Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PERCOBAAN FARMAKOGNOSI

SIMPLISIA AMILUM
PERTEMUAN KE-1

NAMA : AGNITA SALSHABILLA

NIM 194840102

HARI/TGL PERCOBAAN : Senin/19 Oktober 2020

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya, selaku penyusun
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya, tentunya penyusun tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Praktikan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan
laporan praktikum individu sebagai tugas dari mata kuliah Farmakognosi dengan judul
“SIMPLISIA AMILUM”.

Praktikan tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, praktikan
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini
praktikan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Praktikan juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen pengampu mata kuliah Farmakognosi yang telah membimbing dalam penyusunan
laporan ini. Praktikan berharap agar makalah ini dapat bermanfaat diri sendiri dan orang lain.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pangkalpinang, 17 Oktober 2020

Praktikan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................2

1.3 TUJUAN............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SIMPLISIA.........................................................................................3

2.2 AMILUM...........................................................................................8
2.3 KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI TANAMAN.............................10

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 WAKTU PELAKSANAAN.............................................................18


3.2 TEMPAT PELAKSANAAN...........................................................18
3.3 ALAT DAN BAHAN.......................................................................18
3.4 CARA KERJA................................................................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................25

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia, bahan makanan pokok yang biasa dimakan adalah beras, jagung, sagu,
dan kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal dari
tumbuhan atau senyawa yang terkandung didalamnya sebagian besar adalah karbohidrat.
Karbohidrat merupakan segolongann besar senyawa organik yang paling melimpah di
bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama
sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada
tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada
tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur.
Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi
karbohidrat. Hasil dari metabolism primer turunan dari karbohidrat berupa senyawa-
senyawa polisakarida yaitu amilum.
Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel tumbuhan, berbentuk
butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50 nm. Di alam, pati
banyak terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau
kacang hijau dan banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti
singkong, beras, kentang, dan gandum.
Didalam berbagai produk pangan, pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer
molekul glukosa yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer glukosa
rantai panjang yang tidak bercabang, sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa
dengan susunan yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin
ini akan bervariasi dalam produk pangan, dimana produk pangan yang memiliki
kandungan amilopektin tinggi akan semakin mudah untuk dicerna.
Penampang amilum pada berbagai tanaman tentu berbeda-beda. Karena itu,
praktikum kali ini akan membahas tentang perbedaan jenis amilum pada tumbuhan, yaitu
amilum pada singkong (Manihot utilissima), beras (Oryza sativa), dan kentang (Solanum
tuberosum).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum kali ini antara
lain:

1. Apa pengertian dari simplisia?


2. Apa saja pembagian simplisia?
3. Bagaimana standar mutu simplisia?
4. Bagaimana analisis simplisia yang dapat dilakukan?
5. Bagaimana pembuatan simplisia?
6. Apa yang diketahui mengenai amilum?
7. Bagaimana klasifikasi dan deskripsi tanaman dari simplisia?
8. Bagaimana uji makroskopik, mikroskopik, dan organoleptik simplisia?
1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang didapat antara lain:

1. Untuk mengetahui pengertian dari simplisia;


2. Untuk mengetahui pembagian simplisia;
3. Untuk mengetahui standar mutu simplisia;
4. Untuk mengetahui analisis simplisia yang dapat dilakukan;
5. Untuk mengetahui pembuatan simplisia;
6. Untuk mengetahui mengenai amilum;
7. Untuk mengetahui klasifikasi dan deskripsi tanaman dari simplisia;
8. Untuk mengetahui uji makroskopik, mikroskopik, dan organoleptik simplisia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SIMPLISIA
2.1.1 PENGERTIAN SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan (Depkes RI, 1979).
2.1.2 PEMBAGIAN SIMPLISIA
Simplisia terbagi atas 3, yaitu :
a. Simplisia Nabati

Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat


tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu
dipisahkan, diisolasi dari tanamannya (Gunawan, 2004).

1) Simplisia Hewan

Simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa bahan kimia mumi (minyak ikan / Oleum iecoris
asselli, dan madu / Mel depuratum) (Gunawan, 2004).

2) Simplisia Mineral

Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau
telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni
(serbuk seng dan serbuk tembaga) (Gunawan, 2004).

2.1.3 STANDAR MUTU SIMPLISIA

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap
dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun
parameter standar mutu simplisia yaitu sebagai berikut (Dirjen POM, 1985):
a. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta
aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).
b. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat
tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian
lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
c. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung
jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu
informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.
2.1.4 ANALISIS SIMPLISIA

Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia,


maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian dan
pengujian mikroskopik.

a. Uji organoleptik, meliputi pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan.
b. Uji makroskopik, meliputi pemeriksaan ciri-ciri bentuk luar yang spesifik
dari bahan (morfologi) maupun ciri-ciri spesifik dari bentuk anatominya.
c. Uji fisika dan kimiawi, meliputi tetapan fisika (indeks bias, titik lebur, dan
kelarutan) serta reaksi-reaksi identifikasi kimiawi seperti reaksi warna dan
pengendapan.
d. Uji biologi, meliputi penetapan angka kuman, pencemaran, dan percobaan
terhadap binatang (Gunawan, 2004).
2.1.5 PEMBUATAN SIMPLISIA

Cara pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan atau Panen


1) Teknik pengumpulan

Pengumpulan/panen dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan


alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung (pemetikan)
maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, misalnya dikehendaki
daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak
bagian tanaman lainnya (Dirjen POM, 1985).

2) Waktu pengumpulan atau panen


Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia dilakukan oleh waktu panen,
umur tanaman, bagian yang diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya,
sehingga diperlukan satu waktu pengumpulan yang tepat yaitu pada saat
kandungan zat aktifnya mencapai jumlah maksimal. Pada umumnya waktu
pengumpulan sebagai berikut :
 Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak.
 Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
 Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik
sebelum buah masak.
 Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
 Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus)
dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.
(Dirjen POM, 1985)
3) Bagian tanaman

Adapun cara pengambilan simplisia/bagian tanaman adalah :

 Kulit batang/klika (cortex) diambil dari batang utama dan cabang,


dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu.
 Batang (caulis) diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
 Kayu (lignum) diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan
dipotong-potong kecil.
 Daun (folium) diambil daun tua daun kelima dari pucuk. Daun muda
dipetik satu persatu secara manual.
 Bunga (flos) dapat berupa kuncup atau mahkota bunga atau daun
bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.
 Akar (radix) diambil bagian yang berada dibawah permukaan tanah
dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
 Rimpang (rhizoma). Tanaman dicabut, rimpang diambil dan
dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
 Buah (fructus) dapat berupa buah yang masak, matang, atau buah
muda, dipetik dengan tangan.
 Biji (semen). Buah yang dipetik dikupas kulitnya menggunakan
tangan atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.
 Herba atau bagian tanaman yang berada diatas tanah diambil dan
dibersihkan.
(Dirjen POM, 1985)
b. Pasca Panen
1) Sortasi basah dan pencucian

Sortasi basah dan pencucian dimaksudkan untuk membersihkan tanaman


dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu, dan sebagainya) dan
memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki. Pencuciaan terutama
dilakukan bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang berada di bawah
tanah, untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat (Dirjen
POM, 1985).

2) Perajangan

Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan


perwadahan. Setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran dan benda-benda
asing, materi dijemur dulu kurang lebih 1 hari kemudian dipotong-potong
kecil dengan ukuran antara 0,25-0,6 cm yang setara dengan ayakan 4/18.
Pembuatan serbuk simplisia kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus
dihaluskan menjadi serbuk (4/18) (Dirjen POM, 1985).

3) Pengeringan

Pengeringan simplisia bisa dilakukan dengan cara diangin-anginkan di


atas koran pada suhu tertentu (misalnya daun, buah, biji, bunga, kulit batang,
rimpang) ataupun dikeringkan dibawah sinar matahari dengan menggunakan
kain hitam (misalnya pada akar, batang, dan kayu). Jika dikeringkan pada ada
suhu kamar berkisar 15-300C, pada suhu sejuk berkisar 5-150C, pada suhu
dingin 0-50C. Menurut Dirjen POM (1985), ada dua pengeringan alami, yaitu
dengan panas dari cahaya matahari langsung dan dengan cara dianginkan dan
tidak kena cahaya matahari langsung.

Tujuan pengeringan pada tanaman:

 Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat


digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama.
 Mengurangi kadar air, sehingga mencegah pertumbuhan
mikroorganisme seperti terjadinya pembusukan oleh jamur atau
bakteri karna terhentinya proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan
yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung,
kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari 10%.
 Mudah dalam penyimpanan dan dihaluskan bila dibuat

serbuk. (Dirjen POM, 1985)

4) Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan sebelum perwadahan yang bertujuan


memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak
dikehendaki pada saat sortasi basah. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-
bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan
(misalnya dikeringkan ditepi jalan raya) (Dirjen POM, 1985).

