Anda di halaman 1dari 12

‘’EPIDEMIOLOGI MUSIBAH MASSAL’’

EPIDEMIOLOGI MUSIBAH MASSAL

 Musibah Massal

Musibah massal ditandai dengan 2 ciri menonjol: beratnya masalah


berupa kematian dan menimpa banyak manusia atau daerah yang luas.
Musibah massal merupakan suatu keadaan darurat masyarakat yang
ditandaioleh kejadian luar biasa yang bisa bersifat alamiah (natural) maupun
buatan manusia (man-made), memberikan korban yang berarti (significant
effect) dan gangguan penting pada kehidupan masyarakat. Musibah massal
merupakan suatu kejadian yang segera sangat mengganggu kehidupan
masyarakat yang bisa berasal dari alam sendiri maupun karena ulah perbuatan
manusia.
Pencatatan menunjukkan bahwa bencana massal dari alam telah
membunuh sekitar lebih 3 juta manusia dan mengganggu kehidupan 800 juta
manusia. Di Asia dan Afrika berbaai bentuk musibah massal (perang
sipil,kekeringan,pertikaian polotik) telah menciptakan 300 juta pengungsi
(refugees). Dan masalah musibah massal tidak sesempit itu. Musibah massal
mempunyai berbagai bentuk dengan ruang lingkup yang luas bahkan tidak
terbatas.

 Bentuk Musibah Massal

Musibah ada yang terbuka (open disaster) dan ada yang bentuk
tertutup (close disaster). Yang terbuka terjadi jika peristiwa tejadi pada tempat
yang tertutup atau terbatas tertentu, misalnya kecelakaan pesawat udara atau
kebakaran hotel. Yang bentuk terbuka biasanya mengenai daerha yang luas
dan terbuka, atau dalamm lingkungan masyarakat.

Berbagai bentuk musibah massal bisa berupa :

1. Yang bersifat alamiah (natural disaster) :


 Letusan gunung (volcanic eruption)
 Gempa bumi (erathquake)
 Banjir (flood)
 Angin kencang/topan (hurricance,typhonn,cyclone)
 Kekeringan (drought) dan gangguan cuaca lainnya
 Tsunami
 Kelaparan (famine)
 Wabah penyakit
2. Yang bersifat buatan (man-made disaster) :
 Kebakaran
 Perang (perang sipil,perang antar negara,dan konflik
peraenjataan lainnya)
 Peledakan bom (bom waktu,bom mobil,bom bunuh diri dll)
 Bentrokan/kekerasan massal
 Kecelakaan kimiawi seperti meledaknya reaktor nuklir
 Peruntuhan bangunan, jembatan, terowongan
 Berbagai bentuk ledakan
 Dan lain-lain yang bisa terjadi dari tangan manusia

Kebanyakan musibah massal memang didominasi oleh gangguan


alam, lalu menyusul bencana tangan manusia. Walaupun demikian, bencana
massal buatan manusia tidak kalah ganasnya dengan bencana alam. Misalnya
konflik senjata (perang) dalam segala bentuknya meluas ke antero dunia yang
selama 3 tahun terakhir ini (1997) menurut catatan PBB melibatkan lebih 70
negara. Perang ini telah melibatakan 20.000 serdadu PBB dengan biaya 1,3
milyar dollar. Tentu dengan menelan korban sipil maupun militer, termaasuk
memporak-porandakan kehidupan kemasyarakaran.

Kejadian bencana alam dapat mempunyai berbagai variasi yang


meliputi :

a. Menurut frekuensi kejadiannya :


- Sering ; tornado, angin topan, angin ribut
- Jarang ; peledakan reaktor nuklir
b. Menurut waktu kejadiannya :
- Singkat ; tornado, gempa bumi
- Lama ; kekeringan, banjir
c. Menurut benyak penduduk yang terkena dampaknya :
- Luas ; kekeringan, gempa bumi
- Terbatas ; jembatan runtuh
d. Beratnya akibat yang ditimbulkan :
- Berat ; sampai kematian
- Ringan ; luka ringan
e. Menurut ramalan kejadiannya :
- Perdictable ; banjir, angin kencang
- Unpredictable ; gempa bumi

Batasan dapat tidaknya diramalkan suatu musibah bersifat temporer.


Selain terjadi perkembangan kemampuan ilmiah manusia dan teknologi,
kepastian prediksi itu bersifat relatif, karena prediksi tidak ada yang bernilai
100% pasti.

Variasi bentuk bencana alam ini akan mempengaruhi masyarakat dan


upaya pencegahan serta pencatatan yang dapat dilakukan. Misalnya, bencana
yang dapat teramal akan memberikan kesempatan untuk upaya-
upayapencegahan dan persiapan lainnya yang terkait sehingga diharapkan
hasil penyelamatan diri yang lebih baik.

 Dampak Musibah Massal

Bencana massal sesuai namanya pada umumnya memberikan


kerusakan yang luas dalam masyarakat, alam dan lingkungan.

Dampak dalam masyarakat dapat berupa :

 Merusak harta benda masyarakat (destroy of property)


Dalam suatu musibah massal maka gangguan harta benda masyarakat
inilah yang paling menonjol. Disana sini terjadi kerusakan benda.
Keadaan ini mendesak masyarakat untuk memikirkan pentingnya
asuransi kecelakaan atau huru-hara yang dapat melindungi dan
membantu mereka jika harta benda mereka rusak karena adanya huru-
hara.
 Menggelisahkan bahkan mengacau masyarakat
 Terisolasinya daerah kejadian bencana yang bisa berupa
 Lumpuhnya perekonomian masyarakat
 Rusaknya saran listrik,bisa berlanjut berupa gangguan suplai air,
penerangan rumah dll.
 Informasi settlement, berpindahnya penduduk pada tempat-tempat
sementara yang memberikan risiko baru karena kekurangan dari
fasilitas penampungan sementara tersebut.
 Envirimental degradation, kerusakan alam lingkungan yang merusak
kemampuan mendukung kehidupan manusia.
 Disaster vulnerability, mudahnya terjadi peristiwa tambahan terkait
seperti pemerkosaan (rape),chile abuse, wabah dll.

Dari segi kesehatan masyarakat maka akibat bencana massal sangat


bervariasi luas mulai yang selamat (hidup) sampai yang segera mati.
Masyarakat yang selamat dari suatu bencana bukan berarti tidak mempunyai
masalah. Mereka adalah bagian dari komunitas dari kelompok yang sedang
mendapat masalah. Misalnya mereka mempunyai keluarga yang sakit atau
mati sehingga mereka akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan ikut
terganggu dari masalah bencana.

Gambaran umum masalah yang dihadapi oleh masyarakat lain yang


tidak tertimpa langsung bencana dapat berupa :

- Masalah korban bencana yang mati :-- bagaimana sifat keluarga dan
masyarakat terhadap korban mati, misalnya bagaimana penguburannya;
dimana, kapan dilakukan dan siapa yang harus dan mampu melakukannya.
Selin itu terhadapkorban yang akan terkait masalah visum atau identifikasi
mayat, dan kemungkinana penularan penyakit yang dialaminya.
- Korban yang sakit :-- dibawa kemana (tempat evakuasi),siapa yang haris
membawanya,segera atau disimpan saja di rumah/tempat kejadian.
- Masyarakat lain terkena/korban tidak langsung atau terancam :--
menghindarkan mereka terhadapa dampak lanjut dan bencana susulan.
Untuk itu perlu penentuan batas wilayah terancam atau isolasi. Kalau
diperlukan pemindahan penduduk, diperlikan pemikiran tentang bagamana
motivasi dan cara pemindahan penduduk itu. Masyarakat pada umumnya
enggan bahakan ada yang resisten terhadapa pindah ke tempat lain
walaupun tempat tinggalnya berada dalam keadaan bahaya.
- Masyarakat bebas dari gangguan :-- mereka yang selamat perlu
komunikasi sengan korban, dan dapat dilakukan mobilisasi tenaga dan
dana.
- Pengungsian :-- penanganan dari hal pelayanan kebutuhan sehari-hari dan
upaya pelayanan kesehatan para pengungsi.

Terhadap masyarakat yang tidak tertimpa langsung musibah massal


dapat dikelompokkan atas 3 kelompok :

1. Kelompok masyarakata yang berisiko tinggi.


2. Kelompok masyarakat yang terkait.
3. Kelompok masyarakat yang bebas sama sekali.
Penanganan terhadap masing-masing kelompok ini dalam keadaan dari
darurat memerlukan cara-cara tersrndiri.
Bencana adalah bagian kehidupan manusia. Ada kehendak alam, ada
hasil perbuatan manusia. Kita perlu menghindarinya dan berusaha
menyelamatkan orang lain sebagai salah satu tugas utama profesi kedokteran
dan kesehatan.itu akan merupakan kebajikan yang ditandai dengan balasan
pahala di hari kemudian dan akan ditunjukkan dengan keberhasilan upaya
pencegahan dalam upaya survailan kesehatan masyarakat.

 Aspek Kesehatan Masyarakat Musibah Massal

Terhadap suatu musibah massal, aspek kesehatan masyarakat


memberikan arah perhatiannya justru lebih diarahakan pada masyarakat yang
tidak menjadi korban langsung ataupun korban yang selamat dari bencana
dengan memperhatikan keadaan dan tindakan yang perlu dilakukan sebelum
dan sesudah bencana.
Karena itu pembicaraan aspek kesehatan masyarakat bencana alam akan
diarahakan kepada 4 pokok masalah :
 Masyarakat bukan korban (non directly-victim)
 Upaya-upaya pencegahan dan rehabilitasi
 Pencacatan dan pelaporan korban (survailan)
 Port hospital services, masalah yang terkait dengan pertolongan yang
telah diberikan terhadap korban dirumah sakit/intitusi pertolongan
bencana alam.

Selain itu dari aspek kesehatan masyarakat hal-hal yang terkait dengan
musibah akan juga mendapat perhatian seperti :

- Pengungsian; sebagai upaya pertama mnejauhkan atau


menghindari tempat bencana.
- Kriminalitas; pencurian, pemerkosaan
- Rumor; misalnya setelah adanya suatu kerusakan pada saluran air
minuman tersebar rumor adanya diare. Hal ini berkaitan dengan
adanya physiologic fear (ketakutan) atau kecemasan (anxiety).

Masalah-masalah yang luas dan rancu yang dapat terjadi akibat suatu
musibah bisa berupa :

1. Medical problems : korban cidera,trauma, dan koban pisik liannya.


2. Public helth problems : seperti ‘health people’, makanan-minuman,
sanitasi, prumahan temporer.
3. Problem sosio-ekonomi dan politik.

 Manajemen Musibah

Dalam manajemen musibah maka terdapat 6 tingkat lingkaran


musibah (disaster cycle) yang terjadi setelah suatu musibah terjadi, yakni :
1. Response
2. Recovery
3. Development
4. Prevention
5. Migitation
6. Preparedness

Dalam preparedness stage diperlukan suatu organisasi yang efektif,


viable disaster plan, dan penyediaan fasilitas dan tenaga yang dapat
memberikan respon cepat dan tepat jika suatu musibah menimpa.

Fase response terdiri dari beberapa kegiatan berupa :

- Rescue
- Acute medical response
- Emergency sosial relieve
- Emergency physical rehabilitation
Dalam manajemen musibah massal, faktor waktu/kecepatan tindakan
mendapat perhatian dengan tindakan-tindakan khusus pada waktu yang tepat.
Misalnya pada hari pertama, manajemen di arahkan dalam bentuk untuk
upaya penyelamatan jiwa (life saving measures) untuk menyelamatkan jiwa
mereka yang cidera. Hari kedua penyelamatan jiwa menurun kepentingannya
dan pelayanan diarahkan pada kebutuhan kesehatan (health need) misalnya
pemondokan sementara, pemberian makanan dan minuman dan sanitasi. Hari
ketiga sampai hari kelima, selain korban maka masyarakat sekitar yang
terlibat langsung sudah mulai mendapat perhatian terutama mereka yang peka
(vulnerable group). Hari-hari selanjutnya diperlukan sistem survailan untuk
upaya-upaya pencegahan misalnya untuk mencegah secondary disaster,
misalnya wabah susulan. Hari-hari selanjutnya merupakan upaya rehabilitasi
(relief effort).

Keberhasilan manajemen musibah ditentukan oleh kemampuan dalam


menangani atau mengorganisir :

1. Memperoleh informasi secepat mungkin terjadinya musibah.


2. Kemampuan memobilisir sumber-sumber dan fasilitas pelayanan
kesehatan dalam waktu sesingkat mungkin.
3. Kemampuan untuk memberikan komando dan koordinasi mobilisasi
semua sumber secara efektif dan efisien dalam waktu singkat.
4. Memberikan fungsi dari semua sistem penunjang : komunikasi,
pengangkutan dan pendanaan,
5. Kerja sama lintas sektoral.

Dalam melakukan atau menerapkan menajemen penanggulangan musibah


maka dilakukan beberapa tahap operasi :

1. The alert phase


2. The situation analysis phase
3. The operation planning phase
4. The operation phase
5. The evaluation phase

Pada alert phase dilakukan hubungan atau komunikasi insentif dan


berkesinambungan dengan area musibah. Segera beri peringatan kepada
semua pihak terkait untuk siap kemungkinan mobilisasi. Laporan kejadian
dari lokasi kejadian bisalangsung dari penduduk yang mengalami musibah
atau pihak pemerintah daerah. Sumber informasi selama fase ini trus dipantau
untuk mendapatkan data selengkap mungkin. Makin lengkap informasi yang
diperoleh makin sempurna analisis yang dapat dilakukan pada situation
analysisphase dilakukan rapid assessment, baik secara langsung dengan
mengirim tim atau secara tidak langsung, berdasarkan info yang diterima.
Aspek analisis yang dilakukan mencakup :
 Disaster analysis yang terdiri dari ;
 Hazard assassement
 Vulnerability analysis
 Risk assassement
 Resources analysis ;
 Existing resources
 Need for improvement

Hazard assassement dalam aspek medis, kesehatan dan lingkungan


diarahkan untukmenentukan keadaan korban (jumlah dan jenis
cedera),kerusakan faktor kesehatan misalnya kerusakan fasilitas kesehatan
dan luasnya kerusakan terhadap sektor-sektor lain. Misalnya, hasil analisis
menunjukkan bahwa setengah korban patah atau perlu tindakan orthopedik,
rumah sakit setempat rusak berat sehingga tidak dapat difungsikan, tidak
tersedia tenaga listrik, lokasi tidak dapat dicapai langsung dengan kendaraan.
Kebutuhan medis berupa antibiotik, caiaran infus, anastesi, obat-obat luka.

Pada phase operation palnning dilakukan perencanaan berdasarkan


analisis situasi mengenai personal yang akandimoilisasi, logistik yang
dibutuhkan, dan perencanaan penanganan korban. Berdasarkan hasil analisis
maka diperhitungkan banyaknya dua jenis yang akan diturunkan. Misalnya
terhadap 150 korban, diperlukan 2 orang dokter bedah, seorang anastesi, 3
dokter umum, 5 perawat. Diperlukan obat-obat malaria karena lokasi itu
merupakan daerah endemik malaria.

Berdasarkan rencana ini selanjutnya dilakukan tindakan segera yang


menekankan penyelamatan korban, pengobatan korban, referal korban untuk
pertolongan lanjut, hindarkan penduduk dari kemungkinan musibah
(prevention to the second disaster).

 Korban Musibah

Salah satu bentuk korban musibah adalah kematian. Kematian normal


saja memerlukan penanganan tersendiri, terlebih untuk kematian karena
korban suatu musibah massal. Salah satu faktor penting dalam kematian
adalah identifikasi korban/mayat. Disini diperlukan peran ilmu terkait dengan
identifikasi mayat seperti forensik (bedah mayat), forensik odontology dan
antrophology. Oleh karena itu, dalam menangani mayat korban musibah maka
bukan saja menghitung jumlah korban tetapi berusaha mengetahui identitas
korban selengkap mungkin. Mungkin dari sekian korban yang ada terdapat
orang-orang penting yang sangat perlu di identifikasi. Misalnya, jika kapal
tenggelam maka perlu identifkasi dari kapten kapal yang mungkin terdapat di
antara mayat yang ada.

 Upaya Pencegahan Musibah Massal

Prinsip pendekatan kesehatan masyarakat menekankan pentingnya


upaya-upaya pencegahan. Dalam hal pencegahan bencana massal, ha;-hal
yang dilakukan berupa :
- Penyuluhan upaya pencegahan bahaya bencana massal.
- Praktek penyelamatan diri dalam bencana.
- Penentuan masalah kesehatan yang berhubungan dengan bencana (health
related problem).
- Menjabarkan respon yang layak dan efektif.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya bencana (public
awareness).

EPIDEMIOLOGI EMERGENSI

Sifat kesehatan darurat ditandai dengan kejadian yang mendadak akibat yang
berat dan perlu tindakan khusus dan segera. Sifat-sifat ini merupakan sifat dari suatu
keadaan GAWAT (crisis). Karena itu kesehatan darurat secara lebih khusus dapat
disebut sebagai suatukesehatan gawat darurat atau darurat yang lebih menekankan
terjadi kegawatan medis yang perlu bantuan segera.

Menurut hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986, kematian karena
kecelakaan menempati kedudukan no 4,bandingkan dengan penykit
jantung/kardiovaskuler yang menduduki no ke-2.

Karena sifatnya yang mendesak, akibatnya berat, dan perlu tindakan khusus
maka emergensi itu memerlukan organisasi dan perencanaan yang utuh
(komprehensif) dengan memperhatikan hal-hal seperti :
1. Perlu ketepatan waktu dalam menangani emergensi.
2. Tidak dalam prosedur penuh tetapi tetap dala, suatu prosedur yang ketat.
3. Organisasi yang mantap karena melibatkan banyak komponen, trmasuk
masyarakat.

Keberhasilan penanggulangan kasus emergensi banyak tergantung dari


kecepatan gerak. Hampir setiap kasus akan ditentukan nasib dengan segera
diberikannya pertolongan pertama. Pertolongan pertama itu merupakan suatu
pertolongan yang bersifat segera, sementara tetapi sangat vital.untuk itu pelaporan
dari tempat kejadian dalam masyarakat prlu dilakukan oleh masyarakat yang pertama
melihat dan mengalami kejadian ini.

 Penanggulangan emergensi

Terhadap penanggulangan kedaruratan medik atau gawat darurat maka IKABI


mengembangkan suatu sistem penanggulangan yang disebut sistem
penanggulangan penderita gawat darurat secara terpadu (SPDT).
Sistem ini terdiri dari beberapa komponen atau fase pananggulangan kedaruratan
yang meliputi :
1. Fase deteksi
2. Fase supresi
3. Fase pra rumah sakit
4. Fase rumah sakit
5. Fase rehabilitasi
6. Komponen penanggulangan bencana
7. Komponen evaluasi/Quality control
8. Komponen dana

Dalam fase deteksi dapat dilakukan identifikasi dari hal-hal seperti : tempat
atau jalan-jalan dimana sering terjadi KLL, bagian atau tempat yang sering terjadi
kecelakaan ditempat kerja, daerah rawan kriminal, daerah rawan gempa
(earthquake disaster mapping), berdasarkan kegiatan fase deteksi maka dapat
dilakukan kegiatan fase supresi yang bisa berupa gerakan disiplin lalu lintas (law
enforcement) sehingga masyarakat patuh lalu lintas, peningkatan patroli
keamanan atau pembuatan disaster mapping.

Pada fase prarumah sakit maka diperlukan adanya partisipasi aktif mayarakat
dalam memberikan pertolongan sehingga masyarakat dapat di angkut di rumah
sakit. Selain itu transportasi khusus yang melibatkan ambulan gawat darurat 118.
Fase rumah sakit akan ditangani oleh UGD dari rumah sakit referal atau
rumah sakit sistem pelayanan yang ditentukan. Disusul oleh fase rahabilitasi
terhadap penderita setelah keluar dari rumah sakit. Sementara itu terhadap aspek
fisik dampak musibah terjadi kerusakan yang memerlukan penanggulangan.
Setelah semuanya kegiatan maka diperlukan evaluasi baik sementara upaya
penanggulangan maupun setelah usia musibah.

Terhadapa keadaan emergency maka selama ini dikenal upaya pertolonga


yang disebut pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

Upaya ini masih sangat bersifat medis sedangkan masalah emergensi melibatkan
aspek-aspek lain seperti :

- Komunikasi dimana diperlukan kkomunikasi informasi dengan segera


jika terjadi emergensi, sehingga perlu dikembangkan sistem telepon
(misalnya dengan nomor khusus 118).
- Transportasi, juga diperlukan trasportasi segera dalamm menolong
korban.
- Partisipasi masyarakat, suatu aspek yang paling tidak bisa diabaikan
mengingat bahwa musibah itu bersifat massal, menegnai banyak orang
dalam waktu singkat, sehingga bagaimanapun lengkap dan hebatnya tim
emergensi, partisipasi seluruh masyarakat untuk turut terlibat secara
aktif sangat menentukan.

 Daftar beberapa musibah massal Indonesia


Berbagai bentuk musibah massal yang penting yang dapat dicatat disini adalah :
 Letusan gunung gelunggung, Jawa Barat, 1980.
 Diare keracunan makanan (food poisening dierhae), Jakarta, 1981.
 Kebakaran hotel, Jakarta, 1981.
 Keracunan gas massal, Jakarta, 1981.
 Gedung runtuh, Jakarta, 1985.
 Tabrakan jalan toll, Jakarta, 1985.
 Tabrakan pesawat militer, Jakarta, 1986.
 Keracunan makanan pabrik, Jakarta, 1988.
 Serangan tsunami, Sikka, Flores, Desember 1992.
 Gempa dan tsunami di lomok, 1995.
 Kekacauan polotik kantor PDI, 27-7-1996.
 Gempa bumi di pinrang, Sulawesi Selatan, 1997.
 Kekacauan menjelang reformasi, 12-14 Mei 1998.
 Darurat militer di timor timur, 5 september 1999.

Anda mungkin juga menyukai