Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN TUTORIAL A BLOK 27 TAHUN 2020

KELOMPOK B7

Tutor: dr. Anita Masidin MS, SpOK


Anggota:
Maudina Ainul Lisa (04011181722007)
Astari Rahayu Afifah (04011181722009)
Ahmad Sutri Rizal (04011181722021)
Alisha Milenia Utami (04011181722023)
Siti Nurhayati Utami (04011181722053)
Indah Sitta Ramadhani (04011181722055)
Carissa Delania (04011281722105)
Nabilah Nujhatun Nisa (04011281722109)
Tria Monica N. (04011281722115)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur selalu kami curahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Skenario A Blok 27 Tahun 2020” ini dengan baik sebagai tugas
kelompok.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada tutor yang telah membimbing kami
selama tutorial, semua teman sekelompok, dan semua pihak yang terkait dalam
penyelesaian laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan. Karena
itulah kami mengharapkan kritik dan saran dari tutor maupun pembaca lain yang
bersifat membangun supaya ke depannya laporan tutorial ini dapat menjadi lebih baik
lagi, baik dari segi sistematika, penulisan, ataupun yang lain-lain.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal
yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan untuk membuka
wawasan yang lebih luas lagi. Semoga kita selalu dalam perlindungan Tuhan Yang
Maha Esa. Amin.

Palembang, 28Oktober 2020

Kelompok B7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
SKENARIO A BLOK 27 TAHUN 2020................................................................................4
I. Klarifikasi Istilah.....................................................................................................6
II. Identifikasi Masalah..............................................................................................8
III. Analisis Masalah................................................................................................11
IV. Sintesis...............................................................................................................33
1. Kedokteran Keluarga...................................................................................34
2. Kekerasan dan Penelantaran Anak..............................................................43
3. Bronkopneumonia.......................................................................................57
V. Kerangka Konsep................................................................................................63
VI. Kesimpulan........................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................65

3
SKENARIO A BLOK 27 TAHUN 2020

Andre, seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibawa seorang ibu ke klinik pr
atama di Palembang, dengan keluhan utama panas tinggi disertai luka memar di seluru
h tubuh. Dari info si ibu, Andre bukanlah anaknya, tetapi seorang anak yang ditemuka
n tergeletak di trotoar parkir sebuah mall setelah habis ibu tersebut pulang berbelanja.
Kondisi Andre saat ditemukan seorang diri dan terbaring di trotoar dengan suara meng
erang kesakitan, si Ibu dengan naluri keibuan mendekati Andre dan melihat kondisinya.
Pada saat ditanya dimana ibu Andre atau dengan siapa dia datang ke situ hanya dijawa
b lirih bahwa dia dibawa ibunya dan diletakkan di trotoar serta langsung ditinggal oleh
ibunya yang tidak tahu pergi kemana. Saat dilihat kondisi Andre cukup menyedihkan d
engan balutan pakaian seadanya dengan tubuh menggigil dan terlihat kaki serta tangan
nya penuh dengan luka memar yang membiru.
Pada Anamnesis Andre menderita demam sejak 5 hari yang lalu disertai batuk
dan sesak nafas. Andre merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara. Andre dan ad
iknya lahir tanpa diketahui siapa ayahnya dan tinggal di daerah kumuh dengan kondisi
ekonomi di bawah rata-rata. Ibu Andre bekerja sebagai pengamen sekaligus wanita tun
a susila sehingga seringkali tidak dapat bertemu dengan Andre maupun adik Andre. An
dre dititipkan dan dirawat oleh kakeknya. Dari kakek ini Andre sering mendapat perlak
uan kekerasan secara fisik dan psikis tanpa alasan yang jelas. Bahkan tindak kekerasan
sering dialami oleh Andre meskipun Andre tidak melakukan suatu kesalahan. Kekerasa
n yang dialami oleh Andre antara lain dibentak, dimaki sambil dipukul dengan atau tan
pa menggunakan kayu, ditendang, dibentur-benturkan ke dinding sampai diinjak-injak.
Tindak kekerasan tersebut terus diulangi setiap hari pada waktu tertentu oleh kakek An
dre, seakan seperti sudah dijadwalkan.
Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula kepada adik Andre bahkan ibu An
dre pun seringkali melakukan kekerasan fisik terhadap Andre dan adiknya. Perlakuan k
ekerasan yang dialami oleh Andre dan adiknya dilakukan agar mendapatkan uang serta
simpati dari orang lain. Cara yang dilakukan adalah membawa Andre ke jalanan dalam
kondisi penuh luka untuk meminta-minta atau mencari sumbangan dengan alasan mem
erlukan uang untuk membawa Andre berobat. Kakek maupun ibu Andre tidak memper

4
dulikan kondisi fisik maupun psikologis yang dialami oleh Andre. Semakin Andre luka
parah maka semakin banyak pula uang yang didapatkan sehingga ketika luka fisik And
re mulai mengering, perlakuan kekerasan kembali dialami oleh Andre. Beberapa waktu
lalu adik Andre akhirnya meninggal karena menderita patah tulang punggung.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan anak terlihat lemah, ketakutan, menggigil, t
ampak sangat kurus (terlihat sangat pendek dan sangat kurus dari anak seusianya), nadi:
110 x/menit (isi dan tegangan kurang), RR: 30 x/menit, T: 38,80 C. Tidak mampu dud
uk lama, inginnya berbaring saja. Rambut warna kuning dan jarang. Konjungtiva pucat,
bibir kering dan pecah-pecah, tampak retraksi supra klavikula, interkostal dan epigastr
ium, tidak ada wheezing, terdengar ronki basah halus nyaring pada kedua lapangan par
u. Tampak hematom di ekstremitas inferior dan superior, dan abdomen. Tampak luka l
aserasi pada telapak tangan kanan. Tampak jejas bentuk setrika yang menghitam pada
punggung. Tanda-tanda fraktur tidak ditemukan. Genital tidak ditemukan kelainan. Pe
meriksaan perkembangan dengan menggunakan KPSP didapatkan sesuai dengan anak
usia 5 tahun pada semua sector perkembangan

I. Klarifikasi Istilah

5
No. Isitilah Klasifikasi
1. Klinik pratama Klinik yang menyelenggarakan
Pelayanan medik dasar yang dilayani oleh dokter umum da
n dipimpin oleh seorang dokter umum.
2. Luka memar Pengumpulan setempat ekstravasasi darah, biasanya memb
eku, didalam organ ruang atau jaringan
3. Panas tinggi Peningkatan suhu tubuh lebih dari normal (37,5 C)
4. Lirih Lembut; pelan-pelan; tidak keras
5. Jejas Luka lecet, luka kecil pada kulit
6. Tuna susila Orang yang tidak mempunyai susila (tidak mempunyai ada
b dan sopan santun dalam berhubungan seksual menurut n
orma masyarakat)
7. Kekerasan fisik Penggunaan kekuatan fisik terhadap diri sendiri, peroranga
n, atau sekelompok orang yang mengakibatan cidera hingg
a mengancam jiwa
8. Kekerasan psikis UUD 23 tahun 2004 pasal 7
Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa p
ercaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tid
ak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseoran
g

9. Kumuh Daerah atau lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan


lingkungan secara teknis, kesehatan dan sosial sebagai tem
pat tinggal yang layak bagi kehidupan dan penghidupan so
sial
10. Laserasi Luka terbuka yang tepinya tidak rata atau compang-campin
g disebabkan oleh benda yang permukaannya tidak rata
11. Menggigil Gemetar dapat disebabkan kedinginan, demam, ketakutan
(tentang sikap tubuh atau suara)

6
II. Identifikasi Masalah

No. Masalah Prioritas


1. Andre, seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibaw 1
a seorang ibu ke klinik pratama di Palembang, denga
n keluhan utama panas tinggi disertai luka memar di
seluruh tubuh. Dari info si ibu, Andre bukanlah anak
nya, tetapi seorang anak yang ditemukan tergeletak d
i trotoar parkir sebuah mall setelah habis ibu tersebut
pulang berbelanja. Kondisi Andre saat ditemukan seo

7
rang diri dan terbaring di trotoar dengan suara menge
rang kesakitan, si Ibu dengan naluri keibuan mendek
ati Andre dan melihat kondisinya. Pada saat ditanya d
imana ibu Andre atau dengan siapa dia datang ke situ
hanya dijawab lirih bahwa dia dibawa ibunya dan dil
etakkan di trotoar serta langsung ditinggal oleh ibuny
a yang tidak tahu pergi kemana. Saat dilihat kondisi
Andre cukup menyedihkan dengan balutan pakaian s
eadanya dengan tubuh menggigil dan terlihat kaki ser
ta tangannya penuh dengan luka memar yang membir
u
Pada Anamnesis Andre menderita demam sejak 5 har
i yang lalu disertai batuk dan sesak nafas. Andre mer
upakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara. Andre
dan adiknya lahir tanpa diketahui siapa ayahnya dan t
inggal di daerah kumuh dengan kondisi ekonomi di b
awah rata-rata. Ibu Andre bekerja sebagai pengamen
sekaligus wanita tuna susila sehingga seringkali tidak
dapat bertemu dengan Andre maupun adik Andre. An
dre dititipkan dan dirawat oleh kakeknya. Dari kakek
2. ini Andre sering mendapat perlakuan kekerasan secar 4
a fisik dan psikis tanpa alasan yang jelas. Bahkan tin
dak kekerasan sering dialami oleh Andre meskipun A
ndre tidak melakukan suatu kesalahan. Kekerasan ya
ng dialami oleh Andre antara lain dibentak, dimaki sa
mbil dipukul dengan atau tanpa menggunakan kayu,
ditendang, dibentur-benturkan ke dinding sampai diin
jak-injak. Tindak kekerasan tersebut terus diulangi se
tiap hari pada waktu tertentu oleh kakek Andre, seaka
n seperti sudah dijadwalkan.
3. Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula kepada 3

8
adik Andre bahkan ibu Andre pun seringkali melakuk
an kekerasan fisik terhadap Andre dan adiknya. Perla
kuan kekerasan yang dialami oleh Andre dan adiknya
dilakukan agar mendapatkan uang serta simpati dari
orang lain. Cara yang dilakukan adalah membawa An
dre ke jalanan dalam kondisi penuh luka untuk memi
nta-minta atau mencari sumbangan dengan alasan me
merlukan uang untuk membawa Andre berobat. Kake
k maupun ibu Andre tidak memperdulikan kondisi fis
ik maupun psikologis yang dialami oleh Andre. Sema
kin Andre luka parah maka semakin banyak pula uan
g yang didapatkan sehingga ketika luka fisik Andre
mulai mengering, perlakuan kekerasan kembali diala
mi oleh Andre. Beberapa waktu lalu adik Andre akhir
nya meninggal karena menderita patah tulang punggu
ng.
4. Pada pemeriksaan fisis didapatkan anak terlihat lema 2
h, ketakutan, menggigil, tampak sangat kurus (terliha
t sangat pendek dan sangat kurus dari anak seusiany
a), nadi: 110 x/menit (isi dan tegangan kurang), RR:
30 x/menit, T: 38,80 C. Tidak mampu duduk lama, in
ginnya berbaring saja. Rambut warna kuning dan jara
ng. Konjungtiva pucat, bibir kering dan pecah-pecah,
tampak retraksi supra klavikula, interkostal dan epiga
strium, tidak ada wheezing, terdengar ronki basah hal
us nyaring pada kedua lapangan paru. Tampak hemat
om di ekstremitas inferior dan superior, dan abdome
n. Tampak luka laserasi pada telapak tangan kanan. T
ampak jejas bentuk setrika yang menghitam pada pun
ggung. Tanda-tanda fraktur tidak ditemukan. Genital
tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan perkembanga

9
n dengan menggunakan KPSP didapatkan sesuai den
gan anak usia 5 tahun pada semua sector perkembang
an.

III. Analisis Masalah

1. Andre, seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibawa seorang ibu ke klinik pr
atama di Palembang, dengan keluhan utama panas tinggi disertai luka memar di
seluruh tubuh. Dari info si ibu, Andre bukanlah anaknya, tetapi seorang anak ya
ng ditemukan tergeletak di trotoar parkir sebuah mall setelah habis ibu tersebut
pulang berbelanja. Kondisi Andre saat ditemukan seorang diri dan terbaring di t
rotoar dengan suara mengerang kesakitan, si Ibu dengan naluri keibuan mendek
ati Andre dan melihat kondisinya. Pada saat ditanya dimana ibu Andre atau den
gan siapa dia datang ke situ hanya dijawab lirih bahwa dia dibawa ibunya dan d
iletakkan di trotoar serta langsung ditinggal oleh ibunya yang tidak tahu pergi k
emana. Saat dilihat kondisi Andre cukup menyedihkan dengan balutan pakaian
seadanya dengan tubuh menggigil dan terlihat kaki serta tangannya penuh deng
an luka memar yang membiru.

10
a. Apa saja jenis-jenis klinik?

Menurut Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 9


Tahun 2014 Pasal 2 membahas tentang jenis klinik. Berdasarkan jenis
pelayanan, Klinik dibagi menjadi:

1) Klinik pratamamerupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan


medik dasar baik umum maupun khusus, dan
2) Klinik utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.

b. Apa yang dimaksud dengan klinik ?

Menurut Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 9 Ta


hun 2014, klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggara
kan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis
dasar dan/atau spesialistik.

c. Apa saja syarat untuk membangun klinik ?

Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan,


prasarana, peralatan, dan ketenagaan.

1) Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah masin
g- masing.
2) Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran klinik yang d
iselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan ke
butuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk.
3) Ketentuan mengenai lokasi dan persebaran klinik sebagaimana dimak
sud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku untuk klinik perusahaan a
tau klinik instansi pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawa
n perusahaan atau pegawai instansi pemerintah tersebut.

11
4) Klinik diselenggarakan pada bangunan yang permanen dan tidak berg
abung dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya.
5) Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat sesua
i ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamana
n dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-ana
k dan orang usia lanjut.
7) Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas

a) ruang pendaftaran/ruang tunggu,


b) ruang konsultasi dokter,
c) ruang administrasi,
d) ruang tindakan,
e) ruang farmasi,
f) kamar mandi/wc,
g) ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.

8) Prasarana klinik meliputi:

a) instalasi air
b) instalasi listrik,
c) instalasi sirkulasi udara,
d) sarana pengelolaan limbah,
e) pencegahan dan penanggulangan kebakaran,
f) ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap, dan
g) sarana lainnya sesuai kebutuhan.

9) Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang


memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
10) Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h
arus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.

12
11) Peralatan medis yang digunakan di klinik harus diuji dan dikalibrasi s
ecara berkala oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan/atau in
stitusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
12) Peralatan medis yang menggunakan radiasi pengion harus mendapatk
an izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
13) Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan diagnosis,
terapi dan rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis.

d. Apa saja hak dasar anak yang harus dipenuhi oleh orangtua?

Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 20


02 menguraikan hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang waji
b dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara. Wingjosoebroto menyatakan bahwa hak asasi ma
nusia adalah hak yang seharusnya diakui sebagai hak yang melekat pada
manusia karena hakikat dan kodrat manusia, yang tiadanya hak ini serta m
erta akan menyebabkan manusia tidak mungkin dapat hidup harkat dan ma
rtabatnya sebagai manusia. Hak-hak anak merupakan bagian integral dari
HAM, berkaitan dengan peranan negara, maka tiap negara mengembankan
kewajiban yaitu melindungi (to protect), memenuhi (to fulfill), dan mengh
ormati (to respect) hak-hak anak.

Di dalam Undang-Undang Perlindungan Anak pasal 26 tentang Ke


wajiban dan Tanggung Jawab keluarga dan Orang Tua dijelaskan bahwa o
rang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara, mendidi
k dan melindungi anaknya.

e. Bagaimana etiologi luka memar pada kasus?

Berdasarkan skenario diatas, dapat dismpulkan bahwa etiologi luka


memar yang dialami Andre dikarenakan kekerasan benda tumpul.

f. Bagaimana tatalaksana awal pada kasus?

13
Talalaksana awal pada kasus yaitu:

1) Pastikan jalan napas terbuka tidak ada hambatan.


2) Berikan oksigen 1l/menit
3) Berikan cairan
4) Untuk luka memar bisa diberikan pengobatan lokal
5) Demam bisa diberikan antipiretik
6) Luka memar pada seluruh bagian tubuh diobati dengan pengobatan lo
kal maupun pengobatan sistemik bila diperlukan.
7) Penanganan depresi / masalah mental pada anak melibatkan psikolog
/ psikiater
8) Melakukan konseling keluarga
9) Edukasi keluarga tentang kekerasan terhadap anak
10) Mencegah berulangnya kejadian kekerasan fisik dan emosional pada
anak.
11) Bila diperlukan melaporkan kasus kekerasan fisik kepada aparat pene
gak hukum

g. Termasuk masalah apakah pada paragraf pertama dan bagaimana alur pela
poran yang tepat terkait kasus?

Menurut paragraf pertama, Andre suspected kekerasan fisik, karen


a terdapat luka memar seluruh tubuh serta kaki dan tanganya yang membir
u. Andre juga ditinggal oleh ibunya dengan kondisi tubuh menggigil dan p
anas tinggi. Pada skenario, Andre dibawa ke klinik pratama untuk alur pel
aporan Andre mungkin bisa dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.

14
Berikut ini bagan alur pelaporan:

h. Apa saja bentuk-bentuk penelantaran pada anak secara umum?

Penelantaran mengacu pada kegagalan orang tua untuk menyediak


an kebutuhan bagi perkembangan anak dalam satu atau lebih bidang berik
ut: kesehatan, pendidikan, perkembangan emosional, nutrisi, tempat tingga
l dan kondisi hidup yang aman, sehingga penelantaran anak secara umum
dapat dibagi menjadi:

1) Physical neglect
2) Educational neglect
3) Emotional neglect
4) Medical neglect

i. Bagaimana bentuk penelantaran anak pada kasus?

15
Bentuk kekerasan emosional (psikis) terhadap anak menurut Kanto
r Pusat Layanan Terpadu Pemberdayaan Perempuafn dan anak (P2TP2A)
adalah kekerasan berupa kata-kata yang menakut-nakuti, mengancam, me
nghina, mencaci dan memaki dengan kasar dan keras. Sedangkan menurut
WHO kekerasan emosional atau psikologis termasuk membatasi gerakan a
nak, pencemaran nama baik, cemoohan, ancaman dan intimidasi, diskrimi
nasi, penolakan dan bentuk-bentuk mon-fisik dari perlakuan tidak bersaha
bat lainnya.Penganiayaan (termasuk hukuman yang kejam) melibatkan ke
kerasan fisik, seksual dan psikologis/emosional dan pengabaian terhadap b
ayi, anak-anak dan remaja oleh orang tua,

Pada kasus (Andre), bentuk kekerasan emosional (psikis) yang dial


ami berupa dibentak dan dimaki yang terus diulang setiap hari pada waktu
tertentu seakan seperti sudah dijadwalkan.

j. Bagaimana etiologi panas tinggi pada anak?

Etiologi panas tinggi pada anak kemungkinan dapat disebabkan ole


h infeksi saluran pernapasan. Hal ini dapat dilihat dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang terdapat pada anak tersebut.

2. Pada Anamnesis Andre menderita demam sejak 5 hari yang lalu disertai batuk
dan sesak nafas. Andre merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara. Andr
e dan adiknya lahir tanpa diketahui siapa ayahnya dan tinggal di daerah kumuh
dengan kondisi ekonomi di bawah rata-rata. Ibu Andre bekerja sebagai pengam
en sekaligus wanita tuna susila sehingga seringkali tidak dapat bertemu dengan
Andre maupun adik Andre. Andre dititipkan dan dirawat oleh kakeknya. Dari k
akek ini Andre sering mendapat perlakuan kekerasan secara fisik dan psikis tan
pa alasan yang jelas. Bahkan tindak kekerasan sering dialami oleh Andre meski
pun Andre tidak melakukan suatu kesalahan. Kekerasan yang dialami oleh And

16
re antara lain dibentak, dimaki sambil dipukul dengan atau tanpa menggunakan
kayu, ditendang, dibentur-benturkan ke dinding sampai diinjak-injak. Tindak k
ekerasan tersebut terus diulangi setiap hari pada waktu tertentu oleh kakek And
re, seakan seperti sudah dijadwalkan.

a. Apa saja bentuk kekerasan fisik?

