56/DIKTI/Kep/2005
Teori Penjulukan
ABSTRACT
Labelling theory, famously associated with Howard Becker, was resulted from deviation
studies which flourished in the late years of 1950s. Labelling theory, as part of interaction
symbolic school of thought, assumed deviation as interactional function between deviants and
non-deviants, rather than individual inherent characteristic. Labelling theory consisted of four
tenets: (1) Social label for particular action; (2) criminal act is resulted from social rules;
(2) social control is worsening criminal problems; and (4) there are interrelated bonds
within people who being labeled and their counterparts who give them any label. Media,
for some ideological reasons, implied labeling theory in their narration which acted
as a mean for social construction.
“if men define situations as real, they are real in “deviasi bukanlah merupakan kualitas dari
their consequences” (William I Thomas) 1 perilaku seseorang, namun lebih merupakan
konsekuensi dari pelaksanaan aturan yang
ditetapkan oleh kekuasaan dan sanksi yang
1. Latar Belakang Teori Penjulukan dijatuhkan. Seorang deviasi adalah orang yang
Labelling theory atau teori penjulukan dapat mendapatkan label dan menjalankan perilaku
disebut juga sebagai teori reaksi sosial. Teori ini deviasi sesuai dengan label yang diberikan oran-
orang kepadanya”
diilhami terutama oleh teori interaksi simbolik dari
George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, Teori penjulukan muncul sebagai akibat dari
and Society (1934), hanya saja diterapkan dalam studi mengenai deviasi (penyimpangan perilaku),
dunia orang-orang yang menyimpang (devians) sekitar akhir tahun 50 an dan awal tahun 60 an, dan
Menurut teori interaksi simbolik, manusia merupakan suatu penolakan terhadap teori
belajar memainkan berbagai peran dan konsensus atau teori struktural fungsional yang
mengasumsikan identitas yang relevan dengan memahami deviasi sebagai perilaku yang
peran-peran ini, terlibat dalam kegiatan yang menyimpang yang dapat mengganggu norma-
menunjukkan kepada satu sama lainnya siapa dan norma sosial di masyarakat. Teori penjulukan
apa mereka, serta mendefinisikan situasi-situasi menolak pendekatan ini. Menurut teori penjulukan,
yang mereka masuki. Perilaku mereka berlangsung deviasi bukanlah sebuah cara berperilaku,
dalam konteks sosial, makna, dan definisi situasi melainkan “nama” yang di berikan kepada sesuatu,
tersebut. sebuah label/penandaan. Ini menandakan bahwa
Teori penjulukan sering diasosiasikan deviasi bukanlah sesuatu yang inheren dengan
dengan Howard Becker yang memperkenalkannya perilaku melainkan suatu outcome bagaimana
pada 1963 2. individu dan perilaku mereka dilabel.
pada bentuk tingkah laku tertentu, tetapi properti penyimpangan, kenakalan, atau kriminal;
yang digunakan oleh individu untuk berperilaku. (2) Ada dua jenis perilaku devians:
Primary deviance, yaitu mengasumsian
3. Asumsi Dasar Teori Penjulukan bahwa tiap orang memiliki kesempatan yang
sama untuk melanggar norma-norma dan
Labelling adalah proses melabel seseorang.
peraturan sosial dengan ataupun tanpa alasan
Label, menurut A Handbook for The Study of Men-
yang jelas.
tal Health, adalah sebuah definisi yang ketika
Secondary deviance, yaitu setelah perilaku
diberikan pada seseorang akan menjadi identitas
menyimpang dilakukan dan diberikan label
diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan
sebagai trouble maker atau pembuat masalah,
tipe bagaimanakah dia. Dengan memberikan label
maka julukan ini akan melekat dan
pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia
mengarahkannya untuk melakukan
secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan
penyimpangan lebih banyak (ini yang menjadi
pada perilakunya satu per satu.
fokus teori penjulukan);
Teori penjulukan, secara sederhana, hanya
(3) Secondary deviance terbentuk setelah
menyatakan dua hal. Pertama, orang berperilaku
masyarakat/sosial peduli dan berhati-hati
normal atau tiak normal, menyimpang atau tidak
terhadap perilaku penyimpangan pertama (pri-
menyimpang, tergantung pada bagaimana orang
mary deviance);
lain menilainya. Penilaian itu ditentukan oleh
(4) Hanya setelah julukan melekat, maka
kategorisasi yang sudah melekat pada pemikiran
pergerakan perilaku kriminal justru makin
orang lain. Segala sesuatu yang dianggap tidak
meningkat.
termasuk ke dalam kategori-kategori yang sudah
dianggap baku oleh masyarakat (dinamakan re- Teori penjulukan penting, karena teori ini
sidual), otomatis akan dikatakan menyimpang berangkat dari asumsi bahwa tidak ada suatu
(seorang devians). Kedua, penilaian itu berubah tindakan pun yang secara intrinsik kriminal. Definisi
dari waktu ke waktu, sehingga orang yang kriminalitas ditetapkan oleh pihak yang berkuasa,
katakanlah hari ini dinyatakan sakit bisa dinyatakan melalui perumusan hukum dan interpretasi oleh
sehat (dengan gejala yang sama) beberapa tahun polisi, pengadilan, dan lembaga-lembaga
kemudian, atau sebaliknya. pemasyarakatan (Giddens , 1991: 129-130 dalam
Ketika seseorang mendapatkan penjulukan Mulyana, 2004:162). Menurut teori ini, proses
yang mengarah ke arah kejahatan atau perilaku penjulukan ini demikian dahsyatnya sehingga
kriminal, maka orang tersebut dapat menjadi korban-korban pendefinisian salah kaprah ini tidak
“awas” untuk melihat sisi negatif mereka (misalnya dapat menahan pengaruhnya. Karena
seperti orang yang diberi julukan nakal, kriminal, berondongan julukan yang bertentangan dengan
dan lain-lain). Teori penjulukan lebih memfokuskan pandangan mereka sendiri, citra diri asli mereka
dirinya untuk memahami kenakalan remaja karena sirna, digantikan citra diri baru yang diberikan or-
ini terjadi sepanjang waktu ketika remaja berusaha ang lain. Meskipun, pada awalnya hal tersebut
untuk membentuk identitasnya. Calhoun bertentangan dengan keinginan mereka. Dampak
menyatakan, teori penjulukan juga membantu penjulukan ini lebih hebat terutama bagi orang yang
dalam menjelaskan konsekuensi jangka panjang berada pada posisi yang lemah. Dengan kata lain,
dalam pengaruh julukan sebagai deviasi pada teori ini menyatakan bahwa bagaimana identitas
identitas sosial seseorang. diri dan perilaku dipengaruhi atau diciptakan oleh
Pada prinsipnya, penjulukan sosial terbentuk sistem sosial. Dalam teori penjulukan, ada satu
dengan sistematisasi sebagai berikut: pemikiran dasar, di mana pemikiran tersebut
(1) Orang-orang dapat terlibat dalam perilaku yang menyatakan seseorang yang diberi label sebagai
memiliki risiko untuk dijuluki sebagai seseorang yang devians dan diperlakukan
menderita setelah mereka di beri label “gila”. inheren dalam tindakan itu sendiri tetapi merupakan
(2) Kriminalitas kebanyakan disebabkan respon terhadap orang lain dalam bertindak.
oleh peraturan sosial Penjulukan itu sendiri menghasilkan atau
Ketika peraturan di anggap sebagai sesuatu memperkuat penyimpangan. Respon orang-orang
yang harus ditaati, akan tergantung pada menyimpang terhadap reaksi sosial menghasilkan
signifikansi moral masyarakatnya. Sebagai contoh, penyimpangan sekunder yang mana mereka
perilaku seks bebas bukanlah suatu hal salah di mendapatkan citra diri atau definisi diri (self-im-
negara maju, seperti Amerika ataupun negara Eropa age or self definition) sebagai seorang yang secara
lainnya. Namun, perilaku seks bebas, misalnya permanen “terkunci” dengan peran orang yang
dalam melakukan hubungan sebelum menikah, menyimpang. Penyimpangan merupakan outcome
termasuk dalam kategori perzinahan di negara atau akibat dari kesalahan sosial dan penggunaan
Islam, dan ini disebut sebagai pelanggaran bahkan kontrol sosial.
pelakunya dicap sebagai pelaku kriminal. (4) Adanya kekuatan yang saling berhubungan
(3) Kontrol sosial memperburuk masalah kriminal antara orang yang diberi julukan dengan
Teori penjulukan meyakini bahwa penjulukan penjulukan yang diberikan.
dan reaksi yang keluar sebagai “kriminal” Teori penjulukan melihat adanya bahwa
diantisipasi dengan cara yang negatif, sehingga kadang-kadang manusia adalah korban tak berdaya
menyebabkan masalah kriminalitas menjadi dari interpretasi atau label yang diberikan sorang
semakin buruk. Teori ini meyakini bahwa campur lain sedemikian rupa sehingga identitas sosial
tangan sistem peradilan terhadap kriminalitas mereka dapat dipaksakan kepada mereka sekalipun
sudah terlalu jauh, dan ini sangat berbahaya, bertentangan dengan kemauan mereka.
sehingga justru akan menjadi penyakit kriminal Pengamatan atau kasus-kasus bekas narapidana
yang inheren dengan diri seseorang. Broadly 6 di negara kita menunjukkan bahwa julukan yang
mendefinisikan, kriminal sebagai penolakan diberikan masyarakat kepada bekas narapidana
terhadap konsep legalitas dari arti kejahatan itu mengakibatkan sebagian dari bekas narapidana itu
sendiri. Teori penjulukan memiliki konsep yang menginternalisasikan julukan tersebut sehingga
kritis terhadap perilaku kriminal dan pelanggaran menjadi bagian dari citra diri dan kesadaran mereka.
hukum. Untuk memastikan, para ahli sepakat bahwa Penjulukan sebenarnya problematik. Benar
seperti pembunuh, misalnya memang patut di cela, atau salah penjulukan itu, reaksi yang diberikan
namun argumentasi ini tidak membahayakan lantas objek yang dijuluki terhadap orang lain
membuat orang bertindak kriminal. Walaupun, “membenarkan” penjulukan tersebut. Maka,
pada akhirnya, ternyata penjulukan dapat penjulukan ini telah dibuatnya sendiri. Kasus ini
menyebabkan aksi yang bervariasi dari situasi ke menjadi realitas bagi si penjuluk dan orang yang
situasi. Masyarakatlah yang menyebabkan suatu dijuluki. Pernyataan klasik dari seorang sosiolog
perilaku dijuluki sebagai tindakan kriminal. Ini ternama, William I Thomas, “if men define situa-
disebut sebagai titik pandang konstruksi sosial di tions as real, they are real in their consequences”
mana variasi kriminalitas kian berubah dari situasi masih aktual. Manusia memutuska melakukan
ke situasi yang lain, melewati ruang dan waktu. Ini sesuatu berdasarkan penafsiran atas dunia
juga disebut sebagai titik pandang interaksi sekeliling mereka.
simbolik di mana kriminalitas didefiniskan dengan Peggy Thoits menyebutkan dalam artikelnya
simbol dan makna yang dikomunikasikan antara bahwa orang yang dijuluki dengan “sakit mental”
seseorang dengan orang lain. dan digambarkan sebagai seorang yang tidak
Perilaku menyimpang bukan merupakan dapat diprediksi, berbahaya, dan tidak bisa
perlawanan terhadap norma, tetapi berbagai mengurus diri sendiri. Ia juga mengatakan bahwa
perilaku yang berhasil didefinisikan atau dijuluki seseorang yang diberi label seorang devians dan
menyimpang. Deviasi atau penyimpangan tidak diperlakukan sebagai seorang devians, maka dia