Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN MINI RISET

MK. ILMU ALAMIAH DASAR


PRODI S1 PBSI-FBS

IDENTIFIKASI TUMBUHAN DAN HEWAN SKOR:

Disusun oleh:

Kelompok 2

Ester R. Malau (2192111001)

Herlina Tondang (2192411005)

Yuni K. Sidabutar (2192411006)

Siti Alya Jauza (2192411007)

Charolina (2192411010)

Vanessa Amanda (2193311026)

Suri Andary (2193311029)

Kelas : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Reguler D 2019

PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
November, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, kami
masih diberi kesehatan sehingga mempunyai kesempatan untuk dapat menyelesaikan laporan mini
riset mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar yang berjudul “Identifikasi Tumbuhan dan Hewan”, tepat
pada waktunya.
Selama proses penulisan dan penyelesaian laporan mini riset ini, kami banyak memperoleh
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. bapak Drs. Syamsul Arif, M.Pd, selaku ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
2. ibu Trisna Hutagalung, S.Pd., M.Pd, selaku sekretaris jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
3. ibu Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd, selaku ketua program studi pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia,
4. ibu Dra. Adriana Yulinda Lumban Gaol, M. Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Alamiah Dasar, yang telah membimbing kami selaku mahasiswa/i semester 3 tahun ajaran
2020/2021,
5. bapak/ibu dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
6. teman-teman yang telah mambantu kami dalam menyelesaikan tugas laporan mini riset ini
baik secara langsung maupun tidak langsung, dan
7. kedua orang tua yang telah membantu kami baik berupa dana maupun doa untuk
mendukung lancarnya penyelesaian laporan mini riset ini.
Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan laporan mini riset ini. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan laporan mini riset yang akan kami buat
selanjutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun maka dari
itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca. Semoga laporan mini
riset ini dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat kepada kita semua.

Medan, November 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I KAJIAN TEORI................................................................................................................1

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati.................................................................................1

B. Tingkat Keanekaragaman Hayati......................................................................................1

C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia..............................................7

D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati.............................................8

E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati......................................................................9

F. Pelestarian Secara In Situ...............................................................................................10

G. Pelestarian Secara Ek Situ...............................................................................................10

BAB II TAKSONOMI.................................................................................................................11

A. Tumbuhan.......................................................................................................................11

B. Hewan.............................................................................................................................20

BAB III PENUTUP......................................................................................................................29

A. Simpulan.........................................................................................................................29

B. Saran................................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................30
BAB I
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati


Menurut UU No. 5 Tahun 1994, “keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantara
mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain
serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem.”
Menurut Soerjani (1996), “keanekaragaman hayati menyangkut keunikan suatu spesies dan
genetik di mana mahluk hidup tersebut berada.”
Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik
dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara
individu-individu dalam satu populasi, keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang
ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak
(tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-
kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia, dan keanekaragaman ekosistem
merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem)
masing masing.”
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan
kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada daerah. Keanekaragaman makhluk
hidup ini merupakan kekayaan bumi yang meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua
gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem yang dibangunnya.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati adalah
bentuk kehidupan yang ada dibumi yang mencakuptingakt gen, spesies, dan ekosistem. Kemudian
keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu keanekaragaman gen (genetik),
keanekaragaman spesies (jenis), dan keanekaragaman ekosistem.