5) Pengemasan dan penyimpanan simplisia

Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan


penggunaan pengemasan.Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai,
dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan
maupun penyimpanannya.

Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan
isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa,
warna, bau dan sebagainya pada simplisia.Selain itu wadah harus melindungi
simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga serta mempertahankan
senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya
uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia.Untuk
simplisia yang tidak tahan terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung
vitamin, pigmen atau minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisa
terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastik atau botol yang berwarna
gelap, kaleng dan lain sebagainya.Simplisia yang berasal dari akar, rimpang,
umbi, kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga
sebaiknya dikemas pada karung plastik.

Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia,


kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga
simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena
itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat
menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan
pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya. Penyebab utama pada kerusakan
simplisia yang utama adalah air dan kelembaban.Untuk dapat disimpan dalam
waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih dahulu sampai kering,
sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan kerusakan pada
simplisia.

Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai


memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau
ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta. Berbagai jenis
serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada hampir semua jenis
simplisia yang berasal dari tumbuhan dan hewan, biasanya jenis serangga
tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula. Kerusakan pada penyimpanan
simplisia yang perlu mendapatkan perhatian juga ialah kerusakan yang
ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus.

2.2 AMILUM

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar
tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Poedjiadi, A. 2009).
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan
tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan
sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar
tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan
80% bahan kering umbi kentang (Gunawan, 2004).
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.
a. Amilosa
Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4
glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.
b. Amilopektin
Amilopektin terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai
ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik
menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai
terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa
karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa (Poedjiadi, A. 2009).
Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80%
bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asama mineral
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif (Gunawan, 2004).
Bentuk sederhana amilum adalah glukosa dan rumus struktur glukosa adalah
C6H11O6 dan rumus bangun dari α- D- glukosa.
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga
menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase,
dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang
bekerja terhadap amilum yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase, amilum
diubah menjadi maltosa dalam bentuk β – maltosa (Poedjiadi,A. 2009).
Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari berbagai
bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung dan padi ; dari umbi
kentang ; umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka); batang Metroxylon sagu (pati
sagu); dan rhizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang meliputi Canna edulis, Maranta
arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi larut) (Fahn, 1995).
Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah jagung
(Zea mays), padi atau beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum), ketela rambat
(Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima) (Gunawan, 2004).
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea mays
Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne
(Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal, membulat atau sferoidal dam
mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai komposisi
yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan,
2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan
pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral
sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan
sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004).
Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini
disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik,
tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi
bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai mucilago, bahan pengikat dalam
pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar, 2004).
Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik yang digunakan sebagai
pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengobatan tambahan untuk
kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar, pembedahan, sepsis, dan
trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam pasaran adalah Volex® (Gunawan,
2004).
Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau
pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan
(Syamsuni H.A, 2007).
2.3 KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI TANAMAN
2.3.1 KLASIFIKASI / TAKSONOMI TANAMAN
2.3.1.1 MANIHOT UTILISSIMA
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotiledoneae
Ordo : Euporbiales
Famili : Euporbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilisima
2.3.1.2 ORYZA SATIVA
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas :
Monocotiledoneae Ordo :
Poaceae
Famili : Graminae
Genus : Oriza
Spesies : Oriza sativa L.
2.3.1.3 SOLANUM TUBEROSUM

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotilodenoae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum

2.3.2 DESKRIPSI TANAMAN


2.3.2.1 MANIHOT UTILISSIMA

Singkong merupakan tanaman asli Brazil dan Paraguay, merupakan


makanan pokok yang ada di Indonesia dan Thailand, serta beberapa daerah di
Afrika. Akarnya berfungsi sebagai sumber yang pati dan angat baik. Singkong
menyediakan energy yang dibutuhkan oleh tubuh.
Singkong merupakan tanaman perdu yang bisa mencapai 7 meter tinggi,
dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang
kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-
rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80 cm, tergantung dari klon/kultivar.
Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Singkong
memiliki daun dengan jenis menjari, batangnya yang memiliki cambium
mengakibatkan singkong dapat bertumbuh besar. Umbi singkong tidak tahan
simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai
dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat
meracun bagi manusia.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun
sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat
pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.
Singkong atau ubi kayu merupakan jenis pohon tahunan tropika dan
subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Tanaman singkong mulai dikenal di
Amerika selatan dan sudah dikembangkan sejak jaman manusia prasejarah.
Bentuk-bentuk modern dari spesies singkong yang telah dibudidayakan dapat
ditemukan bertumbuh liar di Brasil Selatan.
2.3.2.2 ORYZA SATIVA

Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban. . Padi diduga berasal dari India atau
Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari
daratan Asia sekitar 1500 SM. Tanaman padi adalah sejenis tumbuhan yang
sangat mudah ditemukan, apalagi kita yang tinggal di daerah pedesaan. Hamparan
persawahan dipenuhi dengan tanaman padi. Sebagian besar menjadikan padi
sebagai sumber bahan makanan pokok.

Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Orzya L. Yang meliputi


kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah subtropics,seperti
Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang merupakan
persilangan antara Oryza officianalis dan Oryza sativa F. Spontane. Produksi padi
dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum.
Namun, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk
dunia.

2.3.2.3 SOLANUM TUBEROSUM

Kentang atau di Jawa Barat dikenal dengan nama kumeli merupakan


tanaman semusim yang berbentuk perdu. Tanaman kentang berakar tunjang.
Akar samping, terdapat stolon yang merupakan cabang samping dari batang.
Bagian ujung stolon dapat membesar dan membentuk umbi yang besar. Oleh
karena itu, kentang disebut umbi batang. Umbi tersebut merupakan gudang
karbodhirat. Pada bagian ujung umbi terdapat tunas yang dapat tumbuh menjadi
tanaman. Umbi seperti itulah yang dapat ditanam sebagai bibit bermutu.
Bila dalam kondisi tertentu (stres), tanaman kentang dapat berumbi di atas
tanah. Umbi yang terbuka terkena sinar matahari akan berwarna hijau dan
beracun. Kentang berbunga sempurna dengan benang sarinya berlekatan
membentuk tabung. Kedudukan putiknya tidak sama tingginya dengan benang
sari. Warna bunga ada yang warna putih, merah, dan ungu. Buah kentang
berbentuk bulat kecil sebesar kelereng. Semua daging buah kentang berlendir.
Saat masih muda buahnya hijau, setelah tua berwarna hitam. Di dalam ruangan
buah terdapat banyak biji. Batang tanaman kentak agak keras, tidak begitu kuat,
dan berbulu halus.

Kentang sangat digemari oleh hampir semua orang karena rasanya enak
serta banyak kandungan vitaminnya. Vitamin yang terkandung dalam kentang
adalah vitamin B, vitamin C, sedikit vitamin A. Di indonesia kentang masih
merupakan tanaman sayuran yang mewah. Akan tetapi, di luar negeri kentang
merupakan bahan makanan sumber karbohidrat yang sangat penting, yaitu
sebagai makanan pokok.

2.3.3 MORFOLOGI TANAMAN


2.3.3.1 MANIHOT UTILISSIMA

Bagian tubuh tanaman singkong atau Manihot utilissima terdiri atas


batang, daun, bunga,umbi, dan kulit umbi. Batang tanaman singkong berkayu,
beruas – ruas, dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Warna batang
bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setelah tua menjadi
keputih – putihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empulur
berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus. Susunan daun singkong
berurat, menjari dengan cangap 5 – 9 helai. Daun singkong, terutama yang masih
muda mengandung racun sianida, namun demikian dapat dimanfaatkan sebagai
sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya daun papaya dan
kenikir. Bunga Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan
silang sehingga jarang berbuah. Umbi Umbi yang terbentuk merupakan akar yang
menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan cadangan.
Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas kulit luar tipis (ari) berwarna
kecoklat – coklatan (kering), kulit dalam agak ebal berwarna keputih – putihan
(basah), dan daging berwarna putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang
mengandung sianida dengan kadar yang berbeda. Kulit umbi ini menutupi umbi
secara keseluruhan. Karena kulit umbi mempunyai susunan sel serta mempunyai
lapisan tertentu sehingga kulit umbi dapat dengan mudah dipisahkan dari bagian
umbinya.

2.3.3.2 ORYZA SATIVA


Oryza sativa atau padi termasuk keluarga padi-padian. Batangnya beruas-
ruas yang di dalamnya berongga (kosong), tingginya 1 sampai 1,5 meter. Pada
tiap-tiap buku batang tumbuh daun, yang berbentuk pita dan berpelepah. Pelepah
itu membalut hampir sekeliling batang. Di dalam tanah, dari tiap buku tumbuh
tunas yang dapat mengadakan batang (anak padi). Anak padi itu dapat pula
beranak, dan demikian berturut-turut. Itulah makanya kita tak heran, apa sebabnya
dari sebutir padi dapat tumbuh 40-50 batang. Bila telah sampai waktunya, dari
tiap-tiap batang keluar bunga. Bunga itu bunga majemuk, yang galibnya disebut
sebagai bulir. Pada tiap bulir keluar 100 sampai 400 bunga. Pada bunga ada 2
helai sekam kelopak dan 2 helai sekam mahkota. Waktu terjadi penyerbukan,
bunga itu merekah (terbuka). Dan kalau penyerbukan telah berlalu, maka dasar
bunga itu tertutup kembali. Sekam mahkota itulah yang selanjutnya menjadi kulit
padi. Sekam mahkota yang dua lembar tersebut tidak sama besarnya. Sekam
mahkota yang besar, pada beberapa macam padi mempunyai ekor atau janggut.
Padi yang berekor itu bisaanya disebut orang sebagai padi janggut atau padi bulu.
Yang tidak berekor disebut cereh, dan gabahnya mudah luruh. Padi bulu biasanya
tak mudah luruh.
2.3.3.3 SOLANUM TUBEROSUM
Umumnya daun kentang berdaun rimbun terletak berselang – seling pada
batang tanaman, berbentuk seperti oval agak bulat dengan ujung meruncing &
tulang menyirip. Warna daun mulai dari hijau hingga hijau tua kelabu.
Kentang memiliki batang dengan bentuk segi empat atau segilima, tergantung
pada jenis atau varietas tanaman, tidak berkayu & bertekstur keras. Warna batang
umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang kentang memiliki percabangan, pada
setiap cabang ditumbuhi daun yang rimbun.
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Warnanya
keputih-putihan dan berukuran kecil. Diantara akar ini, nantinya ada yang berubah bentuk
& fungsi menjadi bakal umbi, yang selanjutnya menjadi umbi kentang.
Tanaman ini ada yang memiliki bunga akan tetapi ada juga yang tidak,
tergantung pada jenis atau varietas tanaman. Warna bunga umumnya kuning atau ungu.
Varietas desire memiliki warna bunga ungu, varietas cipanas, segunung dan cosima
berwarna kuning.
Bentuk, ukuran dan warna umum bermacam-macam bergantung pada
varietasnya. Ukuran umbi cukup bervariasi mulai dari kecil hingga besar. Bentuk umbi
ada yang bulat, oval, hingga bulat panjang. Umbi kentang berwarna kuning, putih, dan
merah.
2.3.4 KANDUNGAN TANAMAN
2.3.4.1 MANIHOT UTILISSIMA

Kandungan tanaman kentang yang telah dibuktikan dalam penelitian dan


diketahui antara lain amilosa, amilopektin, dan glucomannan. Amilosa
merupakan polisakarida terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan
dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.
Amilopektin terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai
ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-
glikosidik menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin
berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Sedangkan glucomannan merupakan
komponen hemiselulosa dalam dinding sel beberapa spesies tumbuhan.

2.3.4.2 ORYZA SATIVA

Kandungan tanaman kentang yang telah dibuktikan dalam penelitian dan


diketahui antara lain amilosa, amilopektin, dan gamma-oryzanol. Amilosa
merupakan polisakarida terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan
dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.
Amilopektin terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai
ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-
glikosidik menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin
berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Sedangkan glucomannan merupakan
komponen hemiselulosa dalam dinding sel beberapa spesies tumbuhan.

2.3.4.3 SOLANUM TUBEROSUM


Kandungan tanaman kentang yang telah dibuktikan dalam penelitian dan
diketahui antara lain solanin dan amilum. Solanin merupakan racum kelompok
glikoalkaloid dan ditemukan pada tumbuh-tumbuhan kelompok Solanaceae,
sedangkan amilum merupakan jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam,
yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian.
2.3.5 MAKROSKOPIS
SIMPLISIA
2.3.5.1 MANIHOT UTILISSIMA

Serbuk sangat halus yang berderit saat ditekan di antara jari.

2.3.5.2 ORYZA SATIVA


 Sangat halus;
 Bubuk berwarna putih atau hampir putih;
 Berderit saat ditekan di antara jari.
2.3.5.3 SOLANUM TUBEROSUM
 Sangat halus;
 Bubuk putih atau hampir putih;
 Berderit saat ditekan di antara jari.
2.3.6 MIKROSKOPIS SIMPLISIA
2.3.6.1 MANIHOT UTILISSIMA
 Berbentuk bulat;
 Terpotong pada satu sisi;
 Tunggal, majemuk (2-3 atau 4-8);
 6-35 µm;
 Hilum terpusat, lingkaran atau segitiga atau rekahan;
 Lamela tidak jelas.
2.3.6.2 ORYZA SATIVA
 Poligonal;
 2-10 µm;
 Tunggal, majemuk;
 Hilum tidak jelas dan terkadang terdapat rekahan di tengah;
 Lamela tidak jelas.
2.3.6.3 SOLANUM TUBEROSUM
 Bulat telur, bulat;
 5-125 µm;
 Tunggal, terkadang majemuk;
 Hilum berbentuklingkaran, di ujung granul;
 Lamela konsentris dan eksentris.
2.3.7 KEGUNAAN / KHASIAT TANAMAN DALAM FARMASI
2.3.7.1 MANIHOT UTILISSIMA
 Komponen perekat;
 Pengisi;
 Penghancur;
 Pengental;
 Antikonstipasi;
 Gelling agent.
2.3.7.2 ORYZA SATIVA
 Komponen perekat;
 Pengisi;
 Penghancur;
 Antioksidan.
2.3.7.3 SOLANUM TUBEROSUM
 Komponen perekat;
 Pengisi;
 Penghancur;
 Antikejang;
 Antijamur;
 Antidepresan.
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 WAKTU PELAKSANAAN


Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada hari Senin tanggal 19 Oktober 2020.
3.2 TEMPAT PELAKSANAAN

Praktikum Farmakognosi dilaksanakan di rumah mahasiswa/i masing-masing terkait


dengan penerapan perkuliahan daring selama masa pandemi COVID-19.

3.3 ALAT DAN BAHAN


3.3.1 ALAT
Alat yang digunakan dalam praktikum, antara lain :
a. Pisau f. Wadah tertutup
b. Baskom
c. Blender
d. Oven
e. Pemarut
f. Talenan
g. Wajan
h. Ayakan
3.3.2 BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum, antara lain :
a. Manihot utilissima (singkong)
b. Oryza sativa (padi)
c. Solanum tuberosum (kentang)
3.4 PROSEDUR KERJA
3.4.1 SIMPLISIA AMILUM MANIHOT
Memanen singkong dengan Mengupas kulit singkong
memetik menggunakan tangan secara manual

Melakukan pemerasan bubur Memarut singkong dengan


singkong secara manual parutan
Menampung pati atau amilum Melakukan pengeringan
singkong dalam baskom dengan menggunakan oven

3.4.2 SIMPLISIA AMILUM ORYZA

Mencuci beras hingga bersih Merendam beras selama 2


hingga 3 jam

Menyangrai beras hingga Meniriskan beras yang sudah


kering dan setengah matang direndam

Memblender kering beras Mengayak hingga didapat


hingga halus tepung beras

Menyimpan tepung beras di


wadah tertutup dan kedap udara

3.4.3 SIMPLISIA AMILUM SOLANUM

Memetik kentang secara Menyortasi kentang untuk


manual menghilangkan kotoran

Mencuci kentang yang sudah dikupas hinggaMengupas


bersih kulit kentang hingga bersih

Mengiris kentang tipis-tipis dengan


Meniriskan
parutan dan menyusun irisan kentang di talenan

Mengeringkan irisan kentang di


bawah sinar matahari
3.4.4 UJI MAKROSKOPIK
Uji makroskopik yang dilakukan meliputi morfologi dan ukuran simplisia.
3.4.5 UJI ORGANOLEPTIK
Uji organoleptik meliputi warna, bau, dan rasa simplisia.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
4.1.1 AMILUM MANIHOT
Gambar secara Organoleptik dan Gambar secara Mikroskopik
Makroskopik

4.1.2 AMILUM ORYZA


Gambar secara Organoleptik dan Gambar secara Mikroskopik
Makroskopik
4.1.3 AMILUM SOLANUM
Gambar secara Organoleptik dan Gambar secara Mikroskopik
Makroskopik

4.2 UJI MAKROSKOPIK


4.2.1 AMILUM MANIHOT
Bentuk Tingkat kehalusan
Serbuk Sangat halus
4.2.2 AMILUM ORYZA
Bentuk Tingkat kehalusan
Serbuk Agak halus
4.2.3 AMILUM SOLANUM
Bentuk Tingkat kehalusan
Serbuk Halus
4.3 UJI MIKROSKOPIK
4.3.1 AMILUM MANIHOT
Butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil diameter 5µm sampai
10µm, butir besar bergaris tengah 20µm sampai 35µm, hilus di tengah berupa titik,
garis lurus atau bercabang tiga, lamela tidak jelas,konsentris, butir majemuk sedikit,
terdiri atas dua atau tiga butir tunggal tidak sama bentuknya.
4.3.2 AMILUM ORYZA
Butir persegi banyak ukuran 2µm sampai 5µm, tunggal atau majemuk bentuk
bulat telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus ditengah, tidak terlihat jelas,tidak ada
lamela konsentris. Amati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang
berwarna hitam, memotong pada hilus.
4.3.3 AMILUM SOLANUM
Berbentuk butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur, terdapat butir pati juga
lamella tapi tidak terlihat jelas.
4.4 UJI ORGANOLEPTIK
4.4.1 AMILUM MANIHOT
Aroma Warna Rasa
Tidak beraroma Putih Tidak berasa
4.4.2 AMILUM ORYZA
Aroma Warna Rasa
Khas aromatik Putih Tidak berasa
4.4.3 AMILUM SOLANUM
Aroma Warna Rasa
Khas aromatik Kecoklatan Tidak berasa
4.5 PEMBAHASAN

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Depkes RI, 1979).

Simplisia terbagi atas 3, yaitu simplisia nabati yang merupakan simplisia yang dapat
berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya.
Selanjutnya, simplisia hewan merupakan simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia mumi (minyak ikan /
Oleum iecoris asselli, dan madu / Mel depuratum) (Gunawan, 2004). Terakhir, simplisia
mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (serbuk seng dan
serbuk tembaga).

Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan
tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan
sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar
tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan
80% bahan kering umbi kentang (Gunawan, 2004). Amilum terdiri dari dua macam
polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20
– 28 %) dan sisanya amilopektin.

Dalam menganalisis simplisia, terdapat dua jenis analisis yang terdiri dari analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi : pengujian organoleptik,
pengujian makroskopik, pengujian mikroskopik, pengujian histokimia, dan identifikasi
kimia zat yang tersari. Sedangkan analisis kuantitatif meliputi : penentuan bahan organik
asing, penentuan kadar air, penentuan kadar abu, dan penentuan zat kandungan. Pada
praktikum kali ini, terdapat tiga pengujian yang dilakukan terhadap simplisia yaitu uji
organoleptik, uji makroskopik, dan uji mikroskopik. Uji organoleptik dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia yang diuji, uji makroskopik
dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini
dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji,
sedangkan uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan derajat
pembesaran yang sesuai. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan, melintang, radial,
paradermal, atau serbuk. Pengujian ini diarahkan pada pencarian unsur-unsur anatomi
jaringan yang khas sehingga dapat diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen
pengenal yang spesifik untuk masing-masing simplisia.

Adapun dari penelitian yang telah dilakukan terhadap simplisia amilum Manihot,
Oryza, dan Solanum, telah didapat hasil uji organoleptik, makroskopik, dan
mikroskopiknya. Pada simplisia amilum Manihot, hasil uji organoleptik menunjukkan
bahwa simplisia tidak beraroma, tidak berasa, dan berwarna putih dimana ketiga aspek uji
ini sama dengan tanaman asalnya, yaitu Manihot utilissima. Sedangkan uji
makroskopiknya menunjukkan bahwa simplisia amilum Manihot berbentuk serbuk yang
sangat halus dan uji mikroskopik berdasarkan literatur menunjukkan bahwa simplisia
tersebut memiliki butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil diameter 5µm
sampai 10µm, butir besar bergaris tengah 20µm sampai 35µm, hilus di tengah berupa titik,
garis lurus atau bercabang tiga, lamela tidak jelas,konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri
atas dua atau tiga butir tunggal tidak sama bentuknya. Kemudian, uji organoleptik
menunjukkan bahwa simplisia amilum Oryza memiliki aroma yang khas (aromatik) yaitu
aroma beras, tidak memiliki rasa, dan berwarna putih yang dimana uji makroskopiknya
telah menunjukkan bahwa simplisia tersebut berbentuk serbuk agak halus. Adapun uji
mikroskopik simplisia amilum Oryza berdasarkan literatur menyatakan bahwa simplisia
tersebut memiliki butir persegi banyak ukuran 2µm sampai 5µm, tunggal atau majemuk
bentuk bulat telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus ditengah, tidak terlihat jelas,tidak
ada lamela konsentris. Apabila diamati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk
silang berwarna hitam, memotong pada hilus. Pada simplisia amilum Solanum, hasil uji
organoleptik antara lain memiliki aroma yang khas (aromatik), tidak berasa, dan berwarna
kecoklatan yang disebabkan oleh proses pengeringan simplisia dari tanaman Solanum
tuberosum (kentang). Kemudian uji makroskopik dari simplisia amilum Solanum
menunjukkan bahwa simplisia berbentuk serbuk yang halus, sedangkan uji
mikroskopiknya menurut literatur menyatakan bahwa simplisia berbentuk butir tunggal,
tidak beraturan, atau bulat telur, terdapat butir pati juga lamella tapi tidak terlihat jelas.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman.
Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara
dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang
permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun,
dan umbi. Dalam menganalisis simplisia, terdapat dua jenis analisis yang terdiri dari
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi : pengujian
organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian mikroskopik, pengujian histokimia, dan
identifikasi kimia zat yang tersari. Sedangkan analisis kuantitatif meliputi : penentuan
bahan organik asing, penentuan kadar air, penentuan kadar abu, dan penentuan zat
kandungan. Pada praktikum kali ini, terdapat tiga pengujian yang dilakukan terhadap
simplisia yaitu uji organoleptik, uji makroskopik, dan uji mikroskopik. Adapun dari
penelitian yang telah dilakukan terhadap simplisia amilum Manihot, Oryza, dan
Solanum, telah didapat hasil uji organoleptik, makroskopik, dan mikroskopiknya. Pada
simplisia amilum Manihot, hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa simplisia tidak
beraroma, tidak berasa, dan berwarna putih dimana ketiga aspek uji ini sama dengan
tanaman asalnya, yaitu Manihot utilissima. Sedangkan uji makroskopiknya menunjukkan
bahwa simplisia amilum Manihot berbentuk serbuk yang sangat halus dan uji
mikroskopik berdasarkan literatur menunjukkan bahwa simplisia tersebut memiliki butir
tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil diameter 5µm sampai 10µm, butir
besar bergaris tengah 20µm sampai 35µm, hilus di tengah berupa titik, garis lurus atau
bercabang tiga, lamela tidak jelas,konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri atas dua atau
tiga butir tunggal tidak sama bentuknya. Kemudian, uji organoleptik menunjukkan
bahwa simplisia amilum Oryza memiliki aroma yang khas (aromatik) yaitu aroma beras,
tidak memiliki rasa, dan berwarna putih yang dimana uji makroskopiknya telah
menunjukkan bahwa simplisia tersebut berbentuk serbuk agak halus. Adapun uji
mikroskopik simplisia amilum Oryza berdasarkan literatur menyatakan bahwa simplisia
tersebut memiliki butir persegi banyak ukuran 2µm sampai 5µm, tunggal atau majemuk
bentuk bulat telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus ditengah, tidak terlihat jelas,tidak
ada lamela konsentris. Apabila diamati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk
silang berwarna hitam, memotong pada hilus. Pada simplisia amilum Solanum, hasil uji
organoleptik antara lain memiliki aroma yang khas (aromatik), tidak berasa, dan
berwarna kecoklatan yang disebabkan oleh proses pengeringan simplisia dari tanaman
Solanum tuberosum (kentang). Kemudian uji makroskopik dari simplisia amilum
Solanum menunjukkan bahwa simplisia berbentuk serbuk yang halus, sedangkan uji
mikroskopiknya menurut literatur menyatakan bahwa simplisia berbentuk butir tunggal,
tidak beraturan, atau bulat telur, terdapat butir pati juga lamella tapi tidak terlihat jelas.

5.2 SARAN

Dari praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan, terdapat beberapa hal penting
yang pelu diperhatikan terkait dengan pembuatan simplisia. Dalam praktikum yang telah
dilakukan, pembuatan simplisia sangat mempengaruhi hasil uji yang dilakukan, baik uji
organoleptik, uji makroskopik, maupun uji mikroskopik. Tahap pembuatan simplisia
yang menjadi perhatian khusus, antara lain tahap sortasi basah, tahap perajangan, tahap
pengeringan, dan tahap sortasi kering. Prosedur yang benar tentunya akan mempengaruhi
hasil simplisia yang dibuat dan tentunya akan sesuai dengan literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta : Depkes RI

Dirjen POM. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Depkes RI

Fahn, H. 1995. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Gunawan, D. M. 2004. Ilmu Obat Alam. Jakarta : Swadaya

Poedjiadi, A. dan Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Indonesia University


Press

Syamsuni, A. H. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai