Anda di halaman 1dari 25

02 IDA BGS NYM RAMARTHA PUTRA

06 KADEK ROSITA DEWI INDRA PRATIWI

25 NI PUTU ACHINTYA WIBAWA PUTRI

26 I MADE YOGA DARMA PUTRA

30 IDA AYU ARINA MAHADEWI

KELOMPOK 4
FILSAFAT ILMU DALAM ILMU PSIKOLOGI
PENDAHULUAN
■ Psikologi sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang relatif baru
mengalami perkembangan yang pesat
terutama pada abad ke-20.
■ Awalnya, psikologi merupakan bagian
dari filsafat. Saat bergabung dalam
filsafat, kajian psikologi masih relatif
abtsrak tentang pikiran dan jiwa itu
sendiri.
■ Pada masa tersebut muncul nama-
nama seperti Democritus, Plato,
Aristoteles, Descartes dan Spinoza yang
mengkaji konsep-konsep psikologi.
Aristoteles kemudian dipandang
sebagai “bapak psikologi”
karena dia yang pertama kali
yang menuliskan pembahasan
mengenai jiwa secara
keseluruhan dalam bukunya
The Anima et Vita yang berarti
jiwa dan kehidupan.
 Psikologi yang berakar pada filsafat
mengalami perkembangan secara gradual
sebagai ilmu yang diterima secara luas dalam
proses lebih dari 200 tahun.

 Cabang-cabang baru dalam psikologi terus


mengalami perkembangan, demikian juga
dengan bukti-bukti ilmiah baru tentang
fenomena psikologis dalam kehidupan
manusia.
Filsafat psikologi yang dimaksud dalam pembahasan ini bukanlah merup
akan cabang filsafat yang membahas mengenai dasar hakikat dan mekan
isme kognisi atau mental. Filsafat psikologi yang dimasud adalah
landasan filosofis psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan secara men
yeluruh. Namun, tentulah keduanya berkaitan. Dalam membahas psikolog
i sebagai ilmu maka pembahasannya tidak dapat dilepaskan dari landasa
n yang menjadi cakupan filsafat ilmu, yaitu :

1. Ontologi 2. Epistimolo 3. Aksiologi


gi
Ontologi

Ontologi merupakan cabang filsafat yang


membahas hakikat “ada” dan “realitas”,
ontologi mendefinisikan apa yang nyata (riil)
di dunia baik itu struktur fisik maupun abstrak

Suriasumantri (1990) mengemukakan bahwa


ontologi membahas tentang apa yang ingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau suatu pengkajian mengenai teori tentang
“ada”.

7
ONTOLOGI

Secara harfiah psikologi adalah ilmu tentang jiwa, kemudian


dikembangkan pengertian psikologi menurut istilah yaitu ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia dan
proses-proses yang melatarbelakanginya.

Filsafat psikologi (dari segi ontologisnya) pada awalnya


berfokus pada pikiran dan kognisi. Ketika memutuskan untuk
berpisah dengan filsafat sebagai ilmu mandiri pada akhir abad
ke-19 maka psikologi lebih banyak mengkaji pikiran dan kognisi
Aliran-aliran dalam Psikologi

1. Struktualisme
2. Fungsionalisme
3. Aliran Behaviorisme
4. Aliran Kognitif
5. Aliran Gestalt
6. Aliran Psikoanalisis
7. Aliran Humanistik
8. Aliran Psikologi Positif
EPISTEMOLOGI
Epistimologi psikologi pada dasarnya terkait dengan bagaimana
bidang kajian psikologi, yaitu perilaku dan proses-proses mental
dapat menjadi studi yang ilmiah, objektif, dan valid; serta
bagaimana menggunakan sarana-sarana untuk mencapai
pengetahuan yang objektif.

Dalam perjalanan sejarahnya sebagai ilmu, metode-metode


dalam epistimologi secara umum (rasionalisme, empirisme,
fenomenologi) memberikan pengaruh pada epistimologi
psikologi. Tentunya epistimologi psikologi juga akan
dipengaruhi oleh ontologi yang digunakan dalam
kaitannya dengan cara memandang manusia
(dualisme, pluralisme, agnostisime).
Epistemologi
aliran
psikoanalisis

Epistemologi
aliran
behaviorisme
Beberapa teoritikus berpendapat bahwa aliran psikoanalisis
mengadopsi bagian tertentu dari konsep folk psychology dalam
menjelaskan perilaku dan proses mental, sehingga memunculkan
pertanyaan mengenai keilmiahan teori tersebut. Metode yang
digunakan berupa asosiasi bebas dapat mengalihkan perhatian
banyak orang dari perilaku menuju proses-proses mental.

Aliran behaviorisme menguasai perkembangan ilmu yang


menfokuskan diri pada perilaku dan pengalaman yang dapat
diobservasi secara langsung
Penekanan-penekakan dan perspektif yang
berbeda dalam memandang tingkah laku (baik
nature maupun nurture) dan proses mental


manusia dapat memunculkan metode-metode
yang berbeda pula, serta dapat dijelaskan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor
yang memengaruhinya.
Bagian epistemologi menekankan pada penjelasan mengenai cara
menjelaskan suatu tingkah laku sebagai ontologi psikologi.
Level analisis psikologi terdiri atas tiga yaitu

Level biologis yang Level psikologis yang Level sosio-kultural yang


menelaah pengaruh faktor- menelaah pengaruh faktor- menelaah faktor-faktor sosial
faktor biologis terhadap faktor intra-psikis dan budaya (konteks
tingkah laku inidvidu. lingkungan individu)
Berkaitan dengan cara dan sarana yang digunakan dalam mengkaji objek
psikologi maka hal tersebut memengaruhi asumsi yang digunakan peneliti
untuk mengkaji teori psikologi dalam risetnya. Dengan demikian aliran
filsafat dan ilmu psikologi yang dirujuk akan sangat menetukan asumsi
yang digunakan, asumsi tersebut dapat dibagi menjadi:

Postpositivism melahirkan pendekatan kuantitatif

Social contructivism dan emancipatory


melahirkan pendekatan kualitatif

Pragmatism melahirkan pendekatan campuran


AKSIOLOGI
Teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari
nilai.
Secara sederhana landasan aksiologis akan menjawab pertanyaan mengenai
manfaat suatu ilmu pengetahuan bagi umat manusia. Pembahasan tentang
nilai dibagi ke dalam tiga cabang :
• Logika membahas tentang nilai kebenaran yang membantu kita untuk
berkomitmen pada kebenaran dan menjauhi kesalahan.
• Etika membahas tentang nilai kebaikan dan berusaha membantu kita
dalam mengarahkan tingkah laku.
• Estetika membahas tentang nilai keindahan dan berusaha membantu kita
dalam meningkatkan rasa keindahan dengan membatasi tingkatan-
tingkatan yang menjadi standar dari sesuatu yang indah.
Manfaat Ilmu Psikologi
01 02 03 04 05

Mengetahui kondisi Mengenal dan Mengetahui Mengetahui minat Mengetahui tahap-


mental individu yang memprediksi perilaku intelegensi manusia dan bakat seseorang tahap perkembangan
termanifestasi dalam individu dalam yang tentunya manusia, mulai dari
tingkah laku, baik individu masyarakat berbeda-beda antara masa prenatal hingga
yang normal maupun manusia yang satu kematian
abnormal dengan manusia
lainnya.
Kaitan Landasan Filosofis Ilmu
Psikologi dengan Metode Penelitian
dan Penerapan Kode Etik

American Psychological Association telah membuat rumusan


kode etiknya sejak tahun 1953 dan telah mengalami revisi
hingga yang terakhir dilakukan tahun 2002. Kode etik psikologi
di Indonesia mulai dirumuskan oleh Ikatan Sarjana Psikologi
Indonesia (ISPSI) pada tahun 1959. ISPSI berganti nama
menjadi HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) pada tahun
2000 dan bersamaan dengan itu, kode etik psikologi Indonesia
disusun kembali (Purwakania Hasan, 2013). Pada tahun 2010,
kode etik psikologi indonesia diperbarui pada kongres ke XI
HIMPSI.
Lanjutan…
Pembahasan mengenai kaitan filsafat ilmu dengan metode penelitian dan penerapan kode etik
tidak akan terpisah karena keduanya saling terkait. Salah satu tujuan kode etik diatur adalah
untuk membatasi metode penelitian yang mungkin melampaui hak-hak manusia sebagai objek
kajian psikologi.

Ontologi 1

Epistemologi 2

Aksiologi 3
Kaitannya dengan
ONTOLOGI

Pada dasarnya, kode etik psikologi baik dalam ranah


penelitian maupun ranah intervensi akan ada sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuannya karena jika
didasarkan pada landasan ontologisnya maka kajian
psikologi adalah manusia. Jika diperhadapkan dengan
manusia sebagai objek kajiannya maka psikologi akan
bersinggungan dengan hak-hak asasi manusia. Dalam
kode etik psikologi Indonesia, hal yang berhubungan
dengan pertimbangan ontologi psikologi adalah rumusan
Pasal 2 Prinsip Umum, yaitu prinsip ‘’penghormatan pada
harkat dan martabat manusia’’.
KAITANNYA DENGAN EPISTEMOLOGI

Ketika para peneliti dalam Para peneliti tidak bisa serta merta
Dalam ranah
bidang psikologi telah menerapkan metode tertentu pada
epistemologisnya, psikolog
mematuhi kode etik sekelompok masyarakat karena
dan ilmuwan psikologi dalam pertimbangan nilai-nilai dalam
mengembangkan ilmu tersebut, mereka terkadang
masyarakat itu. Misalnya saja
psikologi menggunakan masih diperhadapkan pada
metode natural observation untuk
metode-metode yang pilihan-pilihan etik dalam
mengetahui perilaku seksual
berlandaskan kode etik proses penelitiannya. pasangan saat berhubungan seks
psikologi, yang diatur Terutama peneliti yang dapat diterapkan di negara lain
mengenai cara-cara terlibat dalam desain tetapi tidak di Indonesia karena
mencapai ilmu pengetahuan eksperimen dalam pertimbangan nilai-nilai dominan
tersebut. laboratorium dengan objek masyarakat Indonesia.
penelitian adalah manusia.
Dalam menerapkan ilmu psikologi, ada dua
konteks yang perlu dipertimbangkan yaitu konteks
moral dan konteks sosial budaya

Konteks moral menuntut psikolog dan ilmuwan


psikologi untuk mempertahankan standar tertinggi
perilaku etik, di mana teori etika yang digunakan
untuk membuat keputusan etis, yaitu mulai dari
etika yang bebas nilai sampai pada etika yang
Kaitannya dengan mempertimbangkan nilai.
AKSIOLOGI
Konteks sosial-budaya menuntut psikolog dan
ilmuwan psikologi untuk memercayai bahwa
perilaku individu seyogianya dipahami dari budaya
mereka sendiri, bukan dari budaya lain

Contoh:
Kita tidak bisa mengatakan suatu perilaku abnormal
pada daerah tertentu. Bisa jadi perilaku itu normal
bagi masyarakat daerah tersebut. Begitupun
sebaliknya, perilaku yang dianggap normal disuatu
daerah bisa jadi abnormal di daerah lain
Kesimpulan
Psikologi sebagai suatu ilmu memiliki hubungan yang erat dengan filsafat. Dalam
memahami psikologi sebagai ilmu maka perlu dipahami ontologi, epistimologi dan
aksiologinya. Psikologi terus mengembangkan berbagai metode dalam mengkaji tingkah
laku, misalnya melalui survey, eksperimen, studi kasus dan sebagainya. Dalam ranah
aksiologisnya, ilmu psikologi telah dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia,
seperti pendidikan, industri, ekonomi, politik, keluarga, dan kesehatan. Berkaitan dengan
penerapan kode etik psikologi maka rumusan kode etik psikologi pada dasarnya
mempertimbangkan kajian ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu psikologi. Sebagai ilmu
yang mengkaji manusia maka psikologi akan bersinggungan dengan persoalan harkat dan
martabat serta hak-hak asasi manusia. Prosedur-prosedur psikologi serta aplikasi teori dan
konsep-konsepnya seyogyanya berlandaskan pada kode etik yang berlaku, khususnya
terkait etika terhadap umat manusia.
Thankyou!

Anda mungkin juga menyukai