Anda di halaman 1dari 4

B.

       Pendekatan Linguistik Tradisional dalam PBI


Asumsi linguistik tradisional dalam mengkaji bahasa dapat disebutkan sebagai berikut :

1)      Studi bahasa didasarkan pada studi filsafat.

2)      Studi bahasa bertolak dari bahasa tulis.

3)      Berbahasa harus benar berdasarkan kaidah.

Secara khusus linguistik tradisional telah berhasil membuat kelas kata yang juga disebut
penjenisan kata. Pembagian jenis kata secara tradisional meliputi : Jenis Kata Nosional (Kata
benda, kata kerja, kata ganti, kata bilangan, kata seru) dan Jenis Kata Relasional (Kata sifat/
keadaan, kata keterangan, kata sambung/ penghubung, kata depan, kata sandang). Selain itu,
linguistik tradisional juga memiliki kontribusi besar dalam ruang lingkup sintaksis. Sintaksis atau
ilmu tata kalimat memiliki cakupan pembahasan berupa frasa, klosa, dan kalimat.
C.      Pendekatan Linguistik Struktural dalam PBI
Linguistik struktural di pelopori oleh Ferdinan de Sausure. Sejak linguistik struktural
berkembang dan berdiri sebagai disiplin ilmu yang otonom, pengaruh linguistik tradisional
terhadap kajian bahasa dan pembelajaran bahasa mulai pudar, pengaruh linguistik struktural
semakin menguat.
Identifikasi bahasa berdasarkan linguistik struktural yang dianggap sebagai hasil penting
dari linguistik struktural adalah teori dikotomi bahasa. Artinya, bahwa bahasa dapat dikotomikan
secara berpasang-pasangan, seperti :
1)      Langue dan Parole
2)      Paradigmatik dan Sintagmatik

3)      Sinkronik dan Diakronik


D.      Pendekatan PBI Secara Komunikatif
Pendekatan pengajaran bahasa berdasarkan teori pragmatik, sebelumnya menimbulkan pro
dan kontra. Pendapat yang kontra menyatakan bahwa studi bahasa secara pragmatik berada di
luar ruang lingkup kajian linguistik. Bagi kelompok yang pro bahwa kajian bahasa secara
pragmatik merupakan bagian dari kajian bahasa secara linguistik.
Menurut Pranomo (2015: 64) dari pendapat yang pro dan kontra tersebut, sependapat bahwa
kajian bahasa secara pragmatik merupakan bagian dari kajian linguistik. Kedua-duanya mengkaji
bahasa. Linguistik mengkaji secara internal tanpa memperhatikan aspek eksternal, sedangkan
pragmatik mengkaji bahasa dari aspek eksternal, tetapi sebenarnya tidak dapat melepaskan diri
dari aspek internal bahasa.

a. Jenis kata yang didefinisikan secara nasional

Kata benda, yaitu kata yang menyebut nama benda atau sesuatu yang dianggap benda,

Kata kerja, yaitu kata yang menunjukkan suatu pekerjaan atau tindakan,

Kata ganti, yaitu kata yang menggantikan orang atau benda,

Kata bilangan, yaitu kata yang menyatakan banyaknya benda,

Kata seru, yaitu kata yang menyatakan kalimat seruan.

b. Jenis kata yang didefinisikan secara relasional

Kata sifat/keadaan, yaitu kata yang menerangkan kata benda atau sesuatu yang dibendakan,

Kata keterangan, yaitu kata yang menerangkan kata selain kata benda,

Kata sambung/penghubung, yaitu kata yang menghubungkan dua kata atau lebih sehingga membentuk
frasa, klausa, atau kalimat majemuk,

Kata depan, yaitu kata yang menjadi pengantar kata lain,

Kata sandang, yaitu kata yang menjadi pelengkap kata lain.

Selain itu, linguistik tradisional juga memiliki kontribusi besar dalam ruang lingkup sintaksis. Sintaksis
atau ilmu tata kalimat memiliki cakupan pembahasan berupa frasa, klausa, dan kalimat.

