Anda di halaman 1dari 10

TANAH MASAM MINERAL

Tugas Paper Tataguna dan Evaluasi Lahan

Oleh :
Tri Anggoro (20140210058)
Ayu Putri Ana (20140210059)
Rahmana faizah (20140210062)
Ahmad Setiadevi (20140210063)

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
I. DESKRIPSI
Tanah merupakan hasil dari pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan
pada batuan yang berada di atas permukaan tanah terjadi secara terus menerus karena
adanya pengaruh dari lingkungan. Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya
pelapukan pada batuan yaitu cuaca, suhu dan tekanan udara. Faktor lingkungan
tersebut menyebabkan batuan mengalami pengikisan menjadi butiran-butiran halus
yang kemudian terbawa oleh aliran air dan mengendap di daerah aliran air.
Pengendapan tersebut nantinya akan membentuk tumpukan atau lapisan tanah yang
kaya akan mineral.
Tanah masam mineral dalam pengertian sempit yang didasarkan pada
taksonomi kelas reaksi tanah yaitu masam (acid) tanah mineral yang memiliki pH
lebih kecil dari 5.0 sedangkan menurut Notohadiprawiro (1986) tanah masam mineral
adalah tanah yang berasal dari proses pelapukan yang sangat intensif karena suhu
panas dan curah hujan tinggi yang berlangsung pada daerah tropik.
Tanah masam mineral memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. pH tanah rendah < 5
2. Tekstur tanah berkisar dari pasiran (sandy) sampai lempungan (clayey)
3. Kejenuhan Al , Fe dan Mn tinggi
4. Daya jerap terhadap fosfat kuat
5. Kejenuhan basa rendah ; kadar Cu rendah dalam tanah yang berasal dari bahan
induk masam (feksil) atau batuan liat , Zn cukup namun tereluviasi.
6. Kadar bahan organik rendah < 20% dan kadar N rendah
7. Daya simpan air terbatas
8. Kapasitas tukar kation rendah
9. Kedalaman efektif terbatas
10. Derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat lemah baik pada lahan berlereng
maupun datar.
Kerentanan terhadap erosi membuat tanah masam mineral akan semakin cepat
berkurang kesuburannya terutama pada lapisan atas dan akan terakumulasi di bagian
yang lebih rendah (Notohadiprawiro, 2006).
Kekahatan fosfor merupakan salah satu kendala terpenting bagi usaha tani di
lahan masam mineral. Hal ini karena sebagian besar koloid dan mineral tanah yang
terkandung dalam tanah Ultisol mempunyai kemampuan menyemat fosfat cukup
tinggi, sehingga sebagian besar fosfat dalam keadaan tersemat oleh Al dan Fe, tidak
tersedia bagi tanaman maupun biota tanah (Hasanudin dan Ganggo, 2004).
Menurut Subandi (2007), tanah masam nimeral umumnya mempunyai pH
rendah yang menyebabkan kandungan Al, Fe, dan Mn terlarut tinggi sehingga dapat
meracuni tanaman. Jenis tanah ini biasanya miskin unsur hara esensial makro seperti
N, P, K, Ca, dan Mg; unsur hara mikro Zn, Mo, Cu, dan B, serta bahan organik.
Tekstur tanah masam mineral bervariasi, berkisar dari pasiran (sandy) sampai
dengan lempungan (clayey) . Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh
mineral silikat tipe 1:1 serta oksida dan hidroksida Fe dan Al , sehingga fraksi
lempung tergolong beraktivitas rendah dan daya memegang lengas juga rendah.
Karena umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan fraksi lempungnya
beraktivitas rendah maka kapasitas tukar kation tanah (KTK) tanah masam mineral
juga rendah, sehingga relatif kurang kuat memegang hara tanaman dan karenanya
unsur hara mudah tercuci. Tanah masam mineral merupakan tanah bermuatan
terubahkan (variable charge), sehingga nilai KTK dapat berubah bergantung nilai
pH-nya, peningkatan pH akan diikuti oleh peningkatan KTK ,lebih mampu mengikat
hara K dan tidak mudah tercuci.
II. PROSES PEMBENTUKAN
Tanah masam mineral dalam pengertian sempit yang didasarkan pada taksonomi
kelas reaksi tanah yaitu masam (acid) tanah mineral yang memiliki pH lebih kecil
dari 5.0 sedangkan menurut Notohadiprawiro (1986) tanah masam mineral adalah
tanah yang berasal dari proses pelapukan yang sangat intensif karena suhu panas dan
curah hujan tinggi yang berlangsung pada daerah tropik.
Proses pembentukan tanah masam mineral berasal dari proses pelapukan batuan
induk yang berasal dari batuan induk yang sudah tua yaitu batuan liat (clay stone)
atau batuan vulkanik masam, dan mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi
oleh kaolinit dan gibsit. Proses pelapuan tersebut terjadi secara terus menerus karena
pengaruh dari iklim, makhluk hidup (terutama vegetasi), bahan induk, topografi
(relief) dan waktu. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pelarutan dan
penghanyutan kation kation basa. Selanjutnya bahan induk yang kaya Al, akan
membebaskan sejumlah Al, dan kemudian mengalami hidrolisis dengan
membebaskan sejumlah ion hidrogen yang memasamkan tanah.Pada prinsipnya tanah
masam terbentuk akibat curah hujan yang melebihi kebutuhan tanah dan tanaman
untuk evaporasi dan transpirasi. Air yang berlebih akan berkesempatan melarutkan
basa basa dari mineral primer dalam batuan induk, kemudain membawa hanyut basa
basa yang terlarut tersebut. Secara sederhana proses tersebut dapat di lukiskan dengan
reaski kimia berikut ini:                   
2KAISi3O8+3H2O__________________________________Al2Si2O5(OH)4+4SiO2+2K+OH-
(Veslpat)                                                                                        (Kaolinit)             
3KAISi3O8+2H2O______________________KAl3Si3O10(OH)2++6SiO2+2K++2O
(Velspat)                                                                                        (IIIit) 
Dari kedua reaski kimia tersebut tampak bahwa sejumlah kation K dibebaskan
untuk di larutkan dan masuk kedalam larutan tanah. Sebagian dari ion K yang terlarut
ini dapat di serap oleh tanaman, tetapi jika air berlebih maka sebagian ion K akan
terbawa hanyut. Dengan cara yang hampir sama basa basa lainnya seperti Ca, Mg,
dan Na juga akan menghilang dari kompleks jerapan dan yang tertinggal adalah
kation kation yang mempunyai kemampuan terikat kuat dengan koloid tanah seperti
Al dan H. 
III. PENGELOLAAN ATAU PEMANFAATAN LAHAN
Tanah masam mineral secara fisik berpotensi tinggi sebagai lahan pertanian baik
untuk tanaman semusim (jagung, ubi kayu, dll) maupun tanaman tahunan (kelapa
sawit, karet, dll). Pada tanah mineral masam selama ini menunjukkan tingkat
produktivitas tanaman yang rendah. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang
menjadi kendala dalam pemanfaatan tanah asam mineral sebagai lahan
agroekosistem.
Kendala sifat dari tanah mineral masam untuk pengembangan agroekosistem
meliputi kendala kimia, fisik, dan biologi tanah. Kendala tersebut diantarana yaitu :
1. Kendala kimia yang utama pada tanah mineral masam, yaitu;
a. pH tanah yang rendah
b. Al, Fe, dan Mn yang tinggi, sedangkan ketersediaan P dan Mo yang rendah.
c. Ketersediaan kation-kation basa dan kejenuhan basa yang rendah.
d. Kapasitas tukar kation yang rendah.
e. Kejenuhan kation didominasi oleh kejenuhan asam yang bersifat toksik bagi
tanaman, serta anion-anion akan mudah terfiksasi menjadi tidak tersedia bagi
tanaman.
f. Rendahnya kandungan fosfat dan tingginya retensi fosfat dan molibdat
g. Muatan permukaan pada tanah mineral masam umumnya didominasi oleh
muatan berubah (pH dependent charge), daya sangga tanah menjadi tinggi
sehingga aplikasi pengapuran dan pemupukan memerlukan dosis yang lebih
tinggi.
2. Tanah mineral masam memiliki kendala fisik, antara lain;
a. Kandungan bahan organik yang rendah yaitu sekitar 2%
b. Stabilitas agregat yang rendah sehingga tanah akan mudah mengalami erosi.
c. Daya simpan air pada tanah sangat rendah.
d. Tanah tersebut mudah mengalami erosi.
3. Kendala biologi pada tanah mineral masam yaitu
a. Tidak adanya aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang dapat
mempercepat proses dekomposisi bahan organic pada tanah.
b. Tidak adanya aktivitas cacing yang mengeluarkan asam organik dan
meningatkan ketersediaan hara serta mengeluarkan zat atau hormon pengatur
tumbuh.
Berdasarkan pada tingkatan kendala dan permasalahan yang muncul pada tanah
masam mineral, maka skema pendekatan permasalahan dapat dilakukan sebagai
tindakan pengelolaan lahan masam mineral yaitu sebagai berikut :

Tanah mineral
masam

Evaluasi kendala
pemanfaatan lahan

Erosi/Aliran Unsur hara Keracunan Al,


limpas Mn dan Fe

Konservasi tanah Pemupukan Teknologi input


(Pengapuran) (Pemberian pupuk tinggi
organik/non-
organik)

1. Pengapuran

Pengapuran merupakan upaya untuk memberikan bahan kapur kedalam tanah


masam dengan tujuan untuk :
a. Menaikkan pH tanah
Nilai pH tanah dinaikkan sampai pada tingkatan dimana Al tidak bersifat
racun bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam kondisi yang seimbang dalam
tanah. Peningkatan pH tanah dengan pemberian bahan kapur tidak dapat bertahan
lama karena tanah mempunyai sistem penyangga yang dapat menyebabkan pH
tanah akan kembali kesemula setelah selang beberapa waktu.
b. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KPK)
KTK akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan pH tanah. Namun
namun juga bersifat tidak tetap, sama halnya dengan yang terjadi pada kenaikan
pH.
c. Menetralisir keracunan tanaman akibat unsur Al
Dalam menetralisir keracunan akibat unsur Al, maka dalam pemberian kapur
tidak cukup efektif. Hal ini disebabkan karena unsur Ca dalam kapur tidak
mudah bergerak, sehingga butuh pembenaman yang cukup dalam sampai
menapai kedalaman lapisan tanah yang mempunyai konsentrasi Al tinggi. Hal ini
justru akan menimbulkan permasalahan baru, salah satunya yaitu pemadatan
tanah, tenaga kerja yang dibutuhkan banyak dan biaya yang dikeluarkan juga
cukup tinggi.
Alternate lain yang cukup efisien yaitu dengan menambahkan dolomit
(CaMg(CO3)2) yang lebih mudah bergerak, ssehingga mampu mencapai lapisan
tanah bawah dan menetralkan Al. Namun dalam penambahan dolomit sering kali
dapat mengakibatkan terjadinya gejala kekurangan unsur K, sehingga perlu
adanya pertimbangan dalam pengapuran ini. Meskipun dalam penanganan gejala
unsur hara K dapat diatasi dengan pemberian pupuk organic ataupun non
organik.
2. Pemupukan (Penambahan unsur hara)
Pemupukan secara kimiawi menggunakan pupuk non organic merupakan
jalan mudah dan cepat dalam menangani masalah kahat hara. Namun apabila
tidak memperhatikan aturan pemaakaiannya juga dapat merugikan atau
menimbulkan masalah lainnya. Tanah masam mineral mempunyai daya ikat
kation yang rendah atau terbatas, sehiingga dalam penanganannya umumnya
pupuk yang digunakan yaitu pupuk majemuk (NPK) atau salah satu dari
ketiganya.
Karena KTK tanah masam mineral itu rendah, maka dalam pemberian N, P, K
dalam bentuk kation akan banyak yang hilang apabila diberikan secara langsung.
Agar tujuan pemupukan itu sesuai, maa dalam pemupuan harus diperhatian hal-
hal berikut, yaitu :
1. Pemupukan dilakukan secara sinkronisasi yaitu diberikan aat tanaman
membutuhkan saja. Pemberian pupuk N pada tanaman semusim diberikan dua
kali yaitu pada saat tanam dan pertumbuhan maksimum (1-2 bulan ST).
sementara pupuk P dan Kbisa diberikan pada saat tanam.
2. Penempatan pupuk harus dilakuan di daerah aktivitas akar tanaman, agar
pupuk dapat diserap oleh akar secara efektif.
3. Dosis pupuk yang diberian harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, supayaa
tidak menimbulkan dampak keracunan bagi tanaman atau merusak
lingkungan.
3. Penyemprotan herbisida
Tanah masam mineral yang memiliki kandungan bahan organi yang rendah
memberikan peluang yang besar bagi pertumbuhan gulma seperti alang-alang
(Imperata cylindrica) yang banya tumbuh di daerah masam. Oleh karena itu
perlu adanya pengendalian terhadap gulma tersebut. Untuk itu, dalam hal ini
dibutuhan penggunaan herbisida yang dilaukan secara tepat, baik dalam dosis,
waktu dan pengaplikasiannya.
IV. PENUTUP
Dari pemahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tanah masam mineral adalah
tanah yang berasal dari proses pelapukan batuan induk yang bersifat masam yang
sangat intensif karena suhu panas dan curah hujan tinggi yang berlangsung pada
daerah tropic dengan karakteristik pH rendah < 5, kadar BO dan N rendah, kejenuhan
Al , Fe dan Mn tinggi dan kapasitas tukar kation rendah.
Tanah masam mineral pada umumnya dimanfaatkan sebagai lahan tanaman
industri seperti karet dan kelapa sawit dan sedikit dimanfaatkan sebagai lahan
produksi tanaman pangan. Pengelolaan tanah masam mineral dapat dilakukan dengan
melakukan pengapuran, pemberian pupuk organic maupun non organik dan
penggunaan herbisida.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pembentuan Tanah Masam.
http://kapurpertanian.com/index.php/Pengapuran/Pembentukan-tanah-
masam.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2016.
Nursanti, Ida. Pengelolaan kesuburan Pada Tanah Kering.
https://www.scribd.com/document/330069626/DASAR-DASAR-ILMU-
TANAH-pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai