Anda di halaman 1dari 7

Mengenal Proses Pembuatan Coklat

Oleh: Elvira Syamsir (Kulinologi Indonesia, Februari 2011)


http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://ilmupangan.blogspot.com/2011/02/mengenal-proses-pembuatan-coklat.html

Sadarkah anda, bahwa coklat merupakan pangan yang unik? Coba perhatikan, bentuknya
yang padat pada suhu ruang akan segera leleh menjadi bentuk cairan lembut begitu masuk ke
dalam mulut. Hal ini ternyata terkait dengan karakteristik lemak coklat (cocoa butter) yang
berbentuk padat pada suhu dibawah 25oC dan mencair pada suhu tubuh. Selain itu, coklat
juga mempunyai rasa manis yang disukai oleh banyak orang.

DARI BIJI COKLAT

Coklat berasal dari biji buah coklat (cacao bean). Tanaman coklat (Theobroma cacao) dibagi
dalam tiga kelompok besar yaitu jenis Criollo, Forastero dan Trinitario. Criollo menghasilkan
biji kakao dengan aroma yang sangat kuat tanpa rasa pahit, tetapi sensitif terhadap perubahan
iklim dan serangan hama penyakit dengan jumlah produksi relatif rendah. Berbeda dengan
criollo, forastero lebih tahan perubahan iklim dan serangan hama, jumlah produksinya relatif
besar tetapi bijinya memiliki aroma yang lemah dengan rasa yang pahit. Biji kakao Indonesia
sendiri sebagian besar masuk dalam jenis Trinitario yang merupakan hasil persilangan dari
Criollo dan Forastero dengan sifat yang mirip dengan Criollo.
Buah kakao berbentuk bulat panjang (panjang sekitar 15 – 25 cm dan lebar 7 – 10 cm)
dengan kulit yang relatif tebal (10 – 15 mm). Warnanya yang hijau pada saat masih muda
berganti menjadi kuning, oranye, merah atau ungu ketika masak, walaupun pada beberapa
varietas warnanya tetap hijau ketika buah masak. Pulp atau daging buah menutupi 20 – 40
buah biji kakao. Pada buah yang masak, pulp memiliki konsistensi lunak dan berlendir
dengan rasa yang manis dan warna putih seperti susu. Biji kakao sendiri berbentuk oval pipih.
Panjang biji sekitar 2 cm dengan lebar sekitar 1 cm dan berat ± 1 gram jika dikeringkan. 
Tanaman coklat mulanya tumbuh liar di hutan hujan tropis Amerika. Adalah masyarakat
kuno di Amerika Tengah dan Mexico, termasuk diantaranya bangsa Maya dan Aztec, yang
menemukan rahasia keistimewaan biji kakao ini lebih dari 2000 tahun yang lalu. Pada masa
itu, hancuran biji coklat disangrai dan dicampur dengan jagung dan berbagai rempah
diantaranya paprika, vanilla atau kayu manis lalu ditambah air untuk menghasilkan minuman
rempah coklat yang berbusa.
Memasuki akhir abad ke-15, coklat bertransformasi menjadi resep baru. Cortez yang
memimpin ekspedisi ke Aztec, kembali ke Spanyol dengan membawa biji kakao sekaligus
dengan resep pembuatan minumannya. Di Eropa, minuman ini menjadi populer setelah
formula minuman diubah: rempah dihilangkan dan diganti dengan gula.
Jika awalnya coklat diperlakukan sebagai barang mewah, maka penemuan teknik pemisahan
lemak coklat dan teknik pembuatan coklat bubuk pada awal abad ke-19 telah menyebabkan
coklat berkembang sebagai komoditas pangan. Selanjutnya, inovasi produk coklat terus
berkembang sejalan dengan makin berkembangnya pemahaman mengenai karakteristik
coklat.

PEMBUATAN COKLAT

Proses pembuatan coklat melibatkan berbagai tahapan proses, seperti tampak pada Gambar 1.
Untuk memperoleh coklat dengan hasil terbaik, buah kakao dipanen dalam kondisi masak
sempurna. Buah dipotong dan ditumpuk dengan hati-hati, lalu dibelah dan diambil bijinya. Di
tingkat petani, biji coklat difermentasi dan dikeringkan sebelum dikirim ke pabrik coklat
untuk pengolahan lebih lanjut.

Persiapan Biji Coklat (Cocoa Bean)


Biji ditumpuk di lantai atau wadah (keranjang bambu, kotak kayu) dan difermentasi selama 2
– 8 hari. Secara periodik, dilakukan pengadukan biji agar oksigen yang dibutuhkan untuk
proses fermentasi bisa masuk dan tersebar merata diseluruh tumpukan biji. Selama
fermentasi, suhu biji naik menjadi 45 - 50°C yang mematikan biji (menghentikan germinasi)
dan meningkatkan keasaman biji. Selain itu juga terjadi pembentukan warna dan flavor serta
degradasi parsial komponen penyebab rasa pahit dan kelat. Pulp yang menempel pada biji
coklat terdekomposisi secara enzimatis menjadi cairan yang larut air. Fermentasi dikatakan
sempurna jika warna biji kakao berubah dari warna terang menjadi coklat gelap yang
homogen dan biji mudah dipisah dari kulit bijinya.
Setelah fermentasi selesai, biji dikeringkan hingga kadar air mencapai 6 – 8%. Proses
pengeringan bisa dilakukan dengan cara penjemuran atau menggunakan oven pengering (55 –
66oC). Di beberapa negara, termasuk Indonesia, dilakukan pencucian biji sebelum
dikeringkan. Walaupun akan memperbaiki penampakan biji, tetapi pencucian yang
berlebihan beresiko untuk meningkatkan kerapuhan biji.
Biji kakao kering dibagi dalam beberapa kelas mutu, seperti tampak pada Tabel 1. Mutu
terbaik adalah biji yang masuk dalam kategori kelas mutu A.

Pembuatan Pasta Coklat (Cocoa Liquor)


Pembuatan pasta coklat melibatkan tahapan proses pembersihan biji, pemisahan kulit dan
penyangraian. Pembersihan ditujukan untuk mengeluarkan pengotor yang mungkin terbawa,
seperti pasir, batu, partikel-partikel tanaman dan sebagainya. Keberadaan pengotor ini tidak
diinginkan. Jika pengotor yang keras hanya potensial untuk merusak peralatan proses, maka
pengotor organik juga bisa merusak flavor coklat selama proses penyangraian.
Proses penyangraian biji coklat dilakukan pada suhu maksimal 150oC, selama 10 – 35 menit,
tergantung dari tujuan akhir penggunaan biji. Biji yang akan diolah menjadi coklat
(chocolate), membutuhkan proses sangrai yang lebih intensif dibandingkan dengan biji yang
akan diolah untuk menjadi coklat bubuk (cocoa powder). Apapun metode penyangraian yang
dipilih, proses tidak boleh menghanguskan kulit karena akan merusak flavor. Selama proses
penyangraian, kadar air biji turun menjadi sekitar 2% dan terjadi pembentukan flavor coklat.
Biji akan berwarna lebih gelap dengan tekstur yang lebih rapuh dan kulit menjadi lebih
mudah dipisah dari daging biji (nib). Penyangraian juga akan mempermudah proses ekstraksi
lemak. Selain itu, panas selama penyangraian juga berperan untuk membunuh kontaminan
yang mungkin terikut dari tahapan sebelumnya.
Biji yang telah disangrai secepatnya didinginkan untuk mencegah pemanasan yang
berlebihan. Biji selanjutnya dihancurkan dan dipisahkan dari kulit ari dan lembaganya dengan
menggunakan teknik hembusan udara (menampi secara mekanis). Keberadaan kulit ari dan
lembaga tidak diinginkan karena akan merusak flavor dan karakteristik produk olahan coklat.
Setelah penyangraian, biji coklat (nib) mengalami proses penggilingan (pelumatan). Proses
ini dilakukan secara bertingkat sebanyak 2 – 3 tahap untuk memperoleh pasta coklat (cocoa
liquor atau cocoa mass) dengan tingkat kehalusan tertentu.
Pada pembuatan pasta coklat, kadang juga dilakukan proses alkalisasi sebelum proses
penggilingan. Tujuan proses alkalisasi adalah untuk melembutkan flavor dengan menetralkan
sebagian asam-asam bebas, juga untuk memperbaiki warna, daya basah (wettability) dan
dispersibilitas coklat bubuk (cocoa powder) sehingga mencegah pembentukan endapan dalam
minuman coklat. Pada proses alkalisasi, nib sangrai direndam dalam larutan alkali encer
(konsentrasi 2 – 2.5%) pada suhu 75 – 100oC lalu dinetralkan untuk selanjutnya dikeringkan
sampai kadar air menjadi 2%, atau di adon (kneading). Proses ini menyebabkan
penggembungan pati dan menghasilkan massa coklat dengan struktur sel berbentuk sponge
dan porous.

Pembuatan Coklat Bubuk (Cocoa Powder) dan Lemak Coklat (Cocoa Butter)
Untuk memperoleh coklat bubuk, maka sebagian lemak coklat (cocoa butter) yang ada di
dalam pasta coklat harus dikeluarkan. Proses pengeluaran lemak dilakukan dengan
mengepress pasta menggunakan pengepress (hidraulik atau mekanis) pada tekanan 400 – 500
bar dan suhu 90 – 100oC.
Lemak coklat panas dilewatkan ke filter press untuk memisahkannya dari kotoran yang
mungkin terbawa, untuk selanjutnya dicetak dan didinginkan. Lemak coklat ini digunakan
oleh industri coklat.
Bungkil biji hasil dari pengepressan dihaluskan dengan menggunakan alat penghalus
(breaker) dan diayak untuk memperoleh ukuran partikel bubuk yang seragam. Kadar lemak
didalam coklat bubuk berkisar antara 10 – 22%. Bubuk coklat dengan kadar lemak yang lebih
tinggi biasanya memiliki warna yang lebih gelap dan flavor yang lebih ringan. Coklat bubuk
ini digunakan dalam berbagai produk pangan, misalnya untuk membuat minuman coklat,
inggridient untuk cake, puding, ice cream dan sebagainya.

Pembuatan Coklat (Chocolate)


Coklat (chocolate) dibuat dengan menggunakan pasta coklat, yang ditambahkan dengan
sukrosa, lemak coklat, dengan atau tanpa susu dan bahan-bahan lain (flavoring agent, kacang-
kacangan, pasta kopi, dan sebagainya). Bahan-bahan ini dicampur dalam sebuah mixer atau
paster, sehingga dihasilkan pasta coklat yang kental yang selanjutnya mengalami proses
pelembutan (refining) dengan mesin tipe roll sampai diperoleh massa coklat dengan tekstur
yang halus (ukuran partikel kurang dari 20 µm).
Massa coklat hasil dari refining berbentuk bubuk dan kering pada suhu ruang dengan flavor
yang asam. Untuk memperbaiki konsistensi tekstur dan flavornya, maka massa coklat
kadang-kadang diperam selama 24 jam pada suhu hangat (45 – 50oC) sebelum masuk
ketahapan proses penghalusan (conching). Proses pemeraman ini dikenal dengan sistem
dutch, kadang dilakukan untuk membuat coklat bubuk.

Proses penghalusan (conching) adalah proses pencampuran untuk menghasilkan coklat


dengan flavor yang baik dan tekstur yang halus. Biasanya dilakukan dua tahap, proses
dilakukan pada suhu 80oC selama 24 – 96 jam. Adonan coklat dihaluskan terus-menerus dan
lesitin ditambahkan pada akhir conching untuk mengurangi kekentalan coklat. Pada tahapan
ini, air dan senyawa pengganggu flavor menguap, lemak kakao akan menyelimuti partikel
coklat, gula dan susu secara sempurna sehingga memberikan sensasi tekstur yang halus.
Lemak coklat memiliki beberapa bentuk polimorfik dan proses pendinginan yang dilakukan
akan sangat mempengaruhi bentuk kristalnya. Jika pemadatan (kristalisasi) coklat cair
dilakukan dengan proses pendinginan yang tidak terkontrol, akan dihasilkan coklat padat
dengan tekstur yang bergranula dan spot-spot warna kelabu dipermukaan.
Tempering merupakan tahapan proses berikutnya, yang dilakukan untuk memperoleh coklat
yang stabil, karena akan menghasilkan kristal-kristal lemak berukuran kecil dengan titik leleh
yang tinggi. Adonan lemak cair didinginkan dari 50oC menjadi 18oC dalam waktu 10 menit
dengan pengadukan konstan. Adonan lalu didiamkan di suhu dingin selama sekitar 10 menit
untuk membentuk lemak coklat dengan kristal tipe ẞ yang bersifat stabil. Suhu selanjutnya
dinaikkan menjadi 29 – 31oC, dalam waktu 5 menit. Proses ini bisa bervariasi, tergantung
komposisi bahan yang digunakan.
Sebelum pencetakan, suhu coklat cair dijaga pada 30 – 32oC untuk dibawa ke wadah-wadah
pencetakan. Selanjutnya, dilakukan pendinginan lambat untuk memadatkan coklat dan coklat
dikeluarkan dari cetakan setelah suhu mencapai 10oC. proses pendinginan terkontrol akan
menghasilkan coklat padat dengan kristal lemak yang halus dan struktur yang stabil terhadap
panas, terlihat dari sifat lelehnya yang baik dan permukaan yang mengkilap.

JENIS-JENIS COKLAT
1. Couverture Chocolate
Komposisi Cocoa yang dimasak dengan 100% cocoa butter, mentega coklat, gula dan
milk chocolate yang pekat dan kemudian bary disaring sehingga menghasilkan Couverture
Chocolate. Kekentalan atau kepekatan dari coklat ini tergantung dari cocoa butter yang
dicampurkan. Apabila ingin memperoleh hasil yang baik dan kental, maka diperlukan banyak
mentega coklat dan waktu yang lebih lama. Courverture chocolate ini mudah untuk dicetak,
rasanya sangat lembut terkena suhu tubuh langsung lumer.
2. Compound Chocolate :
Komposisi Cocoa dimasak dengan cocoa butter yang dicampur vegetable oil. Tujuan
penambahan vegetable oil disini adalah untuk meningkatkan titik didih cokelat biar tidak
gampang lumer. Ini yang banyak dipakai di negara-negara tropis. Penggunaan compound
maupun couverture tidak terlalu berbeda. Untuk campuran kue, sauce, topping, praline,
truffle, fondue, dan lain-lain, dua-duanya bisa dipakai. Hanya rasa saja yang sedikit
membedakan. Yang couverture lebih lembut dan gampang lumernya. Berdasarkan produknya
terbagi atas cokelat bubuk dan cokelat balok.
3. Cokelat Bubuk
Warna cokelat bubuk beragam mulai dari yang cokelat kemerahan sampai dengan
cokelat kehitaman. Cokat bubuk dibuat dengan menyisihkan sebagian besar kandungan
lemaknya. Biasanya dipakai untuk minuman dan campuran cake serta cookies. Untuk adonan,
larutkan cokelat bubuk dengan air agar aromanya keluar. Atau cokelat bubuk dapat dicampur
dengan terigu lalu diayak. Ada cake yang dengan penambahan cokelat bubuk pada
adonannya, perlu ditambahkan Baking Powder, karena cokelat bubuk bersifat berat sehingga
dapat menyebabkan cake tidakmengembang dengan sempurna.
4. Dark Cooking Chocolate
Cokelat masak polos tanpa bahan tambahan susu. Warnanya lebih hitam dan rasanya agak
pahit.
5. Milk Cooking Chocolate
Cokelat masak dengan tambahan susu sehingga rasanya lebih manis. Warnanya juga lebih
muda dibandingkan Dark Cooking Chocolate.
6. White Chocolate
Sebenarnya white chocolate sulit digolongkan sebagai cokelat karena hanya terbuat dari
lemak cokelat atau minyak sayur yang dibubuhi susu, gula dan essens. Cokelat putih lebih
cepat mengeras jika dilelehkan tapi lebih lembek dari pada cokelat masak. Cokelat putih
digunakan sebagai dekorasi dan untuk dicampurkan ke dalam adonan.
7. Coating Chocolate
Cokelat yang digunakan untuk melapis cake. Mengandung lebih banyak lemak sehingga
mudah merata dan mengeras. Cokelat masak lainnya dapat juga dipergunakan untuk melapis
cake, tetapi perlu ditambahkan mentega atau minyak sayur sehingga mudah mengalir.
Penggunaan cokelat masak pada adonan kue biasanya dalam bentuk cair. Mencairkan cokelat
masak dengan cara mengetim. Yang perlu diperhatikan, jangan sampai cokelat terkena
sedikitpun air, karena air akan mengakibatkan cokelat bergumpal dan tidak dapat dilelehkan
kembali. Sebaiknya tidak disimpan di dalam lemari es, karena pada saat dicairkan, warna
cokelat tidak akan cemerlang.
PENYIMPANAN PRODUK COKLAT

Semua produk coklat, mulai dari kakao (mentah) sampai produk olahannya disimpan
ditempat dingin, kering dan dengan sirkulasi udara ruangan yang baik, terlindungi dari
cahaya dan bahan-bahan berbau tajam. Suhu 10 – 12oC dengan kelembaban 55 – 65% adalah
kondisi ruang penyimpanan coklat yang ideal.

Coklat yang disimpan pada kondisi penyimpanan yang tidak tepat akan memiliki warna
permukaan yang kusam keabuan. Pembentukan spot-spot gula (sugar bloom) disebabkan oleh
penyimpanan coklat pada kelembaban tinggi (RH diatas 75%) atau karena terjadinya
penumpukan uap air, yang menyebabkan partikel gula berukuran kecil yang ada di
permukaan mencair dan kemudian membentuk kristal berukuran besar ketika terjadi proses
evaporasi. Spot-spot lemak (fat bloom) terjadi pada kondisi suhu penyimpanan diatas 30oC
dan berfluktuasi mengakibatkan lemak mencair lalu mengkristal kembali dengan ukuran yang
lebih besar. Fat bloom juga mungkin terjadi karena proses tempering dan pendinginan yang
tidak tepat.

Kandungan dan Manfaat Cokelat


https://medium.com/@indotesis/jenis-kandungan-manfaat-dan-pengolahan-cokelat-
68656cd09758 (admin 2017)
Cokelat memiliki beberapa kandungan dan manfaat sebagai berikut (Brotodjojo, 2008:8):
 Asam Oleat. Asam lemak tak jenuh. Ditemukan pada minyak zaitun. Studi
epidemiologis pada penduduk mediterania yang banyak mengkonsumsi asam oleat dari
minyak zaitun, menyimpulkan efek positif bagi kesehatan jantung.
 Katekin. Antioksidan kuat yang terkandung dalam cokelat. Fungsi antioksidan adalah
mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi.
 Theobromine. Membantu membangun perasaan tenang dan meringankan sakit
tenggorokan.
 Kafein. Memberikan efek terjaga atau segar bagi yang mengkonsumsinya
 Phenethyylamine. Memberikan dampak dopamine atau munculnya perasaan senang
dan perbaikan suasana hati.

Cokelat dengan kandungan yang dimilikinya memiliki manfaat sebagai berikut:


 Antioksidan yang tinggi. Coklat mengandung antioksidan yang cukup tinggi.
Kandungan coklat yaitu flavonols, sejenis flavanoid yang terdapat pada coklat
merupakan antioksidan yang baik bagi tubuh.
 Mencegah dan melawan kanker. Coklat dapat melawan dan mencegah kanker. Dari
penelitian coklat dapat menghambat pembelahan sel kanker dan mengurangi
peradangan.
 Menurunkan tekanan darah. Dengan mengkonsumsi sepotong coklat setiap hari dapat
menurunkan tekanan darah tinggi.
 Memperlambat penuaan. Coklat mengandung zat yang mampu memperlambat
penuaan. Konsumsi coklat secara teratur dapat mengurangi keriput dan melindungi kulit
dari paparan sinar matahari.
 Menghilangkan depresi. Coklat juga dianggap sebagai salah satu makanan yang dapat
menghilangkan stres. Beberapa kandungan coklat seperti caffeine, theobromine, methyl-
xanthine dan phenyletthylalanine, mengurangi kelelahan sehingga bisa digunakan
sebagai obat anti-depresi.
 Mencegah kerusakan gigi. Penelitian telah menemukan bahwa theobromine dalam
coklat mampu mencegah kerusakan gigi dengan menghilangkan streptokokus mutans,
bakteri yang ditemukan dirongga mulut yang memberikan kontribusi terhadap kerusakan
gigi.
 Menurunkan LDL (kolestrol jahat). Mengkonsumsi coklat hitam secara teratur telah
terbukti dapat menurunkn kolestrol LDL sebanyak 10 persen. Orang yang meminum
coklat dua kali sehari beberapa minggu dapat menurunkan kolestrol jahat (LDL) dan
menghilangkan kolestrol baik (HDL).

Pengolahan Coklat
1. CHOCOLATE PRALINE
Coklat praline merupakan coklat yang berasal dari Belgia. Praline merupakan bentuk
permen coklat, terbuat dari coklat dan mentega yang dibentuk beraneka ragam dengan
isian (filling) kacang-kacangan, buah kering, dan lain-lain. Coklat pralin merupakan
pilihan utama dalam memberikan hadiah kepada orang-orang yang dianggap penting
dalam kehidupan mereka.
CIRI-CIRI CHOCOLATE PRALINE
a. Coklat kecil bermacam – macam bentuk yang berisi  variasi adonan lunak di
dalamnya
b. Permukaan coklat terlihat halus, mengkilap, dan warna nya rata
c. Bila dimakan tidak terasa seperti pasir atau seperti mengandung lapisan lilin. Akan
tetapi terasa halus, creamy dan tidak berminyak
BAHAN PEMBUATAN CHOCOLATE PRALINE
a. Coklat batangan (dark chocolate, white chocolate, milk chocolate)
b. Bahan filling (almond, sukade, selai, kismis, buah kering, dan lain-lain) disesuaikan
dengan keinginan
c. Pewarna coklat
TEKNIK PEMBUATAN CHOCOLATE PRALINE
a. Coklat dipotong tipis-tipis kemudian steaming
b. Setelah mencair, masukan coklat kedalam cetakan setengah penuh dan masukan
filling sesuai dengan selera, kemudian isi lagi dengan coklat sampai cetakan penuh
c. Diamkan coklat sampai mengeras
d. Setelah mengeras, hias sesuai keinginan
e. Setelah jadi, bungkus dalam box dengan rapi dan cantik
CARA PENYIMPANANNYA
a. Simpan coklat yang kering serta hindari dari panas sinar matahari langsung
b. Hindari penyimpanan coklat dalam freezer dalam waktu yang lama, dapat
menyebabkan coklat menjadi keras dan sulit untuk dimakan
c. Bungkus dalam tempat yang kering dan kedap udara, agar tidak mudah bau apek. Bisa
dibungkus dengan menggunakan alumunium poil
d. Hindari penyimpanan coklat dengan bahan makanan yang menimbulkan aroma tajam

2. CHOCOLATE PAINTING
Chocolate painting adalah teknik melukis dengan cokelat yang bisa dilakukan diatas
cake, kanvas cokelat, atau yang lainnya. Sama seperti teknik lukisan, tidak ada aturan
baku mengenai media yang digunakan untuk teknik ini. Chocolate painting ada yang
menggunakan bahan cokelat batangan dan ada juga yang menggunakan cokelat bubuk.
a. Chocolate painting dengan Cokelat Bubuk: teknik melukis pada cake
menggunakan cokelat bubuk sebagai bahan utama dalam melukis yang
dicampurkan dengan shortening ataupun cocoa butter. Alat dan bahan yang
dibutuhkan biasanya adalah fondant/pasta almond dan semacamnya, shortening,
cokelat bubuk, kuas, kertas roti, dan pisau pengukir.
b. Chocolate painting dengan Cokelat Batang: teknik melukis yang menggunakan
cokelat batang yang dilelehkan untuk melukis dengan alas yang digunakan untuk
melukis biasanya adalah kertas perkamen atau kertas roti. Alat dan bahan yang
dibutuhkan yaitu sketsa gambar, kertas roti, solatip, kuas, toothpick, dan dark &
white chocolate.

Teknik chocolate painting merupakan salah satu dari 7 teknik penggunaan cokelat
sebagai dekorasi. Keenam teknik (dekorasi cokelat) lainnya selain chocolate painting
tersebut adalah:
1) Piping: teknik yang biasa digunakan untuk membuat tulisan, membuat dekorasi
dan garnish melalui piping bag.
2) Goblet: teknik coating cokelat. Disebut goblet karena seringkali proses
pengerjaannya mirip proses pembuatan gelas.
3) Figurine: teknik membentuk suatu figur dengan menggunakan cetakan (mold).
4) Marbelle: teknik pencampuran warna cokelat yang tidak terlalu merata sehingga
menghasilkan tekstur yang mirip dengan marmer.
5) Printing: teknik mencetak gambar menggunakan tinda "food grade" yang aman
untuk dikonsumsi.
6) Carving: teknik mengukir cokelat. Cokelat untuk diukir bisa berasal dari satu blok
besar yang diukir atau beberapa blok kecl yang kemudian ditempelkan lalu diukir.

Anda mungkin juga menyukai