KELOMPOK II
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020/2021
2
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
inayah-Nya serta karunia yang diberikan, sehingga makalah analisis kadar abu atau
mineral bahan pangan secara ini bisa terselesaikan. Adapun makalah ini disusun
sebagai salah satu bagian dari materi mata kuliah khusus yakni Kimia Analisis Bahan
pengalaman penyusun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak agar makalah ini lebih
banyak terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini yaitu
teman-teman dari kelompok dua yang telah bekerja sama selama penyusunan
makalah ini. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa
hanya kepada Allah SWT kita menyerahkan segalanya. Semoga kita semua mendapat
Penulis,
NIM :
3
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................
HALAMAN SAMPUL..........................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
BAB II ISI .............................................................................................
Pengantar Analisis Kadar Abu/Mineral..................................................
Sumber Mineral.......................................................................................
Integrasi ayat Al-Qur’an .........................................................................
Kode Berhalal Bahan Pangan Mineral dalam Produk.............................
Metode Analisis Kadar Abu/Mineral......................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pangan memiliki beberapa parameter kualitas yang meliputi kualitas kimia, fisik,
mikrobiologi dan organoleptik. Analisis pada bahan dan produk pangan dapat berupa
analisis nutrisi, analisis fisik, mikrobiologi, kontaminan dan bahan tambahan pangan.
Nutrisi pangan termasuk parameter kualitas komponen kimia yang penting pada
bahan dan produk pangan. Manusia sangat memperhatikan nutrisi yang ada dalam
pelindung tubuh dari berbagai penyakit fan detoksifikasi zat-zat berbahaya dalam
komponen nutrisi pangan mulai dari berdampak ringan hingga berat dan bahkan bisa
Analisis proksimat termasuk uji analisa suatu bahan pangan yang telah lama ada
dan dapat digunakan untuk menduga nilai nutrient dan nilai energi dari bahan atau
campuran bahan pakan yang berasal dari bagian komponen bahan pakan tersebut.
Analisis proksimat terdiri dari beberapa fraksi meliputi analisis kadar air, kadar
abu/mineral, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar logam. Salah
satu fraksi analisis proksimat yaitu analisis kadar abu atau biasa disebut analisis kadar
Analisis kadar abu atau mineral ditentukan dengan membakar bahan pakan
biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya ditimbang dan sisanya disebut abu. Zat
4
5
anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ask)
(Aryani, dkk., 2018: 8). Pemahaman prinsip analisis kadar abu/mineral dalam bahan
pangan dapat menjadi acuan dalam mempermudah praktisi dan akademisi memahami
setiap metode dalam analisis komponen pangan. Prinsip analisis kadar abu/mineral
bahan pangan merupakan hal yang paling penting dalam analisis pangan. Oleh karena
itu perlu diketahui dasar atau pengantar analisis kadar abu/mineral bahan pangan,
sumber abu/mineral (nabati dan hewani), integrasi ayat Al-Qur’an tentang analisis
kadar abu/mineral, kode berhalal bahan pangan abu/mineral dalam produk serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat
dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan
(Sandjaja dan Atmanita, 2009: 107). Kadar abu menggambarkan kandungan mineral
dari sampel bahan makanan yang merupakan senyawa anorganik sisa hasil
pembakaran suatu bahan organik. Semua bahan organik akan terbakar sempurna
menjadi air dan karbon dioksida (CO 2) serta amonia (NH3) sedangkan elemen-elemen
Mineral pada makanan maupun bahan pangan terdiri dari atas garam organik
seperti oksalat, asetat, malat, maupun pektat dan garam anorganik seperti sulfat,
karbonat, nitrat, klorida dan garam fosfat. Kadar mineral pada suatu bahan dalam
bentuk aslinya sangat sulit ditentukan. Oleh karena itu, penentuan kadar mineral
sering kali diwakili dengan penentuan sisa pembakaran garam mineral (pengabuan).
Jadi kadar abu sangat penting dalam penentuan gizi makanan (Lestari, dkk., 2018: 7).
Tujuan dari analisis kadar abu yaitu sebagai berikut (Harini, dkk., 2017: 117):
endosperm dengan kulit atau katul dan lembaganya. Apabila masih banyak
katul atau Lembaga terikut dalam endosperm maka tepung gandum yang
dihasilkan akan mempunyai kadar abu yang relatif tinggi. Hal ini karena pada
6
7
bagian katul kandungan mineralnya dapat mencapai 20 kali lebih banyak dari
2. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan. Penentuan kadar abu dapat
membuat jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau
3. Penentuan abu sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan.
Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi
B. Sumber Abu/Mineral
Mineral merupakan bahan yang dibutuhkan oleh tubuh karena membantu kerja
apabila ada sel yang akan dibuat, bahan utamanya adalah protein, lemak dan
karbohidrat serta mineral sebagai bahan pembantunya (Mardiah, dkk., 2016: 31).
Mineral secara umum digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut (Handayani,
1. Mineral makro, dibutuhkan oleh tubuh lebih dari 100 mg per hari dan
mineral makro yaitu natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca) dan fosfor (P).
2. Mineral mikro, dibutuhkan kurang dari 100 mg per hari dan berfungsi
sebagai enzim dan koenzim dari metabolism penting dalam tubuh. Contoh
mineral mikro yaitu zat besi (Fe), seng (Zn), iodium (I) dan tembaga (Cu).
8
Berikut penjelasan mengenai mineral makro dan mineral mikro besera sumber-
berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot serta alat angkut zat-zat
2. Kalium (K), termasuk mineral makro yang bekerja sama dengan natrium
kacang hijau dan kacang merah. Selain itu terdapat pula pada buah avokad,
3. Fosfor (P), termasuk mineral makro yang bermanfaat bagi proses klasifikasi
tulang dan gigi serta mengaktifkan berbagai enzim dan vitamin B dalam
4. Zat besi (Fe), termasuk mineral mikro yang penting dalam pembentukan sel
darah merah dan peningkatan kekebalan tubuh. Kekurangan zat besi sering
5. Sulfur (S), termasuk mineral mikro yang berfungsi untuk mencegah serangan
6. Iodium (I), termasuk mineral mikro yang jika kekurangan iodium maka akan
penyakit gondok.
7. Tembaga (Cu), sebagian besar tembaga di dalam sel darah merah berupa
Komponen mineral yang ada dalam sistem biologis dapat dibagi menjadi dua
berbahaya.
Jenis yang kedua tersebut dapat berasal dari tanah, residu penyemprotan
tanaman atau polusi industri. Di samping kepentingan nutrisi dari unsur mineral,
tersebut. Oksidasi asam askorbat dan stabilitas jus buah sangat dipengaruhi oleh Cu.
Beberapa komponen mineral dapat memacu fermentasi dan beberapa mineral lain
Kadar abu atau mineral biasanya berasal dari mineral dalam biji dan dapat juga
berasal dari kontaminasi tanah dan udara selama pengolahan. Pengaruh pengolahan
pada bahan pangan juga dapat mempengaruhi ketersediaan mineral dalam bahan.
Kadar abu sangat dipengaruhi oleh proses ekstraksi dan pencucian tepung atau pati
dengan air sehingga mineral yang larut air terbuang (Rahman, 2018: 62).
10
yang akan dikonsumsi harus mengandung mineral. Sebagaimana firman Allah dalam
Terjemahannya :
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
memilih makanan yang baik bagi dari segi kehalalan maupun kualitas dari makanan
beragam nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak dan
mineral. Beragam pilihan makanan sehat yaitu sayuran hijau. Sayuran hijau
mengandung kalium (K) dan fosfor (P) yang termasuk dalam mineral makro dan
berguna untuk mengantarkan rangsangan dari seluruh syaraf, bermanfaat bagi proses
Selain itu, makanan sehat yang lainnya yaitu terdapat pada buah-buahan. Buah-
buahan mengandung mineral kalium (K). Daging, mengandung mineral mikro yaitu
zink (Zn) yang penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Kacang-
mengandung mineral zat besi (Fe) yang penting dalam pembentukan sel darah merah
11
dan peningkatan kekebalan tubuh. Oleh karena itu, kita sebagai konsumen harus
memperhatikan produk bahan pangan yang akan kita konsumsi apakah ia termasuk
atau tidak makanan yang baik dan menyehatkan. Makanan yang baik dan sehat akan
mencerminkan jiwa yang bersih serta pikiran dan jasmani yang segar (Herman, dkk.,
2016: 107).