B. Tingkat Keanekaragaman Hayati


1. Keanekaragaman tingkat gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis atau
spesies mahluk hidup. Contohnya, buah durian (Durio ziberhinus) ada yang berkulit tebal,
berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji kecil.
Sementara keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada kucing
(Felis silvestris catus) ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang
terdapat di dalam kromosom yang di milikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua
induknya dari pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme juga
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau perkawinan silang
antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui proses domestikasi atau
budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat
genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada
organisme dalam satu spesies disebut varietas atau ras.
2. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)
Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada
komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup disuatu tempat. Contohnya disuatu
halaman terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka, jahe,
kunyit, burung, kumbang, lebah, semut, kupu-kupuu, dan cacing.
3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Semua
makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang termasuk faktor
abiotik adalah iklim, cahaya, suhu, air, tanah, kelembapan, dan sebagainya. Baik faktor biotik
maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh karena itu, ekositem yang merupakan kesatuan dari
biotik dan abiotik pun bervariasi pula.
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen biotik
lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan hidup. Jadi, interaksi antar
organisme didalam ekosistem ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang
menyusunnya.Komponen biotik sangat beranekaragam dan komponen abiotik berbeda kulitas
dan kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen penyusun tersebut mengakibatkan
perubahan dari interaksi yang ada sehingga menciptakan ekosistem yang berbeda pula. Jadi
jelaslah bahwa keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan akan menyusun ekosistem
yang berbeda.
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan buatan. Secara garis
besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem
perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
a. Ekosistem darat (terestrial)
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.
1) Bioma gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara,
Australia, dan Asia Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat rendah,
+ 25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat
mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C). Vegetasi di daerah gurun di dominasi
oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang menghuni
daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh bioma
gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di
Amerika.
2) Bioma padang rumput
Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub tropika. Ciri-
ciri bioma padang rumput yaitu curah hujan 25 – 50 cm per tahun dan hujan turun tidak
teratur. Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan. Hewannya adalah bison, Zebra,
kanguru, singa, harimau, anjing liar, ular, rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma
padang rumput antara lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan Indonesia
(Sumbawa).
3) Bioma hutan hujan tropis
Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya,
Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari
bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat
kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun
yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok
liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu
tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang
menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai,
macan, gajah, dan rusa dan hewan yang bersifat nokturnal.
4) Bioma hutan gugur
Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan
Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun. Mempunyai 4
musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi. Keanekaragaman
jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis. Tumbuhan yang ada terutama
mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-
hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah, racoon, burung pelatuk, dan
serangga.
5) Bioma taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik,
misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya adalah suhu di
musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies
seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch), pinus, dan sejenisnya. Semak dan
tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
6) Bioma tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu
tertutup salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Tumbuhan yang ada
terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak
ada. Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub, burung, nyamuk, lalat hitam,
serigala kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa).
7) Bioma karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan
karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya
kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan
dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi
oleh pori-pori mikro. Contoh bioma Karst terdapat di daerah Gunung Kidul.
b. Ekosistem perairan (akuatik)
1) Ekosistem air tawar
Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan
menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar.
Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik
(air tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir)
misalnya sungai. Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi
tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil,
yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng
gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru,
ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan,
ikan, dan serangga.
2) Ekosistem air laut
Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang
terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar
garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di
daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari
khatulistiwa.Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut
yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar.
3) Ekosistem estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan
laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur. Estuari mempunyai
ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut. Vegetasi
didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut melakukan
perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang dan
moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
4) Ekosistem pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion
CI– mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan
besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air
yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian
karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes
caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di
ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
5) Ekosistem sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan
jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara
konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan
garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan
hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele
dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus
sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
6) Ekosistem terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari
karang batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang.
Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat
berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria
yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-
macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan
ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan
sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara
karang clan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.
7) Ekosistem laut dalam
Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari
permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu produsen
utama di ekosistem ini merupakan organisme kemoautrotof. Biasanya terdapat lele laut
dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya (bioluminisensi). Sebagai produsen
terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
8) Ekosistem lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga
yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai
yang dangkal.
c. Ekosistem buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan
peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh
ekosistem buatan adalah sebagai berikut.
1) Bendungan.
2) Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus.
3) Agroekosistem berupa sawah tadah hujan.
4) Sawah.
5) Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa.
6) Ekosistem ruang angkasa.
C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai ekonomi keanekaragaman hayati
Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari berbagai sumber
hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat di perjual belikan.
Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain sebagai bahan pangan, obat-
obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek budaya.
a. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.
Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi oleh
manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar, talas kentang,
sorgum dan lain lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging ayam, ikan laut
dan telur.
b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan
Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-obatan,
misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina untuk obat malaria,
buah merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sedangkan yang
berasal dari hewan contohnya madu lebah dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh, dan bagian daging dan lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit
c. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik
Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut misalnya :
Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk wewangian
(parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan sebagai lulur tradisional
untuk menghaluskan kulit. Sedangkan urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan
lidah buaya digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut.
d. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas, pisang
hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain atau bahan pakaian,
ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi, kulit sapi
dan kambing untuk membuat jaket, bulu burung untuk membuat aksesoris pakaian.
e. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan
Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk membuat rumah dan
sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing, rasamala, ulin dan bambu
dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu, tiang dan atap rumah.
f. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka (ziarah
kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga, kuntil, dan melati.
Umat islam menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau pada hari
qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung minyak
atsiri yang berbau harum, antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.
2. Nilai pendidikan keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan manusia.
Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan untuk kedokteran dan
eksperimen eksperimen tertentu.
3. Nilai ekologi keanekaragaman hayati
Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan terhadap
kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan,
menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.

D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati


Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh beberapa faktor
berikut.
1. Hilangnya habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) menunjukkan bahwa
hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan yang tidak berkelanjutan
menjadi penyebab terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati. Bertambahnya jumlah penduduk
menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia
untuk kehidupan tumbuhan dan hewan semakin sempit karena digunakan untuk tempat tinggal
penduduk, dibabat untuk digunakan sebai lahan pertanian atau dijadikan lahan industri.
2. Pencemaran tanah, udara, dan air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara. Beberapa polutan berbahaya bagi
organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor jika
bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang merusak ekosistem. Pembuangan
chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang.
Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat dan menyebabkan
banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa fitoplankton di lautan yang menyebabkan
terganggunya keseimbangan rantai makanan organisme.
3. Perubahan iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida
(CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), “ efek rumah kaca
meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurn waktu 100 tahun.” Kenaikan suhu tersebut
menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut sekitar 1-2 m yang
berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan.
4. Eksploitasi tanaman dan hewan
Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap
komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang digunakan untuk
bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak diminati oleh
pencinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan kepunahan spesies-
spesies tertentu, apalagi bila tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya.
5. Masuknya spesies pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa spesies asing
tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem. Contohnya ikan pelangi
(Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan
pelangi terancam punah karena dimangssa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari
jepang dan menjadi spesies invasif di danau tersebut.
6. Industrilisasi pertanian dan hutan
Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang bersifat unggul dan
menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang
menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau hutan industri
umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman (monokultur) misalnya teh, karet, dan kopi. Hal ini
dapat menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies.

E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati


Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat yang dapat
diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan melakukan pelestarian
(konservasi) keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati memiliki beberapa tujuan,
antara lain sebagai berikut.
1. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan.
2. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan pemanfaatan
yang tidak terkendali.
3. Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan dan budidaya
tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.
Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
dengan tiga azas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.
Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan banyak
pihak. Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu pelestarian secara In Situ dan
Pelestarian Ek Situ.

F. Pelestarian Secara In Situ


Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di habitat
asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu, badak jawa di Ujung Kulon, dan komodo
di Pulau Komodo. Pelestarian sumber daya alam hayati secara in situ yaitu sebagai berikut.
1. Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam berkembang
secara alamiah.
2. Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para ahli.
3. Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi (tanah).
4. Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan hampir punah
serta perkembangbiakannya.
5. Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
6. Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
7. Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
8. Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda alam yang
terpencil.
9. Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari perburuan.

G. Pelestarian Secara Ek Situ


Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di luar
habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain. Pelestarian secara ek situ ada beberapa macam,
misalnya kebun koleksi, kebun plasma nuftah, dan kebun raya.
BAB II
TAKSONOMI
A. Tumbuhan
1. Singkong (Manihot Utilissima)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euporbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta
2. Bayam (Amaranthus hibrydus L)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Caryophyllales
Family : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies: Amaranthus hybridus L
3. Sereh Wangi (Cymbopogon nurdus (L) Rendel)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus (L.) Rendle.
4. Kecombrang (Etlingera elatior)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
Spesies: Elatior Jack
5. Jambu biji merah (Psidium Guajava)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.
6. Tumbuhan Puring jojon dasi merah (Codiaeum Variegatum)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophtya
Kelas : Dycotyledone
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceaae
Genus : Codiaeum
Spesies: Codiaeum Variegatum
7. Tumbuhan keladi wayang (Caladium ginger land))
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Caladium
Spesies: Caladium ginger land
8. Tumbuhan Philo Jari (Philidendron Selloum)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophtya
Kelas : Angiosperms
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Philidendron
Spesies: Philidendron Selloum
9. Tumbuhan aglonema lipstik (Aglaonema Red Gold)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophtya
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Aglaonema
Spesies: Aglaonema Red Gold
10. Bunga Daun Iler/Miyana (Coleus atropurpureus Benth)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida 
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Coleus
Spesies: Coleus atropurpureus Benth
11. Bunga Nyanyian dari India (Dracaena reflexa)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Dracaena L.
Spesies : Dracaena reflexa.
12. Tumbuhan Kangkung (Ipomea Reptans Poir)
Kingdom : Plantae
Divisi : Viridiplantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea L
Spesies :  Ipomoea Reptans Poir
13. Tumbuhan Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophita
Kelas : Dikotiledonae
Ordo : Solanales
Famili : Labialae
Genus : Coleus
Spesies : Coleus amboinicus Lour
14. Tumbuhan Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magniliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Saxifragales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe pinnata
15. Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledonaea
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
16. Bunga Jarum (Ixora Paladosa Kurz)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceaea
Genus : Ixora
Spesies: Ixora Paludosa Kurz
17. Tumbuhan Pacar Kuku (Lawsonia Inermis L)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Mrytales
Famili : Lythraceaea
Genus : Lawsonia
Spesies: Lawsenia Inermis L
18. Tumbuhan Daun Pandan (Pandanus Amaryllifolius)
Kingdom : Plantae
Divisi : Thracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies: Pandanus Amaryllifolius
19. Tumbuhan Lidah Buaya (Aloe Vera)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Xanthorrhoeaceae
Genus : Aloe
Spesies: Aloe Vera
20. Bunga bokor atau Panca Warna (Hydrangea Macrophyta)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Hydrangeaceae
Genus : Hydrangea
Spesies: Hydrangea Macrophyta
21. Putri Malu (Mimosa pudica)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabeceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica
22. Tumbuhan Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium p. Br. Ex gaertn
Spesies : Syzygium oleana
23. Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum
24. Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magniliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Lilliales
Famili : Agavaceae dan Ruscaceae
Genus : Sansevieria
Spesies : Sansevieria
25. Tanaman Bunga Kertas (Bougainvillea spectabilis)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheobionta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllanae
Famili : Nytaginaceae
Genus : Bougainvillea.
Spesies : Bougainvillea spinose
26. Kalatea (Chalatea)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Marantaceae
Genus : Calathea
Spesies: Calathea Makoyana
27. Bunga Beriningin (Ficus benjamina L)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies: Ficus benjamina
28. Keladi Tri color (Caladium Tricolor)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Araceales
Family : Araceae
Genus : Caladium
Spesies: Caladium Tricolor
29. Keladi Bercak (Aglonema Ruby)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Suku : Aglaonemateae
Genus : Aglaonema Ruby
30. Kamboja (Plumeria)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Plumeria L.
Spesies : Plumeria Sp.
31. Tanaman Sengonium Wendlandi (Syngonium Wendlandii)
Kingdom : Plantae
Divisi : Traceophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Syngonium
Spesies: Syngonium Wendlandii
32. Tanaman Gelombang Cinta (Anthurium phowmanii)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsoda
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Anthurium
Spesies:  Anthurium phowmanii
33. Tanaman Kaktus Bulat (Echinocactus grusonii)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledones
Ordo : Caryophyllales
Famili : Cactaceae
Genus : Echinocactus
Spesies : E. grusonii
34. Tanaman Kaktus Ekor Tupai (Aporocactus martianus)
Kingdom : Plantae
Divisi : Eukaryita
Kelas : Tracheophytes
Ordo : Caryophyllales
Famili : Cactaceae
Genus : Aporocactus
Spesies: Aporocactus martianus
35. Tanaman Kuping Gajah (Anthurium crystallium)
Kingdom : Plantae
Divisi : Embryophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Anthurium Schoot
Spesies: Anthurium crystallium
B. Hewan
1. Siput kebun (helix sp)
Kingdom : Animalia
Filum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Pulmonata
Famili : Achanidae
Genus : Achatina
Spesies : Achatina fulica
2. Anjing (Canis Lupus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Canidae
Genus : Canis
Spesies : Canis lupus
3. Burung Merpati (Columba Luvia)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Columba
Spesies: C. rupestris
4. Belalang Hijau (Oxya Serville)
Kingdom : Animalia
Filum : Artopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Dissosteira
Spesies : Dissosterira carolina
5. Nyamuk (Aedes aegypti)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda / insect
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes Aegypti
6. Lalat hijau (Lucilia sericata)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Calliphoridae
Genus : Lucilia
Spesies : Lucilia sericata
7. Lalat daging (Sarcophaga sp)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Sarchopagidae,
Genus : Sarchopaga
Spesies : Sarchopaga sp
8. Kumbang Kepik hitam (Coptosoma sp)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Plataspididae
Genus : Coptosoma
Spesies : Coptosoma sp
9. Kupu-Kupu Putih (Leptosia nina)
Kingdom : Animalia
Filum : Invertebrata
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pieridae
Genus : Leptosia
Spesies : Leptosia nina
10. Semut kecoklatan (Anoplolepis Gracilipes)
Kingdom : Animalia
Filum : Anthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenopter
Famili : Formiciade
Genus : Anoplolepis
Spesies : Anoplolepis Gracilipes
11. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Famili : Scrombidae
Genus : Euthynnus
Spesies: Euthynnus affinis
12. Ikan Sarden (Sardinella albella)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygi
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella albella
13. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus Carpio
14. Ikan Lele Kampung (Clarias batrachus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopteri
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies: Clarias batrachus
15. Ikan Mujahir (Oreochromis mossambicus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygi
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies: Oreochromis mossambicus
16. Kura-Kura Batok (Cuora Amboinensis)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Geoemydidae
Genus : Cuora
Spesies: Cuora Ambionensis
17. Musang pandan (Paradoxurus Hermaphroditius)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Viverriadae
Genus : Paradoxurus
Spesies : Paradoxurus Hermaphroditius
18. Ikan Arwana Banjar (Scleropages Formosus))
Kingdom : Animilia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Osteoglossiformes
Famili : Osteoglossidae
Genus : Scleropages
Spesies: Scleropages Formosus
19. Semut Hitam (Monomorium Minimum)
Kingdom : Animalia
Filum : Antropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Monomorium
Spesiess : Monomorium Minimum
20. Wupih Sirsik atau Sugar Glider (Petaurus breviceps)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Diprotodontia
Famili : Petauridae
Genus : Petaurus
Spesies: Petaurus breviceps
21. Capung (Anisoptera)
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Genus : Pantala
Spesies: Pantala flavescens
22. Sapi (Bos taurus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos taurus
23. Bebek Ternak (Anas Platyrhynchos)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Anas
Spesies : Anas Platyrhynchos
24. Entok (Cairina moschata)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Cairina
Spesies: Cairina moschata
25. Keong Sawah (Pila Ampullacea)
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Architaenioglossa
Famili : Ampullariidae
Genus : Pila
Species : Pila ampullacea
26. Cacing tanah (Lumbriculus Rubellus)
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Megadrilacea
Famili : lumbricidae
Genus : lumbriculus
Spesies : Lumbriculus Rubellus
27. Burung Love Bird (Agapornis Selby)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : Psittacidae
Genus : Agapornis selby
Spesies : Agapornis selby
28. Burung kaka Tua (Cacatua alba)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : psittacidae
Genus : Cacatua
Spesies: Cacatua alba

29. Kumbang kepik abu (Nabis Spp)


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Nabidae
Genus : Nabis
Spesies : Nabis Spp
30. Kucing Kampung (Felis domestica)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Felis
Spesies: Felis domestica
31. Kucing Mix Persia (Felis Mixdome)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Felis
Spesies: Felis Mixdome
32. Ayam Kampung (Galus domesticus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galiformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies: Galus domesticus

33. Ayam Bangkok (Gallus gallus)


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies: Gallus gallus
34. Ayam Kate (Japanese Bantam)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies: Japanese Bantam
35. Katak Coklat kongkang kolam (Rana Chalconota)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Rana
Spesies: Rana Chalconota
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keanekaragaman hayati adalah bentuk kehidupan yang ada dibumi yang mencakuptingakt gen,
spesies, dan ekosistem. Kemudian keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan keanekaragaman
ekosistem. Keanekaragaman hayati juga memiliki bermacam-macam tingkatan. Maka dari itu,
diperlukan adanya kegiatan klasifikasi yang dapat membantu untuk mengetahui kelompok makhluk
hidup yang beraneka ragam.
Klasifikasi bertujuan untuk mempermudah mengenal suatu objek yang memiliki
keanekaragaman yang memudahkan untuk menemukan persamaan dan perbedaan dari objek yang
diklasifikasikan. Klasifikasi tersebut juga memiliki beberapa tingkatan. Secara umum, tingkatan
taksonomi pada tumbuhan yaitu spesies, genus, famili, ordo, kelas, divisi, dan kingdom, sedangkan
pada hewan tingkatannya yaitu spesies, genus, famili, ordo, kelas, filum, dan kingdom.

B. Saran
Sebelum melakukan klasifikasi terhadap makhluk hidup, perlu mempelajari dan mengetahui
apa yang dimaksud dengan taksonomi, tingkatannya, tujuan dari taksonomi, dan juga jenis jenis dari
setiap tingkatan taksonominya. Hal itu bertujuan agar jika hendak meneliti tumbuhan, hewan,
ataupun makhluk lainnya tidak terjadi kesalahan dalam mengklasifikasikannya.

Bagi siswa kegiatan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah pelajaran yang tergolong
penting, agar pemahaman siswa tidak hanya sebatas mengetahui nama makhluk hidup berdasarkan
bentuknya yang sama, namun mengetahui bahwa ada makhluk hidup yang bentuknya sama namun
sebenarnya berbeda pada tingkat spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Henny Riandari. (2014). Biologi untuk Kelas X SMA dan MA. Solo: Global

Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. (cetakan ke-1).
Bandung: Yrama Widya

Supardi. (1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: Alumni

Anda mungkin juga menyukai