Frasa merupakan rangkaian dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas subjek dan predikat

Klausa merupakan konstruksi subjek dan predikat atau konstruksi predikatif

Kalimat merupakan satuan kumpulan kata yang terkecil dan mengandung pikiran lengkap. Biasanya
mengandung unsur ((S)/(P)/(O), (K)).
C. PENDEKATAN LINGUISTIK STRUKTURAL DALAM PBI
Linguistik struktural dipelopori oleh Ferdinan de Sausure. Sejak linguistik struktural berkembang dan
berdiri sebagai disiplin ilmu yang otonom, pengaruh linguistik terhadap kajian bahasa dan pembelajaran
bahasa mulai pudar, pengaruh linguistik struktural semakin menguat.
Perbedaan antara linguistik tradisional dengan linguistik struktural

Linguistik Tradisional:

Identifikasi bahasa berdasarkan ilmu filsafat

Identifikasi bersifat normatif dan filosofis

Linguistik Struktural

 Identifikasi bahasa berdasarkan teori dikotomi bahasa

 Identifikasi bersifat lebih linguistik, objektif, dan rasional


Teori dikotomi bahasa diartikan bahwa bahasa dapat didikotomikan secara berpasang-pasangan,
diantaranya:
1. Langue – parole
Langue didefinisikan sebagai pengetahuan seseorang mengenai bahasanya
Parole  adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa berdasarkan kaidah bahasa
2. Paradigmatik – sintagmatik
Paradigmatik merupakan susunan bunyi satu dengan bunyi lain yang membentuk kata dan memiliki
perbedaan makna dari unsur bunyi yang digunakan
Sintagmatik merupakan susunan kata dengan kata lain yang membentuk suatu struktur kalimat dan
memiliki perbedaan makna
3. Sinkronis – diakronis
Sinkronis adalah kajian bahasa pada suatu kesatuan waktu yang sama dalam pemakaian bahasa yang
berbeda-beda
Diakronis adalah studi bahasa dalam kurun waktu yang berbeda

D. PENDEKATAN PBI SECARA KOMUNIKATIF


Pendekatan pengajaran bahasa berdasarkan teori pragmatik, sebelumnya menimbulkan pro dan kontra

Pro:

Kajian bahasa secara pragmatik merupakan bagian dari kajian bahasa secara linguistik 

Kajian bahasa secara eksternal, pragmatik tidak dapat melepaskan diri dari aspek internal bahasa 

Kontra:

Studi bahasa secara pragmatik berada di luar ruang lingkup kajian linguistik

Kajian bahasa secara internal, pragmatik justru memperhatikan aspek eksternal bahasa
Linguistik dan pragmatik sama-sama mengkaji bahasa. Linguistik mengkaji secara internal tanpa
memperhatikan aspek eksternal, sedangkan pragmatik mengkaji bahasa dari aspek eksternal tanpa
melepaskan diri dari aspek internal bahasa
Dengan adanya pandangan pro dan kontra tersebut, sikap bijak yang dilakukan oleh guru bahasa, antara
lain.

Memanfaatkan segala teori yang memungkinkan pembelajar

Tidak perlu mengajak pembelajar untuk berdebat mengenai berbagai perbedaan teori akademik yang
sebenarnya

Tidak perlu ragu-ragu dengan menjelaskan konteks yang melatarbelakangi struktur internal bahasa
tersebut

Konteks berbeda dengan ko-teks. Konteks adalah teks lain atau situasi yang berada di luar teks yang
dibicarakan, sedangkan ko-teks adalah teks lain yang mengawali atau mengikuti teks tertentu dalam
suatu tuturan. Untuk berkomunikasi secara pragmatis, di samping diperlukan struktur internal bahasa
juga dibutuhkan konteks yang dapat menjadi dasar pemahaman, sehingga penutur dan mitra tutur
harus sudah ada pada “gelombang budaya” yang sama.

E. PERMASALAHAN KURIKULUM DAN PENDEKATAN LINGUISTIK DALAM PBI


Silih bergantinya pendekatan dalam penyusunan kurikulum maupun penggunaan pendekatan linguistik
dalam PBI di Indonesia belum pernah ada yang berakhir dengan menyenangkan karena keberhasilannya.
Semuanya berakhir dengan kritik negatif dan tidak ada penilaian positif. Namun, dengan adanya kritikan
tersebut diharapkan dapat membangun kurikulum dan pendekatan linguistik dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai