Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 27

Disusun oleh: KELOMPOK G7


Tutor: Dr. dr. Yudianita Kesuma, SpA(K), M.Kes
Safira Ainun Syafri 04011381722172

Farah Azizah Putri 04011381722180


Alvinia Fadhillah 04011381722181
Cahaya Dwi Yulika 04011381722183
Athallah Zhafira 04011381722206
Prasetya Dwi Anugrah 04011381722210
Callista Zahra Aidi 040113817222212
Safira Smaradhana 04011381722214
Sharen Maysalva Aqiila 04011381722217
Yuriza Martanisa 04011381722224
Loresa Citrahafisari Bassar 04011381722231

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial
yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario A Blok 27” sebagai tugas
kompetensi kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur,
hormat, dan terimakasih kepada :

1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi
tutorial.
2. Dr. dr. Yudianita Kesuma, SpA(K), M.Kes selaku tutor kelompok G7
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD GAMMA 2017
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu
dalam lindungan Tuhan.

Palembang, 2 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

Kegiatan Diskusi....................................................................................................4

Skenario..................................................................................................................5

I. Klarifikasi Istilah....................................................................................6

II. Identifikasi Masalah...............................................................................7

III. Analisis Masalah....................................................................................8

IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan.............................................................29

V. Sintesis...................................................................................................30

VI. Kesimpulan.............................................................................................67

VII. Kerangka Konsep...................................................................................68

Daftar Pustaka........................................................................................................69
KEGIATAN DISKUSI

Tutor : Dr. dr. Yudianita Kesuma, SpA(K), M.Kes


Moderator : Alvinia Fadhillah
Sekretaris 1 : Safira Smaradhana
Sekretaris 2 : Farah Azizah Putri
Presentan : Yuriza Martanisa
Pelaksanaan : 26 Oktober 2020 (13.00-15.30 WIB)
27 Oktober 2020 (13.00-15.30 WIB)

Peraturan selama tutorial:


1. Jika bertanya atau mengajukan pendapat harus mengangkat tangan
terlebih dahulu,
2. Jika ingin keluar dari ruangan izin dengan moderator terlebih dahulu,
3. Boleh minum,
4. Tidak boleh ada forum dalam forum,
5. Tidak memotong pembicaraan orang lain,
6. Menggunakan hp saat diperlukan.
SKENARIO A BLOK 27 TAHUN 2020

Andre, seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibawa seorang ibu ke klinik
pratama di Palembang, dengan keluhan utama panas tinggi disertai luka memar di
seluruh tubuh. Dari info si ibu, Andre bukanlah anaknya, tetapi seorang anak yang
ditemukan tergeletak di trotoar parkir sebuah mall setelah habis ibu tersebut pulang
berbelanja. Kondisi Andre saat ditemukan seorang diri dan terbaring di trotoar
dengan suara mengerang kesakitan, si Ibu dengan naluri keibuan mendekati Andre
dan melihat kondisinya. Pada saat ditanya dimana ibu Andre atau dengan siapa dia
datang ke situ hanya dijawab lirih bahwa dia dibawa ibunya dan diletakkan di
trotoar serta langsung ditinggal oleh ibunya yang tidak tahu pergi kemana. Saat
dilihat kondisi Andre cukup menyedihkan dengan balutan pakaian seadanya
dengan tubuh menggigil dan terlihat kaki serta tangannya penuh dengan luka
memar yang membiru.

Pada anamnesis Andre menderita demam sejak 5 hari yang lalu disertai
batuk dan sesak nafas. Andre merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara.
Andre dan adiknya lahir tanpa diketahui siapa ayahnya dan tinggal di daerah
kumuh dengan kondisi ekonomi di bawah rata-rata. Ibu Andre bekerja sebagai
pengamen sekaligus wanita tuna susila sehingga seringkali tidak dapat bertemu
dengan Andre maupun adik Andre. Andre dititipkan dan dirawat oleh kakeknya.
Dari kakek ini Andre sering mendapat perlakuan kekerasan secara fisik dan psikis
tanpa alasan yang jelas. Bahkan tindak kekerasan sering dialami oleh Andre
meskipun Andre tidak melakukan suatu kesalahan. Kekerasan yang dialami oleh
Andreantara lain dibentak, dimaki sambil dipukul dengan atau tanpa menggunakan
kayu, ditendang, dibentur-benturkan ke dinding sampai diinjak-injak. Tindak
kekerasan tersebut terus diulangi setiap hari pada waktu tertentu oleh kakek Andre,
seakan seperti sudah dijadwalkan.
Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula kepada adik Andre bahkan ibu
Andrepun seringkali melakukan kekerasan fisik terhadap Andre dan adiknya.
Perlakuan kekerasan yang dialami oleh Andre dan adiknya dilakukan agar
mendapatkan uang serta simpati dari orang lain. Cara yang dilakukan adalah
membawa Andre ke jalanan dalam kondisi penuh luka untuk meminta-minta atau
mencari sumbangan dengan alasan memerlukan uang untuk membawa Andre
berobat. Kakek maupun ibu Andre tidak memperdulikan kondisi fisik maupun
psikologis yang dialami oleh Andre. Semakin Andre luka parah maka semakin
banyak pula uang yang didapatkan sehingga ketika luka fisik Andre mulai
mengering, perlakuan kekerasan kembali dialami oleh Andre. Beberapa waktu lalu
adik Andre akhirnya meninggal karena menderita patah tulang punggung.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan anak terlihat lemah, ketakutan, menggigil,