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan


dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Panduan Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak Di Lingkungan Keluarga,
Masyarakat, Dan Lembaga Pendidikan, Kekerasan fisik adalah perbuatan
yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Bentuk-bentu
k kekerasan ini antara lain dipukul, dijambak, ditendang, diinjak, dic
ubit, dicekik, dicakar, ditempel besi panas, dipukul dengan karet tim
ba, dijewer, dan lain-lain (Studi Sekretaris Jenderal PBB tentang kekeras
an terhadap anak).

b. Apa saja bentuk kekerasan psikis?

Kekerasan emosional atau psikologis termasuk membatasi gerakan


anak, pencemaran nama baik, cemoohan, ancaman dan intimidasi, diskrim
inasi, penolakan dan bentuk-bentuk non-fisik dari perlakuan tidak bersaha
bat lainnya.

c. Apa saja faktor pencetus orang tua melakukan kekerasan fisik pada anak?

Faktor pencetus yang mendorong orang tua melakukan kekerasan pada an


ak, antara lain:

1) Faktor masyarakat/ sosial, yaitu tingkat kriminalitas yang tinggi, laya


nan sosial yang rendah, kemiskinan yang tinggi, tingkatpengangguran
yang tinggi, adat istiadat mengenai pola asuh anak, pengaruh pergese

17
ran budaya, stres pada para pengasuh, budaya memberikan hukuman
badan kepada anak, dan pengaruh media massa.
2) Faktor orang tua atau situasi keluarga, yaitu riwayat orang tua dengan
kekerasan fisik atau seksual pada masa kecil, orang tua remaja, imatu
ritas emosi, kepercayaan diri rendah, dukungan sosial rendah, keteras
ingan dari masyarakat, kemiskinan, kepadatan hunian (rumah tinggal),
masalah interaksi dengan masyarakat, kekerasan dalam rumah tangg
a, riwayat depresi dan masalah kesehatan mental lainnya (ansietas, sk
izoprenia), mempunyai banyak anak balita, riwayat penggunaan zat/
obat- obatan terlarang (NAPZA) atau alkohol, kurang- nya dukungan
sosial bagi keluarga, diketahui ada riwayat child abuse dalam keluarg
a, kurang persiapan menghadapi stres saat kelahiran anak, kehamilan
nya disangkal, orang tua tunggal, riwayat bunuh diri pada orang tua/
keluarga, pola mendidik anak, nilai-nilai hidup yang dianut orangtua,
dan kurang pengertian mengenai perkembangan anak.
3) Faktor anak, yaitu, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat, dan
anak dengan masalah/ emosi.

Pada kasus (Andre) mendapatkan kekerasan dikarenakan adanya faktor:

a) Kemiskinan (Ibu pengamen dan tuna susila,, lingkungan kumuh).

Kondisi hidup yang sulit dan kesulitan ekonomi akan memicu


berbagai ketegasan dalam rumah tangga, yang akan merugikan pihak
yang lemah di dalam keluarga. Dalam hal ini anak adalah pihak palin
g lemah di dalam kelurga dibanding dengan anggota keluarga lainnya.

Kemiskinan juga dapat menimbulkan stress terhadap orang tu


a yang kemudian dapat dilampiaskan kepada anak, tekanan hidup yan
g makin meningkat, kemarahan terhadap pasangan dan ketidak berda
yaan dalam mengatasi masalah ekonomi menyebabkan orang tua mu
dah meluapkan emosi kepada anak.

18
b) Tingkat pendidikan rendah

Pendidikan formal orang tua yang rendah merupakan salah sat


u faktor yang dapat memicu terjadi tingkat kekerasan yang dialami an
ak. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan wawasan yang b
erhubungan dengan pengasuhan, pertumbuhan dan perkembangan an
ak juga pandangan orang tua bahwa anak adalah hak milik orang tua
atau merupakan aset ekonomi yang menyebabkan orang tua tidak me
ngetahui kebutuhan dan kemampuan anak, sehingga orang tua selalu
memaksakan kehendaknya terhadap anaknya.

c) Ekonomi yang rendah

Masalah ekonomi membuat anak tersebut mendapat perlakua


n kekerasan karena sebagai alat untuk menarik simpati orang lain aga
r mereka diberikan uang akibat anak tersebut yang terlihat lemah, sak
it-sakitan, terluka sehingga membuat orang iba. Kekerasan dilakukan
berulang karena apabila luka tersebut mulai mengering, makaorang m
enjadi kurang bersimpati, sehingga duit yang didapat kurang. Oleh se
bab itu, andre kembali mengalami kekerasan agar terdapat luka baru.
Semakin banyak luka, semakin orang bersimpati dan iba, semakin ba
nyak uang yang didapatkan.

d. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan kekerasan dan penelantara
n pada kasus?

Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat dipengaruhi oleh bebera


pa faktor, yaitu:

1) Faktor Internal

a) Berasal dalam diri anak


b) Keluarga / orang tua

19
2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan luar
b) Media massa
c) Budaya

e. Apa saja anamnesis yang tepat untuk menggali informasi mengenai bukti
kekerasan yang diderita oleh Andre?

Anamnesis dilakukan secara terpisah terpisah antara autoanamnesa


(anak itu sendiri) dengan allo-anamnesa (orangtua(ibu atau kakek)), serta
bila diperlukan dapat dilakukan anamnesa tambahan pada tetangga sekitar
rumah penderita. Lalu jika curiga adanya kekerasan fisik, kita tanyakan :

1) Apakah setelah trauma ibu/kakeknya membawa Andre berobat


2) Apakah trauma tidak dapat dijelaskan atau tidak masuk akal penjelas
annya
3) Apakah terdapat keterangan yang tidak masuk akal atau kontradiksi
4) Adanya riwayat pengulangan trauma fisik
5) Apakah Orang tua (ibu/kakek) menunjukkan kurang perhatian terhad
ap trauma yang dialami Andre
6) Apakah Orang tua mempunyai riwayat diperlakukan tidak benar saat
anak-anak
7) Tanyakan apa pemicu kekerasan
8) Tanyakan penyiksaan apa yang terjadi, berapa kali, dengan menggun
akan apa, waktu dan lokasi kejadian

f. Apa dampak yang dapat ditimbulkan dari kekerasan fisik pada anak?

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan


dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011, dampa
k kekerasan terhadap anak yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang an
ak, yaitu: Secara fisik bagi anak-anak yang mengalami kekerasan secara fi

20
sik akan terlihat dari perubahan bentuk fisik yang ada baik berupa lebam-l
ebam pada permukaan kulit, benjol-benjol, luka, patah tulang, sehingga be
rdampak pada cacat, kehilangan fungsi alat tubuh atau indra, kerusakan pa
da organ reproduksi anak.

g. Apa dampak yang dapat ditimbulkan dari kekerasan psikis pada anak?

a) Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebay


anya yang tidak mendapat perlakuan salah.
b) Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yang meliputi :

1) Kecerdasan

 Berbagai penelitian melaporkan keterlambatan dalamperke


mbangan kognitif, bahasa, membaca dan motorik.
 Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada k
epala, juga karena malnutrisi.

21
 Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh lingk
ungan anak, dimana tidak adanya stimulasi yang adekuat at
au karena gangguan emosi.

2) Emosi

 Terjadi gangguan emosi pada perkembangan konsep diri ya


ng positif dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hub
ungan sosial dengan orang lain, termasuk untuk percaya dir
i.
 Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agr
esif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang la
innya menjadi menarik diri menjauhi pergaulan. Anak suka
ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal
sekolah, sulit tidur, temper tantrum dan sebagainya.

3) Konsep diri

Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jele


k, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram tidak bahagia, tidak
mampu menyenangi aktivitas dan bahkan ada yang mencoba bu
nuh diri.

4) Agresif

Anak yang mendapat perlakuan salah secara badan, lebih


agresif trehadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif terseb
ut meniru tindakan orang tua mereka atau mengalihkan perasaan
agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep
diri.

5) Hukuman sosial

22
Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan t
eman sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai
sedikit teman, dan suka mengganggu orang dewasa misalnya de
ngan melempari batu, atau perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.

3. Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula kepada adik Andre bahkan ibu An
dre pun seringkali melakukan kekerasan fisik terhadap Andre dan adiknya. Perl
akuan kekerasan yang dialami oleh Andre dan adiknya dilakukan agar mendapa
tkan uang serta simpati dari orang lain. Cara yang dilakukan adalah membawa
Andre ke jalanan dalam kondisi penuh luka untuk meminta-minta atau mencari
sumbangan dengan alasan memerlukan uang untuk membawa Andre berobat.
Kakek maupun ibu Andre tidak memperdulikan kondisi fisik maupun psikologi
s yang dialami oleh Andre. Semakin Andre luka parah maka semakin banyak p
ula uang yang didapatkan sehingga ketika luka fisik Andre mulai mengering, p
erlakuan kekerasan kembali dialami oleh Andre. Beberapa waktu lalu adik And
re akhirnya meninggal karena menderita patah tulang punggung.
a. Apa yang dimaksud dengan eksploitasi anak?

Eksploitasi anak adalah penggunaan anak dalam pekerjaan atau akt


ivitas lain untuk keuntungan orang lain, termasuk pekerja anak dan prostit
usi. Kegiatan ini merusak atau merugikan kesehatan sik dan mental, perke
mbangan pendidikan, spiritual, moral dan sosial - emosional anak.

b. Apa saja bentuk eksploitasi anak?

1) Eksploitasi fisik

Eksploitasi fisik adalah penyalahgunaan tenaga anak untuk di


pekerjakan demi keuntungan orangtuanya atau orang lain seperti men
yuruh anak bekerja dan menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan
yang seharusnya belum pantas untuk dijalaninya.

23
2) Eksplotasi sosial

Eksploitasi sosial adalah segala bentuk penyalahgunaan ketid


ak-mampuan seorang anak yang dapat menyebabkan terham-batnya p
erkembangan emosional anak, seperti:

a) Kata-kata yang ancaman kepada anak atau menakut-nakuti anak,


b) Penghinaan kepada anak,
c) Penolakan terhadap anak,
d) Perlakuan negatif pada anak,
e) Mengeluarkan katakata tidak senonoh untuk perkembangan emo
si anak,
f) Memberi hukuman yang kejam pada anak-anak seperti memasu
kkan anak pada kamar gelap,
g) Mengurung anak dalam kamar mandi,
h) Mengikat anak.

3) Eksploitasi seksual

Eksploitasi seksual adalah melibatkan seorang anak dalam ke


giatan seksual yang tidak dipahaminya. Terdapat satu pasal yang men
gatur mengenai bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak, yaitu Pasal 7
4 UU Ketenagakerjaan yaitu:

a) Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;


b) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau
menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi,
pertunjukan porno, atau perjudian;
c) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau
melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman
keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau

24
d) Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan,
atau moral anak

c. Apa saja dasar hukum yang mengatur tentang eksploitasi anak?

Aturan mengenai perlindungan anak dari eksploitasi didasarkan pa


da Pasal 13 ayat (1) huruf b UU No. 23 Tahun 2002 yang diperbaharui ole
h UU No. 35 Tahun 2014 yang mengatur bahwa setiap anak selama dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung ja
wab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan, salah satunya, d
ari perlakuan eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual.

d. Bagaimana peran dan upaya dokter keluarga terhadap kasus ini?

Jika ada pasien dicurigai terdapat kekerasan dilakukan anamnesis,


pemfis, penunjang. Jika hasil dari anamnesis dan pemeriksaan ditemui jeni
s kekerasan maka di kelompokkan jenis kekerasan termasuk kekerasan fisi
k, kekerasan seksual, atau penelataran. Kemudian dilihat dalam kondisi ga
wat darurat atau tidak setelah itu ditatalaksana sesuaai keadaan klinis. Sela
in itu juga bisa kita berikan konseling agar mengurangi trauma,dibuat catat
an dan laporan mengenai kekerasan yg dialami pasien.

e. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan doga untuk mencegah kekerasan da


n eksploitasi pada anak?

Upaya pencegahan kekerasana anak:

1) Memberikan edukasi mengenai pemahaman hak asasi manusia terma


suk di dalamnya hak-hak anak, pemahaman anggota keluarga menge
nai pendidikan keorangtuaan, pola asuh dan komunikasi dengan anak,
serta peran anggota keluarga dalam melindungi dan memenuhi anak.
2) Meningkatkan edukasi mengenai kesadaran hukum dan dampak keke
rasan terhadap anak.

25
3) Meningkatkan pemahaman keluarga terhadap konsekuensi tindak kek
erasan pada anak.
4) Meningatkan pemahaman orangtua/pengasuh/keluarga mengenai hal
apa yang dapat dilakukan jika anaknya atau anak lain yang mengalam
i kekerasan yaitu amankan dan kendalikan diri, berikan dukungan, ta
ngani dan laporkan.

f. Apa peran dari pihak-pihak yang terlibat dalam menangani kasus ini?

Pihak yang telibat antara lain tenaga kesehatan dan aparat penegak
hukum. untuk tenaga kesehatan tadi sudah di jelaskan dengan baik oleh in
dah. tambahin sedikit untuk alur penyidikan oleh penegak hukum.

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tind


ak pidana
2) Pemeriksaan dilakukan setelah adanya laporan dari pihak korban, dila
kukan dengan secara cepat (Quick Qwins);
3) Memanggil saksi-saksi untuk dimintai keterangan
4) Mendatangai tempat kejadian perkara (TKP) untuk menemukan bukt
i-bukti
5) Menangkap pelaku
6) Korban didampingi oleh psikolog pada saat pemeriksaan apabila korb
an mengalami trauma atau menyandang keterbelakangan mental

4. Pada pemeriksaan fisis didapatkan anak terlihat lemah, ketakutan, menggigil, ta


mpak sangat kurus (terlihat sangat pendek dan sangat kurus dari anak seusiany
a), nadi: 110 x/menit (isi dan tegangan kurang), RR: 30 x/menit, T: 38,80 C. Ti
dak mampu duduk lama, inginnya berbaring saja. Rambut warna kuning dan jar
ang. Konjungtiva pucat, bibir kering dan pecah-pecah, tampak retraksi supra kl
avikula, interkostal dan epigastrium, tidak ada wheezing, terdengar ronki basah
halus nyaring pada kedua lapangan paru. Tampak hematom di ekstremitas infer
ior dan superior, dan abdomen. Tampak luka laserasi pada telapak tangan kana

26
n. Tampak jejas bentuk setrika yang menghitam pada punggung. Tanda-tanda f
raktur tidak ditemukan. Genital tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan perkem
bangan dengan menggunakan KPSP didapatkan sesuai dengan anak usia 5 tahu
n pada semua sector perkembangan
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari hasil abnormal?

No Kondisi Nilai Normal Interpretasi


1. Lemah Kompos mentis tidak normal
2. Ketakutan Tidak terlihat ketakutan tidak normal
(Pandangan normal)
3. Menggigil Tidak menggigil tidak normal
4. Tampak sangat kurus Tidak tampak sangat kurang gizi
(terlihat sangat pendek dan kurus
sangat kurus dari anak
seusianya)
5. Nadi : 110 x/menit 80-90 takikardi
6. RR 30 x/menit 20-30 takipneu
7. T: 38,8 C.o
36,6-37,2 demam
8. Tidak mampu duduk lama, Aktif tidak normal
inginnya berbaring saja.
9. Rambut warna kuning dan Rambut hitam dan lebat tidak normal
jarang.
10. Konjungtiva pucat Tidak anemis anemia
11. Bibir kering dan pecah- Bibir merah merona dehidrasi
pecah
12. Tampak retraksi Tidak terdapat retraksi tidak normal
supraklavikula, intercostal
dan epigastrium
13. Tidak ada wheezing Tidak ada wheezing Normal
14. Terdengar ronki basah Terdengar suara tidak normal
halus nyaring pada kedua vesikuler
lapangan paru
15. Tampak hematom di Tidak tampak hematom tidak normal
ekstremitas inferior dan
superior, dan abdomen.
16. Tampak luka laserasi pada Tidak terdapat laserasi tidak normal

27
telapak tangan kanan.
17. Tampak jejas bentuk Tidak ada bentuk tidak normal
setrika yang menghitam setrika di punggung
pada punggung.
18. Tanda-tanda fraktur tidak Tidak ada fraktur Normal
ditemukan.
19. Genital tidak ditemukan Genital sehat Normal
kelainan.
20. Pemeriksaan Sesuai dengan usia 7 Keterlambatan
perkembangan dengan tahun pertumbuhan dan
menggunakan KPSP perkembangan.
didapatkan sesuai dengan
anak usia 5 tahun pada
semua sektor
perkembangan.

Mekanisme abnormal

1) Lemah: lemah terjadi karena kurangnya asupan makanan sehingga


kurangnya energi yang diperlukan untuk beraktifitas. Dipengaruhi
oleh factor ekonomi yang rendah. Bisa juga dikarekan oleh terjadi
penurunan nafsu makan.
2) Ketakutan: ketakutan yang dialami dikarenakan kekerasan psikis
yang diterimanya dari ibu dan kakeknya sehingga menyebabkan afek
sedih dan juga penurusan kepercayaan diri serta menjadi takut
dengan lingkungan sekitar.
3) Menggigil: Penigkatan set point suhu diotak menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah yang mengakibatkan menggigil.
4) Sangat pendek dan kurus disebabkan kekurangan gizi pada Andre
5) Takikardi: Meningkatnya denyut nadi sebagai kompensasi karena
adanya gejala sesak napas dikarenakan infeksi saluran napas yang
diderita

28
6) Takipneu: Meningkat karena terdapat gangguan ventilasi diakibatkan
oleh sekret yang dihasilkan dari inflamasi pada infeksi pada
pneumonia (kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen)
7) Demam: Suhu tinggi diakibatkan adanya proses inflamasi pada
infeksi saluran nafas yang merangsang pyrogen dan sitokin yang
selanjutnya menuju hipotalamus anterior dan meningkatkan PGE2
yang menyebabkan terjadinya peningkatan set point suhu di otak
8) Tidak mampu duduk lama: Kurang gizi dan adanya kekerasan fisik
dan psikis
9) Rambut kuning dan jarang: Sebagai salah satu dampak dari
kekurangan gizi
10) Anemia: Konjuctiva anemis dikarenakan kekurangan zat besi
11) Dehidrasi: Salah satu gejala gizi buruk, sebagai manifestasi dari
kekurangan cairan
12) Retraksi dinding dada: Retraksi dikarenakan adanya peningkatan
usaha nafas yang dilakukan sebagai respon dari kesulitan bernafas
yang dialami. Kurang gizi juga mengakibatkan retraksi
13) Ronli basah: Suara nafas tambahan khas yang ada pada pneumonia
yang dihasilkan dari suara udara yag melewati cairan pada paru
(sekret) yang terdapat karena adanya peradangan yang menyebabkan
infeksi
14) Hematom: Hematon terjadi karena pecahnya pembuluh darah yang
diakibatkan oleh benturan keras atau pukulan yang diterima andre
dari ibunya
15) Luka laserasi: Laserasi pada telapak tangan dapat diakibatkan oleh
pukulan atau benturan benda tumpul yang kuat
16) Jejas hitam: Jejas hitam merupakan hasil dari proses penyembuhan
luka bakar yg didapat dari setrika
17) KPSP sesuai anak 5 tahun: kurang gizi, dan kurangnya perhatian dan
kasih sayang dari orang tua menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan.

29
b. Apa saja indikator pemeriksaan KPSP pada kasus?

IDAI bersama DEPKES menyusun penggunaaan KPSP sebagai ala


t praskrening perkembangan sampai anak usia 6 tahun, pemeriksaan dilak
ukan setiap 3 bulan untuk di bawah 2 tahun dan setiap 6 bulan hingga ana
k usia 6 tahun.

Pemeriksaan KPSP adalah penilian perkembangan anak dalam 4 se


ktor perkembangan yaitu : motorik kasar, motorik halus, bicara/bahasa dan
sosialisasi/kemandirian.

Tujuan KPSP untuk mengetahui perkembangan anak normal/sesuai


umur atau adanya penyimpangan. Monitoring perkembangan secara rutin
dapat mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan secara dini pada an
ak.

Pada kasus (Andre) berusia 7 tahun dengan hasil KPSP sesuai deng
an anak usia 5 tahun. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa Andre m
engalami penyimpangan keterlambatan perkembangan dalam hal motorik
kasar, motorik halus, bicara/bahasa dan sosialisasi/kemandirian pada anak
berusia 7 tahun.

c. Apa dampak dari hasil pemeriksaan KPSP yang tidak sesuai dengan usian
ya?

Andre mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.


Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, em
osi, dan perilaku.

1) Gangguan Pertumbuhan Fisik: gangguan pertumbuhan di bawah nor


mal.
2) Gangguan perkembangan motorik: kelemahan pada tonus otot

30
3) Gangguan perkembangan bahasa: kesulitan berbicara
4) Gangguan Emosi dan Perilaku: sulit mengendalikan emosi dan perila
ku

d. Pada usia 7 tahun bagaimana seharusnya perkembangan yang baik?

1) Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif merupakan kemampuan anak untuk b


erpikir secara logis tentang hal yang bukan bersifat abstraksi. Kemam
puan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapatmenggali obje
k atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah.

2) Perkembangan Moral

Perkembangan moral anak didasarkan pada perkembangan ko


gnitif anak.

3) Perkembangan Spiritual

Anak usia sekolah berada pada tahap 2 perkembangan spiritua


l, yaitu pada tahapan mitos–faktual. Anak-anak belajar untuk membe
dakan khayalan dan kenyataan.

4) Perkembangan Psikoseksual

Selama fase ini, fokus perkembangan adalah pada aktivitas fis


ik dan intelektual, sementara kecenderungan seksual seolah ditekan.

5) Perkembangan Psikososial

Masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai krisis antar


a keaktifan dan inferioritas.

e. Bagaimana cara mengejar ketertinggalan perkembangan pada Andre?

31
Diperbaiki asupan gizinya sampai status gizinya normal dan dilaku
kan berbagai terapi atau stimulasi dari aspek motorik kasar, motorik halus,
bicara/bahasa dan sosialisasi/kemandirian.

f. Apa saja pemeriksaan tambahan yang harus dilakukan untuk Andre?

Pemeriksaan tambahan yang diperlukan adalah pemeriksaan status


mental, rontgen, usg, darah rutin dan urin rutin.

IV. Sintesis

1. Kedokteran Keluarga

Primary Health Care


Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai
penyaring di tingkat primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder,

32
rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama di
bawah naungan peraturan dan perundangan. Konsil Kedokteran Indonesia
tahun 2006 menetapkan sembilan karakteristik pelayanan primer yaitu:
komprehensif dan holistik, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif
dan kolaboratif, pasien sebagai bagian integral keluarga, mempertimbangkan
lingkungan (tempat tinggal dan kerja), menjunjung tinggi etika dan hukum,
sadar biaya dan sadar mutu, dapat diaudit dandipertanggungjawabkan.
Implementasi konsep primary health care dalam pelayanan kesehatan
berbeda, antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju.
Indonesia contohnya, sebagai salah satu negara berkembang, penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan primer
diselenggarakan secara terpadu melalui pelayanan kesehatan primer. Hal ini
karena masalah kesehatan masyarakat Indonesia masih dominan dan jumlah
serta kategori petugas atau sarana kesehatan masih terbatas. Sedangkan di
negara-negara maju, pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan secara
terpisah dari pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelayanan dokter
keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh petugas dan
sarana kesehatan masyarakat yang didirikan khusus untuk hal tersebut,

Kompetensi Dokter Keluarga yang Diharapkan


Seorang dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang
lebih dibandingkan seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Hal
ini sangat perlu ditekankan karena begitu banyak permasalahan kesehatan
yangharus dibenahi. Mellinium Development Goals (MDG’s), target
pencapaian derajat kesehatan yang lebih baik, merupakan suatu program
dibidang kesehatan yang dijalankan dalam rangka perbaikan kualitas
kesehatan masyarakat.
MDG’s yang ditargetkan pada tahun 2015 menuntut seorang dokter memiliki
kompetensi lebih dalam merealisasikan program tersebut. Dalam
mewujudkan MDG’s seorang tenaga medis diharapkan mampu
mengobservasi, mendiagnosis, memberikan terapi yang tepat, dan melakukan

33
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan.
Program MDG’s yang dicanangkan oleh pemerintah ini juga berkaitan dengan
globalisasi kesehatan, di mana kesiapan dan kemantapan tenaga kesehatan
suatu negara akan menjadi sorotan publik di seluruh dunia. Globalisasi dunia
menuntut sorang dokter atau tenaga kesehatan untuk lebih maksimal dalam
memberikan pelayanankesehatan.
Paradigma sehat yang lebih menekankan pada kualitas hidup dari pada
sekedar penyembuhan penyakit, membutuh tenaga kesehatan yang
profesionalisme yang diutamakan pada dokter pelayanan primer. Dokter
pelayanan primer adalah dokter keluarga yang memberikan pelayanan
pertama secara berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan
individu, keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pendekatan dokter keluarga sebagai
primary health care merupakan suatu solusi dan jalan dalam mewujudkan
kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang lebih baik. Di sisi lain,
pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum berkembang dengan baik dan
sebagaimana mestinya karena tidak ditopang oleh sistem pembiayaan
kesehatan yang sesuai. Diharapkan dengan adanya sistem pembiayaan ini,
pelayanan dokter keluarga dapat terselenggara dan berkembang sesuai dengan
yang diharapkan. Sistem pembiayaan yang selama ini berlaku bukan fee for
services, dalam arti kata, biaya pengobatan dibayar bukan atas pelayanan
yang diberikan oleh seorangdokter.
Wawasan ilmu kedokteran telah dikemukakan oleh Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia dan Komisi Bidang Ilmu Kedokteran pada tahun
1995,yaitu: mencakup ilmu-ilmu pengetahuan yang mempelajari proses
tumbuh kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai dengan akhir
hayat, serta berbagai konsep yang melandasi hidup dan kehidupan mulai pada
tingkat molekuler sampai dengan tingkat individu utuh. Jadi bidang garapan
utama studi ilmu kedokteran adalah perubahan, penyimpangan atau keadaan
tidak optimalnya fungsi organ tubuh secara terpadu pada tingkat individu utuh

34
sampai tingkat molekuler, dan adanya faktor genetik. Ilmu kedokteran
keluarga adalah ilmu yang mempelajari:
1) Dinamika kehidupan keluarga dalamlingkungannya
2) Pengaruh penyakit dan keturunan terhadap fungsikeluarga
3) Pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit serta
permasalahan kesehatankeluarga
4) Berbagai cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi keluarga
dalam keadaannormal.

Dokter Keluarga di Indonesia


Konsep dokter keluarga di Indonesia pertama diajukan oleh IDI pada
tahun 1980 sebagai hasil Muktamar ke –17 dengan latar belakang sebagai
berikut:
1. DK sebagai alternatif pengembangan karier dokter disamping karir spesialis
2. DK untuk memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan yang termaksud pada
SKN pada waktu itu. Masalah mutu pada waktu itu masih belum menjadi
sorotanbenar
3. DK untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan dengan menerapkan
sistem pelayanan kesehatanterkendali
4. DK untuk menahan dampak negatifspesialisasi
Dalam Mukernya yang ke-18 IDI menetapkan definisi DK sebagai
berikut: Dokter Keluarga adalah dokter yang memberi pelayanan kesehatan
yang berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga sehingga ia
tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tapi sebagai
bagian dari unit keluarga dan tidak anya menanti secara pasif tetapi bila perlu
aktif mengunjungi penderita atau keluarganya Dengan definisi demikian IDI
menggambarkan ciri pelayanan DK sebagai berikut:
1) DK melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai anggota
satu keluarga bakan anggotamasyarakatnya

35
2) DK memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan perhatian
kepada penderitanya secara lengkap dan sempurna,jauh melebihi apa
yangdikeluhkannya
3) DK memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan
derajat kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta
mengobatinya penyakit sedini mungkin
4) DK mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan
berusaha memenuhi kebutuhan itu sebaik-baiknya
5) DK menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan tingkat pertama dan ikut
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatanlanjutan
Akan tetapi setelah sekian lama, kedudukan DK dalam sistem
pelayanan kesehatan kita masih belum jelas. Untuk peningkatan
pengembangan DK disadari bahwa perlu tekad politis (political will) dari
Pemerintah, profesi dan masyarakat untuk mengukuhkan kedudukan DK
dalam sistem pelayanan kesehatan kita. Tekad politis pihak profesi hendaknya
dipertegas dengan menyadari bawa pelayanan DK baru dapat dijalankan kalau
pelaksananya menguasai Kedokteran Keluarga (Family Medicine) sebagai
body of knowledge yang digunakannya dalam memberikan pelayanan
kedokteran. Upaya sinergisme dalam rangka pengembangan DK di Indonesia
itu telah dilakukan dalam suatu wadah kerjasama tripartit pengembangan DK
di Indonesia yang terdiri dari Depkes, KDKI/IDI dan Fakultas Kedokteran.

Peran Dokter Keluarga Dalam Sistem Jaminan


Pemeliharaan Kesehatan

Tugas Dokter Keluarga dalam system Jaminan Pemeliharaan Kesehatan :


Memberikan pelayanan kesehatan paripurna kepada peserta dan
keluarganya, dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal
Fungsi Dokter Keluarga :

36
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, efektif dan efisien,sesuai
ketentuan yang berlaku
2. Meningkatkan peranserta keluarga dan masyarakat
peserta agar berperilaku hidupsehat
3. Menjalin kerjasama dengan semua fasilitas kesehatan dalam rangka
rujukan
4. Menjaga agar sumberdaya yang terbatas digunakan seefisienmungkin
5. Menjaga hubungan baik dan terbuka dengan para pelakujaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakatlainnya

Hak Dan Tanggung Jawab Dokter Keluarga dalam Sistem jaminan


Pemeliharaan Kesehatan.
Hak Dokter Keluarga :
1) Menerima pembayaran pra-upaya dengan sistimkapitasi
2) Memperoleh bonus atau insentif lain atas prestasikerjanya
3) Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta yang tidak mematuhi
ketentuanJPKM
4) Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta bila tidak tercakup
dalam kontrak antara PPK dengan Badanpelayanan
5) Memutuskan kontrak kerja dengan bapel bila kesepakatan tak dipatuhi
Tanggung Jawab Dokter Keluarga
6) Bertanggung jawab atas kesehatan peserta
7) Bertanggung jawab atas pengaturan pemanfaatan sarana kesehatan untuk
keluargapeserta
8) Bertanggungjawab menyampaikan laporan utilisasi pelayanan kesehatan
kepada Badan Penyelenggarajaminan
9) Bersama-sama dengan instansi kesehatan setempat, bertanggungjawab
atas pelayanan kesehatan peserta bila terjadi kasusKLB
Standar Kompetensi Dokter Keluarga
Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara dokter keluarga dengan
dokter yang melaksanakan pelayanan dengan pendekatan kedokteran

37
keluarga, memang sangat sulit dilakukan. Namun demi kepentingan pasien,
dokter yang bekerja di pelayanan primer diharapkan memiliki kemampuan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga.
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam
banyak terbitannya. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga
adalahmemberikan/mewujudkan:
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dankolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari
keluarganya.
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempattinggalnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika danhukum.
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapatdipertanggungjawabkan.
9. Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.

Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan,


maka disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk
dapat disebut sebagai dokter keluarga.
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar
Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah:
1) Kompetensidasar
a) Keterampilan KomunikasiEfektif
b) Keterampilan KlinisDasar

38
c) Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis,
ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokterankeluarga.
d) Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu,
keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif,
holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam
konteks Pelayanan KesehatanPrimer.
e) Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelolainformasi.
f) Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjanghayat.
g) Etika, moral, dan profesionalisme dalampraktik.
2) Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a) Bedah
b) Penyakit Dalam
c) Kebidanan dan Penyakit kandungan
d) KesehatanAnak
e) THT
f) Mata
g) Kulit dan Kelamin
h) Psikiatri
i) Saraf
j) Kedokteran Komunitas
3) Keterampilan Klinis Layanan PrimerLanjut
a) Keterampilan melakukan “health screening”
b) Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratoriumlanjut
c) Membaca hasilEKG
d) Membaca hasilUSG
e) BTLS, BCLS, danBPLS
4) Keterampilanpendukung
a) Riset
b) Mengajar Kedokterankeluarga
5) Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang IlmuPelengkap
a) Semua cabang ilmu kedokteranlainnya

39
b) Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6) Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinik Dokterkeluarga

Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi WONCA-


WHO tahun 2003 meliputi:
1) Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usiatertentu
1. Bayi barulahir
2. Bayi
3. Anak
4. Remaja
5. Dewasa
6. Wanita hamil danmenyusui
7. Lansia wanita danpria

2) Mengintegrasikan komponen asuhankomprehensif


a) Melakukan anamnesis dan pemerikasaan fisik secara memadai
b) Memahami epidemiologipenyakit
c) Memahami ragam perbedaan faali dan metabolismeobat
d) Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium danradiologi
e) Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta
penyuluhangizi
f) Memahami pokok masalah perkembangannormal
g) Menyelenggarakan konseling psikologi danperilaku
h) Mengonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila
diperlukan
i) Menyelenggarakan layanan paliatif dan menjelangajal
j) Menjunjung tinggi aspek etika pelayanankedokteran.
3) Mengkoordinasikan layanankesehatan
1. Dengan keluarga pasien
1) Penilaiankeluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluargapasien

40
3) Pembinaan dan konselingkeluarga
2. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat danepidemiologi
2) Pemeriksaan/penilaianmasyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber dayamasyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagimasyarakat
5) Advokasi/pembelaan kepentingan kesehatanmasyarakat
4) Menangani masalah-masalah kesehatan yang menonjol
a) Kelainan alergik
b) Anastesia dan penanganan nyeri
c) Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d) Kelainan kardiovaskuler
e) Kelainan kulit
f) Kelainan mata dantelinga
g) Kelainan salurancerna
h) Kelainan perkemihan dankelamin
i) Kelainan obstetrik danginekologik
j) Penyakitinfeksi
k) Kelainanmuskuloskeletal
l) Kelainanneoplastik
m) Kelainanneurologi
n) Psikiatri
5) Melaksanakan profesi dalam tim penyediakesehatan
a) Menyusun dan menggerakkantim
b) Kepemimpinan
c) Keterampilan manajemenpraktik
d) Pemecahan masalahkonflik
e) Peningkatankualitas

2. Kekerasan dan Penelantaran Anak

41
Definisi
Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan, atau perampasan hak.

Klasifikasi

Perlakuan salah terhadap anak, dibagi menjadi dua golongan besar,


yaitu (Soetjiningsih, 2002).
1) Dalam keluarga : Penganiayaan fisik, Kelalaian/penelantaran anak,
Penganiayaan emosional, Penganiayaan seksual, dan Sindrom
munchausen
2) Diluar keluarga : dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di
medan perang.
Bukan tidak mungkin anak-anak ini mendapat perlakuan salah lebih
dari satu macam perlakuan tersebut di atas. Demikian pula perlakuan salah ini
dapat diperoleh dalam keluarga dan di luar keluargaMenurut Terry E.,
kekerasan pada anak dapat diklasifikasikan dalam 4 macam, yaitu:
a. Emotional abuse
Emotional abuse dapat terjadi apabila setelah orang tua
mengetahui keinginan anaknya untuk meminta perhatian namun orang
tua tidak memberikan apa yang diinginkan anak tetapi justru
mengabaikannya. Anak akan mengingat semua kekerasan emosinal
tersebut jika hal itu terjadi secara konsisten.
b. Verbal abuse
Verbal abuse lahir sebagai akibat dari bentakan, makian orang
tua terhadap anak. Ketika anak meminta sesuatu, orang tua tudak
memberikan tetapi membentak anak. Saat anak mengajak orang tua
berbicara, orang tua tidak menanggapinya justru menghardik dengan

42
membentak. Anak akan mengingat kekerasan jenis ini jika semua
kekerasan verbal ini berlaku dalam suatu periode.
c. Physical abuse
Physical abuse adalah kekerasan yang terjadi pada saat anak
menerima pukulan dari orang tua. Kekerasan jenis ini akan diingat anak
apalagi akibat kekerasan itu meninggalkan bekas.
d. Sexual abuse
Kekerasan seksual adalah ketika anak menerima kekerasan
secara seksual dari orang dewasa.

Menurut Suharto, kekerasan pada anak dalam 4 kelompok, yaitu:


1. Kekerasan anak secara fisik
Kekerasan anak secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan
penganiyaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-
benda tertentu, yang meninmbulkan luka-luka fisik atau kematian pada
anak. Bentuk luka dapat berbentuk lecet atau memar akibat sentuhan
atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitab, ikat
pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin
panas, atau berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka
biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut,
punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak
secara fisik biasanya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai
oleh orang tuanya, seperti anak yang nakal atau rewel, menangis terus,
minta jajan, buang air, kencing atau muntah sembarangan,
memecahkan barang berharga dan lain-lain.
2. Kekerasan anak secara psikis
Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikan,
pemyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku,
gambar, dan film porno kepada anak.anak yang mendapatkan
kekerasan psikis ini umumnya menunjukkan gejala perilaku

43
maladaptif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut
keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain.
3. Kekerasan anak secara seksual
Kekerasan seksual pada anak dapat berupa perlakuan pra-kontak
seksual antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata,
sentuhan, gambar visual, exibitionism), maupun perlakukan kontak
seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest,
perkosaan, eksploitasi seksual).
4. Kekerasan anak secara sosial
Kekerasan pada anak secara sosial dapat mencakup penelantaran
anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap adan
perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak
terhadao proses tumbuh kembang anak. Misalnya, anak yang
dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan
dan perawaran kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjukkan
pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap
anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Misalnya, memaksa
anak melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik
tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapat perlindungan
sesuai dengan perkembangan fisik, psikis dan status sosialnya.
Contohnya anak yang dipaksa kerja di pabrik-pabrik yang
membahayakan dengan upah rendah dan tanpa perlatan pelindung
yang memadai, anak yang dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa
melakukan pekerjaan rumah tangga melebihi batas kemampuannya.

Jenis kekerasan menurut WHO:


Sebagian besar kekerasn terhadap anak-anak melibatkan setidaknya satu
dari enam jenis kekerasan intra personal utama yang cenderung terjadi pada
tahap yang berbeda dalam perkembangan anak.

44
1. Penganiayaan (termasuk hukuman yang kejam) melibatkan kekerasan
fisik, seksual dan psikologis/emosional dan pengabaian terhadap bayi,
anak-anak dan remaja oleh orang tua, pengasuh dan fighr otoritas lainnya,
paling sering di rumah tetapi juga di lingkungan seperti sekolah dan panti
asuhan.
2. Penindasan/Bullying (termasuk cyber-bullying) adalah perilaki agresif
yang negatif yang dilakukan oleh anak lain atau kelompok anak-anak
yang bukan saudara kandung atau mempunyai hubungan dengan korban.
Ini melibatkan gangguan fisik, psikologis atau sosial yang berulang, dan
sering terjadi di sekolah dan tempat-tempat lain di mana anak-anak
berkumpul, atau lewat media online.
3. Kekerasan remaja terkonsentrasi di kalangan anak-anak dan dewasa
muda berusia 10-29 tahun, terjadi paling sering dalam aturan perkenalan
komunitas dengan anak baru (plonco), termasuk bullying dan serangan
fisik dengan atau tanpa senjata (seperti pisau atau senjata tajam lainnya),
dan mungkin melibatkan kekerasan antar kelompok (geng).
4. Kekerasan pasangan intim (atau kekerasan dalam rumah tangga)
melibatkan kekerasan fisik, seksual dan emosional oleh pasangan intim
atau mantan pasangan. Meskipun laki-laki juga bisa menjadi korban,
kekerasan pasangan intim secara tidak proporsional lebih mempengaruhi
perempuan. Ini biasanya terjadi terhadap anak perempuan dalam
pernikahan anak dan pernikahan dini/paksa, di antara orang-orang yang
terlibat hubungan dekat tetapi belum menikah, kadang-kadang disebut
“kekerasan dalam pacaran”.
5. Kekerasan seksual meliputi hubungan seksual atau hubungan seksual
non-konsensual (tindalan seksual yang tidak melibatkan kontak (seperti
voyeurisme atau pelecehan seksual); tindalan perdagangan seksual yang
dilakukan terhadap seseorang uang tidak dapat menyetujui atau menolak;
dan eksploitasi melalui media sosial.
6. Kekerasan emosional atau psikologis termasuk membatasi gerakan anak,
pencemaran nama baik, cemoohan, ancaman dan intimidasi, diskriminasi,

45
penolakan dan bentuk-bentuk mon-fisik dari perlakuan tidak bersahabat
lainnya.

Pelaku kekerasan pada anak


Menurut KPAI (Setiawan, 2015), pelaku kekerasan pada anak bisa
dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Pertama, orang tua, keluarga, atau orang yang dekat di lingkungan rumah.
2. Kedua, tenaga kependidikan yaitu guru dan orang-orang yang ada di
lingkungan sekolah seperti cleaning service, petugas kantin, satpam, sopir
antar jemput yang disediakan sekolah.
3. Ketiga, orang yang tidak dikenal
Berdasarkan data KPAI, anak-anak menjadi korban kekerasan di
lingkungan masyarakat jumlahnya termasuk rendah yaitu 17,9 persen. Hal ini
menunjukkan, anak-anak rentan menjadi korban kekerasan justru di
lingkungan rumah dan sekolah. Artinya pelaku kekerasan pada anak justru
lebih banyak berasal dari kalangan yang dekat dengan anak.

Faktor penyebab child abuse


Terdapat 6 kondisi yang menjadi faktor penyebab terjadinya kekerasan
atau pelanggaran dalam keluarga yang dilakukan terhadap anak-anak, yaitu:
1) Faktor ekonomi
Kemiskinan yang dihadapi sebuah keluarga seringkali
membawa keluarga tersebut pada situasi kekecewaan yang
menimbulkan kekerasan.
2) Masalah keluarga
Mengacu pada situasi keluarga khususnya hubungan dengan
orang tua yang kurang harmonis. Seorang ayah akan sanggup
melakukan kekerasan terhadap anak semata-mata sebagai pelampiasan
atau upaya pelepasan rasa jengkel dan marah kepada istri. Sikap orang
tua yang tidak menyukai anak-anak, pemarah dan tidak mampu
mengendalikan emosi juga dapat menyebabkan terjadinya kekerasan

46
pada anak-anak. Bagi orang tua yang memiliki anak yang bermasalah
seperti cacat fisik atau cacat mental, seringkali mereka merasa
terbebanu atas kehadiran anak-anak tersebut dan tidak jarang orang tua
menjadi kecewa dan merasa frustasi.
3) Faktor penceraian
Perceraian dapat menimbulkan problematic kerumah tanggaan
seperti persoalan hak pemeliharaan anak, pemberian kasih sayang,
pemberian nafkah dan sebagainya. Akibat perceraian juga dirasakan
anak-anak terutama ketika orang tua menikah lagi dan anak harus
dirawar oleh ibu atau ayah tiri. Dalam banyak kasus tindakan kekerasan
tidak jarang dilakukan oleh ayah atau ibu tiri.
4) Kelahiran anak di luar nikah
Tidak jarang sebagai akibat adanya kelahiran anak di luar nikah
menimbulkan masalah diantara kedua orang tua anak. belum lagi jika
melibatkan pihak keluarga dari pasangan tersebut. Akibatnya anak akan
banyak menerima perlakukan yang tidak menguntungkah seperti: anak
merasa disingkirkanm harus menerima perlakukan diskriminatif,
tersisih atau disisihkan oleh keluarga bahkan harus menerima perlakuan
yang tidak adil dan bentuk kekerasan lainnya.
5) Menyangkut permasalahan jiwa atau psikologis
Pada berbagai kajian psikologis disebut bahwa orang tua yang
melakukan kekerasan terhadap anak-anak adalah mereka yang memiliki
masalah psikologis. Mereka senantiasa berada dalam situasi kecemasan
dan tertekan akibat mengalami depresi atau stres. Secara tipologi ciri-
ciri psikologis yang menandai situasi tersebut antara lain: adanya
perasaan rendah diri, harapan terhadap anak yang tidak realistik,
harapan yang bertolak belakang dengan kondisinya dan kurang
pengetahuan tentang bagaimana mengasuh anak.

6) Pendidikan dan pengetahuan agama

47
Faktor terjadinya kekerasan atau pelanggaran terhadap hak-hak
anak adalah tidak memiliki pendidikan atau pengetahuan religi yang
memadai.

Pada sebuah model yang disebut “The Abusive Environment Model”,


menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak
sesungguhnya dapat ditinjau dari 3 aspek, yaitu:
1) Aspek kondisi anak
a. Kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-hak anak dapat terjadi
karena fktor dari anak sendiri, yaitu:
b. Anak yang mengalami kelahiran prematur
c. Anak yang mengalami sakit sehingga mendatangkan masalah
d. Hubungan yang tidak harmonis sehingga mempengaruhi watak
e. Adanya proses kehamilan atau kelahiran yang sulit
f. Kehadiran anak yang tidak dikehendaki
g. Anak yang mengalami cacat mental maupun fisik
h. Anak yang sulit diatur
i. Anak yang meminta perhatian khusus
2) Aspek orang tua
a. Kekerasan dan pelanggaran pada anak juga dapat dikarenakan
orang tua si anak, yaitu:
b. Pernah-tidaknya orang tua mengalami kekerasan atau penganiyaan
sewaktu kecil
c. Menganggur atau karena pendapatan tidak mencukupi
d. Pecandu narkotik atau pecandu alkohol
e. Pengasingan sosial atau dikucilkan
f. Waktu senggang yang terbatas
g. Karakter pribadi yang belum matang
h. Mengalami gangguan emosi dan kekacauan saraf
i. Mengidap penyakit jiwa
j. Mengalami gangguan kepribadian

48
k. Berusia terlalu muda sehingga belum matang, kebanyakan orang
tua kelompok ini tidak memahami kebutuhan anak
l. Pendidikan yang rendah
3) Aspek lingkungan sosial
a. Kondisi-kondisi sosial juga dapat menjadi penyebab kekerasan
terhadap anak, yaitu:
b. Kondisi kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilai
materilistis
c. Kondisi sosial ekonomi yang rendah
d. Adanya nilai di dalam masyarakat bahwa anak adalah miliki orang
tuanya
e. Status wanita yang rendah
f. Sistem keluarga patriakhal
g. Nilai masyarakat yang terlalu individualistik
h. Dan sebagainya

Faktor Risiko
Faktor risiko adalah faktor-faktor yang dapat berkontribusi untuk
terjadinya suatu masalah atau kejadian. Faktor risiko terhadap kejadian
kekerasan pada anak dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu faktor sosial, orang tua
dan anak (Widiastuti & Sekartini, 2005).
Faktor masyarakat/ sosial, yaitu tingkat kriminalitas yang tinggi,
layanan sosial yang rendah, kemiskinan yang tinggi, tingkat pengangguran
yang tinggi, adat istiadat mengenai pola asuh anak, pengaruh pergeseran
budaya, stres pada para pengasuh, budaya memberikan hukuman badan
kepada anak, dan pengaruh media massa.
Faktor orang tua atau situasi keluarga, yaitu riwayat orang tua
dengan kekerasan fisik atau seksual pada masa kecil, orang tua remaja,
imaturitas emosi, kepercayaan diri rendah, dukungan sosial rendah,
keterasingan dari masyarakat, kemiskinan, kepadatan hunian (rumah tinggal),
masalah interaksi dengan masyarakat, kekerasan dalam rumah tangga, riwayat

49
depresi dan masalah kesehatan mental lainnya (ansietas, skizoprenia),
mempunyai banyak anak balita, riwayat penggunaan zat/ obat-obatan
terlarang (NAPZA) atau alkohol, kurangnya dukungan sosial bagi keluarga,
diketahui ada riwayat child abuse dalam keluarga, kurang persiapan
menghadapi stres saat kelahiran anak, kehamilannya disangkal, orang tua
tunggal, riwayat bunuh diri pada orang tua/ keluarga, pola mendidik anak,
nilai-nilai hidup yang dianut orangtua, dan kurang pengertian mengenai
perkembangan anak.
Faktor anak, yaitu, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat, dan
anak dengan masalah/ emosi.

Gambar. Faktor-faktor risiko penyebab perlakuan salah pada anak

Dampak
Menurut Soetjiningsih, 2002 :

50
a) Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak
sebayanya yang tidak mendapat perlakuan salah.
b) Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yang meliputi :
1. Kecerdasan
Berbagai penelitian melaporkan keterlambatan dalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca dan motorik. Retardasi
mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena
malnutrisi. Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh
lingkungan anak, dimana tidak adanya stimulasi yang adekuat atau
karena gangguan emosi.
2. Emosi
Terjadi gangguan emosi pada perkembangan konsep diri yang
positif dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan
sosial dengan orang lain, termasuk untuk percaya diri. Terjadi
pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau
bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi
menarik diri menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif,
perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, temper
tantrum dan sebagainya.
3. Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak
dicintai, tidak dikehendaki, muram tidak bahagia, tidak mampu
menyenangi aktivitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
4. Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badan, lebih agresif
trehadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru
tindakan orang tua mereka atau mengalihkan perasaan agresif
kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.
5. Hukuman sosial
Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman
sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit

51
teman, dan suka mengganggu orang dewasa misalnya dengan
melempari batu, atau perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.
Menurut Lidya (2009), dampak lain dari kekerasan pada anak secara umum
adalah :
1) Anak berbohong, ketakutan, kurang dapat mengenal cinta atau kasih
sayang, sulit percaya dengan orang lain.
2) Harga diri anak rendah dan menunjukkan perilaku yang destruktif.
3) Mengalami gangguan dalam perkembangan psikologis dan interaksi
sosial.
4) Pada anak yang lebih besar anak melakukan kekerasan pada temannya
dan anak yang lebih kecil.
5) Kesulitan untuk membina hubungan dengan orang lain.
6) Kecemasan berat atu panik , depresi anak mengalami sakit fisik dan
bermasalah disekolah.
7) Harga diri anak rendah.
8) Abnormalitas atau distorsi mengenai pandangan terhadap seks.
9) Gangguan Personality.
10) Kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain dalam hal
seksualitas.
11) Mempunyai tendency untuk prostitusi.
12) Mengalami masalah yang serius pada usia dewasa

Kekerasan pada anak tergantung pada pola asuh dan pola perlakuan
kita terhadap anak. Pola asuh anak juga sangat mempengaruhi kepribadian
anak. Pola asuh ini menentukan bagaimana anak berinteraksi dengan
orangtuanya. Hurlock (1998 : 30), membagi pola asuh menjadi tiga:
1. Pola asuh otoriter, orang tua memberi peraturan yang dan memaksa
untuk bertingkah laku sesuai dengan kehendak orang tua, tidak ada
komunikasi timbal balik, hukuman diberikan tanpa ada alasan dan
jarang memberi imbalan.

