Nama durian berasal dari istilah melayu duri karena buah ini memiliki ciri khas kulitnya
dipenuhi dengan duri yang tajam, walaupun akhir-akhir ini ditemukan juga yang tidak berduri.
Siapa sangka, ternyata durian masih satu famili dengan pohon kapuk (Bombacaceae). Salah satu
karakter khas durian yang diturunkan dari karakter famili kapuk-kapukan, yaitu jatuh dan
pecahnya kulit buah yang sudah matang dari pohonnya.
Durian memiliki nama daerah yang berbeda-beda seperti duren (Jawa, Betawi, Gayo), kadu
(Sunda, Banten), duriang (manado) duliang (Toraja) dan rulen (Pulau Seram Timur). Di
Sumatera Selatan, durian disebut dengan duhian dengan lafal ‘h’ di tenggorokan.
Di kota Ambon dan Kepulauan Lease, disebut doriang. Perkembangan yang lebih luas
melalui perdagangan juga menambah kazanah nama durian. Seperti sebutan kata tu
liang oleh orang-orang dari Tiongkok. Di Thailand durian dilafalkan sebagai thurian.
Durian telah dikenal oleh dunia barat sekitar 620 tahun yang lalu. Referensi awal yang
mengenalkan durian ke Eropa berdasarkan catatan adalah Niccolo Da Conti, ketika dia
melakukan perjalanan ke Asia Tenggara pada abad ke I5.
Catatan yang diterjemahkan dari bahasa Latin oleh Poggio Bracciolini menyebutkan
bahwa dalam perjalanan Da Conti telah berjumpa dengan orang-orang Sumatera yang
memiliki buah hijau sebesar buah semangka yang disebut durian. Di dalamnya terdapat
daging buah tebal dengan cita rasa dam aroma yang unik, menyerupai mentega dan
baunya harum menyengat tajam.
Nama durian berasal dari istilah melayu duri karena buah ini memiliki ciri khas kulitnya
dipenuhi dengan duri yang tajam, walaupun akhir-akhir ini ditemukan juga yang tidak
berduri. Siapa sangka, ternyata durian masih satu famili dengan pohon kapuk
(Bombacaceae). Salah satu karakter khas durian yang diturunkan dari karakter famili
kapuk-kapukan, yaitu jatuh dan pecahnya kulit buah yang sudah matang dari
pohonnya.
Durian memiliki nama daerah yang berbeda-beda seperti duren (Jawa, Betawi,
Gayo), kadu (Sunda, Banten), duriang (Manado), duliang (Toraja), dan rulen (Pulau Seram
Timur). Di Sumatera Selatan, durian disebut dengan duhian dengan lafal ‘h’ di tenggorokan. Di
kota Ambon dan Kepulauan Lease, disebut doriang. Perkembangan yang lebih luas melalui
perdagangan juga menambah khazanah nama durian, seperti sebutan kata tu lian oleh orang-
orang dari Tiongkok. Di Thailand durian dilafalkan sebagai thurian.
Durian telah dikenal oleh dunia barat sekitar 620 tahun yang lalu. Referensi awal yang
mengenalkan durian ke Eropa berdasarkan catatan adalah Niccolò Da Conti, ketika dia
melakukan perjalanan ke Asia Tenggara pada abad ke-15. Catatan yang diterjemahkan
dari bahasa Latin oleh Poggio Bracciolini menyebutkan bahwa dalam perjalanan Da
Conti telah berjumpa dengan orang-orang Sumatera yang memiliki buah hijau sebesar
buah semangka yang disebut durian. Di dalamnya terdapat daging buah tebal dengan
cita rasa dan aroma yang unik, menyerupai mentega dan baunya harum menyengat
tajam.
1. Durian Mimang
Durian Mimang adalah buah yang berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Durian ini memiliki
ciri khas kulitnya yang terkesan kempes. Jika Anda membukanya, maka akan mendapati buah
durian yang memiliki ketebalan sekitar 2-3 centimeter dari bijinya. Selain itu, buah dari Durian
Mimang yang sangat manis dan legit ini pernah menyabet juara 2 di kontes durian se-Asia
Tenggara.
2. Durian Candimulyo
Durian Candimulyo atau yang dikenal dengan nama lain Durian Candy ini adalah jenis durian
yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah. Ciri khasnya adalah ukurannya lumayan besar dan
biji di dalam buahnya kecil. Suatu hal yang tidak seimbang bukan? Untuk buahnya, rasa dari
buah Durian Candimulyo ini adalah percampuran antara manis dan sedikit pahit atau getir. Jadi
ketika Anda memakannya, jangan terlalu berharap akan mendapatkan rasa manis di seluruh buah
yang juga berukuran besar ini.
3. Durian Matahari
Durian yang berasal dari Cimanggu, Bogor, Jawa Barat ini merupakan buah durian yang
memiliki bentuk bulat panjang berwarna hijau kecoklatan dengan ketebalan sekitar 0,5-1 cm.
Durinya besar-besar, runcing, jarang dan sedikit bengkok. Buahnya tebal, kering, berlemak,
manis dengan tekstur halus dan aromanya cukup tajam. Sayangnya, buah durian jenis ini tidak
tahan terhadap serangan hama penggerek dan juga penyakit busuk akar.
4. Durian Montong
Durian satu ini adalah jenis durian yang paling terkenal di Indonesia. Bahkan untuk satu biji
dengan balutan daging di atasnya saja, dijual dengan harga yang cukup mahal jika dikurskan
dalam Rupiah. Buah asli Kalimantan ini memiliki ciri khas dagingnya yang cukup besar dengan
rasa manis dan juga beraroma harum ketika dibuka. Selain itu, ciri khas lainnya adalah
bentuknya tidak bulat penuh, melainkan sedikit lonjong dengan tidak beraturan. Jika sudah siap
petik, Durian Montong dapat memiliki berat kurang lebih 13 kilogram.
5. Durian Petruk
Dapat dikatakan bahwa Durian Petruk adalah gabungan antara Durian Montong dengan Durian
Candimulyo, karena bentuknya yang lonjong dan rasanya yang setengah manis dan pahit jika
dirasakan. Durian yang memiliki nama latin Durio Zybethinus Kultivar Petruk juga memiliki
aroma yang tajam seperti Durian Montong. Buah durian asli Jepara, Jawa Tengah, ini merupakan
salah satu durian bibit unggul yang banyak digemari para petani durian. Hal ini karena daging
buahnya tidak lembek dan tebal, serta bijinya kecil.
6. Durian Bawor
Jika Anda ingin membeli Durian Montong, maka harus mengetahui benar-benar ciri khasnya.
Karena Anda dapat salah membeli di penjual yang mengatakan bahwa durian yang dijualnya
adalah Durian Montong. Hal ini dikarenakan ada satu jenis durian yang memiliki kemiripan
dengan Durian Montong Kalimantan, yaitu Durian Bawor yang berasal dari Banyuwangi, Jawa
Timur. Durian satu ini memiliki ciri khas hampir sama dengan Durian Montong Kalimantan,
yaitu buahnya manis dan tebal serta bijinya yang relatif kecil. Durian Bawor sendiri juga
memiliki 2 jenis lainnya, yaitu Durian Bhinneka Bawor yang merupakan hasil silangan dan
Durian Bawor Berkaki Empat
7. Durian Ajimah
Durian Ajimah ini juga dikenal dengan nama Durian Bung Karno atau Durian Sukarno. Hal ini
disebabkan jenis satu ini sangat digemari oleh presiden pertama Indonesia tersebut. Durian yang
berasal dari Ciomas, Bogor, ini memiliki ciri khas berduri besar dan jarang, serta kulitnya tipis
berwarna hijau agak abu-abu. Daging di dalamnya berwarna kuning muda dan terkesan kering,
serta memiliki tekstur berserat. Walaupun didominasi warna manis, namun ada sedikit pahit yang
akan terasa di lidah ketika Anda memakannya.
8. Durian Bokor
Jenis durian satu ini berasal dari Sukahaji, Majalengka, Jawa Barat. Durian Bokor memang tahan
terhadap serangan penyakit busuk akar, namun tidak kuat akan serangan hama pengerek. Ciri
khas dari Durian Bokor adalah memiliki bentuk bulat panjang berwarna hijau sedikit kekuningan
dan duri berbentuk kerucut besar dan jarang. Dagingnya memiliki ketebalan sedang dan
berwarna kuning, serta mempunyai tekstur halus atau tidak berserat. Rasa dari buahnya sangat
manis dan aromanya harum menyengat.
9. Durian Bubur
Durian bubur adalah jenis durian yang berasal dari Brongkol, Semarang, Jawa Tengah. Ciri
khasnya adalah bentuknya yang bulat memanjang dengan duri runcing rapat di sekelilingnya
berwarna kuning kehijauan. Buahnya manis, besar, tebal, padat, kesat dan beraroma harum serta
dalam satu ponge atau belahan terdapat 1-5 buah di dalamnya. Ukurannya cukup besar atau
sekitar 4-5 kilogram jika sudah siap panen.
Kegunaan[sunting | sunting sumber]
Durian terutama dipelihara orang untuk buahnya, yang umumnya dimakan (arilus atau salut bijinya)
dalam keadaan segar. Salut biji ini umumnya manis dan sangat bergizi karena mengandung banyak
karbohidrat, lemak, protein, dan mineral.[4]
Pada musim raya durian, buah ini dapat dihasilkan dengan berlimpah, terutama di sentra-sentra
produksinya di daerah. Secara tradisional, daging buah yang berlebih-lebihan ini biasa diawetkan
dengan memasaknya bersama gula menjadi dodol durian (biasa disebut lempok), atau
memfermentasikannya menjadi tempoyak. Selanjutnya, tempoyak yang rasanya masam ini biasa
menjadi bahan masakan seperti sambal tempoyak, atau untuk campuran memasak ikan.
Durian pun kerap diolah menjadi campuran bahan kue-kue tradisional, seperti gelamai atau jenang.
Terkadang, durian dicampurkan dalam hidangan nasi pulut (ketan) bersama dengan santan. Dalam
dunia masa kini, durian (atau aromanya) biasa dicampurkan dalam permen, es krim, susu, dan
berbagai jenis minuman penyegar lainnya.
Bijinya bisa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar, [4] atau dicampurkan
dalam kolak durian. Biji durian yang mentah beracun dan tak dapat dimakan karena mengandung
asam lemak siklopropena (cyclopropene).[10] Biji durian mengandung sekitar 27% amilosa.[11] Kuncup
daun (pucuk), mahkota bunga, dan buah yang muda dapat dimasak sebagai sayuran.
Dalam 100 g buah durian terdapat energi 615 kJ, karbohidrat 27.09 g, serat pangan 3.8 g, lemak
5.33 g, protein 1.47 g, air 65 g, vitamin c 19.7 g (33%), kalium 436 mg (9%),
vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C; serta kalium, kalsium dan fosfor
Karbohidrat 27.09 g
Lemak 5.33 g
Protein 1.47 g
Air 65g
Beberapa bagian tumbuhan kadang-kadang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Akarnya
dimanfaatkan sebagai obat demam. Daunnya, dicampur dengan jeringau (Acorus calamus),
digunakan untuk menyembuhkan cantengan (infeksi pada kuku). Kulit buahnya untuk mengobati
ruam pada kulit (sakit kurap) dan susah buang air besar (sembelit). Kulit buah ini pun biasa dibakar
dan abunya digunakan dalam ramuan untuk melancarkan haid dan menggugurkan kandungan. Abu
dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna tradisional. [13]
Beberapa masyarakat di Jawa menggunakan kulit durian yang telah dimakan sebagai pengusir
(repellent) nyamuk dengan meletakkannya di sudut ruangan.
Kayu gubalnya berwarna putih dan terasnya kemerah-merahan. Ringan, tetapi tidak begitu awet dan
mudah diserang rayap. Biasa digunakan sebagai perabot rumah, peti-peti pengemas, dan bahan
konstruksi ringan di bawah atap, asalkan tidak bersentuhan dengan tanah. [13]
Pada musim raya durian, buah ini dapat dihasilkan dengan berlimpah, terutama di sentra-sentra
produksinya di daerah. Secara tradisional, daging buah yang berlebih-lebihan ini biasa diawetkan
dengan memasaknya bersama gula menjadi dodol durian (biasa disebut lempok), atau
memfermentasikannya menjadi tempoyak. Selanjutnya, tempoyak yang rasanya masam ini biasa
menjadi bahan masakan seperti sambal tempoyak, atau untuk campuran memasak ikan.
Bijinya bisa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar,[4] atau dicampurkan
dalam kolak durian. Biji durian yang mentah beracun dan tak dapat dimakan karena mengandung
asam lemak siklopropena (cyclopropene). Biji durian mengandung sekitar 27% amilosa. Kuncup
daun (pucuk), mahkota bunga, dan buah yang muda dapat dimasak sebagai sayuran.
Karbohidrat 27.09 g
- Serat pangan 3.8 g
Lemak 5.33 g
Protein 1.47 g
Air 65g
Beberapa masyarakat di Jawa menggunakan kulit durian yang telah dimakan sebagai pengusir
(repellent) nyamuk dengan meletakkannya di sudut ruangan.
Kayu gubalnya berwarna putih dan terasnya kemerah-merahan. Ringan, tetapi tidak begitu awet
dan mudah diserang rayap. Biasa digunakan sebagai perabot rumah, peti-peti pengemas, dan
bahan konstruksi ringan di bawah atap, asalkan tidak bersentuhan dengan tanah.
Bahan-bahan untuk membuat kulit
Pancake :
- 200g tepung terigu
- Lumatkan daging buah durian hingga lumat secukupnya (± 3–4 buah durian yang telah
dipisahkan dari bijinya).
Cara membuatnya :
1. Campurkan tepung terigu,telur ayam,susu cair pasta pandan.
Aduk semua bahan itu hingga merata.
2. Olesi Teflon dengan sedikit mentega. Panaskan Teflon
dengan api kecil, bila sudah panas teflonnya, masukan adonan
tadi dibuat dadar berbentuk bulat tipis. Tunggu hingga matang
dan berwarna kuning keemasan . Angkat
3. Ulangi no. 2 sampai adonan habis.
4. Ambil selembar kulit Pancake, isi dengan krim dan daging
durian. Lalu kulit Pancake dilipat.
1000 ml santan
2. Bahan no. 1 diaduk rata sambil diberi santan sedikit demi sedikit sampai habis santannya.
3. Masukkan pasta pandan secukupnya kira-kira 2–3 tetes, lalu aduk kembali hingga merata.
4. Olesi Teflon dengan sedikit mentega. Lalu panaskan dengan api kecil. Masukan adonan,
dibuat dadar bentuk bulat tipis-tipis. Biarkan adonan matang. Angkat
6. Masukan daging buah durian secukupnya pada kulit/dadar tersebut. Kemudian lipat sesuai
selera.
8. Hidangkan….bagi yang suka makanan dingin, bisa juga kue Pancake Durian tersebut
dsimpan di kulkas (bukan freezer).
9. Selamat mencoba….
Protein, Karbohidrat, Lemak tak jenuh, Vitamin B, C, Magnesium, Thiamin, Fospor, Kalium,
Polypenhol, Antioksidan, Omega 3 dan 6
- Dapat mengatasi anemia karena kaya akan asam folat dan zat besi.
- Menghambat penuaan dini karena mengandung vitamin C sebagai antioksidan.
- Dapat mengatasi sembelit karena banyak mengandung serat.
- Meningkatkan tekanan darah yang rendah karena mengandung zat besi dan sifatnya yang
panas.
- Baik untuk kesehatan tulang dan persendian karena mengandung kalsium, potasium, dan
berbagai vitamin B.