diharamkan (babi, darah dan bangkai), produk pangan dapat menggunakan bahan
tambahan pangan berupa turunan dari bahan yang diharamkan seperti lemak babi
(shortening). Sifat fisik bahan ini secara kasat mata tidak nampak, sehingga lebih
menyulitkan dalam penentuan halal tidaknya suatu produk ialah apabila produk yang
bersangkutan mengandung bahan aditif yang dapat berasal dari hewan, sebagai
lemak dan gliserol. Ketiga pengemulsi ini dapat berasal dari lemak hewani, dalam hal
ini yang paling banyak di negara Barat ialah lemak babi. Apabila ingin membedakan
mana yang berasal dari minyak nabati dan lemak hewani dilakukan analisis
sapi dan asam lemak babi memiliki struktur ikatan dan fungsional yang berbeda.
Produk bahan pangan pada umumnya mengandung karbohidrat, protein dan lemak.
Selain itu terdapat pula kandungan abu atau mineral (Fajriati dan Aisyah, 2010: 415).
12
Produk bahan pangan yang mengandung abu atau mineral dapat dilihat dari
kemasannya yaitu terdapat pada komposisinya. Kadar abu atau mineral dalam produk
terdiri dari garam. Karena abu merupakan residu hasil pembakaran suatu bahan pada
suhu diatas 500ºC. Nah residu ini terdiri atas mineral yang membentuk senyawa
garam. Dua macam garam ini yaitu garam organik dan garam anorganik. Garam
organik terdiri dari senyawa malat (C4H6O5), oksalat (C2O4(2-)), asetat (CH3CO-2) dan
pektat (C6H8O6). Sedangkan garam anorganik terdiri dari senyawa fosfat (PO 43-),
Setiap produk bahan pangan mempunyai barcode, jika produknya tersebut halal
maka tertera dalam kemasan logo halal dan MUI (Majelis Ulama Indonesia). MUI
dalam mengecek kehalalan bahan pangan dalam suatu produk. Lewat sebuah aplikasi
Aplikasi ini, barcode dalam produk bahan pangan dengan hanya men-scan
barcode maka dapat dilihat kandungan-kandungan dalam produk apakah dia halal
atau tidak termasuk kadar abu atau mineral dalam produk tersebut. Aplikasi ini
13
menampilkan semua kandungan dalam produk apakah dia benar-benar halal atau
hanya sekedar menampilkan logonya saja. Konsumen juga bisa melihat sertifikasi
(kering) dan dapat pula secara tidak langsung (basah). Terdapat beberapa perbedaan
antara penentuan kadar abu total secara langsun (kering) dan tidak langsung (basah).
Berikut penjelasan mengenai penentuan kadar abu total baik secara langsung (kering)
Penentuan kadar abu dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu
yang tinggi yaitu sekitar 500-600º C kemudian melakukan penimbangan zat yang
tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Sampel yang akan diabukan ditimbang
sejumlah tertentu tergantng macam bahannya. Bahan yang mempunyai kadar air
tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan terlebih dahulu. Bahan yang mempunyai
kandungan zat yang mudah menguap dan berlemak banyak pengabuan dilakukan
dengan suhu mula-mula rendah sampai asam hilang, baru kemudian dinaikkan
dalam oven dan ditambahkan zat anti buah misalnya olive atau parfin. Temperatur
dapat menguap pada suhu yang tinggi misalnya K, Na, S, Ca, P. Selain itu suhu
Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam.
berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30
menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadaan dingin, maka krus
yang berisi abu yang dia ambil dari dalam muffle harus lebih dulu di masukkan ke
dalam oven bersuhu 100ºC agar suhunya turun lalu di masukkan ke dalam desikator
sampai dingin.
Perhitungan :
penentuan trace element dan logam beracun. Pengabuan cara basah prinsipnya adalah
bahan kimia yang sering digunakan untuk pengabuan basah yaitu sebagai berikut :
akan menaikkan titik didih asam sulfat sehingga suhu pengabuan dapat di
tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu
lebih baik.
Penentuan abu yang tidak larut dalam asam dilakukan dengan mencampurkan
abu dalam asam klorida (HCl) 10%. Setelah diaduk kemudian dipanaskan selanjutnya
di saring dengan kertas Whatman nomor 52. Residu merupakan abu yang tidak larut
dalam asam yang terdiri atas pasir dan silika. Apabila abu banyak mengandung abu
jenis ini maka dapat diperkirakan proses pencucian bahan tidak sempurna ataupun
Penentuan abu yang larut dalam air dilakukan dengan melarutkan abu ke dalam
Abu yang larut dalam air ini kadang digunakan sebagai indeks kandungan buah-
buahan yang diawetkan. Cara yang umum dalam penentuan abu yang larut adalah
dengan mengabukan residu yang terdapat dalam kertas saring bebas abu pada
perlakuan tersebut. Abu yang larut dalam air adalah selisih berat abu mula-mula
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kadar abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan
yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan
yang dihasilkan.
2. Mineral secara umum digolongkan menjadi dua yaitu mineral makro dan
mikro. Mineral makro dibutuhkan oleh tubuh lebih dari 100 mg per hari dan
makro yaitu natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca) dan fosfor (P). Mineral
mikro, dibutuhkan kurang dari 100 mg per hari dan berfungsi sebagai enzim
dan koenzim dari metabolisme penting dalam tubuh. Contoh mineral mikro
yaitu zat besi (Fe), seng (Zn), iodium (I) dan tembaga (Cu).
3. Abu atau mineral penting bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, makanan
diperintahkan untuk memilih makanan yang baik bagi dari segi kehalalan
4. Kode berhalal bahan produk pangan untuk kadar abu atau mineral dapat dicek
pada kemasan atau dengan cara men-scan barcode yang ada pada kemasan
5. Penentuan kadar abu total dapat dilakukan dengan pengabuan secara langsung
16
17
B. Saran
Sebagai konsumen, harus memperhatikan produk bahan pangan yang akan
dikonsumsi. Produk bahan pangan yang akan dikonsumsi harus bersifat baik, bersih
dan bagi muslim tentunya harus halal. Selain itu, pemerintah juga harus menetapkan
regulasi dan fungsi pengawasan juga dalam melakukan analisis komponen nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, dkk. Kandungan Zat Gizi Makanan Khas Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2018.
Sandjaja dan Atmarita. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta:
Kompas, 2009.
Atma, Yoni. Prinsip Analisis Komponen Pangan Makro dan Mikro Nutrien.
Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Rahman, Syamsul. Teknologi Pengolahan Tepung dan Pati Biji-Bijian. Yogyakarta:
Deepublish, 2018.
Harini, dkk. Analisa Pangan. Jakarta: Erlangga, 2017.
Aryani, dkk. Buku Ajar Mengolah Kulit Pisang Menjadi Tepung dan Kue Donat.
Yogyakarta: Rasi Terbit, 2018.
Handayani, dkk. Agar Anak Nggak Gampang Sakit Sehat dengan Sayuran, Buah dan
Ramuan Herbal Pendongkrak Imunitas Tubuh. Jakarta Selatan: Agro Media
Pustaka, 2011.
Mardiah. Makanan Anti Kanker. Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Sigma, 2009.
Fajriati dan Aisyah. “Teknologi Pangan Hewani dalam Wacana Halal dan Haram”.
Al-Qanum 13, no. 2 (2010): h. 394-423.
Herman, dkk. “Analisis Kadar Mineral dalam Abu Buah Nipa (Nypa fructicans)
Kaliwanggu Teluk Kendari Sulawesi Tenggara”. Trop Pharm 1, no 2 (2011): h.
104-110.