Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEPEMIMPINAN

(Pasca Sarjana UNMAL)

Oleh:

Nama : Ica Berliana

NPM: 20420019

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN S2


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2021
KASUS 1

Pertanyaan:

1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana

keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang

dan dulu sewaktu di tentara?

2. Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya?

Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk merubah keadaan?

Jawaban:

1. Menurut saya gaya kepemimpinan pada kasus 1 ini termasuk gaya kepemimpinan
otoriter. Pada perusahaan yang sekarang Hartoyo masih membuat keputusan seperti ia
masih menjadi tentara dahulu. Arti dari kepemimpinan itu sendiri yaitu suatu cara
seorang pemimpin dalam usahanya untuk mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja
sama untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin
yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri
secara penuh atau sering disebut juga diktator.
Ciri-ciri otoraksi:
 Semua penentu kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin
 Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap waktu
 Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bersama setiap anggota
 Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap
kerja setiap anggota.

Pada ciri-ciri otokrasi diatas mencerminkan gaya kepemimpinan Hartoyo pada


bawahannya. Penerapan kepemimpinan gaya otoriter dapat mendatangkan
keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan
dan bertindak, sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik. Tetapi
penerapan gaya otoriter dapat menimbulkan kerugian, antara lain berupa suasana
kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut
timbulnya ketidakpuasan.
Kepemimpinan gaya otoriter hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang
sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup
organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini harus ditinggalkan.
Motivasi bawahan Hartoyo pada saat di tentara dan di perusahaan jelas berbeda. Hal
ini karena gaya kepemimpinan Hartoyo hanya cocok untuk memimpin di lingkungan
tentara sedangkan di lingkungan perusahaan gaya kepemimpinan tersebut dirasa
kurang tepat sehingga terjadi ketidakpuasan bawahan terhadap atasan. Pada saat di
tentara bawahan memiliki semangat kerja tinggi.Apabila Hartoyo tidak dapat
merubah gaya kepemimpinannya konsekuensinya adalah, kecil kemungkinannya
untuk mencapai kesuksesan dalam memimpin suatu perusahaan karena
ketidaknyamanan bawahan dalam lingkungan pekerjaannya. Oleh karena itu, dapat
berdampak buruk ke perusahaan seperti menurunnya produktifitas kerja. Motivasi
bawahan Hartoyo pada saat di tentara dan di perusahaan sangatlah berbeda. Hal ini
karena gaya kepemimpinan Hartoyo hanya cocok untuk memimpin di lingkungan
tentara sedangkan di lingkungan perusahaan gaya kepemimpinan tersebut dirasa
kurang tepat sehingga terjadi ketidakpuasan bawahan terhadap atasan Pada saat di
tentara bawahan memiliki semangat kerja tinggi.Konsekuensi bila Hartoyo tidak
dapat merubah gaya kepemimpinannya adalah, rasa tidak puas bawahan
sehingga dapat berdampak buruk ke perusahaan seperti menurunnya produktifitas
kerja. Saran saya, Hartoyo dapat merubah gaya kepemimpinannya dengan
kepemimpinan demokratis. Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa
organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas
aneka tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan
perusahaan. Seorang pemimpin yang demokratis melihat bahwa dalam perbedaan
sebagai kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan. Nilai yang dianutnya
berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
memperlakukan manusia dengan cara manusiawi.
2. Konsekuensi yang terjadi apabila hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya
adalah bawahan hartoyo akan terus bersikap tidak puas dan agresif kepadanya. Jika terus
menerus dibiarkan seperti itu, pekerjaan bawahan hartoyo tidak akan maksimal. Bahkan
pekerjaan mereka bisa sangat buruk. Hal tersebut juga pasti akan berdampak besar pada
perusahaan tersebut, konsekuensi lainnya adalah kecil kemungkinannya untuk mencapai
kesuksesan dalam memimpin suatu perusahaan karena ketidaknyamanan bawahan dalam
lingkungan pekerjaannya. Oleh karena itu, dapat berdampak buruk ke perusahaan seperti
menurunnya produktifitas kerja.
Saran saya adalah hartoyo harus merubah gaya kepemimpinannya. Sebab, orang-orang
yang bekerja sebagai tentara mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang-orang
yang bekerja di perusahaan. Jangankan orang yang berbeda profesi, orang yang se-
profesi saja kadangkala mempunyai buah pikir yang berbeda. Mungkin hartoyo dapat
menggunakan gaya kepemimpinan tipe open leadership, yaitu hartoyo dapat mengambil
keputusan yang dibuatnya tetapi ada pendekatan antara dia dan karyawan.
Ciri-ciri tipe open leadership antara lain :
 Berpartisi akif dalam kegiatan organisasi
 Bersifat terbuka
 Bawahan diberi kesempatan untuk member saran dan ide-ide baru
 Keputusan ada ditangan pemimpin
 Menghargai potensi individu
KASUS 2

Pertanyaan:

1. Mengapa seorang manager seperti ramona memilih pemimpin oposisi untuk

mengimplementasikan perubahan? Apakah saudara setuju dengan tindakan

romana tersebut ? Mengapa?

2. Berapa besar derajat kesuksesan Ramona dalam pelaksanaan perubahan menurut


perkiraan saudara? Apa alasan saudara berpendapat demikian?

Jawaban:

1. Hal ini disebabkan karena Ramona menyadari bahwa orang yang paling menentang itu
merupakan orang yang paling tahu akan kelemahan dari perubahan tersebut. Dengan hal
itu ia berpendapat bahwa orang yang lebih tahu akan kelemahan perubahan tersebut layak
untuk menjadi pemimpin dibandingkan dengan yang menyetujuinya.Dalam kasus ini
Ramona merupakan tipe pemimpin yang demokratis, dia mempertimbangkan pendapat-
pendapat dari bawahannya,melakukan musyawarah dan memberikan kesempatan
terhadap pihak oposisinya. Ya, saya setuju dengan tindakan Ramona, hal ini disebabkan
dengan menempatkan pemimpin oposisi yang mengetahui kelemahan serta kekurangan
dari perubahan yang akan diimplementasikan, maka pemimpin tersebut diharapkan akan
melakukan perubahan dan perbaikan sehingga perubahan itu dapat semakin berkembang
dan menjadi lebih baik lagi, jika dia dijadikan pemimpin oposisi dia bisa memecahkan
masalah itu sehingga dapat memberikan suatu yang lebih baik untuk perusahaan.
Jika ramona membiarkan begitu saja orang-orang yang tidak setuju tersebut, perusahaan
tidak akan berjalan sesuai harapan. karena jika dibiarkan perusahaan tidak akan menjadi
perusahaan yang solid dan berkembang.
2. Menurut perkiraan saya derajat kesuksesan Ramona dalam melaksanakan perubahan itu
cukup tinggi keberhasilannya yaitu sekitar 80%. Hal ini disebabkan karena dia telah
menempatkan seseorang yang mnegerti akan kelemahan programnya itu sebagai
pemimpin dari pelaksanaan perubahan itu sendiri. Karena dia mengetahui kalemahan dan
kekurangan dari program tersebut maka kelemahan itu akan dapat disadari dan diperbaiki
dan dapat menjadikan program ini sukses dan lebih baik lagi. Dapat disimpulkan juga
bahwa Ramona adalah pemimpin yang ingin perusahaanya solid juga staff yg lainya dia
tidak menyerah walaupun pada awal mulanya orang banyak yang menentang.

Anda mungkin juga menyukai