Dandung Setiadi LP Dan Askep Gea (Revisi)
Dandung Setiadi LP Dan Askep Gea (Revisi)
Oleh:
DANDUNG SETIADI
NIM: 2017.C.09A.0880
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan Keperawatan
di Ruang Flamboyant RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
ii
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa
yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit Gastroenteritis Akut (GEA)
1.1.1 Definisi...........................................................................................................1
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi....................................................................................1
1.1.3 Etiologi...........................................................................................................7
1.1.4 Klasifikasi.......................................................................................................7
1.1.5 Patofisiologi....................................................................................................8
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala).........................................................10
1.1.7 Komplikasi....................................................................................................10
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................................10
1.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................11
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................11
1.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................13
1.2.3 Intervensi Keperawatan................................................................................14
1.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................16
1.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................16
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................................17
2.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................24
2.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................25
2.4 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan..................................27
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................31
3.2 Saran.................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
BAB
iv I
TINJAUAN PUSTAKA
1
tutupi oleh selaput lender (mukosa). Otot orbicularis oris menutupi bibir.
Levator anguli oris mengakat dan depresoranguli oris menekan ujung mulut.
(1) Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang
terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
(2) Gigi
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring.
(1) Palatum
Terdiri atas2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun
atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih
kebelakang yang terdiri dari 2 palatum. Palatummole (palatum lunak)
terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
(2) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot
lidah ini dapat digerakkan kesegala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu:
Radiks Lingua=pangkal lidah, Dorsum Lingua=punggung lidah dan Apek
Lingua+ujung lidah.Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat
epligotis.Punggung lidah (dorsumlingua) terdapat puting- puting
pengecap atau ujung saraf pengecap.Fenukun Lingua merupakan selaput
lender yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah,jika
tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
(3) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunya iductus bernama ductuswartoni dan
duktusstansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang
(kelenjarsubmaksilaris) yang terdapat dibawah tulang rahang atas bagian
tengah, kelenjar ludah bawah lidah(kelenjar sublingualis)yang terdapat di
sebelah depandi bawah lidah.
3
Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah
disebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar
ludah (saliva). Disekitar rongga mulutter dapat 3 buah kelenjar ludah
yaitu kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga diantara
prosesus mastoidkiri dan kananosmandibular, duktusnya duktus
stensoni,duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut
melalui pipi (muskulusbuksinator). Kelenjar submaksilarister letak
dibawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni
bermuara di rongga mulut bermuara didasar rongga mulut.Kelenjar
ludahdi dasari oleh saraf-saraf tak sadar.
(4) Otot Lidah
Ototintrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandi bularis,oshitoid dan
prosesussteloid) menyebar kedalam lidah membentuk nyaman bergabung
dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. Mgenioglosus merupakan
otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang
menyebar sampai radiks lingua.
(5) Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.
(6) Esofagus
Panjang esophagus sekitar 25cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, dibelakang trakea dan jantung. Esofagus
melengkung ke depan,menembus diafragma dan menghubungkan
lambung.Jalan masuk esophagus ke dalam lambung adalah kardia.
4
(7) Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster.Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik,terletak dibawah
diafragma didepan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kirifudus
uteri.
(8) Intestinum minor (usus halus )
Adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus
halus terdiri dari :
a. Lapisan mukosa (sebelah dalam),lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
b. otot memanjang ( Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2,yaitu:
a) Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu desakan
kimus
b) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya
kimus kedalam duo denum, tetapi juga oleh yang dinamakan
gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama
dihancurkan melalui pleksusmientertus dari lambung turun sepanjang
dinding usus halus. 5
(9) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar +6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang ±2-3meter dan ileum dengan panjang ±4–
5meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen
posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas
dikenal sebaga imesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar
dan masuknya cabang-cabang arteri dan venamesentrika superior,
pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara2 lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak
mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan
seikum dengan seikum dengan perataraan lubang yang bernama
orifisiumileo seikalis, orifisium ini di perkuat dengan sfingter
ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau
valvula bau kini. Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas
melaluil ipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan
absorbsi.Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submuko sayang dapat
memperbesar permukaan usus.Pada penampangan melintang vilidilapisi
oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon
jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
(10) Intestinium Mayor(Usus besar)
Panjang ±1,5meter lebarnya 5–6cm. Lapisan–lapisan usus besar dari
dalam keluar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
(1) Seikum
Dibawah seikumter dapat appendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
(2) Kolon asendens
Panjang 13cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur
keatas dari ileum kebawah hati.Di bawah hati membengkak ke
kiri,lengkungan ini disebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon
transversum.
(3) Appendiks (usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir
seikum.
(4) Kolon transversum
Panjang± 38cm, membunjur dari kolonasendens sampai ke kolonde
sendens berada dibawah abdomen,sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiriter dapat fleksura linealis.
(5) Kolon desendens
Panjang ±25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membunjur
dari atas kebawah dari.
6
1.1.3 Etiologi
1.1.3.1 Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
(1) Infeksi bakteri :Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter,
yersinia, aeromonas dan sebagainya.
(2) Infeksi virus : entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis,
adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain.
(3) Infeksi parasite : Cacing, protozoa, dan jamur.
(4) Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
(5) Faktor makanan : Makanan basi beracun dan alergi makanan.
(6) Faktor kebersihan
7
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum mengkonsumsi makanan.
(7) Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
1.1.4 Klasifikasi
(1) Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua
golongan:
b. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
c. Diare non spesifik : diare dietetis.
(2) Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
(3) Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5
hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1
minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
8
b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
1.1.5 Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila
tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia
coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada Gastroenteritis akut.Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari
diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
9
Infeksi (virus,bakteri,parasite)
Gastroenteritis akut
Kehilangan cairan Kehilangan Inflamasi saluran Demam Ketidak kemampuan BAB sering dengan
& elektrolit cairan dan pencernaan usus mencerna konsistensi encer
elektrolit secara makanan
berlebihan Peningkatan Kulit disekitar anus
Resiko Agen pirogenic evaporasi
Vol sirkulasi hiperperistaltik lecet dan iritasi
ketidakseimbanga menurun
n cairan dan Suhu tubuh
elektrolit Intake cairan
berkurang kembung Kemerahan dan gatal
Penurunan ph
Ketidakseimbanga MK :
darah
n asam basa Hipertermia MK : Gangguan
MK: Mual, muntah,
integritas
Hipovolemia anoreksia kulit/jaringan
MK: Pola Napas Memperlambat
Tidak Efektif status asidosis
Asupan nutrisi tidak
adekuat
MK : Perfusi perifer
tidak efektif
MK : Resiko Defisit
Nutrisi
10
(2) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water
Losses).
(3) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)
1) Ada 2 jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan
oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333
mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
2) Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3
dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak
lengkap.
c. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat
sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian
cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
d. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
e. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
12
Wicaksana, 2011).
(4) Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari
3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan
pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam,
feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3
– 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin
300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
(5) Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2
– 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok
obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi
cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup
aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila
diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam, 1. Monitor suhu tubuh
kekurangan cairan (D.0022 hal 64) diharapkan kebutuhan nutrisi tubuh pasien dapat terpenuhi. 2. Monitor kadar elektrolit
Dengan Kriteria hasil : 3. Sediakan lingkungan yang dingin
- Intake nutrisi yang adekuat. 4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Mual, muntah tidak ada. 5. Anjurkan tirah baring
- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan. 6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
- Hb dalam batas normal = 12-17 gr% intravena
Klien tidak terlihat anemis
Defisit pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
dengan kurangnya informasi tentang diharapkan pengetahuan keluarga tentang penyakit meningkat. informasi
penyakit,prognosis dan pengobatan Dengan Kriteria hasil: 2) Sediakan materi dan media penkes kesehatan
(D.0111 hal 246) 1. Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, 3) Jelaskan faktor risiko yang dapat memengaruhi
2. ekspresi wajah tenang, tingkat kesehatan
3. keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit 4) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
klien.
Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawan selama 1 x 7 jam 1. Monitor pola napas
dengan hambatan upaya napas (D.0005 diharapkan pola napas pasien dapat kembali normal. Dengan 2. Berikan oksigen
16
Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 7 jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
berhubungan dengan kekurangan klien dapat mengabsorbsi makanan dengan baik dengan kriteria 2. Ubah posisi 2 jam jika tirah baring
volume cairan (D.0129 hal 282) hasil : 3. Anjurkan minum air yang cukup
1. Kemerahan pada kulit membaik 4. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
2. Suhu kulit dapat membaik
3. Hematoma dapat membaik
17
18
melalui IV, ODR 1 mg, Pct 1 mg. Lalu pasien dipindahkan keruang Flamboyant untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
2.1.4.2 Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat prenatal : Tidak ada kesulitan saat hamil
2) Riwayat natal : persalinan normal cukup bulan
3) Riwayat postnatal : saat melahirkan tidak ada kelainan
4) PenYakit sebelumnya : tidak ada penyakit sebelum nya
5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia Saat baru 1. 2 bulan 1. Saat baru 1. 9 Bulan 1. Saat baru 1. 2 bulan
lahir 2. 3 bulan lahir 2. 18 bulan lahir 2. 3 bulan
3. 4 bulan 2. 2 bulan 2. 2 bulan 3. 4 bulan
3. 3 bulan 3. 3 bulan
: Perempuan
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Klien
2.2 Pemeriksaan fisik
2.2.1 Keadaan umum : klien tampak rewel, turgor kulit < 2 detik dan terpasang infus KA-
EN 4B terpasang di kaki sebelah kanan tetesan Inf. 13 Tpm.
2.2.2 Tanda vital
Nadi: 148 x/mnt, Suhu: 38,0˚C, Respirasi: 30 x/mnt
Keluhan lainnya: Ibu klien mengatakan anaknya demam
Masalah Keperawatan :Hipertermia
2.2.3 Kepala dan wajah
Ubun-ubun menutup dengan keadaan cembung dan tidak ada kelainan.
Rambut warna hitam dengan keadaan tidak rontok, tidak mudah dicabut serta tidak
kusam. Pada bagian kepala keadaan kulit kepala berminyak, tidak ada
peradangan/benjolan, keadaan bibir kering dan pucat
Keluhan lainnya: Ibu klien mengatakan anaknya muntah sebanyak ±3 kali dalam sehari
20
b. BAK
Frekuensi 4-5x sehari 3-4x sehari
Konsistensi Normal(putih) Normal(putih)
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1-2 jam 1-2 jam
b. Malam/ jam 7-9 jam 7-8 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari Diseka
b. Oral hygiene - -
22
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Infeksi atau cidera Hipertermia
Ibu klien mengatakan anaknya jaringan
demam
DO: inflamasi
- Suhu tubuh klien tampak
teraba panas merangsang hipotalamus
- Klien tampak pucat
- Klien tampak lemah Dehidrasi
- Hasil pemeriksaan : WBC :
16,46 103/mm³ Hipertermia
- Hasil TTV : S : 38,0°C
DS : Demam Hipovolemia
Ibu klien mengatakan anaknya
muntah sebanyak ±3 kali dalam Peningkatan evaporasi
sehari
DO : Intake cairan berkurang
- Bibir klien tampak kering
- Klien tampak pucat Hipovolemia
- Klien tampak lemah
- Klien tampak muntah ±3x
dalam sehari
23
PRIORITAS MASALAH
1 Hipertemia berhubungan dengan terpapar lingkungan panas dibuktikan dengan suhu
tubuh klien tampak teraba panas, klien tampak pucat, klien tampak lemah, Hasil
pemeriksaan WBC : 16,46 103/mm³, Hasil TTV: Suhu badan: 38,0°C
2 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan bibir
klien tampak kering, klien tampak pucat, klien tampak lemah, klien tampak muntah
±3x dalam sehari
RENCANA KEPERAWATAN
Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1 Monitor intake dan output cairan 1. Untuk mengetahui cairan yang masuk dan
dengan kehilangan cairan keperawatan selama 1x7 jam 2 Hitung kebutuhan cairan keluar
aktif dibuktikan dengan bibir diharapkan muntah klien dapat 3 Berikan asupan cairan oral 2. Untuk mengetahui kebutuhan cairan
klien tampak kering, klien berkurang dengan Kriteria hasil : 4 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 3. Untuk memenuhi cairan yang hilang
tampak pucat, klien tampak 1.Intake nutrisi yang adekuat 5 Kolaborasi pemberian cairan oral 4. Untuk membantu klien memenuhi cairan
lemah, klien tampak muntah 2.Mual muntah tidak ada 5. Untuk mebantu memenuhi pemberian
±3x dalam sehari 3.Klien dapat menghabiskan porsi cairan pada tubuh klien
makan yang disajikan
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam menerima informasi menerima informasi yang telah
kurangnya terpapar diharapkan keluarga klien mampu 2 Identifikasi faktor-faktor yang dapat disampaikan
informasi dibuktikan dengan memahami tentang diare dengan meningkatkan dan menurunkan motivasi 2. Untuk mengetahui factor-faktor perilaku
Ibu klien tampak bertanya kriteria hasil : perilaku hidup bersih dan sehat hidup bersih dan sehat di keluarga klien
bagaimana cara mengatasi 1.Keluarga klien mengerti tentang 3 Sediakan materi dan media pendidikan 3. Untuk mengetahui pemahaman keluarga
diare kalau dirumah, ibu penyakit diare kesehatan klien tentang kesehatan dari klien
klien tampak belum 2. Keluarga klien mengerti tentang cara 4 Berikan kesempatan untuk bertanya 4. Agar klien dapat memahami informasi
sepenuhnya memahami pencegahan diare 5 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat yang didapat
tentang diare 5. Agar keluarga menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat
25
26
TTD,
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Senin,15 juni 2020 1. Memonitor suhu tubuh S:
09:30 WIB 2. Memonitor kadar elektrolit Ibu klien mengatakan anaknya masih demam
Diagnosa Keperawatan 1 3. Memonitor haluaran urine O:
4. Menyediakan lingkungan yang dingin -Tanda-tanda vital belum dalam rentang
5.Membasahi dan kipasi permukaan normal :Suhu badan: 38,0°C Dandung Setiadi
tubuh -Suhu tubuh pasien belum menurun
6. Mengajarkan tirah baring -Pasien diberi obat pct 3x1
7.Berkolaborasi pemberian cairan dan A: Masalah belum teratasi
elektrolit intravena P : Intervensi dilanjutkan:
1. Memonitor suhu tubuh
2. Memonitor kadar elektrolit
3. Memonitor haluaran urine
4. Menyediakan lingkungan yang dingin
5.Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
6. Mengajarkan tirah baring
7.Berkolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
28
CATATAN PERKEMBANGAN
TTD,
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Selasa,16 juni 2020 1. Memonitor suhu tubuh S:
08:30 WIB 2. Memonitor kadar elektrolit Ibu klien mengatakan anaknya masih agak
Diagnosa Keperawatan 1 3. Memonitor haluaran urine panas
4. Menyediakan lingkungan yang dingin O:
5.Membasahi dan kipasi permukaan -Tanda-tanda vital mulai dalam rentang Dandung Setiadi
tubuh normal
6. Mengajarkan tirah baring -Suhu tubuh pasien menurun menjadi
7.Berkolaborasi pemberian cairan dan 37,5°C
elektrolit intravena -Pasien menggunakan baju yang tipis
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi tetap dilanjutkan:
1. Memonitor suhu tubuh
2.Berkolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
3.1 Kesimpulan
Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare
juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4
kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
Riwayat kesehatan sekarang ibu Klien Mengatakan anaknya muntah pada tanggal 12
Juni langsung dibawa ke Rsud Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 15 juni
dibawa ke IGD diberi terapi Inf. KA-EN 4B, pada tanggal 15 juni pukul 09.00 wib dirawat
diruang Flamboyan dan diberi terapi Inf. KA-EN 4B 13 Tpm. Ibu klien mengatakan tidak
memiliki penyakit keturunan dan penyakit menular. Hipertemia b/d Proses Penyakit ditandai
dengan kulit klien teraba panas, klien tampak pucat, klien tampak lema, WBC : 16,46
103/mm³, dan Suhu badan: 38,0°c. Resiko ketidak seimbangan cairan b/d diare ditandai
dengan klien tampak rewel, klien tampak lemas, kapirari refil <2 detik, Intake : Minum : 750
ml, Infus : 1500 ml, Output : Muntah : 60 cc, Urine : 200 cc, BAB : 500 cc. Kurang
Pengetahuan b/d kurangnya terpapar informasi ditandai dengan ibu klien bertanya
bagaimana cara mengatasi diare kalau dirumah, ibu klien belum sepenuhnya memahami
tentang diare. Implementasi dan evaluasi keperawatan dilakukan selama 2 hari, 3 diagnosa
tersebut dapat teratasi.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
30
DAFTAR PUSTAKA
Agung Seto. Jakarta. Anonym. 2017. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Available from E-
mail: Anonym. 2017. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Available from
E-mail:
Anonym. 2018. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Available from E-mail: http: // tutorial
kuliah. Wordpress.com.(accassed 14 Desember 2008).
Beherman E Richard, dkk, 2015. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15. EGC :
Jakarta.
Bidup John, 2018. Kesehatan Anak Untuk Keperawatan Petugas Penyuluhan
Kesehatan dan Bidas Desa. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta.
Carpenito. L. J, 2014. Hand Book of Nursing Diagnosa. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynm E. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC.
Jakarta.
http://abuhamzah.multiply.com (accassed 14 Desember 2008).
http://en.wikipedia.org (accassed 15 Desember 2008).
Ngastiyah, 2012. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. EGC, Jakarta
Sundaru, Heru. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta Suriadi, Rita Yuliani. 2014. Asuhan Keperawatan Pada penyakit
Dalam. Edisi 1.