Anda di halaman 1dari 10

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.

56/DIKTI/Kep/2005

Teori Penjulukan

Dadi Ahmadi dan Aliyah Nur’aini H.

ABSTRACT

Labelling theory, famously associated with Howard Becker, was resulted from deviation
studies which flourished in the late years of 1950s. Labelling theory, as part of interaction
symbolic school of thought, assumed deviation as interactional function between deviants and
non-deviants, rather than individual inherent characteristic. Labelling theory consisted of four
tenets: (1) Social label for particular action; (2) criminal act is resulted from social rules;
(2) social control is worsening criminal problems; and (4) there are interrelated bonds
within people who being labeled and their counterparts who give them any label. Media,
for some ideological reasons, implied labeling theory in their narration which acted
as a mean for social construction.

Kata kunci: teori penjulukan, interaksionisme simbolik, kontrol sosial

“if men define situations as real, they are real in “deviasi bukanlah merupakan kualitas dari
their consequences” (William I Thomas) 1 perilaku seseorang, namun lebih merupakan
konsekuensi dari pelaksanaan aturan yang
ditetapkan oleh kekuasaan dan sanksi yang
1. Latar Belakang Teori Penjulukan dijatuhkan. Seorang deviasi adalah orang yang
Labelling theory atau teori penjulukan dapat mendapatkan label dan menjalankan perilaku
disebut juga sebagai teori reaksi sosial. Teori ini deviasi sesuai dengan label yang diberikan oran-
orang kepadanya”
diilhami terutama oleh teori interaksi simbolik dari
George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, Teori penjulukan muncul sebagai akibat dari
and Society (1934), hanya saja diterapkan dalam studi mengenai deviasi (penyimpangan perilaku),
dunia orang-orang yang menyimpang (devians) sekitar akhir tahun 50 an dan awal tahun 60 an, dan
Menurut teori interaksi simbolik, manusia merupakan suatu penolakan terhadap teori
belajar memainkan berbagai peran dan konsensus atau teori struktural fungsional yang
mengasumsikan identitas yang relevan dengan memahami deviasi sebagai perilaku yang
peran-peran ini, terlibat dalam kegiatan yang menyimpang yang dapat mengganggu norma-
menunjukkan kepada satu sama lainnya siapa dan norma sosial di masyarakat. Teori penjulukan
apa mereka, serta mendefinisikan situasi-situasi menolak pendekatan ini. Menurut teori penjulukan,
yang mereka masuki. Perilaku mereka berlangsung deviasi bukanlah sebuah cara berperilaku,
dalam konteks sosial, makna, dan definisi situasi melainkan “nama” yang di berikan kepada sesuatu,
tersebut. sebuah label/penandaan. Ini menandakan bahwa
Teori penjulukan sering diasosiasikan deviasi bukanlah sesuatu yang inheren dengan
dengan Howard Becker yang memperkenalkannya perilaku melainkan suatu outcome bagaimana
pada 1963 2. individu dan perilaku mereka dilabel.

Dadi Ahmadi dan Aliyah Nur’aini H. Teori Penjulukan 297


2. Awal Perkembangannya sistem telah menjadi bias pada masyarakat kalangan
menengah ke bawah dan statistik FBI pun
George Herbert Mead dalam bukunya Mind,
menunjukkan angka yang demikian, sehingga
Self, and Society (1934), teori interaksi simbolik
dapat menimbulkan anggapan bias yang
diterapkan dalam dunia orang-orang yang
menyudutkan, hingga akhirnya menjadi
menyimpang (devians).
penjulukan sosial.
Frank Tannenbaum (1938) 3, mungkin
Menjadi seorang kriminal merupakan status
merupakan orang yang secara khusus mulai
yang berat. Ini akan memengaruhi, bila para kriminil
merintis konsep teori penjulukan. Konsep
berada di tengah masyarakat dan diidentifikasi oleh
utamanya adalah dramatisasi iblis. Tannenbaum
publik sebagai pelaku kejahatan yang sudah pasti
menyatakan bahwa seseorang akan berperilaku
jahat. Publik tidak lagi mengidentifikasi bagaimana
sesuai dengan yang digambarkan oleh orang lain.
asal mereka, orang tua ataupun pekerjaan mereka,
Edwin M. Lemert (1951)4, dianggap sebagai
selama mereka adalah pelaku kriminal, maka
penemu pendekatan “reaksi sosial”. Pendekatan
selamanya mereka adalah kriminal. Keadaan ini
ini membedakan antara perilaku menyimpang
membuat orang yang dijuluki tersebut menjadi tidak
pertama (primary deviance) dan perilaku
nyaman. Tekanan publik kepada mereka bahwa
menyimpang kedua (secondary deviance).
mereka adalah seorang devians, justru akan
Perilaku menyimpang pertama disebabkan berbagai
membuat mereka menjadi seorang devians atau
macam alasan, bisa karena faktor biologis,
juga semakin mengokohkan mereka untuk menjadi
psikologis, ataupun sosiologis. Sedangkan
devians yang sebenarnya.
perilaku menyimpang kedua, atau deviasi intensif,
Becker mengklaim, bahwa kelompok sosial
merupakan suatu penerjemahan akan konsep
menciptakan penyimpangan (deviasi) dengan
bertahan, menyerang, dan adaptasi pada masalah
membuat aturan mendasar kepada orang-orang
yang disebabkan oleh reaksi sosial pada perilaku
tertentu dan memberikan label mereka sebagai
pertama. Reaksi sosial sangat penting untuk
orang luar. Menurut Becker, dalam Study Sociol-
dipelajari terutama ketika para ahli mulai
ogy of Deviance, setelah individu mendapat
mempelajari toleransi masyarakat. Para ahli yang
julukan menyimpang, maka mereka akan terus
mengemukakan teori reaksi sosial sering
menyimpang dan menjadi sulit untuk melepaskan
menganggap sama dengan para ahli dari teori
julukan tersebut karena orang lain melihatnya
fungsional, di mana proses didefinisikan sebagai
dengan status individu menunjuk orang luar (Out-
perilaku yang sangat penting bagi solidaritas
siders).
sosial. Terkadang, ini disebut sebagai “Kepanikan
Ini menunjukkan bahwa ketika kita mempelajari
Moral (Moral Panics) (Goode & Ben-yehuda,
devians, seseorang tidak harus menerima
1994).
penyimpangan mereka sebagaimana adanya karena
Howard S. Becker (1963), dianggap sebagai
seseorang menganggap orang-orang tersebut
penemu teori penjulukan dengan pernyataan
benar telah melakukan penyimpangan atau
“Moral Enterpreuner” untuk menggambarkan
melanggar beberapa aturan, karena proses teori
orang yang menyatakan dirinya untuk melanggar
penjulukan tidak sempurna. Penjulukan
peraturan hukum dengan menjadikan diri mereka
penyimpang tidak perlu berarti bahwa individu
sebagai kriminal. Perilaku yang melanggar hukum/
telah melakukan penyimpangan di masa lalu.
aturan ini bukanlah yang difokuskan oleh teori
Becker juga menyatakan bahwa teori
penjulukan, melainkan ketika penjulukan tersebut
penjulukan memusatkan kajian terhadap reaksi
mengenai orang-orang yang tidak bersalah dituduh
orang lain (di luar dirinya) dan pengaruh yang
dan diperlakukan seolah-olah devians oleh sistem
ditimbulkan sebagai akibat untuk kemudian
hukum.
menghasilkan penyimpangan. Becker menguatkan
Kebanyakan teori penjulukan meyakini bahwa
bahwa deviasi bukanlah suatu properti yang melekat

298 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

pada bentuk tingkah laku tertentu, tetapi properti penyimpangan, kenakalan, atau kriminal;
yang digunakan oleh individu untuk berperilaku. (2) Ada dua jenis perilaku devians:
Primary deviance, yaitu mengasumsian
3. Asumsi Dasar Teori Penjulukan bahwa tiap orang memiliki kesempatan yang
sama untuk melanggar norma-norma dan
Labelling adalah proses melabel seseorang.
peraturan sosial dengan ataupun tanpa alasan
Label, menurut A Handbook for The Study of Men-
yang jelas.
tal Health, adalah sebuah definisi yang ketika
Secondary deviance, yaitu setelah perilaku
diberikan pada seseorang akan menjadi identitas
menyimpang dilakukan dan diberikan label
diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan
sebagai trouble maker atau pembuat masalah,
tipe bagaimanakah dia. Dengan memberikan label
maka julukan ini akan melekat dan
pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia
mengarahkannya untuk melakukan
secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan
penyimpangan lebih banyak (ini yang menjadi
pada perilakunya satu per satu.
fokus teori penjulukan);
Teori penjulukan, secara sederhana, hanya
(3) Secondary deviance terbentuk setelah
menyatakan dua hal. Pertama, orang berperilaku
masyarakat/sosial peduli dan berhati-hati
normal atau tiak normal, menyimpang atau tidak
terhadap perilaku penyimpangan pertama (pri-
menyimpang, tergantung pada bagaimana orang
mary deviance);
lain menilainya. Penilaian itu ditentukan oleh
(4) Hanya setelah julukan melekat, maka
kategorisasi yang sudah melekat pada pemikiran
pergerakan perilaku kriminal justru makin
orang lain. Segala sesuatu yang dianggap tidak
meningkat.
termasuk ke dalam kategori-kategori yang sudah
dianggap baku oleh masyarakat (dinamakan re- Teori penjulukan penting, karena teori ini
sidual), otomatis akan dikatakan menyimpang berangkat dari asumsi bahwa tidak ada suatu
(seorang devians). Kedua, penilaian itu berubah tindakan pun yang secara intrinsik kriminal. Definisi
dari waktu ke waktu, sehingga orang yang kriminalitas ditetapkan oleh pihak yang berkuasa,
katakanlah hari ini dinyatakan sakit bisa dinyatakan melalui perumusan hukum dan interpretasi oleh
sehat (dengan gejala yang sama) beberapa tahun polisi, pengadilan, dan lembaga-lembaga
kemudian, atau sebaliknya. pemasyarakatan (Giddens , 1991: 129-130 dalam
Ketika seseorang mendapatkan penjulukan Mulyana, 2004:162). Menurut teori ini, proses
yang mengarah ke arah kejahatan atau perilaku penjulukan ini demikian dahsyatnya sehingga
kriminal, maka orang tersebut dapat menjadi korban-korban pendefinisian salah kaprah ini tidak
“awas” untuk melihat sisi negatif mereka (misalnya dapat menahan pengaruhnya. Karena
seperti orang yang diberi julukan nakal, kriminal, berondongan julukan yang bertentangan dengan
dan lain-lain). Teori penjulukan lebih memfokuskan pandangan mereka sendiri, citra diri asli mereka
dirinya untuk memahami kenakalan remaja karena sirna, digantikan citra diri baru yang diberikan or-
ini terjadi sepanjang waktu ketika remaja berusaha ang lain. Meskipun, pada awalnya hal tersebut
untuk membentuk identitasnya. Calhoun bertentangan dengan keinginan mereka. Dampak
menyatakan, teori penjulukan juga membantu penjulukan ini lebih hebat terutama bagi orang yang
dalam menjelaskan konsekuensi jangka panjang berada pada posisi yang lemah. Dengan kata lain,
dalam pengaruh julukan sebagai deviasi pada teori ini menyatakan bahwa bagaimana identitas
identitas sosial seseorang. diri dan perilaku dipengaruhi atau diciptakan oleh
Pada prinsipnya, penjulukan sosial terbentuk sistem sosial. Dalam teori penjulukan, ada satu
dengan sistematisasi sebagai berikut: pemikiran dasar, di mana pemikiran tersebut
(1) Orang-orang dapat terlibat dalam perilaku yang menyatakan seseorang yang diberi label sebagai
memiliki risiko untuk dijuluki sebagai seseorang yang devians dan diperlakukan

Dadi Ahmadi dan Aliyah Nur’aini H. Teori Penjulukan 299


seperti orang yang devians akan menjadi devians. (orang yang berperilaku menyimpang) yang
Dalam sosiologi dan kriminologi, teori ini menyebabkannya berperilaku sebagaimana
memfokuskan pada tendensi linguistik yang yang dilabel oleh masyarakat.
mayoritas memiliki label negatif daripada keadaan (2) Merupakan sebuah proses transfer dan
sebenarnya atau seperti deviasi dari normanya dan pengambilan tempat antara perilaku dan
ini terkait dengan konsep diri dan stereotyping. pelaku, label dengan mudah ditransfer dari satu
Sebagai terapan dari fenomenologi, hipotesis teori ke yang lainnya (Frank Tannenbaum, Crime
ini menyatakan bahwa label yang diberikan akan and Community, 1983).
mempengaruhi perilakunya, sebagian besar (3) Label berhubungan dengan bagaimana norma
penerapan ini memiliki label dan stigma yang dan perilaku dibentuk, namun begitu mudah
negatif (seperti kriminal), meningkatkan perilaku hubungan itu di putuskan (Howard S. Becker).
yang menyimpang dan menjadi suatu konsep diri. (4) Merupakan sebuah teori yang mengubah
Sebagai contoh, seorang individu yang diberi la- identitas seseorang, dengan mengubah
bel memiliki kesempatan yang kecil untuk perilaku primernya menjadi perilaku sekunder
mengonfirmasikan arti sebenarnya dari penilaian (Edwin M. Lemert).
(pelabelan) tersebut. (5) Tidak semua orang yang mendapatkan label
Dalam pandangan sosiologi, penjulukan akan mendapatkan dampak yang sama.
berkaitan dengan seseorang yang kemudian diberi Beberpa orang mungkin suka, namun yang lain
label spesifik diagnosa penyakit mental sehingga tidak. Ini disebut dengan Moral Enterpreuners
mengakibatkan penyimpangan perilaku. Sehingga, (Howard S. Becker).
orang ini kemudian seterusnya mendapat perawatan (6) Ada akibat yang berbahaya bagi korban
medis sebagai orang yang “sakit mental”. penjulukan.
Ada dua jenis masyarakat yang melakukan (7) Teori penjulukan tidak mengkhususkan
penjulukan terhadap orang lain: dengan julukan apa yang diberikan pertama
(1) Hard Labeling. Adalah orang-orang yang kali namun bagaimana orang bertahan dengan
percaya bahwa sakit mental itu tidak ada. Itu penjulukan yang diberikan.
hanyalah penyimpangan perilaku dari norma
masyarakat yang menyebabkan orang-orang 4. Empat Elemen Teori Penjulukan
percaya adanya sakit mental. Hingga
sebenarnya, sakit mental merupakan penyakit Menurut Becker dan Lemert, ada empat elemen
hasil dari konstruksi sosial dan kelainan dasar dari teori penjulukan, yaitu:
psikotis yang sebenarnya tidak ada. (1) Label sosial diberikan pada perilaku tertentu
(2) Soft Labeling. Adalah orang-orang yang Teori penjulukan menyatakan bahwa perilaku
percaya bahwa sebenarnya sakit mental itu ada, abnormal pada faktanya diciptakan oleh harapan
dan memang benar ada. Tidak seperti sosial (social expectations). Ini berarti bahwa
pendukung hard labeling, soft labeling kondisi sosial menciptakan norma-norma dan
mendukung percaya bahwa sakit mental tidak aturan-aturan yang mengharuskan setiap individu
merupakan hasil konstruksi sosial. untuk mengikutinya, dan bila tidak mengikutinya
Secara ringkas, John Hamlin menyatakan maka akan didefinisikan sebagai perilaku yang
bahwa asumsi dasar teori penjulukan dapat abnormal. Teori ini mempelajari bagaimana konteks
dituliskan sebagai berikut: sosial dan faktor sosial berpengaruh pada diag-
(1) Merupakan aplikasi dari teori interaksi nosis perilaku abnormal. Thomas Scheff (1984)5,
simbolik dari George Herbert Mead yang orang yang mendukung teori ini, menyebutkannya
memfokuskan pada perilaku menyimpang sebagai kesalahan adaptasi aturan sosial. Dia
(deviasi) dan proses-proses dari khalayak mengungkapkan bahwa kondisi seseorang yang
sosial yang menciptakan deviasi dan devians mengalami penyimpangan mental akan semakin

300 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

menderita setelah mereka di beri label “gila”. inheren dalam tindakan itu sendiri tetapi merupakan
(2) Kriminalitas kebanyakan disebabkan respon terhadap orang lain dalam bertindak.
oleh peraturan sosial Penjulukan itu sendiri menghasilkan atau
Ketika peraturan di anggap sebagai sesuatu memperkuat penyimpangan. Respon orang-orang
yang harus ditaati, akan tergantung pada menyimpang terhadap reaksi sosial menghasilkan
signifikansi moral masyarakatnya. Sebagai contoh, penyimpangan sekunder yang mana mereka
perilaku seks bebas bukanlah suatu hal salah di mendapatkan citra diri atau definisi diri (self-im-
negara maju, seperti Amerika ataupun negara Eropa age or self definition) sebagai seorang yang secara
lainnya. Namun, perilaku seks bebas, misalnya permanen “terkunci” dengan peran orang yang
dalam melakukan hubungan sebelum menikah, menyimpang. Penyimpangan merupakan outcome
termasuk dalam kategori perzinahan di negara atau akibat dari kesalahan sosial dan penggunaan
Islam, dan ini disebut sebagai pelanggaran bahkan kontrol sosial.
pelakunya dicap sebagai pelaku kriminal. (4) Adanya kekuatan yang saling berhubungan
(3) Kontrol sosial memperburuk masalah kriminal antara orang yang diberi julukan dengan
Teori penjulukan meyakini bahwa penjulukan penjulukan yang diberikan.
dan reaksi yang keluar sebagai “kriminal” Teori penjulukan melihat adanya bahwa
diantisipasi dengan cara yang negatif, sehingga kadang-kadang manusia adalah korban tak berdaya
menyebabkan masalah kriminalitas menjadi dari interpretasi atau label yang diberikan sorang
semakin buruk. Teori ini meyakini bahwa campur lain sedemikian rupa sehingga identitas sosial
tangan sistem peradilan terhadap kriminalitas mereka dapat dipaksakan kepada mereka sekalipun
sudah terlalu jauh, dan ini sangat berbahaya, bertentangan dengan kemauan mereka.
sehingga justru akan menjadi penyakit kriminal Pengamatan atau kasus-kasus bekas narapidana
yang inheren dengan diri seseorang. Broadly 6 di negara kita menunjukkan bahwa julukan yang
mendefinisikan, kriminal sebagai penolakan diberikan masyarakat kepada bekas narapidana
terhadap konsep legalitas dari arti kejahatan itu mengakibatkan sebagian dari bekas narapidana itu
sendiri. Teori penjulukan memiliki konsep yang menginternalisasikan julukan tersebut sehingga
kritis terhadap perilaku kriminal dan pelanggaran menjadi bagian dari citra diri dan kesadaran mereka.
hukum. Untuk memastikan, para ahli sepakat bahwa Penjulukan sebenarnya problematik. Benar
seperti pembunuh, misalnya memang patut di cela, atau salah penjulukan itu, reaksi yang diberikan
namun argumentasi ini tidak membahayakan lantas objek yang dijuluki terhadap orang lain
membuat orang bertindak kriminal. Walaupun, “membenarkan” penjulukan tersebut. Maka,
pada akhirnya, ternyata penjulukan dapat penjulukan ini telah dibuatnya sendiri. Kasus ini
menyebabkan aksi yang bervariasi dari situasi ke menjadi realitas bagi si penjuluk dan orang yang
situasi. Masyarakatlah yang menyebabkan suatu dijuluki. Pernyataan klasik dari seorang sosiolog
perilaku dijuluki sebagai tindakan kriminal. Ini ternama, William I Thomas, “if men define situa-
disebut sebagai titik pandang konstruksi sosial di tions as real, they are real in their consequences”
mana variasi kriminalitas kian berubah dari situasi masih aktual. Manusia memutuska melakukan
ke situasi yang lain, melewati ruang dan waktu. Ini sesuatu berdasarkan penafsiran atas dunia
juga disebut sebagai titik pandang interaksi sekeliling mereka.
simbolik di mana kriminalitas didefiniskan dengan Peggy Thoits menyebutkan dalam artikelnya
simbol dan makna yang dikomunikasikan antara bahwa orang yang dijuluki dengan “sakit mental”
seseorang dengan orang lain. dan digambarkan sebagai seorang yang tidak
Perilaku menyimpang bukan merupakan dapat diprediksi, berbahaya, dan tidak bisa
perlawanan terhadap norma, tetapi berbagai mengurus diri sendiri. Ia juga mengatakan bahwa
perilaku yang berhasil didefinisikan atau dijuluki seseorang yang diberi label seorang devians dan
menyimpang. Deviasi atau penyimpangan tidak diperlakukan sebagai seorang devians, maka dia

Dadi Ahmadi dan Aliyah Nur’aini H. Teori Penjulukan 301


akan menjadi devians (Thoits, 1999:134). identitasnya dari seorang yang bukan menympang.
Pernyataan ini dapat diartikan dalam dua hal, Sehingga berakibat bahwa dia akan melihat dirinya
bahwa proses yang terjadi adalah, pertama, secara mendasar sebagaimana julukan yang
berkaitan dengan self-labeling (penjulukan pada diberikan.
diri sendiri), dan yang kedua proses bagaimana Kedua, Deviant Career, dimana konsep
masyarakat memperlakukan mereka berdasarkan dirinya mengacu pada suatu tahapan ketika si
label yang mereka dapatkan. Sehingga, sebagai devians mulai menjadi devians secara penuh. Kai
contoh, bila masyarakat menjuluki bahwa T. Erikson7 menyatakan bahwa penyimpangan
seseorang yang dijuluki sebagai orang yang bukanlah satu bentuk perilaku yang inheren tetapi
tidak dapat diprediksi, berbahaya, dan tidak merupakan pemberian dari anggota lingkungan
mampu mengurus diri sendiri, di juluki sebagai yang mengetahuinya dan menyaksikan tindakan
orang yang sakit mental, padahal ia tidak sakit mereka secara langsung maupun secara tidak
mental, maka yang tejadi adalah, orang tersebut langsung.
bisa benar-benar sakit mental.
Adanya kekuatan yang saling berhubungan 5. Konstruksi Sosial Teori Penjulukan
antara orang yang diberi julukan dengan di Media Massa
penjulukan yang diberikan, yaitu, pertama, mas-
ter status. Dalam teori penjulukan, label dominan Konstruksi sosial dari perilaku devians
seringkali lebih mengarah pada suatu keadaan memegang peranan penting dalam proses melabel
yang disebut master status. atau menjuluki yang terjadi di masyarakat. Proses
Once someone has been successfully labelled as ini tidak hanya melibatkan penjulukan pada
criminal or deviant, the label attached may become perilaku kriminal devians, di mana perilakunya tidak
the dominant label or “master status” which is sesuai dengan norma sosial, namun juga
seeen as more important than all the other aspects merefleksikan stereotip dan stigmatisasi dari
of the person. He or she becomes a ’hooligan’ or perilaku menyimpang. Tampilan media massa yang
’thief’ rather than a father, mother, or friend. Each mempresentasikan bagaimana seorang yang
label carries ith it prejudices and images and this
mendapat julukan sakit mental atau mengalami
may lead to others interpretting the behavior of the
labelled person in a particular way.
penyimpangan perilaku sangat tergantung pada
bagaimana masyarakat memiliki persepsi tentang
Master status adalah label yang dicantelkan hal itu. Penggunaan media massa dalam
yang biasanya terlihat sebagai karakteristik yang memberikan julukan kepada seseorang sangat
lebih atau paling penting menonjol dari aspek sering kita lihat sekarang ini, dan bagaimana
lainnya pada orang yang bersangkutan. Bagi julukan tersebut memberikan pengaruh pada or-
sebagian orang julukan penyimpangan telah ang tersebut. Satu peran yang pasti, yang
ditetapkan atau biasa dikenal dengan konsep diri, dilakukan media massa dalam mengonstruksi teori
mereka akan menerima diri mereka sebagai devians. penjulukan ini adalah dengan mendramatisasi
Bagi para devians julukan tersebut menyulitkan. penayangan ataupun informasi dengan
Mereka akan mulai bertindak selaras dengan menciptakan karakter perilaku menyimpang yang
julukan tersebut. Dampaknya mungkin keluarga, harus ditakuti ataupun justru dikasihani.
teman, atau lingkungannya tidak mau bergabung Sehingga, media massa atau pers, berperan
dengan yang bersangkutan. Dengan kata lain, aktif dalam menyebarkan penjulukan tersebut. Pers
bahwa orang mengalami stigma sebagai devians merupakan lembaga kemasyarakatan dan
dengan berbagai konsekuensinya, dan akan merupakan subsistem dari sistem kemasyarakatan
dikeluarkan dari kontak hubungan-hubungan di mana ia berada bersama-sama dengan subsistem-
sosial yang ada. Kondisi seperti ini akan sangat subsistem lainnya. Dengan demikian, maka pers
menyulitkan yang bersangkutan untuk menata tidak hidup sendiri, melainkan memengaruhi dan

302 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

dipengaruhi oleh lembaga-lembaga tertentu untuk menyiratkan seseorang atau


kemasyarakatan lainnya. Dengan posisi yang peristiwa. Namun, pada saat itu mereka juga “tidak
demikian, pers selalu dituntut untuk objektif, objektif” dengan meniadakan sifat-sifat lain yang
apalagi utnuk mengetengahkan konflik-konflik sebenarnya melekat pada orang atau peristiwa
yang sensitif sifatnya. Menurut Olieb 8 , Donahue, tersebut. Walhasil, berita juga adalah opini.
dan Tichenor, dalam situasi konflik, fungsi media Demikian juga penjulukan yang dilakukan pihak
massa adalah (1) mengeliminasi konflik dan pers dalam bentuk kata-kata oleh media cetak atau
mengedepankan konsesus, serta (2) gambar oleh media televisi. Narasi atau penjulukan
mengedepankan dan menonjolkan konflik tersebut akan ditafsirkan oleh pembaca atau
Agaknya fungsi kedua inilah yang lebih pemirsa dengan cara mereka sendiri.
tampak dianut oleh pers Indoesia sekarang. Tidak Opini publik yang terbentuk, menurut para
berlebihan bila posisi dan peran pers sekarang ahli, adalah cermin dari stuktur sosial dan
tengah berada dalam posisi watch dog (anjing kebudayaan dari masyarakatnya. Opini publik
penggonggong) dan bukan lagi sebagai guard dog bukan bagian dari realitas way of life
(anjing penjaga) bagi penguasa seperti pada masa masyarakatnya, bukan pula serpihan ideologi.
Orde Baru, di mana pers berfungsi untuk meredam Opini publik pun tidak dapat diidentifikasi sebagai
opini publik, melegitimasi keputusan politik subsistem dari sistem kekuasaan, baik dalam arti
penguasa, dan mementingkan kepentingan diri power politics maupun dalam arti political power.
sendiri. Di sinilah letak critical point (titik genting)
Media berperan penting dalam pembentukan, dari pengertian opini publik pada umumnya. Sebab,
mobilisasi, dan pemeliharaan konflik jika di satu pihak opini publik itu sering ditafsirkan
antarkelompok. Peliputan atas isu, peristiwa, atau sebagai pendapat umum (public opinion), namun
pelaku konflik mencerminkan distribusi kekuasaan di lain pihak, opini publik tidak dianggap sama
dalam sistem sosial, khususnya kepentingan dengan kumpulan opni dari sejumlah individu.
kelompok dominan dalam sistem sosial tersebut. Penilaian demikian tentang opini publik merupakan
Dalam konteks ini, secara selektif, media berfungsi terminal dan sekaligus memberikan peluang bagi
mempercepat, memperlambat, menjelaskan, atau penyebaran gagasan demokratis, paling tidak, di
meredefinisikan konflik sosial. pengertian tadi, opini publik kemudian ditafsirkan
Berita yang disajikan pers, meskipun diklaim sebagai hasil dialog dinamis dari sistem sosial di
objektif, tetap saja mengandung bias. Karena, lingkungannya yang bukan hanya berlangsung
bahasa itu sendiri (termasuk bahasa gambar) terus-menerus, tetapi juga terselenggara secara
merupakan serangkaian pesan yang diciptakan tebuka dan dinamis.
oleh orang-orang yang juga pernah hidup dalam Seperti dikatakan Peter Dahlgren, realitas
historisitas tertentu. Semua perangkat nilai yang sosial menurut pandangan konstrukvis
telah mereka serap, ditambah kodisi fisiologis dan (fenomoenologis) setidaknya sebagian adalah
psikologis mereka yang situasional, turut produksi manusia, hasil proses budaya, termasuk
memengaruhi perumusan dan penyampaian berita. penggunaan bahasa. Makna adalah suatu
Pada dasarnya, bahasa (kata-kata) itu tidak konstruksi, meskipun terkadang rentan dan muskil
netral. Di dalamnya, terdapat muatan-muatan dan salah satu cara mendasar kita dalam
pribadi, sosio kultural, atau ideologis meski menghasilkan makna mengenai dunia nyata adalah
bersifat subtil. Karena itu, tidak ada berita yang lewat media massa
objektif dalam pengertian murni atau mutlak. Berita Peristiwa-peristiwa yang ditangkap media
merupakan rekonstruksi pikiran wartawan (institusi massa, berita sekalipun, jelas bukan peristiwa
pers) mengenai suatu peristiwa atau pernyataan sebenarnya, baik dilihat dari urutannya maupun
yang telah lewat. durasinya. Narasi media massa merupakan seleksi
Wartawan atau redaksi akan memilih kata-kata peristiwa yang sudah direproduksi dalam bentuk

Dadi Ahmadi dan Aliyah Nur’aini H. Teori Penjulukan 303


yang artifisial. Narasilah yang menghubungkan berprestasi. Bagi banyak orang, termasuk anak-
peristiwa sebenarnya dengan khalayak. Dan, anak, pengalaman mendapatkan label tertentu
narasi tidak sekedar menyampaikan, melainkan juga (terutama yang negatif) memicu pemikiran bahwa
menciptakan makna. dirinya ditolak. Pemikiran bahwa dirinya ditolak dan
Julukan-julukan tertentu jelas merupakan salah kemudian dibarengi oleh penolakan yang
satu pendefinisian untuk menciptakan ralitas baru sesungguhnya, dapat menghancurkan
mengenai peristiwa atau orang yang didefinisikan. kemampuan berinteraksi, mengurangi rasa harga
Narasi disini meliputi bukan hanya bersifat fiksi diri, dan berpengaruh negatif terhadap kinerja
atau jurnalistik, bahkan juga semu narasi yang seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan
diklaim sebagai objektif seperti dalam konteks kerjanya.
hukum, medis, dan ilmiah sosial.
Pada saat seseorang telah tergantung pada
hubungan-hubungan yang bersifat menyimpang
dan mulai menggunakan tindakan menyimpang
sebagai alat pelindung terhadap tekanan Catatan Akhir
masyarakat konvensional yang menjuluki
1
seseorang sebagai penyimpang, maka http://en.wikipedia.org/wiki/W._I._Thomas
penyimpangan menjadi fokus perhatian utama 2
Becker, H. 1963. Outsiders: Studies in the Sociology
reorganisasi perjalanan hidup orang itu. of Deviance. New York: The Free Press.
Berbagai studi penelitian yang menguji 3
http://www.pineforge.com/newman4study/resources/
kebenaran teori penjulukan saling bertentangan tannenba um1.htm
dan tidak meyakinkan. Kebanyakan kelompok 4
http:/ /book s.goo gle.co.id/ book s?hl=en&id=
primer (kelompok yang anggotanya melakukan yPCDLAuXZl4C&dq =edwin+m+lemert&printsec=
tindakan menyimpang) menolak untuk frontcover&source=web&ots=TPCi3hcmb4&sig=VP2CQ-
uuUESe0M8208a1X2HO_og #PPP1,M1
menyingkirkan anggota mereka yang menyimpang.
5
Mereka justru mencari jalan agar penyimpang http://www.academyanalyticarts.org/scheff.htm
tersebut dapat kembali menyesuaikan diri. 6
h t t p : / / w w w. f i n a n c e p r o j e c t . o r g / p u b l i c a t i o n s /
Kenyataan empiris menunjukkan bahwa dalam ThinkingBroadlyCTS.pdf
keadaan tertentu, penjulukan mendorong 7
http://www.yale.edu/sociology/faculty/pages/erikson/
timbulnya penjulukan selanjutnya. Sebagai 8
http://books.google.co.id/books?id=
kesimpulan dapat dikatakan bahwa penjulukan B 0 A B A A A A Q A A J & p g = PA 9 5 & l p g =
kadang kala meningkatkan tetapi kadangkala juga PA 9 5 & d q = O l i e b & s o u r c e = w e b & o t s
mengurangi timbulnya penyimpangan. =4pOEgTBmXb&sig=EAr4bWWi_
ntI16KOTAxEDBaK8jg&hl=en#PPA90,M1
Dalam buku Raising A Happy Child 9,
9
banyak ahli yang setuju, bahwa bagaimana http://www.tips-to-organize-life.com/raising-a-happy-
seseorang memandang dan merasakan dirinya child.html
sendiri akan menjadi dasar orang tersebut
beradaptasi sepanjang hidupnya. Anak yang
memandang dirinya baik akan mendekati orang lain
dengan rasa percaya dan memandang dunia
sebagai tempat yang aman, dan kebutuhan- Daftar Pustaka
kebutuhannya akan terpenuhi. Sementara anak
yang merasa dirinya tidak berharga, tidak dicintai Ali, Novel. 1999. Peradaban Komunikasi Politik
akan cenderung memilih jalan yang mudah, tidak Potret Manusia Indonesia. Bandung: PT
berani mengambil risiko dan tetap saja tidak Remaja Rosdakarya.

304 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Effendy, Onong U. 1981. Dimensi-Dimensi Thoits, Peggy A. 1999. Sociological Approaches


Komunikasi. Bandung: Penerbit Alumni. to Mental Illness. Pp. 121-138 in A Handbook
for the Study of Mental Health, edited by
Horton, paul B., & Hunt, Chester L. 1999. Sosiologi.
Allan V. Horwitz and Teresa L. Scheid. Cam-
Jakarta: Penyunting Aminudin Ram dan Titi
bridge University Press.
Sobari. Penerbit Erlangga.
Horwitz & Scheid. A Handbook for the Study of
Mental Health: Social Contexts, Theories, and Sumber Lain:
Systems. Cambridge; New York, NY. 1999. Link
B.G. & Phelen J.C. The Labelling Theory of http://en.wikipedia.org/wiki/labeling_theory
Mental Disorder (II): The Consequences of http://bitbucket.icaap.org
Labeling. dalam http://www.everything2.com/
index.pl?node_id=784096 http://www.freeessays.cc/db/44/smu105.shtml

Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian http://www.d.umn.edu/cla/faculty/hamlin/2311/


Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. labeling.html

––––––––––––. 2004. Komunikasi Populer http://www.rci.rutgers.edu


Kajian Komunikasi dan Budaya http://www.bookrags.com/wiki/Labeling_theory:
Kontemporer. Bandung: Pustaka Bani
http://www.hewett.norfolk.sch..uk/curric/soc/
Quraisy.
crime/labeling.htm
––––––––––––. 1999. Nuansa-Nuansa
http://www.d.umn.edu/cla/faculty/hamlin/2311/
Komunikasi. Bandung: PT Remaja
labeling.html.
Rosdakarya.
http://www.le.ac.uk/education/resources/SocSci/
––––––––––––––. 1999. “Teori Penjulukan Pers,
labelling.html)
Pers dan Konstruksi Sosial.” Seminar
Nasional ISKI. 2 Oktober. h t t p : / / w w w. e v e r y t h i n g 2 . c o m /
index.pl?node_id=784096
Mead, George Herbert. 1934. Mind, Self, and Soci-
ety, ed. C.W. Morris. Chicago: University of http://www.e-psikologi.com/anak/160502.htm
Chicago.

Dadi Ahmadi dan Aliyah Nur’aini H. Teori Penjulukan 305


306 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai