Anda di halaman 1dari 15

JURNAL PRAKTIKUM KI203

KIMIA DASAR

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT


Tanggal: 16 Februari 2020
Dosen Pengampu:
Dra. Wiwi Siswaningsih, M. Si.
Dr.rer.nat. H. Asep Supriatna, M. Si.

Nama: Azzahra Nabilah Syahada


NIM: 2003851

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
1. Tujuan
1) Mengetahui metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan sifat fisika.
2) Dapat mengetahui perbedaan beberapa metode pemisahan zat berdasarkan
perbedaan sifat fisika.
2. Dasar Teori
Campuran adalah suatu materi yang terdiri dari dua zat lebih dan masih
mempunyai sifat asalnya. Ada dua karakteristik khas dari campuran, yaitu masing-
masing zat dalam campuran akan tetap mempertahankan sifat asalnya dan campuran
dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen penyusunnya melalui cara-cara
fisika. Di dalam campuran ada yang disebut zat tidak murni (impure substance)
yang artinya jumlah dari salah satu zat dalam suatu campuran sangat besar
dibandingkan zat lainnya, dimana zat lainnya disebut sebagai pengotor (impurities).
Pemisahan campuran didasarkan pada fakta bahwa tiap-tiap komponen penyusun
campuran tersebut memiliki sifat fisik/karakteristik yang berbeda-beda. Setiap
komponenannya bisa berupa senyawa atau unsur, masing-masing merupakan zat
murni dengan sifat yang khas. Metode yang dapat digunakan pada proses pemisahan
didasarkan pada sifat-sifat fisika, di antaranya: dekantasi, filtrasi, ekstraksi,
sublimasi, dan destilasi.
Dekantasi adalah proses pemisahan cairan dari suatu padatan, dengan cara
menuangkan cairan secara perlahan dan hati-hati hingga terpisah endapannya.
Berbeda halnya dengan dekantasi, metode filtrasi membutuhkan medium berpori
(filter) ketika proses pemisahan padatan dari cairan. Zat berpori ini bisa berupa
kertas saring, lapisan arang aktif, maupun pasir. Yang ketiga ada proses ekstraksi,
dimana proses ini didasarkan pada perbedaan kelarutan dalam suatu zat dalam dua
cairan tidak saling larut. Campuran dari suatu zat yang memiliki sifat gas dapat
berubah tanpa melewati fasa cairnya dapat dilakukan pemisahan menggunakan
proses sublimasi. Sifat ini sangat karakteristik dan tidak dimiliki oleh semua zat
padat, contohnya iod, naftalen, dan NH4Cl. Yang terakhir ada pemisahan campuran
melalui proses destilasi, yaitu proses pemisahan campuran zat berdasarkan
perbedaan titik didih dari masing-masing zat.
Campuran NH4Cl, NaCl, dan pasir dapat dipisahkan menjadi komponen
penyusunnya secara mandiri. Campuran dipanaskan sehingga NH4Cl akan
mengalami proses penyubliman dan hanya tersisa residunya (NaCl dan pasir).
Residu tersebut ditambahkan air untuk disaring, dan akan terbentuk larutan NaCl
yang nantinya akan dipanaskan hingga kering agar menjadi NaCl, serta pasir yang
nantinya akan dikeringkan hingga massa tetap.
3. Alat dan Bahan

Bahan: Alat:
 Campuran NH4Cl,  Neraca analitik  Set alat destilasi
NaCl, dan pasir (2-3  Penjepit besi  Batu didih
g)  Cawan penguapan  Statif dan klem
 Akuades  Kaca arloji cincin
 Larutan iodin dalam  Kertas saring  Corong pisah
air  Batang pengaduk  Labu Erlenmeyer
 Sikloheksana  Gelas ukur 50 mL  Gelas kimia
 Etanol dan 100 mL  Corong kaca
4. Cara Kerja
1) Pemisahan campuran NH4Cl, NaCl, dan pasir dengan teknik sublimasi dan
filtrasi

Gelas Kimia Prosedur Hasil dan Pengamatan


 Berat gelas kimia kosong =
 Menimbang dengan hati- 66,830 g
hati hingga tingkat
ketelitian 0.001 g.  Berat gelas kimia berisi
 Memasukkan 2-3 gram campuran = 69,775 g
sampel campuran yang Sehingga dapat diketahui berat
telah diketahui beratnya.
 Menimbang gelas kimia campuran ¿
yang sudah berisi sampel 69,775 g−66,830 g=2,945 g
dan menentukkan
 Sifat fisik NH4Cl dan NaCl:
beratnya
berbentuk serbuk kristal
berwarna putih
Pembakar Bunsen
 Ketika proses pemanasan sudah
 Menyalakan api
berlangsung selama 2 menit
 Memanaskan gelas kimia
berisi sampel sampai asap muncul asap putih yang
putih tidak terbentuk lagi menandakan bahwa NH4Cl
(sekitar 15 menit).
berubah dari padat menjadi gas.
 Mengaduk campuran
menggunakan batang  Pada menit ke-5 proses
pengaduk secara perlahan
pemanasan, NH4Cl naik ke sisi
saat 10 menit pemanasan.
 Memanaskan lagi campuran samping gelas kimia (sublimasi).
hingga selesai. Ia menempel ke sisi yang lebih
Gelas kimia dingin dan tidak
panas/hangat hilang/membutuhkan waktu

 Membiarkan hingga dingin yang lama untuk hilang.


 Menimbang kembali gelas  Api digunakan untuk
membersihkan sisi-sisi gelas
kimia. Ketika api ditaruh lagi di
bawah gelas kimia, NH4Cl jatuh
kembali ke dasar.
 Setelah 10 menit dipanaskan,
asap putih tidak terbentuk lagi.
Gelas kimia berisi residu (lebih
Cawan penguapan banyak NaCl dan pasir)

 Menyiapkan cawan ditimbang dan didapatkan berat


penguapan dan kertas sebesar 69,509 g.
saring yang telah
 Dilakukan proses pemanasan
ditentukan beratnya.
 Menyaring campuran lagi selama 5 menit dan setelah
menggunakan kertas saring itu ditimbang, menghasilkan
 Menampung filtrate dan
memastikan tidak ada yang berat 69,501 g.
tertinggal di gelas kimia Sehingga didapat berat NH4Cl =
maupun di kertas saring
69,775 g−69,501 g=0,274 g
 Berat kertas saring = 1,222 g
 Memanaskan filtrate secara
perlahan di pembakar  Berat cawan penguapan =
bunsen hingga semua air 45,610 g
menguap.
 Membiarkan cawan hingga  Proses filtrasi pada percobaan
dingin. ini memisahkan pasir dengan
 Menimbang beratnya
larutan NaCl.
 Menghitung berat NaCl
(selisih berat cawan dan  Kertas saring yang berisi pasir
residu yang diperoleh berwarna coklat dikeringkan dan
dengan berat cawan
kosong) ditimbang, berat yang didapat =
2,620 g
Kertas saring berisi Sehingga didapat berat pasir
pasir
sebesar:
 Menempatkan di atas kaca 2,620 g−1,222 g=1,398 g
arloji.
 Memasukkan ke dalam oven  Setelah larutan NaCl dipanaskan
selama ± 20 menit untuk selama 20 menit, semua air
mengeringkan pasir. menguap dan hanya tersisa NaCl
 Mendinginkan kertas
saring+pasir. nya saja di dalam cawan
 Menimbang beratnya penguapan.
 Menghitung berat pasir
 Berat cawan penguapan berisi
(selisih berat terakhir
dengan berat kertas saring NaCl = 46,837 g
kosong). Sehingga didapat berat NaCl
sebesar:
Hasil
46,837 g−45,610 g=1,227 g
 Menghitung persentase tiap-tiap zat
dalam campuran

2) Destilasi
Prosedur Hasil dan pengamatan
Alat destilasi

 Menyusun dengan benar  Sifat fisik etanol dan air yaitu


 Memperhatikan aliran air cair dan tidak berwarna
pada kondensor harus dari  Hasil dari proses destilasi adalah
bawah ke atas agar air terpisahnya cairan etanol dari
air.
 Suhu distilat berbanding lurus
dengan volumenya. Semakin
besar volumenya maka semakin
tinggi juga suhunya.

Labu destilasi Dari percobaan didapatkan:


1. 1 mL ~ 81℃
 Memasukkan 30-40 mL
campuran etanol dan air 2. 5 mL ~ 84℃
menggunakan corong 3. 10 mL ~ 87℃
 Memperhatikan volume 4. 15 mL ~ 101℃
cairan agar kurang dari 5. 20 mL ~ 104℃
setengah volume labu
untuk mencegah banyaknya
cairan yang hilang dan
menimbulkan percikan.
 Memasukkan batu didih
 Memanaskan labu
 Mencatat suhu saat destilat
mulai menetes dan
memperhatikan
kecenderungan kenaikan
suhu (mencatat setiap
menit)

Hasil

3) Ekstraksi
Prosedur Hasil dan pengamatan
 Larutan Iodine dan air berwarna
Corong pisah 100 mL
coklat. Densitas air = 1 g/mL
 Memasukkan 20 mL larutan  Pelarut: sikloheksana yang tidak
iodin dalam air.
 Menambahkan 10 mL berwarna dan memiliki densitas
sikloheksana 0,774 g/mL sehingga menjadi fasa
 Menutup corong dan
atas ekstraksi
mengocoknya.
 Membuka kran corong di  Ketika sikloheksana dimasukkan
sela-sela pengocokan untuk ke dalam corong pisah yang berisi
mengeluarkan gas yang
larutan iodine: iodine berada di
terbentuk selama proses
ekstraksi. bagian bawah corong (berwarna
 Setelah selesai mengocok, coklat) dan sikloheksana berada di
menyimpan corong pada
ring yang telah ditempatkan bagian atas corong (berwarna
pada statif. sedikit keunguan).
 Membiarkannya hingga
 Setelah dilakukan pengocokan,
memisah
 Mencatat penampilan fisik iodin larut di dalam sikloheksana.
tiap-tiap lapisan yang Di dalam corong pisah terdapat
terbentuk dan
dua lapisan, bagian atas berwarna
membandingkan dengan
larutan awal. ungu tua sementara bagian bawah
 Membuka tutup berwarna bening sedikit keruh.

Labu Erlenmeyer A  Belum semua larutan iodine


terekstraksi, sehingga dilakukan
 Memasukkan larutan yang
telah terpisah dari corong pengocokan kedua dan
pisah ke dalam Erlenmeyer menghasilkan lapisan dua layer
dengan hati-hati agar
lagi. Lapisan bagian atas berwarna
lapisan atasnya tidak
terbawa. ungu muda (iodine) dan lapisan
bagian bawah berwarna lebih
Labu Erlenmeyer B jernih dari hasil pengocokan
 Memasukkan lapisan atas pertama.
melalui bagian atas corong
 Ekstraksi iodine : berwarna ungu
pisah ke dalam erlenmeyer
Corong pisah 100 mL

 Menuangkan fase air yang


berada dalam Erlenmeyer
A
 Menambahkan 10 mL
sikloheksana.

Hasil

 Membandingkan hasil
pengamatan jika pelarut
sikloheksana diganti
dengan CHCl3. Mana yang
lapisan bawahnya

5. Persamaan Reaksi dan Hitungan


 Menghitung persentase tiap-tiap zat dalam campuran.
Rumus:
berat komponen ( gram )
%komponen= ×100
berat sampel ( gram )
0,274
% NH 4 Cl= × 100=9,3 %
2,945
1,227
%NaCl= ×100=42 %
2,945
1,398
%Pasir= ×100=47,5 %
2,945
6. Pembahasan
A) Sublimasi dan Filtrasi
Tujuan dari percobaan gabungan ini adalah memisahkan campuran yang
sifatnya mudah menyublim dan berukuran besar sehingga bisa disaring menjadi
komponen-komponen penyusunnya. Definisi dari sublimasi sendiri adalah
pemisahan campuran yang didasarkan pada campuran zat yang memiliki satu
zat yang dapat menyublim sementara yang satu zat lainnya tidak. Sublimasi
mengandalkan suhu panas agar zat bisa berubah dari padat menjadi gas dengan
melibatkan penguapan dan kondensasi. Sementara filtrasi dilakukan
menggunakan medium berpori agar partikel yang ukurannya besar bisa
tersaring.
Pada percobaan ini zat yang dapat menyublim adalah NH 4Cl, sehingga hal
yang pertama dilakukan adalah memanaskan campuran agar NH4Cl berubah
dari padat menjadi gas dan hanya tersisa campuran NaCl-pasir. Campuran
NaCl-pasir dipisahkan menggunakan metode filtrasi dengan kertas saring.
B) Destilasi
Tujuan dari percobaan ini yaitu melatih keterampilan menyusun peralatan
yang umum dipakai untuk proses penyulingan atau destilasi, serta mampu
memahami prinsip kerja alat destilasi sederhana. Langkah-langkah untuk
merangkai alat destilasi dimulai dari meletakkan heating mantle di posisi yang
cukup tinggi dan menghubungkan kabelnya dengan arus listrik. Meletakkan labu
didih di atas heating mantle dengan menggunakan clamp yang terpasang pada
statif. Lalu memberikan vacuum grease ke tiap ujung adaptor tiga jalur. Setelah
itu memasangkan salah satu ujung adaptor ke corong labu didih. Sementara
kondesor disambungkan kepada salah satu ujung adaptor lainnya agar cairan
bisa tersalurkan ke dalam labu Erlenmeyer (memastikan letak adaptor yang
kedua lebih rendah daripada adaptor yang pertama. Thermometer dimasukkan
ke dalam adaptor pertama sampai berada di tengah adaptor. Pasang clip di
antara ujung adaptor dan kondensor agar tidak kendor. Memasang selang pada
bagian bawah kondensor agar air dapat masuk, juga di bagian atas kondensor
agar air dapat keluar.
Adapun yang harus diperhatikan ketika merangkai alat destilasi ini adalah
aliran air pada kondensor harus dari bawah ke atas agar air tersebut dapat
mengisi seluruh bagian kondensor sehingga dihasilkan proses pendinginan yang
sempurna. Volume cairan di labu didih juga harus diperhatikan agar kurang dari
setengah volume labu untuk mencegah banyaknya cairan yang hilang dan
menimbulkan percikan.
C) Ekstraksi
Tujuan percobaan ekstraksi kali ini yaitu memisahkan campuran dengan
perbedaan kelarutan dalam suatu zat dalam dua cairan tidak saling larut. Zat
pelarut terbagi atau terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak tercampur. Hasil
pemisahannya dapat terlihat dengan jelas dari perbedaan warna setiap zat
komponennya.
Pada percobaan ini, zat yang dipisahkan yaitu air dengan iodine
menggunakan sikloheksana. Sikloheksana menjadi fasa atas karena memiliki
densitas yang lebih kecil daripada air. Ketika dilakukan ekstraksi iodine akan
larut dalam sikloheksana dan air serta berubah warna dari coklat menjadi ungu.
7. Kesimpulan
Campuran dapat dipisahkan menjadi zat-zat penyusunnya secara fisika,
sebagai contohnya melalui metode sublimasi, filtrasi, destilasi, dan ekstraksi seperti
percobaan yang telah dilakukan. Perbedaan keempat metode tersebut adalah dari
alat yang digunakan dimana alat tersebut disesuaikan dengan sifat fisik dari
campuran yang dipisahkan. Teknik pemisahan filtrasi didasarkan pada perbedaan
ukuran partikelnya. Teknik pemisahan destilasi didasarkan pada perbedaan nilai
titik didihnya. Teknik pemisahan ekstraksi didasarkan pada perbedaan kelarutannya.
Teknik pemisahan sublimasi didasarkan pada satu zat yang dapat menyublim.

Pertanyaan Sebelum Praktikum

1) Apa yang membedakan campuran dari zat murni?


Jawab: Zat murni dapat ditemukan di alam bebas sementara campuran terbentuk
dari perubahan fisika. Selain itu zat murni memiliki sifat tertentu yang tidak akan
berubah dan tersusun dari satu jenis zat saja. Sementara campuran sifatnya
tergantung penyusunnya dan tersusun dari dua atau lebih zat murni yang bercampur
secara fisika. Cara untuk membedakan suatu zat murni dengan campuran bisa juga
dilakukan dengan mengukur titik lelehnya. Suhu dari zat murni pada saat meleleh
akan konstan. Lain halnya dengan campuran pada saat meleleh suhunya berubah
secara bertahap. Perbedaan terakhir yaitu zat murni tidak dapat diuraikan menjadi
zat yang lebih sederhana secara fisika sementara campuran dapat dipisahkan
menjadi zat-zat penyusunnya secara fisika.
2) Jelaskan proses sublimasi!
Jawab:sublimasi adalah proses pemisahan campuran yang dapt digunakan untuk
memisahkan komponen yang dapat menyublim dari campurannya yang tidak dapat
menyublim. Contohnya yaitu pemisahan kapur barus yang tercampur pasir. Pertama
yang harus dilakukan yaitu menyimpan campuran kapur barus-pasir di cawan
penguap. Lalu mengisi cawan kaca dengan air. Selanjutnya menutup cawan
penguap dengan cawan kaca yang bagian atasnya diisi air. Dilakukan pemanasan
campuran selama 15-20 menit sehingga sifat kapur barus yang dapat menyublim
akan menguap. Setelah didinginkan, kapur barus akan kembali menjadi padatan.
3) Apa perbedaan dekantasi dengan filtrasi? Manakah yang akan berlangsung lebih
cepat?
Jawab: perbedaannya terletak pada media yang digunakan saat proses berlangsung.
Filtrasi merupakan cara memisahkan campuran menggunakan medium berpori
(filter) ketika proses pemisahan padatan dari cairan. Zat berpori ini bisa berupa
kertas saring, lapisan arang aktif, maupun pasir. Sementara dekantasi tidak
memerlukan medium, melainkan hanya menuangkan cairan secara perlahan-lahan
dan padatan akan tertinggal di dalam wadah tersebut. Dekantasi bisa dibilang lebih
cepat daripada filtrasi namun hasilnya akan kurang efektif, kecuali bila ukuran zat
padat jauh lebih besar seperti air dengan kerikil.
4) Mengapa benda masih panas tidak boleh ditimbang?
Jawab: Jika suhu bahan yang ditimbang berbeda dengan suhu udara bagian dalam
neraca, maka pembacaan neraca menampilkan nilai yang berubah secara tetap
dalam satu arah yakni terus bertambah atau terus berkurang. Bila suhu bahan yang
ditimbang lebih tinggi daripada suhu udara di bagian dalam neraca maka
pembacaan neraca akan terus bertambah. Maksud dari benda panas tidak boleh
ditimbang adalah supaya keakuratan berat bahan dapat dicapai.
5) Bagaimana eksperimen ini menggambarkan prinsip konservasi (kekekalan) materi?
Jawab: dalam hokum kekekalan materi, memiliki konsep jumlah massa dlam materi
tetap selama bereaksi antara satu dengan yang lain (Whitten et al., 2014: 4). Dalam
eksperimen ini hanya memisahkan campuran tanpa mengubah kuantitas massa
materi sehingga dapat dikatakan bahwa eksperimen ini menggambarkan prinsip
kekekalan energy.
6) Suatu campuran mengandung 3.1 gr Al2O3, 0.38 gr selulosa, dan 6.72 gr CaCO 3.
Berapa persentase CaCO3 dalam campuran tersebut?
Jawab:
6.72 gram
%komponen CaCO3= ×100=65.88 %
10.2 gram
7) Apa yang dimaksud titik didih?
Jawab: titik didih adalah temperature saat tekanan uap jenuh zat cair sama dengan
tekanan uap. Titik didih suatu larutan biasanya lebih tinggi daripada titik didih
pelarut murni.
8) Apa fungsi batu didih pada proses destilasi?
Jawab: Fungsinya ada dua yaitu untuk meratakan panas sehingga panas menjadi
homogeny pada seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih.
Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan (ini akan menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung kecil pada batu didih).
9) Sebutkan kriteria pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi?
Jawab: Menurut Perry (1984), berbagai syarat pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi, yaitu sebagai berikut:
a) Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang tinggi. Pelarut harus
dapat melarutkan komponen yang diinginkan sebanyak mungkin dan sesedikit
mungkin melarutkan bahan pengotor.
b) Bersifat innert terhadap bahan baku, sehingga tidak bereaksi dengan komponen
bahan ekstrak.
c) Reaktivitas. Pelarut tidak menyebabkan perbahan secara kimia pada komponen
bahan ekstraksi.
d) Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
e) Tidak korosif
f) Tidak beracun
g) Tidak mudah terbakar
h) Stabil secara kimia dan termal
i) Tidak berbahaya bagi lingkungan
j) Memiliki viskositas yang rendah, sehingga mudah dialirkan
k) Murah dan mudah didapat, serta tersedia dalam jumlah yang besar.
l) Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan
m) Memiliki tegangan permukaan yang cukup rendah.
10) Apakah yang dimaksud pelarut polar dan non polar?
Jawab: Pelarut polar adalah peralut dari senyawa yang terbentuk akibat adanya
suatu ikatan antar electron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang
berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda. Sementara
pelarut non polar adalah pelarut dari senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu
ikatan antar electron pada unsur-unsur yang membentuknya yang terjadi karena
mempunyai elektrongatifitas yang sama/hampir sama.
8. Daftar Pustaka

Hidayah, N. (2014). Praktek Kimia Organik. Akademi Teknologi Industri Padang.

Idschool.net. (2019). Proses Pemisahan Campuran. [online]. Tersedia:


https://idschool.net/smp/proses-pemisahan-campuran/ [14 Februari 2021]

Romadhoni, Febrina Putri. (2017). Isolasi Pektin Dari Kulit Pisang Kepok (Musa
Balbisiana Abb) Dengan Metode Refluks Menggunakan Pelarut Hcl
Encer. (Tesis). Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.

Whitten, K. W. et al. (2014). Chemistry, Tenth Edition. USA: Thomson Brooks/Cole.

Zenius.net. Prolog Materi Zat Murni. [online]. Tersedia:


https://www.zenius.net/prologmateri/kimia/a/1277/zat-murni [13 Februari 2021]

Anda mungkin juga menyukai