Secara khusus linguistik tradisional telah berhasil membuat kelas kata yang juga disebut
penjenisan kata. Pembagian jenis kata secara tradisional meliputi : Jenis Kata Nosional (Kata
benda, kata kerja, kata ganti, kata bilangan, kata seru) dan Jenis Kata Relasional (Kata sifat/
keadaan, kata keterangan, kata sambung/ penghubung, kata depan, kata sandang). Selain itu,
linguistik tradisional juga memiliki kontribusi besar dalam ruang lingkup sintaksis. Sintaksis atau
ilmu tata kalimat memiliki cakupan pembahasan berupa frasa, klosa, dan kalimat.
C. Pendekatan Linguistik Struktural dalam PBI
Linguistik struktural di pelopori oleh Ferdinan de Sausure. Sejak linguistik struktural
berkembang dan berdiri sebagai disiplin ilmu yang otonom, pengaruh linguistik tradisional
terhadap kajian bahasa dan pembelajaran bahasa mulai pudar, pengaruh linguistik struktural
semakin menguat.
Identifikasi bahasa berdasarkan linguistik struktural yang dianggap sebagai hasil penting
dari linguistik struktural adalah teori dikotomi bahasa. Artinya, bahwa bahasa dapat dikotomikan
secara berpasang-pasangan, seperti :
1) Langue dan Parole
2) Paradigmatik dan Sintagmatik
Kata benda, yaitu kata yang menyebut nama benda atau sesuatu yang dianggap benda,
Kata kerja, yaitu kata yang menunjukkan suatu pekerjaan atau tindakan,
Kata sifat/keadaan, yaitu kata yang menerangkan kata benda atau sesuatu yang dibendakan,
Kata keterangan, yaitu kata yang menerangkan kata selain kata benda,
Kata sambung/penghubung, yaitu kata yang menghubungkan dua kata atau lebih sehingga membentuk
frasa, klausa, atau kalimat majemuk,
Selain itu, linguistik tradisional juga memiliki kontribusi besar dalam ruang lingkup sintaksis. Sintaksis
atau ilmu tata kalimat memiliki cakupan pembahasan berupa frasa, klausa, dan kalimat.
Frasa merupakan rangkaian dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas subjek dan predikat
Kalimat merupakan satuan kumpulan kata yang terkecil dan mengandung pikiran lengkap. Biasanya
mengandung unsur ((S)/(P)/(O), (K)).
C. PENDEKATAN LINGUISTIK STRUKTURAL DALAM PBI
Linguistik struktural dipelopori oleh Ferdinan de Sausure. Sejak linguistik struktural berkembang dan
berdiri sebagai disiplin ilmu yang otonom, pengaruh linguistik terhadap kajian bahasa dan pembelajaran
bahasa mulai pudar, pengaruh linguistik struktural semakin menguat.
Perbedaan antara linguistik tradisional dengan linguistik struktural
Linguistik Tradisional:
Linguistik Struktural
Pro:
Kajian bahasa secara pragmatik merupakan bagian dari kajian bahasa secara linguistik
Kajian bahasa secara eksternal, pragmatik tidak dapat melepaskan diri dari aspek internal bahasa
Kontra:
Studi bahasa secara pragmatik berada di luar ruang lingkup kajian linguistik
Kajian bahasa secara internal, pragmatik justru memperhatikan aspek eksternal bahasa
Linguistik dan pragmatik sama-sama mengkaji bahasa. Linguistik mengkaji secara internal tanpa
memperhatikan aspek eksternal, sedangkan pragmatik mengkaji bahasa dari aspek eksternal tanpa
melepaskan diri dari aspek internal bahasa
Dengan adanya pandangan pro dan kontra tersebut, sikap bijak yang dilakukan oleh guru bahasa, antara
lain.
Tidak perlu mengajak pembelajar untuk berdebat mengenai berbagai perbedaan teori akademik yang
sebenarnya
Tidak perlu ragu-ragu dengan menjelaskan konteks yang melatarbelakangi struktur internal bahasa
tersebut
Konteks berbeda dengan ko-teks. Konteks adalah teks lain atau situasi yang berada di luar teks yang
dibicarakan, sedangkan ko-teks adalah teks lain yang mengawali atau mengikuti teks tertentu dalam
suatu tuturan. Untuk berkomunikasi secara pragmatis, di samping diperlukan struktur internal bahasa
juga dibutuhkan konteks yang dapat menjadi dasar pemahaman, sehingga penutur dan mitra tutur
harus sudah ada pada “gelombang budaya” yang sama.