Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

OLEH :

Fit ri selly desi yanti

S.0019.G.006

DOSEN PEMBIMBING

Ellyani Abadi, S.K.M., M.Kes

Linda Ayu Rizka Putri, S.K.M., M.Sc

Evie Fitrah Pratiwi Jaya, S.Gz., M,Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KARYA KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

KENDARI

2021

1
LAPORAN

PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

OLEH :

Fitri selly desi yanti

S.0019.G.006

Ttd Dosen Ttd Dosen

Ellyani Abadi.,S.K.M, M.Kes Linda Ayu Rizka Putri., S.K.M

SEKOLAH TINGGI ILMU KARYA KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

KENDARI

2021

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga dapat terselesaikan tanpa mengalami
hambatan yang begitu berarti. Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas Individu
mata kuliah Penilaian Status Gizi

Dalam penulisan Laporan ini, penulis mendapatkan bantuan ataupun masukan


dari berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat terealisasikan. Untuk itu penulis
menyampaikan rasa terima kasih setinggi-tingginya kepada Ibu Linda Ayu Rizka Putri,
S.K.M., M.SC selaku dosen mata kuliah Gizi.

Akhirnya kami menyadari bahwa penyusunan Laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Namun dalam proses laporan ini segala do’a dan
usaha yang telah kami lakukan, walau hasil akhir menjadi target dan kami tidak akan
menutup mata serta telinga apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan, karena kami
insan biasa.

Kendari, Februari 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

4
DAFTAR TABEL

5
DAFTAR LAMPIRAN

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian status gizi merupakan upaya menginterpretasikan semua


informa yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan,
biokimia dan klinik. Informasi ini digunakan untuk menetapkan status kesehatan
perorangan atau kelompok penduduk yang dipengaruhi oleh konsumsi dan
utilisasi zat gizi Sistem penilaian status gizi dapat dilakukan dalam bentuk
survey,surveilen atau skrining.
Penilaian status gizi perlu dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit-
penyakit yang erat kaitannya dengan asupan gizi. Semakin maju ilmu
pengetahuan mengenai hubungan antara status gizi dan penyakit, semakin pesat
perkembangan ilmu pengetahuan mengenai indicator yang digunakan dalam
pengukuran tubuh manusia semakin kuat pula keyakinan tentang perlunya
dilakukan penilaian status gizi terhadap masyarakat secara teratur
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran
yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga
ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit,
tinggi lutut ,lingkaran perut,lingkaran panggul. Ukuran-ukuran antropometri
tersebut biasa berdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau
berupa indeks dengan membandingkan ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB.
TB/U (Sandjaja,dkk., 2010).
Praktikum penilaian status gizi merupakan proses transformasi dan
implementasi yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
melakukan praktikum dilaboratorium atas ilmu yang sudah dipelajari dikelas dan
memberikan kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai Ahli Gizi
professional. Dalam melaksanakan praktikum pada tatanan nyata sesuai

7
tingkatan pelayanan kesehatan sekaligus melaksanakan system manajerial
sebagai manifestasi peran Ahli Gizi sebagai manajer dan peneliti.

B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan penilaian status gizi secara
lnagsung dan tidak langsung.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan survey konsumsi makanan (individu)
menggunakan recall 2x24 jam, dietary history, food
frequency,estimated food records dan metode penimbangan makanan
(food weighing).
b. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi berdasarkaan
Antropometri dengan indeks BB/TB, BB/U, TB/U, LILA, Tinggi
Lutut , Tebal Lemak Bawah Kulit, Lingkar Pinggang Pinggul..

C. Manfaat praktikum
a. Sebagai wadah untuk meningkatkan cakrawala berfikir dalam
mengidentifikasi berbagai macam pengukuran Antropometri pada manusia
melalui uji coba dan mahasiswa memahami pengertian Antropometri serta
mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
b. Sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan terkait evaluasi pelaksanaan
praktikum penilaian status gizi

D. Waktu
Praktek penilaian status gizi dilaksanakan pada tanggal 11-13 Februari
2021 diLaboratorium Gizi terpadu Stikes Karya Kesehatan.

8
9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penilaian Status Gizi


Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien.
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson,1990).
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
antropometri serta biokimia dan riwatat diit (Beck, 2000).
B. Antropometri
Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengnukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, dkk. 2002).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia, antara lain:

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan


penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, akan menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi
Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh

10
(Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakanbulan usia penuh
(Completed Month).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling


sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk
mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir
dibawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan
dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi,kecuali terdapat kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya
tumor. Di samping itu pula berat badann dapat dipergunakan sebagai dasar
perhitungan obat dan makanan.

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral
pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot
menurun.

c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah
lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping
itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur
dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut Microtoice yang mempunyai ketelitian
0,1 cm.

d. LILA (Lingkar Lengan Atas)

11
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan
untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan
alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.

e.Pengukuran Lingkar Pinggang

Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk memprediksi


adanya timbunan lemak pada daerah intraabdomen atau sering disebut obesitas
Sentral, yang merupakan salah satu penanda risiko penyakit kardiovaskular. cara
pengukuran lingkar pinggang yang tepat, dapat dilakukan pada titik Tengah
antara tulang rusuk terakhir dengan iliac crest. pita pengukur harus menempel
pada kulit, namun tidak sampai menekan dan sebaiknya pengukuran lingkar
pinggang lakukan ketika akhir respirasi (coulston , boushey, and ferruzzi,2013).

f. Pengukuran Lingkar Panggul

Lingkar panggul adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal


yang diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur pada
lingkar maksimal dari pantat dan bagian atas simpysis ossis pubis.

C. Survey Konsumsi Makanan


a. Recall 24 Jam

Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa prinsip dan penggunaan dari
metode pencatatanmakanan ( food records) adalah sebagai berikut :

1. Dasar dari pencatatan ukuran porsi makanan dari makanan yang


dikonsumsi olehindividu adalah estimasi menggunakan ukuran rumah
tangga (URT) atau penimbanganmenggunakan timbangan makanan.
Metode penimbangan merupakan metode yang idealuntuk studi
penelitian dan kontrol penelitian terutama saat kegiatan konseling diet
atauuntuk mengetahui korelasi antara intake dengan parameter biologis.

12
2. Berguna untuk kegiatan dalam penelitian, khususnya dalam
penelitian epidemiologi gizi.Data intake zat gizi selanjutnya dapat
dijadikan sebagai dasar program pendidikan gizi.

3. Jika menggunakan metode penimbangan, responden perlu


diberikan motivasi, harus bisa berhitung dan tidak buta huruf,
atau alternatifnya adalah menggunakan enumerator
untukmengumpulkan data dan mencatat intake makanan
responden.

4. Apabila membutuhkan ingatan 24 jam (24-h recall ) untuk


mengestimasi kebiasaan intakemakanan individu maka
tergantung pada variasi konsumsi harian dalam intake makanan
pada satu individu. Jika membutuhkan recall lebih dari satu hari
maka sebaiknya memilihhari yang tidak berurutan
(nonkonsekutif).

5. Ingatan 24 jam ( 24-h recall ) dapat diulang selama musim yang


berbeda pada satu tahununtuk mengestimasi rata-rata intake
individu selama periode waktu yang lebih lama(untuk
mengetahui kebiasaan intake makanan).

13
BAB III

PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Antropometri

1. Alat Dan Bahan

Alat Bahan
Weigh Scale Manusia
Microtoise athropometer,
Skala mendekati 0,1 cm
Lila meter/tape measure

a. Pengukuran Berat Badan

1). Alat yang digunakan yaitu timbangan injak atau timbangan digital

2). Bahan yang digunakan yaitu buku dan pulpen untuk menulis hasil
dari pengukuran berat badan

Gambar 1 : Alat Pengukuran Berat Badan

b. Pengukuran Tinggi Badan

14
1) Alat yang digunakan yaitu microtoice

2) Bahan yang digunakan yaitu buku dan pulpen untuk


menulis hasil dari pengukuran tinggi badan

Gambar 2 : Alat Pengukuran Tinggi Badan

c. Pengukuran LILA

1) Alat yang digunakan yaitu pita centi meter atau pita lila dan

2) Pulpen

3) Bahan yang digunakan yaitu buku dan pulpen untuk menulis hasil
dari pengukuran LILA

Gambar 3 : Pita LILA

d. Pengukuran Lingkar Pinggang Dan Panggul

15
1) Alat yang digunakan yaitu pita pengukur

2) Bahan yang digunakan yaitu buku dan pulpen

Gambar 4 : Alat Mengukur Lingkar Pinggang dan Panggul

B. Prosedur Kerja

 Berat Badan
1) Letakkan timbangan injak atau digital pada lantai yang datar
2) Pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu dan barang-barang yang
cukup menambah beban di lepaskan
3) Berdiri tegap pada timbangan injak atau digital
4) Lihat angka yang tertera pada skala timbangan injak atau digital
dan catat hasilnya
5) Setelah itu merapikan alat timbangan

16
Gambar 5 : Saat Melakukan Penimbangan Berat Badan

 Tinggi Badan

1) Pilihlah tempat dengan dinding vertikal pada permukaan lantai


yang horizontal

2) Letakan microtoice dilantai dan tarik pita sentimeter ke atas


sepanjang dinding sampai angka 0 muncul pada penunjuk angka
microtoice, beri tanda.

3) Pasang ujung microtoice pada dinding depan paku atau lakban

4) Periksa kembali penunjuk angka pada microtoice, tarik pita


sentimeter ke bawah sampai menunjukkan angka 0

5) Subjek yang di ukur tidak boleh menggunakan alas kaki


6) Posisikan subjek tepat di bawah microtoice :
a) Kaki rapat, lutut lurus

17
b) Tumit, pantat, bahu menyentuh dinding vertikal
c) Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak
perlu menyentuh dinding vertikal
d) Tangan lepas (tergantung bebas) di samping badan
dengan telapak tangan menghadap paha
e) Mintalah subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri
tegak tanpa mengangkat tumit untuk membantu
menegakkan tulang belakang, bahu harus tetap santai
f) Tarik microtoice sampai menyentuh ujung kepala, pegang
secara horisontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada
saat menarik nafas maksimum, dengan mata pengukur
sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari
kesalahan penglihatan. Catat tinggi badan pada skala 0,1
cm terdekat.

Gambar 8 : Saat Melakukan Pengukuran Tinggi Badan

18
 Lingkar Lengan Atas
1.) Subjek diminta untuk berdiri tegak.
2.) Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup
tangan kiri atas.
3.) Untuk menentukan titik tengah tikus subjek menepuk 90° dengan
telapak tangan menghadap ke atas pengukur hadir di belakang
subjek dan menentukan titik Tengah antara tulang atas pada bahu
kiri dan siku.
4.) Dengan titik tengah tersebut dengan pena;
a). Satu dengan tangan tergantung lepas dan siku Lurus di
samping badan dan Telapak tangan menghadap ke paha.
b.) Ukuran lingkar lengan atas pada posisi yang sudah diberi
tanda dengan kita centil M atau alat pengukur LILA yang
menempel pada kulit.
c.) Lingkar lengan atau dicatat pada skala 0,1 cm terdekat
kali lebih dari 33 cm pakai pita cm.

Gambar 9 : Saat Melakukan Pengukuran LILA

19
 Lingkar Pinggang
1) Subjek menggunakan pakaian yang longgar/tipis sehingga alat
ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur
tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
2) Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks
3) Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur
melingkari pinggang secara horisontal pada bagian/area terkecil
di bawah rusuk dan diatas umbilicus (pusar). Seorang pembantu
diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat. Bagi mereka
yang gemuk, sukar menentukan titik pengukuran, maka daerah
yang harus diukur adalah daerah antara tulang rusuk dan benjolan
iliaca (bagian paling atas tonjolan tulang panggul kanan)
4) Pengukuran dilakukan pada akhir ekspirasi normal, dan alat ukur
tidak menekan kulit
5) Baca pada skala 0,1 cm terdekat. Ulangi pengukuran untuk
ketepatan akurasi.

Gambar 10 : Saat Melakukan Pengukuran Pinggang

20
 Lingkar Panggul
1) Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada posisi
tubuh dan kaki rapat.
3) Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal
dari panggul dapat terlihat.
4) Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan
kulit seorang pembantu diperlukan untuk mengatur posisi alat
ukur tersebut.

Gambar 11 : Saat Melakukan Pengukuran Pinggul

21
B. Survei Konsumsi Makanan

1. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Pensil Formulir pencatatan (Recall) makanan 24
jam
URT Formulir penilaian konsumsi makanan
Formulir penilaian rata-rata konsumsi
Daftar komposisi bahan makanan
AKG

2.Prosedur Kerja

Metode Recall 24 jam di lakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam. Pada dasarnya dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang ada dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada itu.

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

22
A. Hasil

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM ANTROPOMETRI 1

Orang I Orang II Orang III


Nama Fitri selly desi y Dian Fadillah Nur Abidan
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan
Umur 19 19 19
Etnik Jawa Buton Wawonii
Tabel 1. Data orang yang diukur

Orang I Orang II Orang III


Berat Badan 60,7 Kg 57,6 Kg 41,6 Kg
Tinggi Badan 153 Cm 154 Cm 143 Cm
LILA 29,5 Cm 29,1 Cm 23,5 Cm
Link. Pinggang 77 Cm 84 Cm 71 Cm
Link. Panggul 98 Cm 91 Cm 83 Cm
Tabel 2. Hasil Pengukuran

Nama LLA
Fitri selly desi yanti 29,5 Cm
Dian Fadillah 29,1 Cm
Nur Abidan 23,5 Cm

Tabel 3. Hasil pengukuran lingkar lengan atas (LLA)


 Hitunglah BMI dan interpretasikan hasilnya untuk setiap anggota group
1. BMI Orang I : Fitri selly desi yanti
BB = 60,7 = 60,7 = 25,9 (Overweight: Resiko Ringan)
TB 1,532 23,4
2. BMI Orang II : Dian Fadillah
BB = 57,6 = 57,6 = 24,3 (Normal: Sangat rendah resiko)

23
TB 1,542 2,37
3. BMI Orang III : Nur Abidan
BB = 41,6 = 41,6 = 20,3 (Normal: Sangat rendah resiko)
TB 1,43 2,04

 Bandingkan WHR dengan hasil interpretasi BMI dan lingkar pinggang


1. WHR Orang I : Fitri selly desi yanti
( Lpi ) = 77 = 0,78 (High)
( Lpa ) 98

Bandingkan : Berdasarkan hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan


dengan kriteria Waist to Hip Ratio (WHR) (wanita umur 20-29 tahun dan laki-laki
dengan umur 20-29 tahun ), maka dapat dilihat bahwa pengukuran status gizi dengan
Waist to Hip Ratio (WHR) adalah: 0,78 maka hasil pengukuran termasuk dalam
kategori tinggi.

2. WHR Orang II : Dian Fadillah


( Lpi ) = 84 = 0,92 (Very High)
( Lpa ) 91

Bandingkan : Berdasarkan hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan


dengan kriteria Waist to Hip Ratio (WHR) (wanita umur 20-29 tahun dan laki-laki
dengan umur 20-29 tahun ),(wanita umur 30-39 tahun dan laki-laki dengan umur 30-
39) maka dapat dilihat bahwa pengukuran status gizi dengan Waist to Hip Ratio
(WHR) adalah: 0,92 maka hasil pengukuran termasuk dalam kategori tinggi sangat
tinggi.

3. WHR Orang III : Nur Abidan


( lpi ) = 71 = 0,92 (Very High)
( Lpa ) 83

24
Bandingkan : Berdasarkan hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan
dengan kriteria Waist to Hip Ratio (WHR) (wanita umur 20-29 tahun dan laki-
laki dengan umur 20-29 tahun ),(wanita umur 30-39 tahun dan laki-laki dengan
umur 30-39) maka dapat dilihat bahwa pengukuran status gizi dengan Waist to
Hip Ratio (WHR) adalah: 0,85 maka hasil pengukuran termasuk dalam kategori
tinggi dan sangat tinggi.

 FORMULIR PENILAIAN KONSUMSI MAKANAN

Formulir Penilaian Konsumsi Makanan (Hari I)


Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Februari 2021

Jenis Jumla Energi Protei Lemak K.Hidrat Vit Vit Kalsium Besi
Makanan/minuman h (kkal) n (g) (g) A C (mg) (mg)
yang dikonsumsi (g) (g) (RE (mg)
)
Teh 185 g 23,8 - - 5,92 - - - -
Donat 30 g 120,03 1,56 6,54 13,89 7,2 - 8,4 0,18
Kue Lapis 70 g 282,1 3,99 16,03 31,01 33,6 - 11,9 0,42
Nasi 100 g 130 2,4 0,2 28,6 - - 3 0,2
Ayam 100 g 284,9 26,9 18,9 - 39,0 - 13,0 1,4
Pisang 60 g 55,2 0,6 0,3 14,04 4,8 5,4 3,6 0,18
Total 545 896,03 35,45 41,97 181,57 84,6 5,4 39,9 2,38

Formulir penilaian konsumsi makanan (Hari II)

Hari/Tanggal : Rabu,17 Februari 2021

Jenis Makanan/minuman Jumlah Energi Protei Lema K.Hidr Vit A VitC Kalsiu Besi
yang dikonsumsi (g) (kkal) n k (g) (RE) (mg) m (mg)
(g) (g) (mg)

25
Susu 200 cc 739,2 22 19,14 119,9 11,22 2,2 605 -
Nasi 250 g 325 6 0,5 71,5 - - 7,5 0,5
Ayam 100 g 289,4 26,9 18,9 - 39 - 13 1,4
Mie 100 g 325 9,6 6,4 56,6 - - 14,0 1,0
Telur dadar goreng 60 g 112,14 6,9 8,82 0,72 104,4 - 30,6 0,66
Total 710 1,790 71,4 53,76 248,7 154,6 2,2 670,1 3,56

Formulir penilaian konsumsi makanan (Hari III)

Hari/Tanggal : Jumat,19 Februari 2021

Jenis Makanan/minuman Jumlah Energ Protei Lema K.Hidrat VitA Vit Kalsium Besi
yang dikonsumsi (g) i n k (g) (RE) C (mg) (mg)
(kkal) (g) (g) (mg)
susu 200 cc 672 20 17,4 109 102 2 550 -
Nasi 160 gr 20 3,84 0,32 45,76 - - 60 0,32
Telur 30 gr 56,07 3,45 4,41 0,36 52,2 - 15,3 0,33
Sayur Kangkung Tumis 20 gr 2,2 0,32 0,02 0,3 42,4 3,6 10,4 0,16
Ikan 60 gr 62,94 13,68 0,54 - 8,4 0,6 10,2 0,3
Total 470 813,2 41,2 22,6 155,4 205 6,2 645,9 1,11

FORMULIR PENILAIAN RATA-RATA KONSUMSI MAKANAN

Hari/Tanggal : Sabtu,20 Februari 2021

Total Energi Protein Lemak K.Hidrat Vit A Vit C Kalsium Besi


Konsumsi (kkal) (g) (g) (g) (RE) (mg) (mg) (mg)
Total Hari I 896,03 35,45 41,97 181,57 84,6 5,4 39,9 2,38
Total Hari II 1,790 71,4 53,76 248,72 154,62 2,2 670,1 3,56
Total Hari III 813,21 41,29 22,69 155,42 205 6,2 645,9 1,11
Rata-rata 1,711 148,1 118,4 585,7 444,2 13,8 1,355 7,05
AKG
% Kecukupan

26
B. Pembahasan
1. Penilaian Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat pemakaian dan


penggunaan makanan. Status gizi dibedakan menjadi status gizi lebih, baik,
kurang dan buruk. Status gizi anak batita secara sederhana dapat di ketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut
panjang badannya dengan rujuan yang telah di tetapkan (Almatsier,2011).
Pengukuran antropometri dapat digunakan untuk mengenali status gizi
seseorang. Untuk mengetahui status gizi pada anak diperlukan suatu perhitungan
yang menggunakan alat yang dinamakan antropometri dimana pada alat tersebut
digunakan tiga variab0el yaitu tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala.

Berat badan dan tinggi badan berdasarkan hasil pengamatan yang


dilakukan, ada mahasiswa mengalami berat badan normal dan mengalami
berat badan kurang hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi seperti :
a) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
(1) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf
ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beliyang dimiliki
keluarga tersebut. (suliha, 2013)
(2) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah penegtahuan,
sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan
status gizi yang baik. (suliha, 2013)
(3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan

27
kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga. (Markum, 2013).
(4) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkahlaku
dan kebiasaan (Soetjiningsih, 2014).
b) Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
(1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang
dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita. (Nursalam,
2014).
(2) Kondisi fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang
lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status
kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya
buruk adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi yang digunakan untuk pertumbuhan cepat. (Suhardjo, 2013).
(3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan penurunan nafsu makan
atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. (Suhardjo,
2013).

2. Antropometri
Pada praktikum ini dilakukan penilaian status gizi seseorang secara
antropometri. Percobaan ini dilakukan secara berkelompok dimana masing-
masing praktikan saling mengukur satu sama lain, dan yang akan dibahas di
bawah ini merupakan penilaian status gizi secara pribadi. Percobaan yang
dilakukan dalam penilaian status gizi secara antropometri ini dibagi menjadi
dua tahap. Tahap yang pertama yaitu mengukur berat badan, tinggi badan,
dan tinggi lutut. Dari ketiga pengukuran tersebut, kita bisa melakukan

28
perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan menentukan tinggi badan
berdasarkan tinggi lutut. Tahap yang kedua yaitu mengukur lingkar
pinggang, lingkar panggul, tebal lipatan kulit, dan lingkar lengan atas. Dari
keempat pengukuran tersebut, kita bisa melakukan perhitungan WHR (Waist
to Hip Ratio) dan % BF (Body Fat). Dengan pengukuran-pengukuran yang
dilakukan kita dapat mengetahui status gizi yang kita miliki.
a). Indeks Masa Tubuh ( IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai
dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh
seseorang. Berdasarkan hasil pengukuran dan dihubungkan dengan standar
Nilai Ambang Batas IMT ( WHO 2000) maka dapat dilihat bahwa
pengukuran IMT’nya adalah 19,8 maka hasil berada dalam kisaran normal.
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah yang sangat
penting karena dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif. Berat badan
yang kurang pada wanita usia subur memungkinkan melahirkan bayi berat
badan lahir rendah ( BBLR). Sedangkan berat badan lebih dapat memicu
penyakit degeneratif seperti jantung, kolestrol, obesitas dsb.
b). Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul/ Waist to Hip Ratio ( WHR )
Berdasarkan hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan dengan kriteria
Waist to Hip Ratio (WHR) (wanita umur 20-29 tahun dan laki-laki dengan
umur 20-29 tahun ), maka dapat dilihat bahwa pengukuran status gizi
dengan Waist to Hip Ratio (WHR) adalah: 0,74 maka hasil pengukuran
termasuk dalam kategori low. Tingginya WHR mengindikasikan banyaknya
lemak di daerah seputar pinggang. Sebaliknya Waist to Hip Ratio (WHR)
yang rendah mengindikasikan timbunan lemak lebih banyak di daerah
sekitar pinggul. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata wanita dengan Waist
to Hip Ratio (WHR) tinggi, baik itu yang bertubuh gemuk atau pun yang
kurus sekalipun, ternyata lebih rentan terserang stres.

29
Ukuran lingkar pinggang lebih besar (merefleksikan lemak abdomen)
sangat berbahaya, lingkar pinggul lebih besar dapat memberikan
perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler. Rasio lingkar pinggang dan
pinggul adalah cara penilaian obesitas terbaik untuk mengukur risiko
serangan jantung. Itu kesimpulan penelitian global ilmuwan dari Universitas
McMaster, Kanada, yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet terbaru.
Jika obesitas ditentukan dengan menggunakan rasio lingkar pinggang dan
pinggul. selain memakai indeks masa tubuh , maka orang berisiko
mengalami serangan jantung meningkat tiga kali lipat.
Hasil pemeriksaan di laboratorium menunjukkan bahwa sekresi kortisol
yang mereka lakukan lebih banyak dibandingkan para wanita yang memiliki
Waist to Hip Ratio (WHR) rendah. Hasil penelitian yang dipublikasikan
dalam jurnal Psychosomatic Medicine edisi September/Oktober itu lebih
jauh mengungkapkan bahwa tinggnya Hip Ratio Waist to (WHR) pada
wanita bertubuh kurus dengan yang kegemukan tentu saja memiliki sebab
yang berbeda. Secara psikologis, wanita kurus dengan Hip Ratio Waist to
(WHR) tinggi umumnya adalah mereka yang tengah mengalami stres.
"Bagi yang bertubuh kurus, lemak di sekitar perut bisa menjadi indikasi
dari pengaruh stress. Banyak faktor dibalik tingginya kortisol sebagai
penyebab bertimbunnya lemak di sekitar perut. Selain hormon, merokok,
mengkonsumsi alkohol, serta malasnya berolahraga dapat meningkatkan
tingkat kortisolnya. Sementara itu, tidur yang cukup serta rajin berolahraga
dapat menurunkan tingkat kortisol serta lemak di sekitar perut.
c). Rasio Lingkar Perut
Dari hasil pengukuran antropometri pada lingkar perut adalah 68,6 maka
hasil tersebut dikatakan normal. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak
lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm. Dampak pada
munculnya berbagai penyakit degeneratif. Obesitas sentral berhubungan
dengan peningkatan sindrom metabolic, aterosklerosis, penyakit

30
kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal,
hipertensi dan dislipidemia
d). Body Fat (%)
Body Fat (Kadar Lemak Tubuh) adalah presentase berat lemak total
dalam tubuh terhadap berat badan dan merupakan indicator kesehatan. Kadar
Lemak yang berlebihan sangat beresiko terhadap berbagai penyakit.
Mengurangi kelebihan lemak tubuh dapat mengurangi secara nyata resiko
penyakit degeneratif, seperti hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan kanker.
Body Fat (%) adalah persentase kadar lemak di dalam tubuh seseorang
dibandingkan dengan berat tubuh keseluruhan.
Berdasarkan hasil pengukuran tricep dan subscapula yang disesuaikan
dengan standar klasifikasi laki-laki dan wanita maka dapat diketahui bahwa
pengukuran % BF adalah 20, maka di katakan normal. % body fat yang
berada di atas normal dapat memberikan risiko kesehatan yang lebih tinggi.
perubahan dalam lingkar pinggang menggambarkan perubahan faktor risiko
penyakit kardiovaskular dan penyakit-penyakit kronik lainnya.
Ada cara untuk menyingkirkan lemak dan meningkatkan metabolisme
tubuh dan cara itu bisa jadi merupakan satu-satunya cara terbaik untuk
memperoleh hasil efektif. Klein dan Labrada menyarankan agar menambah
frekuensi makan, tentunya makanan berkomposisinya seimbang, dan bukan
menjadi kelaparan untuk menghilangkan lemak. Ini untuk mencegah agar
tidak berdiet mati-matian.
Hal yang harus selalu diingat: mengurangi jumlah kalori dan
meningkatkan aktivitas olah raga akan membuat tubuh mencuri massa otot
untuk mengambil cadangan energinya. Jangan mengulangi kesalahan di atas
bila ingin menghilangkan lemak, karena hasilnya lemak tubuh akan
bertambah. Berkurangnya massa otot harus diwaspadai, karena itu berarti
kecepatan metabolisme tubuh juga berkurang. Menurunnya metabolisme
dapat membuat kita tiap tahun bertambah berat badan lima kg, meskipun
mengkonsumsi porsi kalori yang sama seperti biasanya. Banyaknya kalori

31
yang dikonsumsi berperan penting dalam peningkatan metabolisme tubuh.
Tubuh secara otomatis akan melambatkan metabolisme bila kalori yang
masuk berkurang. Ini merupakan tehnik bertahan hidup manusia ketika
kelaparan.
Menurut goulding A (2003), menetapkan dalam penenelitiannya adalah
kami menetapkan bahwa wanita berusia 4-5 tahun relatif tinggi adipositas
cenderung mempertahankan lintasan jauh lebih tinggi keuntungan lemak,
dibandingkan anak perempuan yang lebih ramping pada awal. Namun
demikian, adalah meyakinkan untuk dicatat bahwa tidak setiap anak dengan
tinggi adipositas awal memperoleh sejumlah besar lemak. Dengan demikian,
meskipun memburuk adipositas lebih mungkin sebagai kemajuan masa
kanak-kana sk, maka bukan merupakan konsekuensi tak terelakkan dari
memiliki lemak tinggi Persentase pada 5 usia.
Apakah atau tidak adipositas yang berlebihan menjadi lebih parah dari
waktu ke waktu akan tergantung pada keseimbangan setiap anak mencapai
antara asupan energi dan mereka pengeluaran energi. Pengukuran
longitudinal kami menunjukkan bahwa anak perempuan dari kelompok
persentase lemak rendah adalah mendapatkan rata-rata 2 g lemak per hari,
sedangkan yang dari Persentase kelompok lemak tinggi yang
mengumpulkan sekitar 6 gram lemak sehari-hari.
e). LILA
Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-
alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian pada pengukuran ini yaaitu sebagai berikut :
(Supariasa, 2013:46-48)
1. Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan
belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia.
Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) yang cukup

32
berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut
umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di
pihak lain, sekalipun dengan LILA
2. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat
keterampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi
badan, megingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada
LILA dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh
lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu
(prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang
dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.
Dari hasil pengamatan pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA)
adalah :24,3 maka dalam kategori normal. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
adalah keadaan di mana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan
protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK
bilamana LILA(Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm (Chinue, 2009).
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek. Status gizi yang buruk (KEK) sebelum dan selama xviii kehamilan
akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Di
samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah
terinfeksi, abortus terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2013).
Ibu KEK adalah ibu yang mempunyai kecenderungan menderita KEK.
Untuk memastikan seorang ibu berisiko KEK, maka ibu tersebut perlu
diperiksa LILA dan Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Ibu yang
mempunyai ukuran LILA <23,5 cm dan IMT( Indeks Masa Tubuh

33
merupakan hasil pembagian berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi
badan dalam meter) < 17,0 beresiko terkena KEK (As’Ad, 2013).
Tindakan pencegahan KEK yang berkaitan dengan konsumsi energi
adalah mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan cukup mengandung
kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang
setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan,
telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak
dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk
meningkatkan pasokan kalori (Chinue, 2015).
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti. Pemberian
makanan tambahan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan
dengan penerapan porsi kecil tetapi sering, faktanya memang berhasil
menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori
dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun penambahan tersebut
secara nyata (95%) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi
dilahirkan dengan berat badan normal ( Chinue, 2015).
Menurut Nega Assefa1,dkk (2013), menyatakan bahwa LLA pada ibu
yang kurang dari 23cm dianggap menjadi tanda miskin nutrisi. LLA tidak
berbeda jauh selama kehamilan dan karena itu merupakan langkah yang
tepat status gizi daripada BMI atau berat badan. Bayi yang lahir dari ibu
yang miskin, gizi, kekerasan fisik dialami selama kehamilan akan
mengalami BBLR. Dalam komunitas ini sebagian besar miskin di mana
cakupan Antenatal Care (ANC) rendah, untuk mengurangi kejadian BBLR,
adalah penting untuk meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan ibu.
Keterlibatan suami dan masyarakat luas untuk mencari tindakan kolektif
pada BBLR sangat penting.

3. Survei Konsumsi Makanan

34
Survei konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan
dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Survei
konsumsi makanan ditujukan untuk mengetahui kebiasaan makan,
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan, dan zat gizi pada tingkat
kelompok, rumah tangga, dan perorangan, serta faktor- faktor yang
mempengaruhinya (Supariasa, 2016).
Metode atau pendekatan yang umum digunakan dalam pengukuran
survei konsumsi makanan dikenal dengan pendekatan kuantitatif,
kualitataif dan gabungan. Namun, harus diakui bahwa masing-masing
pendekatan tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan. Sampai saat ini
dikenal dua bias, yaitu bias seleksi dan bias informasi. Diketahui bahwa ada
beberapa hal yang dapat menimnulkan bias tersebut, baik dari pihak peneliti
maupun akibat dari alat yang digunakan (Supariasa, 2016).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari
variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar
kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson,1990).

Metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Jangka waktu
minimal yang dibutuhkan untuk recall 24 jam konsumsi gizi adalah satu hari
(dalam kondisi variasi konsumsi pangan dari hari ke hari tidak beragam) dan
maksimal 7 hari. Hasil perhitungan angka kecukupan gizi pada responden diketahui

35
bahwa rata-rata asupan gizi hasil recall 24 jam termasuk kategori kurang dan
belum memenuhi zat gizi yang dianjurkan.

B. Saran

Kita perlu mengetahui dan mengembangkan pengetahuan mengenai gizi dan


juga cara penilaian status gizi tersebut, berbagai cara dalam menilai status gizi salah
satunya yaitu metode pemeriksaan klinis yang merupakan metode penting dalam
menilai status gizi yang dapat mengukur derajat kecukupan gizi suatu negara.

DAFTAR PUSTAKA

1. Supariasa, Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

2. Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi


Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Laboratorium Terpada
Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas hasanuddin.

3. Gibson 2005. Tinjauan Pustaka LILA. (Online)


http://www.scribd.com/doc/46253718/Tinjauan-Pustaka-Lila-Antropo-
Dsb.

4. Supariasta Nyoman Dewa I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

36
5. Supariasa,2001. Penilaian Status Gizi Dalam Antropometri.(Online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25638/4/Chapter
%20II.pdf

6. Sutalaksana,1996. . Bio Kimia Harper. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

7. Chinue, 2009 Perhitungan Kebutuhan Gizi. Malang.

8. Supariasta Nyoman Dewa I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

9. Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper
Arm Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are
Determinants for Low Birth Weight

10. Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM.
(2003). Body composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a
DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat change
International Journal of Obesity (2003) 27, 410–415.

11. Ali, Arsad Rahim. 2008. Penilaian Status Gizi Anak.Staf Dinas
Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar.

12. Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

13. __________.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama.

37

Anda mungkin juga menyukai