Anda di halaman 1dari 3

m m

k b b

Pada gambar di atas sistem fisisnya dapat dianalisis berdasarkan hukum Newton II, yaitu
sebagai berikut.
∑ F=ma (1)
Gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut adalah gaya pegas dan gaya redaman gesekan,
selain itu ada juga gaya luar F 0 cos ωt yang diberikan pada sistem sehingga persamaan (1)
dapat ditulis
F 0 cos ωt+ F p + F g=ma (2)
Pada saat massa menekan pegas sejauh Δx terdapat perpindahan gaya yang berbanding lurus
dengan simpangannya dalam posisi setimbang. Berdasarkan hukum hooke maka saat pegas
disimpangkan dari posisi setimbangnya maka pegas mengerjakan gaya
F p=k ∆ x=−k ( x−x 0 )
Karena 𝑦0 = 0 , maka
F p=−k ( x−0 )=−kx (3)
Selain gaya pegas pada sistem suspensi terdapat gaya redaman yang diperhitungkan yang
besarnya sebanding dengan kecepatannya tetapi berlawanan arah, sehingga diperoleh peroleh
persamaan
F g=−v (4)
Tanda negatif menunjukkan arah yang berlawanan dengan kecepatan. Agar gaya redaman
gesekan sebanding dengan kecepatannya, maka ada konstanta pembandingnya
F g=−b v (5)
Sehingga persamaan (2) dapat ditulis menjadi
F 0 cos ωt−k x−b v=ma (6)
Kecepatan v merupakan besarnya perubahan posisi terhadap waktu dan percepatan a
merupakan laju perubahan dari kecepatan terhadap waktu sehingga diperoleh persamaan

d2 x dx (7)
m 2
+b + kx=F0 cos ωt
dt dt
Dengan membagi persamaan (7) dengan m maka

d 2 x b dx k F0 (8)
2
+ + x= cos ωt
dt m dt m m
2 k b
Dengan pemisalan ω = dan 2 a= , maka diperoleh persamaan
m m

d2 x dx 2 F0 (9)
+ 2a + ω x = cos ωt
dt 2 dt m
Penyelesaian persamaan (9) menjadi x=x 1 + x2 , dimana x 1 merupakan penyelesaian dari
d2 x dx 2
2
+ 2a + ω x =0 dan x 2 merupakan penyelesaian yang melibatkan komponen pemaksa
dt dt
F0
cos ωt , sehingga dapat dituliskan sebagai berikut
m

x= A e−ωt sin( ωt−θ)+B sin (ωt−θ) (10)


B pada persamaan (10) adalah amplitudo dari keadaan mantap, θ adalah beda fase antara gaya
pemaksa dengan bagian pemaksa. Konstanta amplitudo dapat ditentukan dengan
mensubtitusikan persamaan (10) ke (9) sehingga diperoleh

2 2 F0
−B ω sin ( ωt−θ ) +2 a B cos ( ω t −θ ) + B ω0 sin(ω t−θ ¿)= cos ⁡ω t ¿
m

2 2 F0
−B ω sin ( ωt−θ ) +2 a B cos ( ωt−θ )+ B ω 0 sin( ωt−θ¿)= cos ⁡[ ( ωt−θ )+ θ ] ¿
m
menjadi

B ω2 sin ( ωt−θ ) +2 a B cos ( ωt−θ ) + B ω 02 sin(ωt−θ¿)¿


F0
¿
m
[ cos (ωt−θ)cos θ−sin ( ωt−θ ) sin θ ]
Kedua ruas dibandingkan dan disamakan bagian cos dan bagian sin sehingga diperoleh
identitas

2 2 F0
B ( ω −ω0 ) = cos θ
m
F0 (11)
2 a Bω= sin θ
m

Dengan membagi kedua persamaan (11) dihasilkan


2a ω (12)
tanθ=
ω2−ω02

Jika kedua persamaan (12) dikuadratkan kemudian dijumlahkan maka diperoleh persamaan
amplitudonya
F0
m
B ( ω )= 2 2
√ (ω −ω 0 ) +4 a2 ω2
F0 (13)
B ( ω )=
2 2 2
√ m ( ω −ω 0 )+b 2 ω 2
Amplitudo akan bernilai maksimum ketika ω=ω 0 sehingga
F0 (14)
A0 =
b ω0
atau
F0 (15)
b=
A 0 ω0
Untuk pegas ideal dengan beban massa m maka besar frekuensi alaminya (=frekuensi
resonansi) diberikan oleh

k
ω 0=
√ m
atau berarti

k =m ω02.

Anda mungkin juga menyukai