tampak sangat kurus(terlihat sangat pendek dan sangat kurus dari anak seusianya),
nadi: 110 x/menit (isi dan tegangan kurang), RR: 30 x/menit, T: 38,80C. Tidak
mampu duduk lama, inginnya berbaring saja. Rambut warna kuning dan jarang.
Konjungtiva pucat, bibir kering dan pecah-pecah, tampak retraksi supra klavikula,
interkostal dan epigastrium, tidak ada wheezing, terdengar ronki basah halus
nyaring pada kedua lapangan paru. Tampak hematom di ekstremitas inferior dan
superior, dan abdomen. Tampak luka laserasi pada telapak tangan kanan. Tampak
jejas bentuk setrika yang menghitam pada punggung. Tanda-tanda fraktur tidak
ditemukan. Genital tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan perkembangan dengan
menggunakan KPSP didapatkan sesuai dengan anak usia 5 tahun pada semua
sector perkembangan.
I. Klarifikasi Istilah

(Vulnus contusum) adalah suatu perdarahan


dalam jaringan bawah kulit atau kutis akibat
1. Luka memar :
pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan
oleh kekerasan benda tumpul.
Seseorang yang melakukan hubungan seksual
dengan sesama atau lawan jenisnya secara
berulang-ulang dan bergantian di luar
2. Tuna susila :
perkawinan yang sah dengan tujuan untuk
mendapatkan imbalan uang, materi, ataupun
jasa.

Klinik yang menyelenggarakan pelayanan


3. Klinik pratama :
medik dasar (Permenkes No. 28 thn 2011)

Penggunaan kekuatan fisik terhadap diri


sendiri, perorangan, atau sekelompok orang
yang mengakibatkan cedera hingga
4. Kekerasan fisik :
mengancam jiwa. Perbuatan tersebut
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, dan
luka berat.
Setiap kerusakan atau perubahan abnormal
5. Jejas : pada jaringan, biasanya disebabkan karena
penyakit atau trauma.
6. Luka laserasi : Luka terbuka yang umumnya disebabkan oleh
benda tumpul, daripada benda tajam, yang
menyebabkan robeknya jaringan atau
disintegritas jaringan, terjadi akibat trauma
rumah tangga dan trauma kecelakaan.
Laserasi paling sering memengaruhi kulit
termasuk lemak subkutan, tendon, otot,
tulang.
Pemukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
7. Daerah kumuh :
bangunan yang tinggi, serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat.
Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
8. Kekerasan psikis : kemampuan bertindak, rasa tidak berdaya,
dan/atau penderitaan psikis berat terhadap
seseorang. (UU No. 23 thn 2004)
Kondisi yang memengaruhi pola perilaku,
9. Kondisi psikologis : pikiran, dan emosi yang dapat memengaruhi
kehidupan keseharian seseorang.
Alat atau instrument yang digunakan untuk
10
KPSP : mengetahui perkembangan anak normal
.
atau ada penyimpangan.

II. Identifikasi Masalah

No. Fakta Ketidaksesuaian Prioritas


1. Andre, seorang anak laki-laki Tidak Sesuai VVV
berumur 7 tahun dibawa seorang ibu
ke klinik pratama di Palembang,
dengan keluhan utama panas tinggi
disertai luka memar di seluruh tubuh.
Dari info si ibu, Andre bukanlah
anaknya, tetapi seorang anak yang
ditemukan tergeletak di trotoar parkir
sebuah mall setelah habis ibu
tersebutpulang berbelanja. Kondisi
Andre saat ditemukan seorang diri
dan terbaring di trotoar dengan suara
mengerang kesakitan, si Ibu dengan
naluri keibuan mendekati Andre dan
melihat kondisinya. Pada saat
ditanya dimana ibu Andre atau
dengan siapa dia datang ke situ
hanya dijawab lirih bahwa dia
dibawa ibunya dan diletakkan di
trotoar sertalangsung ditinggal oleh
ibunya yang tidak tahu pergi
kemana. Saat dilihat kondisi Andre
cukup menyedihkan dengan balutan
pakaian seadanya dengan tubuh
menggigil dan terlihat kaki serta
tangannya penuh dengan luka memar
yang membiru.
2. Pada anamnesis Andre menderita Tidak Sesuai VV

demam sejak 5 hari yang lalu


disertai batuk dan sesak nafas.
Andre merupakan anak pertama
dari 2 (dua) bersaudara. Andre dan
adiknya lahir tanpa diketahui siapa
ayahnya dan tinggal di daerah
kumuh dengan kondisi ekonomi di
bawah rata-rata. Ibu Andre bekerja
sebagai pengamen sekaligus wanita
tuna susila sehingga seringkali
tidak dapat bertemu dengan Andre
maupun adik Andre. Andre
dititipkan dan dirawat oleh
kakeknya. Dari kakek ini Andre
sering mendapat perlakuan
kekerasan secara fisik dan psikis
tanpa alasan yang jelas. Bahkan
tindak kekerasan sering dialami
oleh Andre meskipun Andre tidak
melakukan suatu kesalahan.
Kekerasan yang dialami oleh Andre
antara lain dibentak, dimaki sambil
dipukul dengan atau tanpa
menggunakan kayu, ditendang,
dibentur-benturkan ke dinding
sampai diinjak-injak. Tindak
kekerasan tersebut terus diulangi
setiap hari pada waktu tertentu oleh
kakek Andre, seakan seperti sudah
dijadwalkan.

3. Perlakuan kekerasan tersebut Tidak Sesuai VV

dilakukan pula kepada adik Andre


bahkan ibu Andrepun seringkali
melakukan kekerasan fisik terhadap
Andre dan adiknya. Perlakuan
kekerasan yang dialami oleh Andre
dan adiknya dilakukan agar
mendapatkan uang serta simpati
dari orang lain. Cara yang
dilakukan adalah membawa Andre
ke jalanan dalam kondisi penuh
luka untuk meminta-minta atau
mencari sumbangan dengan alasan
memerlukan uang untuk membawa
Andre berobat. Kakek maupun ibu
Andre tidak memperdulikan
kondisi fisik maupun psikologis
yang dialami oleh Andre. Semakin
Andre luka parah maka semakin
banyak pula uang yang didapatkan
sehingga ketika luka fisik Andre
mulai mengering, perlakuan
kekerasan kembali dialami oleh
Andre. Beberapa waktu lalu adik
Andre akhirnya meninggal karena
menderita patah tulang punggung.

4. Pada pemeriksaan fisis didapatkan Tidak Sesuai V


anak terlihat lemah, ketakutan,
menggigil, tampak sangat
kurus(terlihat sangat pendek dan
sangat kurus dari anak seusianya),
nadi: 110 x/menit (isi dan
tegangan kurang), RR: 30 x/menit,
T: 38,80C. Tidak mampu duduk
lama, inginnya berbaring saja.
Rambut warna kuning dan jarang.
Konjungtiva pucat, bibir kering
dan pecah-pecah, tampak retraksi
supra klavikula, interkostal dan
epigastrium, tidak ada wheezing,
terdengar ronki basah halus
nyaring pada kedua lapangan paru.
Tampak hematom di ekstremitas
inferior dan superior, dan
abdomen. Tampak luka laserasi
pada telapak tangan kanan.
Tampak jejas bentuk setrika yang
menghitam pada punggung.
Tanda-tanda fraktur tidak
ditemukan. Genital tidak
ditemukan kelainan. Pemeriksaan
perkembangan dengan
menggunakan KPSP didapatkan
sesuai dengan anak usia 5 tahun
pada semua sector perkembangan.
5. Tidak Sesuai

III.Alasan Prioritas Masalah


Karena pada masalah 1 menunjukkan keluhan pasien yang menyebabkan
pasien dibawa ke klinik.

IV. Analisis Masalah


1. Andre, seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibawa seorang ibu ke
klinik pratama di Palembang, dengan keluhan utama panas tinggi
disertai luka memar di seluruh tubuh. Dari info si ibu, Andre bukanlah
anaknya, tetapi seorang anak yang ditemukan tergeletak di trotoar
parkir sebuah mall setelah habis ibu tersebut pulang berbelanja.
Kondisi Andre saat ditemukan seorang diri dan terbaring di trotoar
dengan suara mengerang kesakitan, si Ibu dengan naluri keibuan
mendekati Andre dan melihat kondisinya. Pada saat ditanya dimana
ibu Andre atau dengan siapa dia datang ke situ hanya dijawab lirih
bahwa dia dibawa ibunya dan diletakkan di trotoar sertalangsung
ditinggal oleh ibunya yang tidak tahu pergi kemana. Saat dilihat kondisi
Andre cukup menyedihkan dengan balutan pakaian seadanya dengan
tubuh menggigil dan terlihat kaki serta tangannya penuh dengan luka
memar yang membiru.
a. Apa saja jenis- jenis klinik yang ada? Alvi
Menurut Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun
2014 Pasal 2 membahas tentang jenis klinik. Berdasarkan jenis
pelayanan, Klinik dibagi menjadi:

a. Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan


medik dasar baik umum maupun khusus, dan
b. Klinik utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.
b. Apa fungsi klinik pratama?
a. Bagaimana etiologi luka memar pada anak? Safira
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit atau kutis
akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda
tumpul. Memar dapat diakibatkan oleh adanya tekanan atau pukulan,
namun dapat juga timbul secara spontan, yang dapat terjadi pada orang
lanjut usia dan pada orang memiliki kelainan pembekuan darah
misalnya pada hemofilia.
Pada kasus, etiologi luka memar dikarenakan kekerasan benda tumpul.

b. Apa saja yang dapat menyebabkan demam tinggi pada anak?


c. Bagaimana tatalaksana awal pada kasus? Alvi
d. Apa saja ciri- ciri anak yang mengalami penelantaran?
e. Apa saja bentuk- bentuk penelantaran pada anak? Safira
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penelantaran memiliki
asal kata ‘telantar’ yang memiliki arti “tidak terpelihara; tidak terawat;
tidak terurus; terbengkalai”. Kemudian kata ‘menelantarkan’ yakni
“membuat telantar; membiarkan telantar”.
Penelantaran yakin proses, cara, perbuatan menelantarkan.
Sedangkan Menurut W.J.S. Poerwodarmonto anak adalah manusia yang
masih kecil. Menurut Undang-Undang yang termasuk dalam tindakan
atau perbuatan penelantaran meliputi :
1. Tindakan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial (Pasal 1
butir 6 Undang-Undang Perlindungan Anak)
2. Tindakan atau perbuatan mengabaikan dengan sengaja kewajiban
untuk memelihara, merawat, atau mengurus anak sebagaimana
mestinya (Pasal 13 ayat (1) huruf c, Undang-Undang Perlindungan
Anak).

Bentuk penelantaran anak yang didapat berupa

 Physical Neglect yang meliputi

1. Abandonment (Pengabaian)

2. Expulsion (Pengusiran)

3. Shuttling (Pengulangan penelantaran)

4. Nutrition Neglect (Penelantaran terhadap nutrisi)

5. Clothing Neglect (Penelantaran terhadap pakaian)


6. Other Physical Neglect (Higenitas yang tidak adekuat dan kelal
aian terhadap keselamatan dan kesejahteraan anak)

 Medical Neglect

Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan meliputi kegagalan


merawat anak dengan baik misalnya imunisasi, atau kelalaian dalam
mencari pengobatan sehingga memperburuk penyakit anak.

 Educational Neglect

Kelalaian dalam pendidikan yang meliputi kegagalan dalam


mendidik anak untuk mampu berinteraksi dengan lingkungannya,
gagal menyekolahkannya atau menyuruh anak mencari nafkah untuk
keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.

f. Apa saja dasar hukum yang mengatur penelantaran dan kekerasan anak?
Farah
1. Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235)
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4419);

g. Bagaimana peran dokter dalam menghadapi kasus penelantaran dan


kekerasan anak? Alvi
Tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu
unsur yang terlibat dalam penanganan anak korban kekerasan memiliki
kewajiban untuk memberikan informasi adanya dugaan kekerasan
terhadap anak yang ditemukan dalam pemberian pelayanan
Pemberi layanan kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan kepada
anak yang diduga menjadi anak korban KtA mempunyai kewajiban:
 memberikan pertolongan pertama
 memberikan konseling awal
 menjelaskan kepada orang tua anak tentang keadaan anak dan
dugaan penyebabnya, serta mendiskusikan langkah-langkah ke
depan
 melakukan rujukan apabila diperlukan
 memastikan keselamatan anak
 melakukan pencatatan lengkap di dalam rekam medis serta siap
untuk membuat Visum et Repertum apabila diminta secara resmi
 memberikan informasi kepada kepolisian.

h. Bagaimana alur pelaporan kasus penelantaran pada anak? Safira


Agar korban kekerasan terhadap anak dapat memperoleh pelayanan
secara komprehensif, maka tenaga kesehatan di bawah tanggung jawab
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki kewajiban melapor
dugaan kasus kekerasan terhadap anak. Pemberi layanan kesehatan yang
dalam melakukan pelayanannya menemukan adanya dugaan kekerasan
terhadap anak, maka wajib memberitahukan kepada orang tua dan/atau
pendamping anak tersebut, disertai anjuran untuk melaporkan dugaan
kekerasan terhadap anak tersebut kepada kepolisian.
Anjuran- anjuran paling sedikit berisi:
- Dampak yang merugikan kesehatan anak
- Dampak sosial terhadap anak
- Tindakan sanksi hokum yang memberi efek jera bagi pelaku
Apabila orangtua atau pendamping menolak dilakukan pelaporan,
tenaga kesehatan memberikan informasi kepada kepolisian sesegera
mungkin yang dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. Pemberi
layanan kesehatan yang memberikan informasi adanya dugaan anak
korban KtA berkedudukan sebagai pemberi informasi (bukan sebagai
sanksi pelapor) dan berhak mendapat perlindungan hokum.
Pemberian informasi anak yang diduga sebagai korban kekerasan
paling sedikit berisi:
- Umur dan jenis kelamin korban
- Nama dan alamat pemberi pelayanan kesehatan, dan/atau
- Waktu pemeriksaan kesehatan.
i. Apa kemungkinan dampak dari penelantaran anak?

(2) Pada anamnesis Andre menderita demam sejak 5 hari yang lalu disertai
batuk dan sesak nafas. Andre merupakan anak pertama dari 2 (dua)
bersaudara. Andre dan adiknya lahir tanpa diketahui siapa ayahnya
dan tinggal di daerah kumuh dengan kondisi ekonomi di bawah rata-
rata. Ibu Andre bekerja sebagai pengamen sekaligus wanita tuna susila
sehingga seringkali tidak dapat bertemu dengan Andre maupun adik
Andre. Andre dititipkan dan dirawat oleh kakeknya. Dari kakek ini
Andre sering mendapat perlakuan kekerasan secara fisik dan psikis
tanpa alasan yang jelas. Bahkan tindak kekerasan sering dialami oleh
Andre meskipun Andre tidak melakukan suatu kesalahan. Kekerasan
yang dialami oleh Andre antara lain dibentak, dimaki sambil dipukul
dengan atau tanpa menggunakan kayu, ditendang, dibentur-benturkan
ke dinding sampai diinjak-injak. Tindak kekerasan tersebut terus
diulangi setiap hari pada waktu tertentu oleh kakek Andre, seakan
seperti sudah dijadwalkan.

a. Apa etiologi batuk dan sesak napas pada kasus? Alvi

- Bakteri

Bakteri dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan kebutuhannya akan


oksigen,yaitu bakteri aerob dan anaerob. Bakteri aerob merupakan
bakteri yang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya,
sedangkan bakteri anerob tidak.Contoh bakteri aerob adalah
Nitrosomonas, Nitrococcus, Staphylococcus sp, dll.Bakteri anaerob
contohnya adalah aerobacter aeroginosa, Streptococcus sp,
Escherechia coli, dll.
- Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet ,
biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga
virus penyebabnya adalah cytomegalivirus, herpes simplex virus,
varicella zooster virus.
- Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur
oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat
menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp. ,
Aspergillus sp. , Cryptococcus neoformans.
b. Apa saja faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kekerasan
pada anak?

c. Apa dampak jangka pendek dan jangka panjang perlakukan kekerasan


fisik dan psikis pada anak? Safira

Kekerasan Fisik:

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan


Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011, dampak
kekerasan terhadap anak yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak, yaitu:
 Secara fisik bagi anak-anak yang mengalami kekerasan secara fisik
akan terlihat dari perubahan bentuk fisik yang ada baik berupa
lebam-lebam pada permukaan kulit, benjol-benjol, luka, patah
tulang, sehingga berdampak pada cacat, kehilangan fungsi alat
tubuh atau indra, kerusakan pada organ reproduksi anak.

Anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik bila mereka


menerima segala kebutuhannya dengan optimal. Jika salah satu
kebutuhan baik asuh, asih, maupun asah tidak terpenuhi maka akan
terjadi kepincangan dalam tumbuh kembang mereka. Dampak yang
terjadi dapat secara langsung maupun tidak langsung atau dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang mengalami kekerasan, pada umumnya lebih
lambat dari pada anak yang normal (Widiastuti & Sekartini, 2005) yaitu:

 Dampak langsung terhadap kejadian child abuse 5% mengalami


kematian, 25% mengalami komplikasi serius seperi patah tulang,
luka bakar, cacat menetap.
 Terjadi kerusakan menetap pada susunan saraf yang dapat
mengakibatkan retardasi mental, masalah belajar/ kesulitan belajar,
buta, tuli, masalah dalam perkembangan motor/ pergerakan kasar
dan halus, kejadian kejang, ataksia, ataupun hidrosefalus.

 Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak


sebayanya, tetapi Oates dkk pada tahun 1984 mengatakan bahwa
tidak ada per- bedaan yang bermakna dalam tinggi badan dan berat
dengan anak normal.

 Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan yaitu,

a) Kecerdasan, berbagai penelitian melaporkan terdapat


keterlambatan dalam perkembangan kognitif, bahasa,
membaca, dan motorik. Retardasi mental dapat diakibatkan
trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi. Anak
juga kurang mendapat stimulasi adekuat karena gangguan
emosi.

b) Emosi, masalah yang sering dijumpai adalah gangguan emosi,


kesulitan belajar/sekolah, kesulitan dalam mengadakan
hubungan dengan teman, kehilangan kepercayaan diri, fobia
cemas, dan dapat juga terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa
anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa,
atau menarik diri/menjauhi pergaulan. Anak suka mengompol,
hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit
tidur, temper tantrum.

c) Konsep diri, anak yang mendapatkan kejadian child abuse


merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram
dan tidak bahagia, tidak mampu menyenagi aktifitas dan
melakukan percobaan bunuh diri.
d) Agresif, anak yang mendapat kejadian child abuse lebih agresif
terhadap teman sebaya. Sering tindakan agresif tersebut meniru
tindakan orang tua mereka atau mengalihkan perasaan agaresif
kepada teman sebayanya sebagai hasil kurangnya konsep diri.

e) Hubungan sosial, pada anak-anak tersebut kurang dapat bergaul


dengan teman sebaya atau dengan orang dewasa, misalnya
melempari batu, perbuatan kriminal lainnya.

f) Akibat dari sexual abuse, tanda akibat trauma atau infeksi


lokal, seperti nyeri perineal, sekret vagina, nyeri dan
perdarahan anus; Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi
kurang, enuresis, enkopresis, anoreksia dan perubahan tingkah
laku, kurang percaya diri, sering menyakiti diri sendiri, dan
sering mencoba bunuh diri; Tingkah laku atau pengetahuan
seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya.

Kekerasan Psikis:

a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak


sebayanya yang tidak mendapat perlakuan salah.

b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yang meliputi :

1. Kecerdasan

 Berbagai penelitian melaporkan keterlambatan dalam


perkembangan kognitif, bahasa, membaca dan motorik.

 Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada


kepala, juga karena malnutrisi.
 Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh
lingkungan anak, dimana tidak adanya stimulasi yang
adekuat atau karena gangguan emosi.

2. Emosi

 Terjadi gangguan emosi pada perkembangan konsep diri


yang positif dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan
hubungan sosial dengan orang lain, termasuk untuk
percaya diri.

 Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi


agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang
yang lainnya menjadi menarik diri menjauhi pergaulan.
Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan
belajar, gagal sekolah, sulit tidur, temper tantrum dan
sebagainya.

3. Konsep diri

Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek,


tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram tidak bahagia, tidak
mampu menyenangi aktivitas dan bahkan ada yang mencoba
bunuh diri.

4. Agresif

Anak yang mendapat perlakuan salah secara badan, lebih


agresif trehadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif
tersebut meniru tindakan orang tua mereka atau mengalihkan
perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil
miskinnya konsep diri.
5. Hukuman sosial

Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman


sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai
sedikit teman, dan suka mengganggu orang dewasa misalnya
dengan melempari batu, atau perbuatan-perbuatan kriminal
lainnya.

d. Apa saja bentuk kekerasan pada anak? (fisik, verbal, psikis jelasin
bentuk dan contoh2 masing2nya)

e. Bagaimana ciri- ciri anak yang memendapat kekerasan secara umum?


Alvi, Farah

Anak memiliki ciri temperamen dan perasaan yang unik, sehingga


dapat memberikan reaksi yang berbeda terhadap trauma/tekanan yang
sama. Anak mungkin akan mengekspresikan masalah melalui kata-
kata, keluhan-keluhan fisik atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan
tahapan perkembangannya. Gejala yang muncul antara lain:

- Ketakutan

a. takut akan reaksi keluarga maupun teman-teman,

b. takut orang lain tidak akan mempercayai keterangannya,

c. takut diperiksa oleh dokter pria,

d. takut melaporkan kejadian yang dialaminya,

e. takut terhadap pelaku,

f. takut ditinggal sendirian

g. reaksi emosional lain, seperti syok, rasa tidak percaya,


marah, malu, menyalahkan diri sendiri, kacau, bingung,
histeris yang menyebabkan sulit tidur (insomnia), hilang
nafsu makan, mimpi buruk, selalu ingat peristiwa itu.

- Siaga berlebihan (mudah kaget terkejut, curiga), menyendiri

- Panik

- Berduka (perasaan sedih terus menerus), sering menangis tanpa


alasan

- Tubuh memar

- Perilaku mendadak berubah

- Nyeri saat berjalan (biasanya pada kasus kekerasan seksual)

f. Apa hubungan sosial ekonomi dengan kasus penelantaran dan


kekerasan pada anak?

g. Bagaimana alur pelaporan kekerasan fisik dan psikis pada anak?

h. Apa saja hak dasar anak yang harus dipenuhi oleh orangtua? Farah

Menurut Konvensi Hak Anak yang dilakukan oleh Perserikatan


Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1989, ada 10 hak anak yang harus
dipenuhi, yaitu:

1. Hak untuk bermain

2. Hak untuk mendapatkan pendidikan

3. Hak untuk mendapatkan perlindungan

4. Hak untuk mendapatkan nama (identitas)

5. Hak untuk mendapatkan status kebangsaan

6. Hak untuk mendapatkan makanan

7. Hak untuk mendapatkan akses kesehatan


8. Hak untuk mendapatkan rekreasi

9. Hak untuk mendapatkan kesamaan

10. Hak untuk berperan dalam pembangunan

(3) Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula kepada adik Andre


bahkan ibu Andre pun seringkali melakukan kekerasan fisik terhadap
Andre dan adiknya. Perlakuan kekerasan yang dialami oleh Andre dan
adiknya dilakukan agar mendapatkan uang serta simpati dari orang
lain. Cara yang dilakukan adalah membawa Andre ke jalanan dalam
kondisi penuh luka untuk meminta-minta atau mencari sumbangan
dengan alasan memerlukan uang untuk membawa Andre berobat.
Kakek maupun ibu Andre tidak memperdulikan kondisi fisik maupun
psikologis yang dialami oleh Andre. Semakin Andre luka parah maka
semakin banyak pula uang yang didapatkan sehingga ketika luka fisik
Andre mulai mengering, perlakuan kekerasan kembali dialami oleh
Andre. Beberapa waktu lalu adik Andre akhirnya meninggal karena
menderita patah tulang punggung.

a. Apa dasar hukum eksploitasi anak? Alvi

Eksploitasi anak oleh orangtua atau pihak lainnya, yaitu dengan


sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan
anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi narkotika
dan/atau psikotropika. (Pasal 76I ayat 1 UU No. 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak).

b. Apa saja kriteria eksploitasi pada anak? Safira

Eksploitasi anak oleh orangtua atau pihak lainnya, yaitu


menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau
turutserta melakukan eksploitasi ekonomi atau seksual terhadap anak
(Pasal 66 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlundungan Anak).
Dengan demikian, jelaslah bahwa eksploitasi anak merupakan tindakan
tidak terpuji, karena tindakan eksploitasi anak telah merampas hak-hak
anak, seperti mendapatkan kasih sayang dari orangtua, pendidikan yang
layak, dan sarana bermain yang sesuai dengan usianya.

- Eksploitasi fisik
Penyalahgunaan tenaga anak untuk dipekerjakan demi keuntungan
orangtuanya atau orang lain seperti menyuruh anak bekerja dan
menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya belum
dijalaninya.

- Eksploitasi sosial
Segala sesuatu yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan
emosional anak. Dapat berupa kata-kata yang mengancam atau menakut-
nakuti anak, penghinaan anak, penolakan anak, menarik diri atau
menghindari anak, tidak memperdulikan perasaan anak, perilaku negatif
pada anak, mengeluarkan kata-kata yang tidak baik untuk perkembangan
emosi anak, memberikan hukuman yang ekstrim pada anak seperti
memasukkan anak pada kamar gelap, mengurung anak dikamar mandi,
dan mengikat anak.
- Eksploitasi seksual
Keterlibatan anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya. Dapat
berupa perlakuan tidak senonoh, dari orang lain, kegiatan yang menjurus
pada pornografi, perkataan-perkataan porno, membuat anak malu,
menelanjangi anak, prostitusi anak, menggunakan anak untuk produk
pornografi dan melibatkan anak dalam bisnis prostitusi.
c. Apa dasar hukum kekerasan yang hingga menyebabkan anak meninggal
dunia?

(4) Pada pemeriksaan fisis didapatkan anak terlihat lemah, ketakutan,


menggigil, tampak sangat kurus(terlihat sangat pendek dan sangat
kurus dari anak seusianya), nadi: 110 x/menit (isi dan tegangan
kurang), RR: 30 x/menit, T: 38,80C. Tidak mampu duduk lama,
inginnya berbaring saja. Rambut warna kuning dan jarang.
Konjungtiva pucat, bibir kering dan pecah-pecah, tampak retraksi
supra klavikula, interkostal dan epigastrium, tidak ada wheezing,
terdengar ronki basah halus nyaring pada kedua lapangan paru.
Tampak hematom di ekstremitas inferior dan superior, dan abdomen.
Tampak luka laserasi pada telapak tangan kanan. Tampak jejas bentuk
setrika yang menghitam pada punggung. Tanda-tanda fraktur tidak
ditemukan. Genital tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan
perkembangan dengan menggunakan KPSP didapatkan sesuai dengan
anak usia 5 tahun pada semua sector perkembangan.

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik anak pada kasus? Alvi

No Kondisi Nilai Normal Keterangan


1 Lemah Kompos mentis Lemah terjadi karena kurangnya asupan
makanan sehingga kurangnya energi yang
diperlukan untuk beraktifitas.
Dipengaruhi oleh factor ekonomi yang
rendah. Bisa juga dikarekan oleh terjadi
penurunan nafsu makan.
2 Ketakutan Tidak terlihat Ketakutan yang dialami dikarenakan
ketakutan kekerasan psikis yang diterimanya dari
(Pandangan ibu dan kakeknya sehingga menyebabkan
normal) afek sedih dan juga penurusan
kepercayaan diri serta menjadi takut
dengan lingkungan sekitar.
3 Menggigil Tidak Penigkatan set point suhu diotak
menggigil menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah yang mengakibatkan menggigil.
4 Tampak sangat kurus Tidak tampak Disebabkan kekurangan gizi pada Andre
(terlihat sangat pendek sangat kurus
dan sangat kurus dari
anak seusianya)
5 Nadi : 110 x/menit 80-90 Meningkatnya denyut nadi sebagai
kompensasi karena adanya gejala sesak
napas dikarenakan infeksi saluran napas
yang diderita
6 RR 30 x/menit 20-30 Meningkat karena terdapat gangguan
ventilasi diakibatkan oleh sekret yang
dihasilkan dari inflamasi pada infeksi
pada pneumonia (kompensasi tubuh untuk
memenuhi kebutuhan oksigen)
7 T: 38,8oC. 36,6-37,2 Suhu tinggi diakibatkan adanya proses
inflamasi pada infeksi saluran nafas yang
merangsang pyrogen dan sitokin yang
selanjutnya menuju hipotalamus anterior
dan meningkatkan PGE2 yang
menyebabkan terjadinya peningkatan set
point suhu di otak
8 Tidak mampu duduk Aktif Kurang gizi dan adanya kekerasan fisik
lama, inginnya berbaring dan psikis
saja.
9 Rambut warna kuning Rambut hitam Sebagai salah satu dampak dari
dan jarang. dan lebat kekurangan gizi
10 Konjungtiva pucat Tidak anemis Konjuctiva anemis dikarenakan
kekurangan zat besi
11 Bibir kering dan pecah- Bibir merah Salah satu gejala gizi buruk, sebagai
pecah merona manifestasi dari kekurangan cairan
12 Tampak retraksi Tidak terdapat Retraksi dikarenakan adanya peningkatan
supraklavikula, retraksi usaha nafas yang dilakukan sebagai
intercostal dan respon dari kesulitan bernafas yang
epigastrium dialami

