap perawat 7 jam per hari.

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :

Jumlah jam perawatan


Kebutuhan tenaga =
Jam kerja efektif per shif

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor


koreksi dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day)

Loss day =
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
X Keb. perawat
Jumlah hari kerja efektif

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non


keperawatan (non-nursing jobs), seperti : membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-
lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%


Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi
Tingkat ketergantungan pasien :
1. Asuhan keperawatan minimal (minimal care) dengan kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
 Makan dan minum dilakukan sendiri.
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sift.
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
2. Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu.

71
 Observasi tanda-tanda vital setiap empat jam.
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
3. Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria :
 Sebagian besar aktivitas dibantu.
 Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali.
 Terpasang kateter foley, intake dan output dicatat.
 Terpasang infus.
 Pengobatan lebih dari sekali.
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
4. Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria :
 Segala aktivitas dibantu oleh perawat
 Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap dua
jam.
 Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction
 Gelisah/disorientasi

Setelah di diskusikan dengan Kasi Keperawatan, maka Kasi


Keperawatan akan melakukan pengajuan kebutuhan tenaga perawat ke
Direktur c.q Subag Kepegawaian RSUD M. Sani Tanjung Balai
Karimun. Penambahan tenaga perawat akan diperuntukkan pada
ruangan yang masih kekurangan tenaga perawat, seperti Ruang
Kenanga.

b. Belum Optimalnya pelaksanaan Hand Over


Masalah selanjutnya yang ditemukan kelompok di ruang rawat
inap Kenanga adalah terkait pelaksanaan Hand Over yang belum
dijalankan secara optimal oleh perawat ruang rawat inap Kenanga.
Belum optimal yang dimaksud adalah perawat ruang Kenanga masih

72
belum melakukan Hand Over sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang berlaku di RSUD M. Sani Tanjung Balai Karimun yaitu:
1. Perawat datang tepat waktu untuk semua yang bertugas sebelum
jadwal dinas.
2. Perawat shift sebelumnya menyelesaikan tugas dan tanggung jawab
terhadap pasien/pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pada
shiftnya.
3. Perawat berkumpul dimeja nurse station yang diawali dengan doa
bersama yang dipimpin oleh PJ shift sebelumnya.
4. Perawat PJ shift dan yang menerima menyiapkan catatan untuk
mencatat hal-hal yang penting selama timbang terima.
5. Perawat PJ shift yang mengoperkan menyampaikan laporan kondisi
masing-masing pasien yang dirawat secara akurat kepada
penanggung jawab shift dan perawat yang menerima timbang
terima pasien meliputi hal-hal berikut :
a) Rekapitulasi pasien.
 Jumlah pasien lama.
 Jumlah pasien baru.
 Jumlah pasien pindahan.
 Jumlah pasien pindah.
 Jumlah pasien pulang.
 Jumlah pasien meninggal.
 Jumlah pasien tindakan operasi, pemeriksaan diagnostik non
operatif dan pasien yang dikonsultasi jika ada.
b) Kesiapan pasien yang dilakukan tindakan operatif.
 Kesiapan administrasi, inform concern, hasil konsultasi
dokter lain.
 Kesiapan fisik dan mental : keadaan umum dan TTV.
 Kesiapan pemeriksaan penunjang seperti : hasil
darah/laboratorium, radiologi (Rontgent, CT Scan, USG, dan
lain-lain) serta EKG.

73
c) Kondisi pasien-pasien yang perlu diperhatikan
 Data subjektif yang dirasakan pasien diantara lain, tidak bisa
tidur, sakit kepal, sesak nafas, dll.
 Data objektif tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan suhu.
 Terapi oral, enteral, dan parenteral yang diberikan.
d) Pasien dengan perhatian khusus diruang HCU.
e) Alat-alat medik yang dipasang pada tubuh pasien seperti IV line,
kateter, urine bag, NGT, dll.
f) Hasil pemeriksaan yang abnormal seperti hasil laboratorium,
EKG, thorax foto, USG, CT scan, dll.
g) Masalah yang terkait dengan tim kesehatan : keluhan terhadap
perawat, dokter, tim kesehatan lain, pekarya, administrasi, dll.
h) Masalah-masalah yang lain terkait dengan ketersediaan obat,
alat-alat medic, fasilitas, kebersihan air, Ac, listrik dll.
6. Perawat operan keliling keseluruh kamar pasien.
7. Perawat mengetuk pintu kamar pasien dan mengucapkan salam.
8. Perawat shift jaga sebelumnya memperkenalkan perawat shift yang
baru kepada pasien.
9. Perawat menanyakan keluhan pasien, kemudian menyampaikan
program pengobatan/perawatan yang akan dilakukan.
10. Perawat keluar dari kamar pasien dengan mengucapkan salam.
11. Perawat kembali berkumpul diruang ners station setelah selesai
keliling keseluruh kamar pasien.
12. Perawat jaga sebelumnya menanyakan kembali bila ada hal-hal
yang belum jelas.
13. Kepala ruangan/PJ shift berikutnya memberikan pengarahan tentang
hal-hal yang perlu diperhatikan dan pembagian tugas.
14. Perawat shift berikutnya bekerja sesuai dengan pembagian tugas.
Dari SOP ini yang sering perawat tidak lakukan adalah Perawat
shift jaga sebelumnya tidak memperkenalkan perawat shift yang baru
kepada pasien dan perawat tidak menanyakan keluhan pasien,

74
kemudian tidak menyampaikan program pengobatan/perawatan yang
akan dilakukan. Hal ini jelas tidak sesuai dengan SOP yang berlaku di
rumah sakit, yang dapat mengakibatkan miskomunikasi antar perawat
dan pasien. Komunikasi terapeutik sangat menentukan keberhasilan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional.
Untuk menyelesaikan masalah ini, kelompok membuat inovasi
yang diantaranya adalah dengan berkoordinasi dengan Karu Ruang
Kenanga, menginformasikan sistem timbang terima pasien antar
perawat sesuai prosedur, menginformasikan kepada perawat untuk
selalu menjalin komunikasi terapeutik dengan pasien dan simulasi/roll
Play handover sesuai SOP. Dari semua kegiatan ini, salah satu kegiatan
yang mempraktekkan langsung cara handover adalah simulasi/roll play
handover sesuai SOP. Setelah mahasiswa mempraktekkan langsung
handover sesuai SOP, perawat ruang Kenanga bersedia mengikuti
sesuai hasil kesepakatan bersama. Setiap akan melakukan handover,
mahasiswa selalu mengingatkan untuk melakukan komunikasi
terapeutik dengan memperkenalkan perawat shift yang baru kepada
pasien dan perawat menanyakan keluhan pasien, kemudian
menyampaikan program pengobatan/perawatan yang akan dilakukan.
Hal ini juga bisa di lakukan dan diterapkan oleh perawat ruangan untuk
saling mengingatkan agar terciptanya pelayanan yang optimal, terhindar
dari miskomunikasi antar pasien dan perawat.
Handover adalah proses transfer atau perpindahan informasi
penting untuk asuhan keperawatan pasien secara holistic dan aman
yang bertujuan agar pelayanan yang diberikan oleh setiap perawat
saling berkesinambungan (Agustin dkk dalam Fauziah, 2017).
Overan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Overran pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat

75
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Overan dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada
perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan (Nursalam dalam fauziah, 2017).
Namun pada kenyataannya masih ada perawat yang melakukan
overan tidak sesuai SOP, padahal overan memiliki pengaruh yang
sangat besar apabila kita menjalankannya dengan benar.
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari dari tanggal 19 Maret
2020 sampai 21 Maret 2020, hasil yang didapat adalah sebelum
implementasi dilakukan setiap overan tidak ada perawat yang
melakukan komunikasi terapeutik/memperkenalkan perawat shift yang
baru kepada pasien dan perawat tidak menanyakan keluhan pasien,
kemudian tidak menyampaikan program pengobatan/perawatan yang
akan dilakukan. Setelah intervensi dijalankan adanya peningkatan yaitu
sebagian besar perawat melakukan handover sesuai SOP. Tugas
mahasiswa adalah dengan mengingatkan ketika akan dilaksanakan
pergantian Shift untuk melakukan handover sesuai SOP sehingga
perawat akan melaksanakannya. Saat mahasiswa mengingatkan perawat
langsung melakukan handover yang sesuai dengan SOP.Perawat sangat
kooperatif dan tidak keberatan dengan implementasi yang dilakukan
kelompok. Oleh sebab itu perawat lebih sering melakukan handover
sesuai SOP, dan harapan kelompok kedepannya adalah handover yang
sesuai SOP dapat menjadi kebiasaan yang selalu dijalankan oleh
perawat ruang rawat inap Kenanga.

b. Belum optimalnya pelaksanaan penerimaan pasien baru


Masalah selanjutnya yang ditemukan kelompok diruang rawat
inap Flamboyan adalah terkait pelaksanaan penerimaan pasien baru
yang belum dijalankan secara optimal oleh perawat ruang rawat inap
Kenanga. Belum optimal yang dimaksud adalah perawat ruang
Kenanga masih belum melakukan penerimaan pasien baru sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di RSUD M. Sani

76
Tanjung Balai Karimun yaitu salah satunya pasien yang dikirim dari
IGD :
1. Perawat ruangan menerima pasien yang datang diruangan.
2. Perawat bersama dengan perawat yang mengantar pasien
memindahkan pasien ketempat tidur yang sudah disiapkan dan
berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan.
3. Perawat melakukan serah terima pasien dengan perawat pengirim
tentang tindakan keperawatan, pengobatan, dan rencana tindak
lanjut serta overan obat dan barang-barang pasien.
4. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya.
5. Perawat mengorientasikan ruangan yang ditempati kepada pasien
dan keluarga, menginformasikan dokter yang merawat dan jam
visite dokter serta jam besuk.
6. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan
format pengkajian yang ada dan mendokumentasikan.
7. Perawat memeriksa keadaan umum pasien, TTV pasien (nadi, suhu,
tekanan darah, pernafasan) dan BB pasien.
8. Beritahukan keluarga tentang keadaan umum pasien, program
rencana terapi dan tindakan selanjutnya sesuai wewenang perawat.
9. Setelah obat-obatan diserahkan ke perawat, perawat melakukan
advis dari dokter yang merawat sesuai program terapi.
10. Melapor ke instalasi gizi untuk diet pasien baru.
Dari SOP ini hampir semua perawat tidak melaksanakan
penerimaan pasien baru sesuai SOP. Perawat ruangan biasanya
melakukan overan pasien baru di ners station tanpa melihat pasien
dikamar pasien.Hal ini jelas tidak sesuai dengan SOP yang berlaku di
rumah sakit, yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan.
Untuk menyelesaikan masalah ini, kelompok membuat inovasi
yang diantaranya adalah dengan berkoordinasi dengan Karu Ruang
Kenanga untuk mendiskuasikan Play penerimaan pasien baru sesuai
SOP.

77
Orientasi terhadap pasien baru merupakan usaha memberikan
informasi/sosialisasi kepada pasien dan keluarga tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan pelayanan selama di rumah sakit (Ragusti dalam
Afrida Sulistiyaningtyas, 2018).Penerimaan pasien baru adalah suatu
cara dalam menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan.
Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan (Ariyanti,
2015).
Namun pada kenyataannya masih ada perawat yang tidak
melakukan penerimaan pasien baru sesuai SOP. Padahal jika dilakukan
sesuai SOP hal ini memiliki pengaruh yang sangat besar sehingga
terhindar dari kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari dari tanggal 19 Maret
2020 sampai 21 Maret 2020, hasil yang didapat adalah sebelum
implementasi dilakukan setiap ada pasien baru perawat hanya
melakukan serah terima pasien di ners station, perawat ruangan tidak
ikut mengantar pasien ke kamar pasien.Hanya perawat Poli atau
perawat IGD yang mengantar pasien ke kamar pasien. Setelah
intervensi dijalankan adanya peningkatan yaitu sebagian besar perawat
melakukan serah terima pasien sesuai SOP yaitu melakukan serah
terima pasien dikamar pasien dan mengorientasikan pada pasien atau
keluarga pasien situasi dan kondisi Rumah Sakit serta menyampaikan
hal-hal yang dianggap perlu. Sehingga pasien dan keluarga pasien tidak
bingung dengan memperoleh informasi dan pasien serta keluarga
merasa nyaman. Tugas mahasiswa adalah dengan mengingatkan ketika
ada pasien baru, perawat ruangan harus melakukan serah terima pasien
di kamar pasien. Saat mahasiswa mengingatkan perawat langsung
melakukan serah terima pasien baru yang sesuai dengan SOP.Perawat
sangat kooperatif dan tidak keberatan dengan implementasi yang
dilakukan kelompok. Oleh sebab itu perawat lebih sering melakukan
serah terima pasien baru sesuai SOP, dan harapan kelompok
kedepannya adalah serah terima pasien baru yang sesuai SOP dapat

78
menjadi kebiasaan yang selalu dijalankan oleh perawat ruang rawat
inap Kenanga.

c. Belum optimalnya metode asuhan keperawatan yang digunakan


ruangan.
Masalah selanjutnya yang ditemukan kelompok diruang rawat
inap Kenanga adalah terkait metode asuhan keperawatan yang
digunakan ruangan belum optimal. Belum optimal yang dimaksud
adalah metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Kenanga
menggunakan metode kasus, dimana ruang Kenanga sudah
memberlakukan pembagian pasien pada setiap perawat, akan tetapi
belum seutuhnya metode kasus dikarenakan beberapa hal yang
menyebabkan metode ini tidak bisa berjalan dengan baik.Pada metode
kasus rasio perbandingan 1 perawat : 1 pasien, sementara di ruang
flamboyan pembagian pasien sesuai jumlah perawat yang dinas pada
waktu itu. Misalnya ada 20 pasien dan ada 4 perawat, jadi
perbandingannya 1 perawat : 5 Pasien. Hal ini dikarenakan masih
kurangnya tenaga perawat diruang Kenanga. Selain itu ketidak jelasan
metode yang digunakan berimbas dengan pelayanan yang diberikan,
yang menyebabkan perawat tidak dapat memberikan asuhan
keperawatan secara utuh kepada beberapa pasien, sejak pasien masuk
hingga pulang. Ini dikarenakan jumlah pasien yang banyak sehingga
perawat tidak dapat melakukan pelayanan secara maksimal.
Untuk menyelesaikan masalah ini kelompok berkoordinasi
dengan Kasi Keperawatan dan Karu ruang Kenanga, apa dan
bagaimana yang harus dilakukan kelompok. Kasi Keperawatan
berpendapat model asuhan keperawatan ini masih berhubungan dengan
jumlah tenaga yang belum ideal dan mencukupi. Sehingga berimbas
pada ketidak sempurnaan metode yang digunakan. Dari koordinasi ini
didapatkan hasil metode asuhan keperawatan diruang Kenanga untuk
sementara ini masih menggunakan metode yang sudah berlaku saat ini
yang akan dikombinasikan dengan metode fungsional. Karena dalam

79
pelaksanaannya dalam keadaan tertentu metode fungsional masih
digunakan yaitu pada saat pasien dalam jumlah yang banyak sehingga
perawat tidak bisa focus pada pasiennya masing, yang akhirnya metode
fungsional digunakan.
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap hanya melakukan satu atau dua jenis
intervensi keperawatan saja (misalnya : merawat luka) kepada semua
pasien di bangsal (Nursalam, 2015).
Kelebihan dari metode fungsional adalah manajemen klasik
yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik, sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan
tenaga, perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawatat junior atau
belum berpengalaman (Nursalam, 2015).
Sedangkan kelemahan metode fungsional ini adalah tidak
memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat, pelayanan
keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan dan persepsi perawat cenderung pada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja (Nursalam, 2015).

d. Belum Optimalnya Struktur Organisasi.


Masalah selanjutnya yang ditemukan kelompok diruang rawat
inap Kenanga adalah terkait struktur organisasi yang digunakan
ruangan belum optimal. Belum optimal yang dimaksud adalah struktur
organisasi diruangan masih struktur organisasi yang lama dan struktur
organisasi tidak terpasang dinding. Dari manajemen rumah sakit
struktur organisasi harus terpasang di dinding disetiap ruangan.
Untuk menyelesaikan masalah ini kelompok berkoordinasi
dengan Karu ruang Kenanga, menginformasikan pentingnya struktur
organisasi dan membuat struktur organisasi. Setelah di diskusikan

80
dengan kepala ruangan, kepala ruangan setuju untuk dibuatkan papan
struktur organisasi. Maka kelompok membuat papan struktur organisasi
sesuai dengan struktur organisasi yang sudah di buat oleh kepala
ruangan.
Struktur organisasi adalah suatu susunan komponen-komponen
atau unit-unit kerja dalam sebuah organisasi. Struktur organisasi
menunjukan bahwa adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau
kegiatan-kegiatan berbeda yang dikoordinasikan. Dan selain itu struktur
organisasi juga menunjukkan mengenai spesialisasi-spesialisasi dari
pekerjaan, saluran perintah maupun penyampaian laporan (Akademia,
2019).
Struktur organisasi adalah suatu susunan atau hubungan antara
komponen bagian-bagian dan posisi dalam sebuah organisasi,
komponen-komponen yang ada dalam organisasi mempunyai
ketergantungan. Sehingga jika terdapat suatu komponen baik maka
akan berpengaruh kepada komponen yang lainnya dan tentunya akan
berpengaruh juga kepada organisasi tersebut (Akademia, 2019).
Dari pengertian ini dapat disimpulkan pentingnya struktur
organisasi dalam suatu ruangan. Namun demikian masih ada ruangan
yang tidak mempunyai struktur organisasi. Hal ini di karenakan
kurangnya pengetahuan terhadap pentingnya struktur organisasi.
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari dari tanggal 19 Maret
2020 sampai 21 Maret 2020, hasil yang didapat adalah sebelum
implementasi dilakukan ruangan Kenanga tidak mempunyai struktur
organisasi yang terpasang di dinding. Setelah intervensi dijalankan
adanya peningkatan yaitu di dinding ruang Kenanga sudah terpasang
papan struktur organisasi. Sehingga setiap orang bisa mengetahui
struktur organisasi di ruang rawat inap Kenanga. harapan kelompok
kedepannya adalah handover yang sesuai SOP dapat menjadi kebiasaan
yang selalu dijalankan oleh perawat ruang rawat inap Kenanga.
Harapan kelompok kedepannya adalah struktur organisasi dapat

81
berjalan sebagaimana mestinya, dan tidak dapat meningkatkan kinerja
perawat ruang Kenanga.

B. RENCANA TINDAK LANJUT


Rencana tindak lanjut yang kelompok lakukan adalah, dengan
mempertahankan agar intervensi-intervensi yang sudah diberikan akan
terus dijalankan dan diberlakukan agar terciptanya pelayanan yang
maksimal dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berlaku di RSUD M. Sani Tanjung Balai Karimun.
Untuk mempertahankan semua intervensi yang sudah diberikan
Kelompok melibatkan kepala ruangan untuk melakukan supervisi kepada
perawat ruang Kenanga dalam menjalankan semua Intervensi yang sesuai
SOP. Kepala ruangan/koordinator dapat proaktif dalam memotivasi
perawat/bidan dalam melakukan kegiatan, sehingga dapat meningkatkan
kegiatan agar lebih baik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari lima masalah yang ditemukan di ruang rawat inap Kenanga
RSUD M. Sani Tanjung Balai Karimun, dapat dilakukan tindakan untuk
mengatasi masalah tersebut. Semua tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah telah sesuai dengan kesepakatan bersama oleh
koordinator, perawat ruang Kenanga, dan mahasiswa, sehingga dalam
pelaksanaannya menjadi lebih mudah. Perawat dan mahasiswa dapat
melakukan pelaksanaan tindakan terkait untuk mengatasi masalah
keperawatan yang ada di ruangan dengan baik. Perawat ruangan
memberikan respon positif terhadap apa yang telah dilakukan bersama
mahasiswa demi meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan di
ruangan.

A. Saran

82
Diharapkan kepada kepala ruangan dan seluruh staf ruang rawat
inap Kenanga RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun dapat terus
melaksanakan intervensi serta menerapkan implementasi yang telah
disepakati bersama mahasiswa untuk mengatasi masalah manajemen
keperawatan yang ada di ruangan agar menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam


PraktikKeperawatan Profesional. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika

PPKC (2016). Pelatihan Manajemen Bangsal. Pusat Pengembangan Kesehatan


Carolus. Jakarta.

Sri Mugianti (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek


Keperawatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Edisi I.
Jakarta

Andi Sumarna (2019). Makalah Konsep Dasar Dan Proses Manajemen


Keperawatan Program Studi diploma III Keperawatan POLTEKES
YAPKESBI Sukabumi. Diakses tanggal 01 Maret 2020.

Indah Astria (2016). Makalah manajemen Keperawatan, Praktik Profesi Ners


Universitas Riau Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau.

Profil (2018) Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad Sani Tanjung Balai
karimun.

83
Usnul Afifah Fauziah (2017). Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Dengan
Dokumentasi Keperawatan Metode Soap, Program Studi SI
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang. Diakses tanggal 24 Maret 2020.

Afrida Sulistyaningtyas (2018). Orientasi Pasien Baru, Program Pendidikan


Diploma III Kesehatan Akademi Keperawatan Muhammadiyah Kendal.
Diakses tanggal 24 Maret 2020.

https://www.academia.edu/38677274/Makalah_Struktur_Organisasi. Diakses
tanggal 24 Maret 2020.

84

Anda mungkin juga menyukai