52
2. Pola asuh demokrasi, orang tua memberikan peraturan yang luwes serta
memberikan penjelasan tentang sebab diberikannya hukuman serta
imbalan tersebut.
3. Pola asuh permisif, orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya
kepada anak tentang langkah apa yang dilakukan anak, tidak pernah
memberikan pengarahan dan penjelasan kepada anak tentang yang
sebaiknya dilakukan anak. Dalam pola asuh ini hampir tidak ada
komunikasi orang tua dan anak, serta hampir tidak ada hukuman dan
selalu mengijinkan segala keinginan anak
Upaya pencegahan kekerasan
Evaluasi diri mengenai pandangan orangtua tentang anak, apakah
sudah tepat dan apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk anaknya.
a. Diskusi dan berbagi, dengan orang lain untuk mengetahui seberapa
baik dan tepat perlakuan dan pandangan orangtua pada anak. Perbanyak
pengetahuan, pengetahuan yang tepat dapat dilakukan dan
dipertanggungjawabkan sehingga orangtua mampu meletakkan
pandangan kita mengenai anak secara lebih tepat sehingga kita tidak
akan terkungkung oleh pandangan yang belum tentu benar.
b. Peka terhadap anak. Kepekaan terhadap anak akan membuat orangtua
bersegara melakukan tindakan apabila kita mendapati anak menjadi
korban kekerasan baik oleh anggota keluarga sendiri atau orang lain.
c. Hubungi lembaga yang berkompeten. Sekarang banyak lembaga
yang bergerak dibidang hukum, perlindungan anak dan aparat
pemerintah atau penegak hukum yang bisa membantu menghadapi
kekerasan pada anak.

53
Pengaruh kekerasan pada pertumbuhan dan perkembangan anak
Kekerasan pada anak sering dianggap hal yang wajar karena secara
sosial dipandang sebagai cara pendisiplinan anak. Kekerasan pada anak
memperoleh perhatian publik lebih serius jika korban tindak kekerasan yang
dilakukan orang dewasa kepada anak-anak jumlahnya bertambah banyak, dan
menimbulkan dampak yang sangat menyengsarakan anakanak (Irwanto et al.,
2004).
Terjadinya kekerasan dalam keluarga disebabkan oleh pengalaman
masa kecil yang berpengaruh pada kepribadian, sikap dan pandangan hidup
individu. Orang tua yang pada saat masa kecilnya mempunyai latar belakang
mengalami kekerasan cenderung meneruskan pendidikan tersebut kepada
anak-anaknya yang disebut "pewarisan kekerasan antar generasi". Kondisi
seperti ini akan menjadi suatu siklus dimana anak yang dibesarkan dengan
kekerasan nantinya juga akan membesarkan anaknya dengan kekerasan.
Anak masih berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah
pengalaman yang pernah dialami selama rentang kehidupannya.
Optimalisasi tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi pada situasi
lingkungan dimana mereka tumbuh. Lingkungan yang tidak kondusif yaitu

54
yang dapat menghambat tumbuh kembang anak sehingga menyebabkan anak
tidak dapat tumbuh secara optimal. Salah satu lingkungan yang tidak kondusif
pada anak adalah anak yang tumbuh dengan perlakuan dan kekerasan serta
peneantaran yang dialaminya (Lidya, 2009).

55
Alur Penanganan Kasus Kekerasan terhadap Anak di Puskesmas

3. Bronkopneumonia

Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013). Pneumonia merupakan penyakit
peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan
sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley
et.al., 2011)

Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan

56
di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011)
Etiologi
Bronkopneurmonia dapat disebabkan oleh bakteri (pneumococus,
Streptococus), virus pneumony hypostatik, syndroma loffller, jamur dan
benda asing.
Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung:
1) Usia
2) Status imunologis
3) Status lingkungan
4) Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
5) Status imunisasi
6) Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam sprectrum etiologi, gambaran klinis dan
strategi pengobatan.
Berikut daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia dari data di
negara maju :
Usia Etiologi Tersering Etiologi Terjarang
Lahir – 20 hari Bakteri : E.colli, Streptococcus grup Bakteri : Bkateri anaerob,
B, Listeria monocytogenes Streptococcus grup D, Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumoniae
Virus : CMV, HMV
3 minggu – 3 bulan Bakteri : Clamydia trachomatis, Bakteri : Bordetella pertusis,
Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenza tipe B,
Virus : Adenovirus, Influenza, Moraxella catharalis, Staphylococcus
Parainfluenza 1, 2, 3 aureus
Virus : CMV
4 bulan – 5 tahun Bakteri : Clamydia pneumoniae, Bakteri : Haemophilus influenza tipe
Mycoplasma pneumoniae, B, Moraxella catharalis,
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus, Neisseria
Virus : Adenovirus, Rinovirus, meningitidis
Influenza, Parainfluenza Virus : Varicela zoster

57
5 tahun - remaja Bakteri : Clamydia pneumoniae, Bakteri : Haemophilus influenza,
Mycoplasma pneumoniae Legionella sp.

Patogenesis
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi
paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian
bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian
atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan
terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi
mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak
dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus. Invasi bakteri ke
parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang
bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah,
eksudasi cairan intraalveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang
dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan
penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah
yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran
fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia.   Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan
peningkatan kerja jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti dengan
penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi
kelabu). Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari
dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan

58
dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema.
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan (Bennete, 2013)

Manifestasi Klinik
1. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat
banyak
2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.
3. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea.
4. Nadi cepat dan bersambung
5. Bradikardia relatif ketika demammenunjukkan infeksi virus, infeksi
mycoplasma atau spesies legionella.
6. Sputum purulen, kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif
terhadappreparat etiologis.
7. Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-tanda konsolidasi lebar

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Bronkopnemonia terdiri dari:
1) Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan
prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
2) Pemeriksaan radiologi memberi gambaran bervariasi:
3) Bercak konsolidasi merata para bronkopneumonia.
4) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
5) Gambaran pneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada pneumonia
stafilokokus.
6) Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi
nasofaring,bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura
atau aspirasi paru.

59
Tatalaksana
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak
terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012;
Bradley et.al., 2011)

Penatalaksaan Umum
1. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau
PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

Penatalaksanaan Khusus
1. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti
awal.
2. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
3. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah
dengan angka resistensi  penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari). Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
a) Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan
epidemiologis
b) Berat ringan penyakit
c) Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
d) Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus
dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman
yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut
kelompok usia.

60
Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
1) ampicillin + aminoglikosid
2) amoksisillin - asam klavulanat
3) amoksisillin + aminoglikosid
4) sefalosporin generasi ke-3

Bayi dan anak usia pra sekolah


1) beta laktam amoksisillin
2) amoksisillin - asam klavulanat
3) golongan sefalosporin
4) kotrimoksazol
5) makrolid (eritromisin)
Anak usia sekolah (> 5 thn)
1) amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
2) tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun).
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error)
maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam
sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak
menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam à ganti dengan
antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga
(sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema,
abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).

V. Kerangka Konsep

Andre, 7 tahun Multi disiplin


1. Dinas sosial
2. Polisi
3. Pemerintah
Kurang gizi Penelantaran Kekerasan 4. KPAI
1. Fisik 1. Fisik
2. Mental 2. Psikis
3. Edukasi 3. eksploitasi
61
Infeksi pernapasan Keterlambatan pert
umbuhan dan perke
mbangan

Intervensi

Promotif d kuratif rehabilitatif rujukan


an prevent
if

VI. Kesimpulan
Andre, anak laki-laki usia 7 tahun, mengalami infeksi pernapasan dan keter
lamabatan perkembangan akibat kekerasan fisik, psikis, penelantaran dan eksploit
asi anak.

62
DAFTAR PUSTAKA

Hurairah, Abu. (2007). Child abuse (kekerasan terhadap anak): edisi revisi. Bandung:
Penerbit Nuansa

Kekerasan pada anak (Prespektif Psikologi). Dr. Sururin (Sekretaris HIDMAT


Muslimat NU Pusat)

63
Manik, S.Z. (1999). Kekerasan terhadap anak dalam wacana dan realita. Medan: Pusat
Kajian Dan Perlindungan Anak.

Mardina, R. (2018). Kekerasan Terhadap Anak dan Remaja. Indo Datin (Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. ISSN 2442-
7659. pg. 1-12

Medise, B.E., Sekartini, R. 2014. Child Abuse and Neglect: Kecurigaan dan Tata
Laksana dalam Practical Management in Pediatrics.Jakarta: IDAI Cabang
Jakarta.

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN


PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN
2011 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN ANAK KORBAN
KEKERASAN.

Setiawan, D. (2015). KPAI: Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Tiap Tahun Meningkat.
Dikutip dari http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelaku- kekerasan-terhadap-
anak-tiap-tahun-meningkat/

Widiastuti, D. & Sekartini, R., 2005. Deteksi Dini, Faktor risiko, dan Dampak
Perlakuan Salah Pada Anak. Sari Pediatri, Vol 7, No. 2, pg. 105-112.

64

Anda mungkin juga menyukai