Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Badan kesehatan dunia atau WHO menyatakan dalam rangka penyebaran HIV
AIDS, WHO mempunyai program yang menyatakan bahwa setiap negara harus
mengembangkan dan menciptakan program yang signifikan dalam pelaksanaan
stategi perawatan komprehensif untuk menyediakan dan memantau HIV/AIDS
(http://kingroodee.blogspoot.com. 4 Agustus 2008).
Program perawatan komprehensif sendiri berkesinambungan dengan salah
satu Program penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia yang dilakukan dengan tujuan
umum untuk mencegah penyebaran infeksi HIV/AIDS yang akan meminimalkan
beban masyarakat yang terkena dampak sosio-ekonomi akibat HIV/AIDS, sedangkan
tujuan lebih spesifiknya adalah untuk menekan tingkat penularan HIV/AIDS, untuk
memfasilitasi upaya pencegahan, pengobatan dan perawatan yang secara
komprehensif bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), meningkatkan respon dalam
bidang pencegahan, pengobatan, perawatan HIV dan dukungan bagi ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS), meningkatkan koordinasi dan kemitraan antara sektor
pemerintah, LSM dan sektor bisnis (http://kingroodee.blogspoot.com. 4 Agustus
2008).
Menurut data Family Health International (FHI), presentase yang memiliki
resiko tinggi terjangkit HIV/AIDS di Indonesia antara lain, pengguna narkoba (34%),
WPS (Wanita Penjaja Seks) (7%), pelanggan WPS (31%), partner group berisiko
tinggi (12%), waria (1%), gay (8%), dan lain-lain (7%) (http://www.inna-ppni. Or.id.
4 Agustus 2008).
Kita sebagai tenaga medis terutama perawat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS dan dapat memberikan informasi
dalam meningkatkan peran perawat sebagai pendidik, pengelola, pelaksana dan
peneliti sehingga bisa meningkatkan mutu pelayanan yang prima

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Peran Perawat pada ODHA di RS?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada ODHA di RS?

1.3. Tujuan Penulisan


Agar mahasiswa/i mengerti dan memahami Askep pada pasien HIV/AIDS di
Rumah Sakit dan dapat mengimplementasikan di kehidupan sehari-hari saat
melakukan praktek di Rumah sakit.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Peran Perawat pada ODHA di Rumah Sakit


Merawat pasien HIV/AIDS membutuhkan dukungan dari berbagai pihak,
termasuk tenaga kesehatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan memberikan dukungan
terhadap partisipan seperti, memberikan pelayanan yang baik tetapi terkadang ansietas
yang muncul pada perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
yang terinfeksi HIV/AIDS juga menunjukkan perbedaan pada tiap individu, hal ini
terlihat dari bentuk dan tingkat kecemasan dimana bentuk kecemasan yang muncul
seperti tingkat kewaspadaan meningkat dan tidak mengganggu dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan, dan ada juga bentuk kecemasan yang berupa gelisah, gugup
yang secara tidak langsung mengganggu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
sehingga hasil dari pekerjaaan yang dilakukan kurang maksimal.
Merawat pasien HIV/AIDS membutuhkan dukungan dari berbagai pihak,
termasuk tenaga kesehatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan memberikan dukungan
terhadap partisipan seperti, memberikan pelayanan yang baik.
Selama merawat pasien HIV/AIDS partisipan mengatakan bahwa perawat
mengecek pasien dan memberikan obat pasien secara rutin, serta memberikan edukasi
terhadap pasien. Apabila ada pasien baru masuk rumah sakit dengan HIV/AIDS maka
akan di lakukan Pengkajian, Perencaan terapi yang akan dilakukan terhadap pasien,
lalu di Implementasikan pada pasien, dan akan di evaluasi oleh perawat juga dokter.

2.2 Asuhan Keperawatan pada ODHA di Rumah Sakit


1) Pengkajian
Di pengkajian terdapat beberapa faktor yang harus di gali oleh perawat pada
ODHA, diantaranya :
a. Riwayat
Pada ODHA yang akan ditanyakan yaitu tentang riwayat perilaku
beresiko tinggi (seks bebas), menggunakan obat-obatan terlarang
melalui jarum suntik secara bersama, dan tes HIV nya dinyatakan
positif
b. Penampilan Umum
Biasanya ODHA berpenampilan dengan muka pucat dan kelaparan
c. Gejala Subyektif
Gejala subyektif yang dialami ODHA yaitu, demam kronik dengan
atau tidak menggigil, gampang lemah dan lelah, keringat dimalam hari
secara berulang kali, anoreksia, BB menurun, nyeri, dan sulit tidur.
d. Neurologis
Pada ODHA akan mengalami gangguan relek pupil, nystagmus,
vertigo, kejang, dan lain sebagainya
e. Muskuloskeletal
Pada ODHA akan mengalami defisit focal motorik dan tidak mampu
melakukan ADL dan lain sebagainya
f. Kardiovaskular
Pada ODHA akan mengalami takikardi dan lain sebagainya
g. Pernafasan
Pada ODHA akan mengalami dyspnea, takipnea, sianosis, batuk
produktif atau non produktif, bernafas menggunakan otot bantu nafas,
dan lain sebagainya

h. Pencernaan
Pada ODHA akan mengalami intake makan dan minum menurun, mual
muntah, BB menurun 10kg dalam 1 bulan, diare >3 bulan, dan lain
sebagainya

i. Genetalia
Pada ODHA akan mengalami adanya lesi atau eksudat di atau sekitar
genital dan lain sebagainya

j. Integumen
Pada ODHA akan mengalami kering, gatal, lesi, turgor jelek, dan lain
sebagainya.

2) Pemeriksaan Penunjang
a. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Salah satu tes yang paling umum dilakukan untuk menentukan pasien
tersebut terinfeksi HIV kronis atau tidak.

b. Western Blood
Tes yang definitif dalam mendiagnosa HIV, yang ditampilkan oleh
acrylamide gel elctrophoresis lalu dipindahkan ke kertas nitroselulosa
dan ia berekasi dengan serum pasien.

3) Pencegahan
Bagi klien ODHA atau yang beresiko dan juga keluarga bisa dilukan ABC,
yaitu :
a. Absen
Absen berhubungan seksual dengan pasangan
b. Be Faithful
Setia pada pada pasangannya
c. Condom
Saat melakukan hubungan seksual hendaknya memakai kondom
dengan pasangan/orang yang beresiko tinggi terkena HIV/AIDS

Bukan hanya klien dan keluarga saja yang waspada, Para tenaga medis
pun juga mengikuti kewaspadaan meliputi cara penanganan dan pembuangan
barang-barang tajam, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah pada klien, menggunakan APD seperti sarung tangan, celemek, jubah,
masker dan googles saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan
tubuh lainnya, melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang
terkontaminasi dan penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat. Selain itu,
darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi
dengan HIV tanpa memandang status orang tersebut baru diduga atau sudah
diketahui status HIVnya.
4) Petalaksanaan Medis
Ada beberapa cara penatalaksanaan dalam menangani pasien dengan
HIV/AIDS, yaitu :
a. Obat oral ARV
b. Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT)
c. Post Exposure Prophylaxis (PEP)
d. Vaksin HIV
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengalaman perawat saat merawat pasien ODHA mereka masih harus
mempunyai banyak pengetahuan tentang konseling HIV/AIDS, pengobatan ARV,
dukungan mental, dan penanganan pencegahan HIV. Dikarenakan perawat merasa
semakin cemas dan juga gelisah banyak warga Indonesia yang terkena virus HIV/AIDS
Sehingga akan sangat positif bagi perawat maupun pasiennya apabila perawatnya
diberikan penambahan kompetensi.

3.2 Saran
Makalah ini diharapkan untuk dapat memberikan landasan konsep bagi
perkembangan ilmu keperawatan atau sumber informasi bagi mahasiswa terkait
dengan asuhan keperawatan pada perawat dalam merawat pasien HIV/AIDS selama
menjalani rawat inap sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien
HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

Agung,dkk (2012). Persepsi Perawat dan Keluarga Pasien Tentang Pengetahuan yang di
Perlukan Merawat ODHA di Rumah Sakit dan di Rumah.

Gisharf,dkk (2011). Penatalaksanaan Terapi Pada Penderita HIV/AIDS di Klinik VCT


Rumah Sakit Kota Manado.

Jasmiranda (2017). Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Pasien HIV/AIDS Selama


Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Kurniawan,dkk (2015). Journal Ilmiah Keperawatan dan Kesehatan, Edisi 1 No.1 November
2015. Persepsi Perawat Tentang HIV/AIDS Terhadap Kepatuhan Penerapan
Universal Cautions (UP) Untuk Pencegahan Penularan HIV/AIDS di RSD
Sunan Kalijaga Demak.

Wartono, Chanif, A., Maryati, S., & Subandrio, Y. (2000). AIDS/HIV dikenal untuk
dihindari. Jakarta: LEPIN.

Anda mungkin juga menyukai