Kurang gizi juga mengakibatkan retraksi


13 Tidak ada wheezing Tidak ada Normal
wheezing
14 Terdengar ronki basah Terdengar Suara nafas tambahan khas yang ada pada
halus nyaring pada suara vesikuler pneumonia yang dihasilkan dari suara
kedua lapangan paru udara yag melewati cairan pada paru
(sekret) yang terdapat karena adanya
peradangan yang menyebabkan infeksi
15 Tampak hematom di Tidak tampak Hematon terjadi karena pecahnya
ekstremitas inferior dan hematom pembuluh darah yang diakibatkan oleh
superior, dan abdomen. benturan keras atau pukulan yang diterima
andre dari ibunya
16 Tampak luka laserasi Tidak terdapat Laserasi pada telapak tangan dapat
pada telapak tangan laserasi diakibatkan oleh pukulan atau benturan
kanan. benda tumpul yang kuat
17 Tampak jejas bentuk Tidak ada Jejas hitam merupakan hasil dari proses
setrika yang menghitam bentuk setrika penyembuhan luka bakar yg didapat dari
pada punggung. di punggung setrika
18 Tanda-tanda fraktur Tidak ada Normal
tidak ditemukan. fraktur
19 Genital tidak ditemukan Genital sehat Normal
kelainan.
20 Pemeriksaan Sesuai dengan Kurang gizi, dan kurangnya perhatian dan
perkembangan dengan usia 7 tahun kasih sayang dari orang tua menyebabkan
menggunakan KPSP keterlambatan pertumbuhan dan
didapatkan sesuai perkembangan.
dengan anak usia 5
tahun pada semua sektor
perkembangan.

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas pemeriksaan fisik keadaan umum


dan tanda vital?

c. Bagaimana makna anak tidak mampu duduk lama, inginnya


berbaring saja?

d. Bagaimana makna rambut warna kuning dan jarang?

e. Bagaimana mekanisme konjungtiva pucat, bibir kering dan pecah-


pecah?

f. Bagaimana makna dan mekanisme tampak retraksi supra klavikula,


interkostal dan epigastrium, terdengar ronki basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru?
g. Bagaimana mekanisme tampak hematom di ekstremitas inferior
dan superior, dan abdomen. Tampak luka laserasi pada telapak
tangan kanan. Tampak jejas bentuk setrika yang menghitam pada
punggung?

h. Apa makna tidak terdapat wheezing, tanda fraktur tidak ditemukan, dan
kelainan genital tidak ditemukan?

i. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pemeriksaan


KPSP?
V. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

Learning What I What I Don’t What I How I


Issues Know Know Have to Learn
Prove
Kekerasan - Dasar hukum Relevansi Jurnal,
dan - Tatalaksana dengan textbooks
Penelantaran kasus dan IT
Anak
Peranan - Fungsi keluarga Relevansi Jurnal,
Keluarga dengan textbooks,
kasus dan IT

Hipotesis:
Andre, anak laki-laki berumur 7 tahun, mengalami berbagai gangguan kesehatan
berupa gangguan tumbuh kembang, memar, infeksi saluran pernapasan akibat
kekerasan dan penelantaran anak.

VI. Sintesis
VII.Kesimpulan
Pembagian Anmal 8-9 pertanyaan

Safira Ainun Syafri 1a1d1h2a2d2h4a4d4h


Farah Azizah Putri 1a1e1h2a2e2h4a4e4h
Alvinia Fadhillah 1a1e1i2a2e3a4a4e4i
Cahaya Dwi Yulika 1b1e1i2b2e3a4b4e4i
Athallah Zhafira 1b1f1i2b2f3a4b4f4i
Prasetya Dwi Anugrah 1b1f1j2b2f3b4b4f
Callista Zahra Aidi 1c1f1j2c2f3b4c4f
Safira Smaradhana 1c1g1j2c2g3b4c4g
Sharen Maysalva Aqiila 1c1g1j2c2g3c4c4g
Yuriza Martanisa 1d1g1j2d2g3c4d4g
Loresa Citrahafisari Bassar 1d1h1j2d2h3c4d4h

VIII. Kerangka Konsep


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai