OLEH :
SUGIANTINI
NIM : 2019050030
i
PROPOSAL
OLEH :
SUGIANTINI
NIM : 2019050030
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
Pembimbing I
NPP. 010205008
Pembimbing II
NPP. 010403022
iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL
Proposal ini disetujui untuk dipresentasikan dan dipertanggungjawabkan pada ujian siding
proposal
Mengesahkan
Tim Penguji
Ketua : Dr. Hany Puspita A.MM.MKes
NPP. (……………
…)
Penguji I : Siti Mudrikatin,
SST.SPd.MM.M.Kes NPP.
(……………
010205008
…)
Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM Siti Mudrikatin, SST., S.Pd., M.Kes
NPP. 010201001 NPP. 010205008
RIWAYAT HIDUP
vi
A. Biodata
1. Nama : Sugiantini
2. Tempat Tanggal Lahir : Tuban, 11 November 1989
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Anak Ke : Empat
6. Alamat : Jl. Kilo Meter 8 Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru
B. Pendidikan
1. TK DHARMA ARU BENJINA : 1994-1995
2. SD INPRES UPT BENJINA : 1995-2002
3. SMPN 5 PP ARU : 2002-2005
4. SMA N 1 PP ARU : 2005-2008
5. D3 Kebidanan YAYASAN JARGARIA DOBO : 2008-2011
6. S1 Kebidanan STIKES Husada Jombang 2019 sampai saat ini.
KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya serta shalawat serta salam
semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan
dengan perubahan kenaikan berat badan di wilayah kerja puskesmas lorang tahun 2020”.
Dalam penyusunan proposal ini banyak mendapat dukungan, bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan proposal ini.
Dalam penulisan proposal ini, saya selaku penulis menyadari bahwa masih banyak
adanya kesalahan dan kekurangan dalam pembahasan materi di proposal ini. Oleh karena itu
vi
penulis mengharapkan adanya kritikan, serta saran yang positif dari seluruh pembaca, agar
proposal ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
PENULIS
SUGIANTINI
vi
viii
DAFTAR ISI
PROPOSAL......................................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................................iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL.........................................................4
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................................................5
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................6
1.1. Latar Belakang................................................................................................................11
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................15
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................................................16
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................................16
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................16
1.4. Manfaat Penelitian..........................................................................................................16
1.4.1 Manfaat Teoritis.......................................................................................................16
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................................16
1.5. Risiko Penelitian.............................................................................................................17
BAB 2............................................................................................................................................19
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................19
2.1 Konsep Kontrasepsi........................................................................................................19
2.1.1 Defenisi....................................................................................................................19
2.1.2 Metode Kontrasepsi.................................................................................................19
2.2 Kontrasepsi KB Suntik 3 bulan (DMPA).......................................................................24
2.2.1 Definisi....................................................................................................................24
2.2.2 Farmakologi.............................................................................................................25
2.2.3 Efektitivitas..............................................................................................................26
2.2.4 Cara Kerja................................................................................................................26
2.2.5 Keuntungan..............................................................................................................27
2.2.6 Keterbatasan............................................................................................................28
2.2.7 Indikasi dan Kontraindikasi.....................................................................................28
2.2.8 Cara Penggunaan.....................................................................................................29
2.2.9 Efek Samping...........................................................................................................30
2.3 Konsep Penambahan Berat Badan..................................................................................33
2.3.1 Definisi....................................................................................................................33
ix
kontrasepsi yang paling banyak dipilih adalah kontrasepsi suntik (BKKBN, Data
Statistik KB Provinsi Maluku, 2010).
Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2019),
Maluku melaporkan jumlah peserta KB aktif pada bulan September 2019 terbanyak
menggunakan suntik (50,51%), diikuti pil (18,61%), AKDR (11,97%), implan
(11,77%), MOW (4,77%), kondom (1,97%) dan MOP (0,40%). Hampir sama
dengan jumlah data di Maluku, peserta KB aktif per bulan September 2019 khusus
wilayah Surabaya lebih Zdominan memilih metode suntik dan pil dengan masing-
masing presentase sebanyak 49,49% dan 16,96%. Peserta kontrasepsi suntik di
Maluku lebih banyak dilayani di fasilitas kesehatan swasta (62,9%) dibanding di
fasilitas kesehatan pemerintah (39,6%). Di wilayah Surabaya peserta kontrasepsi
suntik lebih banyak dilayani di fasilitas kesehatan swasta (55,5%) dibanding di
fasilitas kesehatan pemerintah (38,6%).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan secara sengaja.
Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas
(Prawirohardjo, 2015). Kontrasepsi suntik yang paling banyak digunakan adalah
kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Metode ini
diberikan secara injeksi intramuskular setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
Pemakaian kontrasepsi suntik DMPA mempunyai efek samping utama yaitu
perubahan berat badan. Faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan pada
akseptor KB suntik adalah adanya hormon progesteron yang kuat sehingga
merangsang hormon nafsu makan yang ada dihipotalamus. Dengan adanya nafsu
makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan
zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan dibawah
kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih
hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh University of Texas Medical Branch, wanita yang menggunakan kontrasepsi
Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) atau dikenal dengan KB suntik 3
bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 11 pon atau 5,5
kilogram, dan mengalami peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu 3
13
tahun pemakaian. Kenaikan berat badan merupakan faktor resiko dari berbagai
penyakit, diantaranya jantung, ginjal, gangguan saraf, dan gangguan pembuluh
darah (Mansjoer, 2010). Dilihat dari segi estetika masalah peningkatan berat badan
dapat menghilangkan rasa percaya diri, sehingga mereka merasa tidak nyaman
dengan penampilan yang gemuk.
Masalah utama dengan KB suntik 3 bulan DMPA adalah perdarahan menstruasi
yang tidak teratur, nyeri payudara, kenaikan berat badan, dan depresi. Sejauh ini,
masalah yang paling umum adalah perdarahan menstruasi. Hingga 25% akseptor
berhenti pada tahun pertama karena perdarahan tidak teratur. Perdarahan berat
jarang terjadi. Dampak DMPA pada profil lipoprotein tidak pasti tetapi, penelitian
lain telah menunjukkan penurunan kolesterol HDL dan peningkatan kolesterol total
dan kolesterol LDL. Dalam uji klinis multicenter oleh Organisasi Kesehatan Dunia,
dampak buruk ini sementara hanya terjadi dalam beberapa minggu setelah injeksi
ketika kadar darah tinggi. Dampak klinis dari perubahan ini belum dilaporkan. Perlu
untuk memantau profil lipid setiap tahun pada wanita yang menggunakan KB suntik
3 bulan DMPA untuk jangka waktu yang lama.
Munculnya perubahan merugikan yang signifikan dalam kolesterol LDL dan
kolesterol HDL memerlukan pertimbangan kembali untuk memilih kontrasepsi.
Tidak ada perubahan klinis yang sangat signifikan dalam metabolisme karbohidrat
atau faktor koagulasi (Speroff L, and Fritz M. A, 2015).
Mekanisme kontrasepsi suntik DMPA dapat meningkatkan berat badan diketahui
karna kontrasepsi suntik DMPA merupakan golongan progestin. Progestin memiliki
sifat androgenik yang mempunyai efek samping metabolik berupa intoleransi
glukosa dan penambahan berat badan. Penelitian cohort yang dilakukan oleh Clark
et al. menyebutkan terjadi peningkatan berat badan sebesar 6,1 kg pada pengguna
kontrasepsi suntik DMPA selama 30 bulan pemakaian. Efek peningkatan berat
badan pada pengguna kontrasepsi suntik DMPA juga dilaporkan WHO seperti yang
dikutip oleh Cunningham, dimana pada tahun pertama pemakaian terjadi
peningkatan berat badan rata-rata sebesar 2,7 kg, 4 kg setelah 2 tahun, dan 7 kg
setelah 3 tahun pemakaian.
14
Penelitian cohort yang lain dilakukan oleh Bonny et al. hasilnya menunjukkan,
pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA mengalami peningkatan berat badan yang
signifikan, yaitu sebesar 9,4 kg dalam 18 bulan pemakaian. Sementara pengguna pil
kombinasi hanya mengalami kenaikan berat badan sebesar 0,2 kg. Insidensi obesitas pada
akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu 4,6% setelah 6 bulan pemakaian, 9,7% setelah 12
bulan pemakaian, dan 19% setelah 18 bulan pemakaian.
Penambahan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan
oleh akseptor kontrasepsi suntik DMPA (Hartanto, 2013). Efek samping suatu metode
kontrasepsi merupakan suatu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
keputusan terhadap kelangsungan pemakaian metode kontrasepsi. Penambahan berat badan
juga menjadi salah satu alasan akseptor menghentikan kontrasepsi suntik DMPA. Masalah
perubahan berat badan yang variatif pada pengguna kontrasepsi suntik DMPA berpotensi
menimbulkan DO (dropout) pada pengguna. Hal ini mungkin cenderung dipengaruhi oleh
perubahan BB dengan perubahan body image pengguna sebagai seorang wanita.
Berdasarkan latar belakang dan fakta tersebut, perlu diteliti untuk mengetahui
bagaimana hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA dengan peningkatan
berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Lorang. Bila ada hubungan yang bermakna pada
akseptor maka dapat diupayakan berbagai pendekatan dari segi medis, misalnya memakai
alat kontrasepsi lain yang lebih sesuai dengan akseptor atau dengan melakukan diet makanan
dengan benar dan juga pendekatan dari segi yang lain.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: Apakah ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi KB suntik 3 bulan DMPA
dengan peningkatan berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Lorang ?
16
3) Bagi Profesi
Memberikan masukan dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut, meningkatkan
pemahaman dan wawasan tentang penggunaan alat kontrasepsi suntik, serta dapat
menerapkannya dalam memberikan penyuluhan kepada akseptor KB suntik 3
bulan.
4) Bagi Pelayanan
Memberikan pilihan metode kontrasepsi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
untuk memilih kontrasepsi yang efek sampingnya seminimal mungkin.
Penelitian ini tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subjek
penelitian, baik risiko fisik, sosial, ekonomi atau psikologis.
19
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi
Kontrasepsi adalah bagian dari program Keluarga Berencana sebagai bentuk
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan serta
meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan
pendidikan yang maksimal bagi anak (Hartanto, 2010; Sumini, et al., 2019).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara, baik jangka pendek atau jangka panjang dan dapat pula
bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas (Sarwono, 2016).
Terdapat berbagai macam metode kontrasepsi dinilai yang aman dan efektif
untuk para pasangan suami istri yang menginginkan untuk mengatur atau
menjarakkan kehamilan. Metode kontrasepsi yang dianggap efektif diantaranya
adalah senggama terputus, pil kombinasi, kontrasepsi suntik hormonal (kombinasi
atau progestin-only) implan dan IUD. Metode ini dinilai memiliki kemampuan
menekan angka kehamilan hingga 1/100 ibu per tahun (Greydanus, et al., 2012)
Kontrasepsi suntik hormonal merupakan salah satu metode yang populer di
Indonesia. Pada kontrasepsi ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu kontrasepsi suntik
hormonal progestin-only yang salah satunya berisi hormon Depo
Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) dan kombinasi yang salah satunya berisi
hormonMedroxyprogesterone Acetate (MPA) dan Estradiol Spionat.
2.2.1 Definisi
Kontrasepsi suntik DMPA atau Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) atau Depo
Provera adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron yang merupakan
analog dari progesteron steroid alami (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2014)
Kontrasepsi suntik 3 bulan atau yang biasa disingkat DMPA merupakan salah satu metode
kontrasepsi yang hanya mengandung hormon progesteron. DMPA merupakan analog
sintetik dari hormon progesteron steroid alami. DMPA memiliki kandungan progesteron
sintetik generasi pertama, turunan progesteron gugus asetil (Africander, et al., 2011).
25
Kontrasepsi suntik DMPA adalah kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi, aman dan
reversibel. Satu mililiter (mL) vial dan 1 mL spuit mengandung 150 mg MPA, diberikan
melalui suntikan Intra Muskuler (IM) jauh di gluteal atau otot deltoid (Kaunitz, 2016).
Kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA adalah salah satu jenis KB suntik yang di berikan setiap
3 bulan sekali yang mengandung DMPA dimana KB ini berisi sintetis dari hormon
progestin saja (Melani dkk, 2012).
Suntikan ini mengendalikan lendir serviks dan menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga menghambat transportasi gamet
oleh tuba. Penyuntikan harus dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
(Prawirohardjo, 2011).
2.2.2 Farmakologi
DMPA tersedia dalam 2 sediaan yang disuntikkan secara Intra Muskuler (IM) atau
Subkutan (SC) yang berbentuk larutan mikrokristal. Pada sediaan IM, dosis DMPA
sebesar 150 mg/1mL dan sebesar 104 mg/1mL pada sediaan SC (Kaunitz, 2016).
Kontrasepsi suntik 3 bulan mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroxyprogesterone
Asetat) atau Depo Provera yang diberikan setiap 3 bulan (12 minggu) dengan
menyutikkannya secara intramuskuler (IM). DMPA merupakan progesteron sintesis
derivat dari 17 hydroxyprogesterone yang memiliki C24H34O4 dengan bentuk mikrokristal
putih yang larut dalam air (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2014; Kaunitz,
2018).
Dosis obat atau hormon pada kontrasepsi suntik DMPA akan meningkat selama
kurang lebih 3 minggu setelah suntikan pertama, mencapai konsentrasi puncak dalam
darah hingga 7 mg/mL selama beberapa hari. Kadar akan semakin menurun sampai tidak
dapat terdeteksi antara 120 dan 200 hari setelah suntikan pertama (terdapat variasi antar
individu). Ovulasi umumnya akan terjadi kembali saat level DMPA serum < 0,1 mg/ mL.
Sedangkan, penyerapan DMPA subcutan dalam darah lebih lambat dibanding jenis
DMPA IM. Dosis yang diberikan hanya sebesar 30% lebih rendah dan konsentrasi
puncak dalam darah setengah dari konsentrasi puncak DMPA IM. Keuntungan, kerugian,
efektivitas dan efek samping dari DMPA subkutan sama dengan DMPA IM (Kaunitz,
26
2016). Menurut Hartanto (2010) akan terjadi akumulasi dari DMPA dalam darah/ serum
pada pemakaian DMPA jangka panjang lama.
Kadar progesteron serum akan rendah (<0,4 ng/mL) dalam beberapa bulan setelah
suntikan DMPA. Kadar estrogen pada wanita pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan
DMPA bervariasi namun pada umumnya lebih rendah dibanding wanita yang tidak
menggunakan kontrasepsi suntik DMPA. Wanita dengan kontrasepsi suntik 3 bulan
DMPA memiliki kadar estradiol dalam darah sekitar 10-92 pg/mL (rata-rata 40 pg/mL)
(Kaunitz, 2016).
2.2.3 Efektitivitas
Kontrasepsi suntik tiga bulan DMPA memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan/tahun (dengan syarat penyuntikan dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan) (Affandi, 2013). Menurut Kaunitz (2016) tingkat
kegagalan penggunaan kontrasepsi suntik tiga bulan DMPA selama 1 tahun yaitu sekitar
0,2% jika digunakan dengan tepat. Akseptor kontrasepsi suntik tiga bulan DMPA dengan
kunjungan ulang yang tidak tepat, dilaporkan mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan sebesar 6%. Dalam sebuah penelitian menunjukan bahwa pengguna
kontrasepsi suntik tiga bulan DMPA dengan kunjungan ulang yang tepat dalam tiga tahun
penggunaan hanya sebesar 0,7% yang dilaporkan mengalami kehamilan. Angka ini
sebanding dengan tingkat kegagalan pada wanita yang menggunakan AKDR dan implan.
Jika pemakaian tidak sesuai jadwal maka efektifitas dapat mencapai 94% dengan 6%
kehamilan tidak diinginkan (Kaunitz, 2018). Berdasarkan Planned Parenthood (2018)
dapat mencapai 99% atau 1 kehamilan dari 100 orang jika digunakan secara tepat dan
96% dengan 4 kehamilan dari 100 orang jika pemakaian tidak sesuai jadwal.
2.2.5 Keuntungan
Metode ini tidak berkaitan dengan masalah kepatuhan dan tidak berhubungan dengan
senggama. Kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA berguna bagi wanita dengan keterbatasan
mengingat untuk minum obat setiap hari (Speroff and Darney, 2013).
Menurut (Varney, Kriebs and Gegor, 2018; Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2014) keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA yaitu :
1) Efektivitas mencegah kehamilan jangka panjang.
2) Tidak ada kandungan esterogen sehingga tidak berefek pada penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah.
3) Tidak mempengaruhi ASI.
4) Wanita usia >35 tahun hingga perimenopause dapat memakai kontrasepsi ini.
5) Dapat mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
6) Perlindungan terhadap penyebab penyakt radang panggul.
7) Peningkatan lama hidup sel darah merah sehingga menurunkan kejadian anemia
sel bulan sabit.
8) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
28
2.2.6 Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA yaitu :
1) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntik).
2) Tidak dapat menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus atau infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).
3) Kesuburan akan kembali lama atau terlambat setelah penghentian pemakaian.
Data menunjukkan bahwa lebih dari 50% mantan akseptor mengalami menstruasi
kembali setelah 6 bulan dan sekitarnya 85% setelah 1 tahun (Hartanto, 2010).
Keterlambatan kembalinya fertilitas bukan disebabkan oleh adanya kerusakan
atau kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan
obat suntikan dari tempat suntikan (Affandi, 2013).
3 bulan DMPA ini tidak perlu disesuaikan dengan berat badan klien (Varney,
2017).
2) Waktu Memulai
3) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
4) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
5) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan
saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
6) Ibu yang mengggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
7) Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang
akan diberikan mulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
8) Jika Terlambat
Bila klien tidak kembali sesuai tanggal kunjungan ulang yang telah ditetapkan,
maka pemberian suntikan dilakukan 2 minggu setelah tanggal kunjungan
ulang yang telah ditetapkan, dengan syarat klien tidak hamil dan klien tidak
boleh melakukan hubungan seksual sealam 7 hari atau menggunakan metode
KB tambahan selama 7 hari (Guillebaud, 2017) WHO menyarankan bahwa
pada penggunaan KB suntik 3 bulan dapat diberikan paling lambat dalam 4
minggu dari tanggal kunjungan ulang yang telah diwajibkan (WHO, 2018).
Rasa berputar pada kepala atau sakit kepala biasanya hanya bersifat
sementara dan akan hilang setelah suntikan kedua. Hal ini terjadi disebabkan
oleh reaksi tubuh terhadap perubahan hormon (Saifuddin, 2016). Efek
samping pusing juga menjadikan alasan seorang perempuan untuk tidak
melanjutkan penggunaan KB suntik 3 bulan DMPA, meskipun bukan alasan
utama (Veisi, 2013).
6) Keputihan (leukorrhea)
Keputihan terjadi karena efek hormon progesteron yang dapat merubah flora
normal pada vagina dan merubah ph vagina, sehingga jamur mudah tumbuh
dan menimbulkan keputihan (Saifuddin, 2016).
Efek samping lain karena ketidakseimbangan hormon seperti kekeringan
vagina, nervositas/cemas/mood change, hot flushes (Affandi, 2013; Speroff
and Darney, 2003; Kaunitz, 2016).
2.3.1 Definisi
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat
badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan
harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi
yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi
dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan
yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni,
2012).
Berat badan merupkan ukuran atromometrik terpenting yang merupakan hasil
peningkatan maupun penurunan dari semua jaringan yang ada pada tubuh antara lain
tulang, lemak, otot, cairan tubuh, dan lainnya (Hartanto, 2014). Menurut Supariasa
34
(2012) komponen dari berat badan yaitu jumlah protein, lemak, air, dan mineral dalam
tubuh. Berat badan merupakan salah satu parameter yang menggambarkan masa tubuh.
Berat badan pada setiap saat bisa berubah, bisa naik maupun turun. Perubahan berat
badan sangat mudah terlihat dan diamati dan digunakan sebagai penilaian status gizi saat
ini. Bertambahnya berat badan merupakan berubahnya ukuran berat dari hasil
penimbangan sebelumnya.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDKK) tahun
2010 mendefinisikan berat badan adalah akumulasi dari total lemak tubuh, otot, tulang
ataupun cairan tubuh. Sedangkan keadaan obesitas atau peningkatan berat badan berlebih
mengacu pada kelebihan jumlah jaringan lemak/adipose (NIDKK, 2010). Tinggi dan
berat badan adalah ukuran yang paling sering digunakan sebagai pengukuran
antropometri karena peralatan yang diperlukan relatif sederhana dan tersedia secara luas
(Barasi, 2017).
Pengertian berat badan menurut Soetjiningsih adalah hasil peningkatan/penurunan
semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan
lain-lainnya.
sama. Hanya saja pada ketelitian detekto ini lebih bagus yaitu 0,1 kg. Alat ini
lebih banyak digunakan pada tempat pelayanan kesehatan.
Tujuan dari pengukuran berat badan adalah untuk pemantauan sehingga dapat
dilakukan antisipasi terhadap masalah gizi dan kesehatan lainnya yang dapat
ditimbulkan oleh perubahan berat badan. Penimbangan berat badan terbaik
dilakukan pada pagi hari, setelah bangun tidur sebelum makan pagi, sesudah
10-12 jam pengosongan lambung. Timbangan berat badan perlu dikalibrasi
pada angka nol sebagai permulaan dan memiliki ketelitian 0,1 kg. Seseorang
dikatakan memiliki berat badan yang berlebih bila memiliki berat badan
diatas berat badan idealnya sekitar (10%-20%), sedangkan lebih dari 20%
orang tersebut dikatakan obesitas (Waspadji dan Suyono, 2017).
Rumus cara menghitung berat badan normal dan berat badan yang ideal versi
indeks broca. Gunakan timbangan berat badan yang masih berfungsi dengan
baik dan akurat.
a) Berat badan normal
Berat badan normal = Tinggi badan – 100
b) Berat badan ideal
Berat badan ideal = (Tinggi badan – 100) – (10% tinggi badan – 100).
kesehatan dapat meningkat pada IMT yang lebih rendah dengan IMT ideal berkisar 19-23
dan obesitas dimulai pada IMT > 27,5 (Barasi, 2017).
Aktivitas fisik pada umumnya juga dapat dibagi menjadi tingkatan berdasarkan jenis
kegiatan yang dilakukan :
39
(1) Kegiatan ringan, hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
menyebabkan perubahan dalam pernafasan atau ketahanan. Contoh :
berjalan kaki < 3 km/jam, menyapu lantai, mencuci
Masalah obesitas merupakan masalah yang seringn terjadi pada Wanita Usia Subur
(WUS). WUS adalah wanita yang sudah menikah atau belum menikah yang berusia
15-45 tahun dan termasuk kelompok yang rawan sehingga harus selalu mendapat
perhatian (Depkes RI, 2010).
4) Pengaruh hormone
40
Bukti adanya pengaruh genetika pada perubahan berat badan terutama pada kejadian
obesitas. Individu yang berasal dari keluarga yang obesitas memiliki kemungkinan
obesitas 2-8 kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang tidak obesitas. Besar
kemungkinan bahwa penyebab obesitas bukan hanya pada satu gen tunggal namun
ada mutasi pada beberapa gen (Soegih dan Wiramihardja, 2019).
Setiap peptida/neurotransmitter yang merupakan sinyal neural dan humoral yang
mempengaruhi otak memiliki gen tersendiri yang mengkodekan. Setiap mutasi pada
gen-gen tersebut akan menyebabkan kelainan pada produksi
neuropeptida/neurotransmitter yang mempengaruhi otak, sehingga juga akan
mempengaruhi respon otak baik pada peningkatan asupan makanan atau menghambat
asupan makanan. Kejadian obesitas juga berkaitan dengan adanya mutasi secara
genetik pada gen lepin, reseptor leptin, reseptor melanocortin-4, dan pro-
opiomelanocortin (Soegih dan Wiramihardja, 2019). Beberapa penyakit keturunan
juga sangat jelas terkait dengan obesitas, yang paling menonjol antara lain sindrom
Prader-Willi dan sindrom Bardet-Biedel (Barasi, 2017).
Semua progestin berkaitan tidak hanya dengan Progesterone Receptor (PR), namun
juga dengan reseptor steroid lain seperti Glucocorticoid Receptor (GR) dan
Mineralocorticoid Receptor (MR). Hal ini memungkinkan kontrasepsi suntik 3 bulan
menimbulkan efek samping yang berbeda pada jaringan yang berbeda sesuai dengan ikatan
agonis atau antagonisnya pada berbagai reseptor (Africander, et al., 2011). Setiap
progesteron sintetik memiliki klasifikasi yang berbeda sesuai dengan generasinya dan
masing-masing memiliki struktur dan reseptor selektif yang berbedabeda.
Tabel 2.3 Aktivitas progesteron dan progesteron sintetik (Africander, et al., 2011)
Jeni Gener Progestoge Androge Antiandro Antimineralo Gluk
s a ni k ni geni k kortiko o
si k id korti
44
k oid
Pro Alami + ± ± + ±
g.
MP 1𝑠𝑡 ++ ± - - +
A
NE 1𝑠𝑡 ++ + - - -
T-
A
LN 2𝑛𝑑 ++ + - ± -
G
GE 3𝑟𝑑 + ± - ± ±
S
DN 4𝑡ℎ + - + - -
G
DR 4𝑡ℎ ++ - + + -
S
P
TM 4𝑡ℎ ++ - ± ± -
G
Keterangan :
- : tidak efektif
+ : efektif
++ : efektivitas kuat
± : tidak konsisten (memiliki) kemungkinan + atau –
MPA : Medroksiprogesteron Asetat
NET-A : Norethistherone
LNG : Levonogesterol
GES : Gestogene
DNG : Dienogest
DRSP : Drospirenone
TMG : Trimesgestone
45
20% di atas normal atau menurun 20-25% di bawah normal bila aldosteron tidak ada
(Beksinska, 2011).
Beberapa penelitian menunjukkan retensi natrium dan air tidak selalu mempengaruhi
perubahan berat badan, namun bila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama retensi
natrium dan air ini akan berpengaruh pada peningkatan berat badan. Perubahan cairan
tubuh akut akan mempengaruhi perubahan BB akut. Setiap 1 kg dari perubahan BB
menandakan sekitar 1 liter cairan hilang atau bertambah (Horne dan Swearingen, 2010).
Pada reseptor steroid yang lain, MPA menunjukkan kemampuan afinitas relaif tinggi
dalam berkaitan dengan GR. Menariknya, sebuah studi menemukan bahwa MPA
menunjukkan afinitas secara signifikan lebih tinggi dengan GR disbanding kortisol (GC
endogen pada manusia) (Africinder, et al., 2011). Menurut Greenstein and Wood (2016)
sinyal dari glukokortikoid dari kelenjar adrenal dapat bersifat oreksigenik yaitu
meningkatkan rangsangan makan yang terdapat di hipotalamus.
Glukokortikoid akan mempengaruhi nukleus arkuatus sekelompok sel kecil yang ada
dihipotalamus medial dibagian ventral dan menginduksi kerja NPY dan AgRP untuk
meningkatkan perilaku makan (Greenstein and Wood, 2016). Perubahan akibat interaksi
MPA dengan glukokortikoid dimulai setelah 3 bulan penyuntikan dan meningkat sesuai
dengan lama penggunaan (mencapai maksimal setelah 12 bulan penggunaan). Dalam
penelitian (Beksinska, 2011) dilaporkan bahwa peningkatan nafsu makan terjadi setelah
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA lebih dari 6 bulan.
Suntikan 3 bulan DMPA ini berhubungan dengan peningkatan kecil lemak tubuh dan
berat badan (Speroff and Darney, 2013). Menurut (Beksinska, 2011) peningkatan jaringan
lemak/adiposa bertanggung jawab dalam hal peningkatan BB. DMPA dilaporkan dapat
menginduksi hypoestrogenemia yang berhubungan dengan visceral fat accumulation.
Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan
sebagai lemak visceral pada hewan coba (Clark, et al., 2015). Peningkatan lemak visceral
berpengaruh pada peningkatan BB sentral pada penelitianpenelitian yang dilakukan
(NIDKK, 2010).
BAB 3
Progesteron dari KB
suntik DMPA
Merangsang kerja
NPY di hipotalamus
Faktor yang
mempengaruhi:
asupan Perubahan BB
makanan/nutrisi, Keterangan :
aktivitas fisik,
usia, pengaruh : diteliti
hormon, genetika Naik Tetap T urun
: tidak diteliti
Gambar3.1KerangkaKonseptual
48
Ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA dengan peningkatkan
berat badan pada akseptor KB.
49
BAB 4
METODE PENELITIAN
Perubahan BB
49
50
4.3.1 Populasi
Sugiyono (2012) menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA di
Puskesmas Lorang bulan September - November 2020.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian kebidanan, kriteria sampel
meliputi kriteria inklusi dan kriteri ekslusi.
Kriteria ini akan menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan
(Hidayat, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian akseptor kontrasepsi
DMPA di Puskesmas Lorang yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Zα + Zβ ₂
n = +3
0,5 ln (1+r)/(1-r)
Keterangan :
n : jumlah sampel
α : derivat baku untuk α = 0,05 sehingga Zαpenelitian ini sebesar 1,96 β : derivat
baku untuk β = 0,1 sehingga Zβpenelitian ini sebesar 1,2
r : besarnya koefisien korelasi, maka ditetapkan r = 0,4
Dengan demikian, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
n =
1,96 + 1,28 ₂
+3
0,5 ln (1+0,4)/(1-0,4)
3,24 ₂
n =
0,42 +3
2
n = (7,71) + 3
n = 62,44
51
52
53
54
data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber
langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data
sekunder). Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dengan menggunakan data
sekunder. Data sekunder merupakan pengambilan data dari dokumentasi asli berupa
buku register pelayanan KB untuk mengetahui lama pemakaian kontrasepsi suntik,
jenis kontrasepsi suntik yang digunakann dan data BB.
ρ= 1 - 6 ∑𝑑² n(n2 –
1)
Keterangan :
55
56
Menentukan populasi
Akseptor KB suntik DMPA di Puskesmas Lorang periode September - November 2020
Menentukan sampel
Akseptor KB suntik DMPAyang telah menjadi akseptor minima
l6
bulan penggunaan
, diambil dengan teknik
purposive sampling
Mengumpulkan data
Melalui buku register KB dengan lembar pengumpul data
Mengolah data
Melaluiediting, coding, tabulatingdancleaning
Menganalisa data
Melalui analisis uni
variatdan bivariat
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B. 2013. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka, pp 7-25,
36-38, 43-45, 58, 80-81, 89, 95
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi: Nutrional Care Process. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Ambarwati & Sukarsih. 2012. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Berat Badan dan
Lapisan Lemak pada Akseptor Kontrasepsi Suntik DMPA di Polindes Mengger
Karanganyar Ngawi. Jurnal Kesehatan Vol.5 No.2. 2012: 93-102
Badan Pusat Statistik. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:
Badan Pusat Statistik, pp. 82, 99-100
Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:
Badan Pusat Statistik, pp. 9, 11
Beksinska, L. M. and J. A. Smith, and F. Guidozzi. 2011. Weight Change and Hormonal
Contraception: Fact and Fiction.Obstet Gynecol 6(1): 45-56
57
58
BKKBN. 2019. Data Statistik Pengguna KB Provinsi Maluku Tahun 2019. Biro Pusat
Statistik Maluku . www.bps.Jatim.go.id. Diakses pada tanggal: 20 Agustus 2020
S
Bonny AE, Ziegler J, Harvey R, Debanne S, Secic M, Cromer B. 2016. Weight Gain in
Obese and Nonobese Adolescent Girls Initiating Depot Medroxyprogesterone.
Pediatric and Adolescent Medicine. Jan; 160
(1): 261-7
Berenson, A., M. Rahman, Yenchi. 2019. Early Weight Gain Predicting Later Weight Gain
Among Depot Medroxyprogesterone Acetate User. Obstet Gynecol:114 (2 pt 1):
279-284
Clark, M.K., J. S. Dillon, M. Sowers, and S. Nichols. 2015. Weight, Fat Mass, and Central
Distribution of Fat Increase when Women Use Depot Medroxyprogesterone
Acetaten for Contraception.International Journal of Obesity: 29(10):
1252-1258
Dahlan M. S. 2019. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika, pp 7478
Greenstein, B and D. F. Wood. 2016. The Endocrine System at a Glance. UK: Blackwell
Publishing Ltd. Terjemahan Yasmine, E dan A. D. Rachmawati.At a Glance
Sistem Endokrin. 2010. Jakarta: Erlangga, pp. 13, 93-97
Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Horne, M. M. dan P. L. Swearingen. 2000. Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam Basa.
Jakarta: EGC, pp. 2, 14-15
Ibrahim, M. M. 2019. Subcutaneous and Visceral Adipose Tissue: Structural and Functional
Differenes.Journal Compilation International Assosiation for the Study of
Obesity. 11: 11-18
Kementrian Kesehatan, RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI, vol2, hal 01-08
59
60
Lee YC, Rahman M, Berenson AB. Early Weight Gain Predicting Hater Weight Gain Among
Depot Medroxy Prohesterone Acetate Users.Obstet
Gynecol: 114 (2 pt 1):279-84
Melani, N dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana, Dilengkapi dengan Penuntun Belajar.
Yogyakarta: Fitramaya
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika,
pp. 158, 169, 172-174, 177-178
Par’i, H. M. 2016. Penelitian Status Gizi: Dilengkapi Proses Asuhan Gizi Terstandar. Jakarta
: EGC
Supariasa, I. D. N, Bakri, B., Fajar, I. 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC
Speroff, L. and P. Darney. 2013. A Clinical Guide for Contraception.Lippincott William &
Willkins. Terjemahan Sadikin, V. 2015. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta:
EGC, pp. 183-187
Sriwahyuni, E. dan C. U. Wahyuni. 2012. Hubungan antara Jenis dan Lama Pemakaian Alat
Kontrasepsi Hormonal dengan Peningkatan Berat
Badan Akseptor. The Indonesian Journal of Public Health 8(3): 112116
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, pp. 3, 61, 218
Uliyah, M. 2010. Awas KB! Panduan Aman dan Sehat Memilih Alat KB. Yogyakarta: PT
Pustaka Insan Madani, pp 115-117, 124
Varney, H., J. M. Kriebs, dan C. L. Gegor. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
EGC, pp. 419, 462, 478-480, 482, 484
61