Makalah Infeksi Oportunistik
Makalah Infeksi Oportunistik
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Disusun oleh :
Kelompok 4
Kelas : A
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Infeksi Oportunistik”. Makalah ini
merupakan tugas dari mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II Kampus 2 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kuningan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Ns. Yayan M., S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan II yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga
terselesaikannya makalah ini dan semua pihak yang tidak yang telah memberikan
dorongan serta bantuan selama penulisan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB IV PENUTUP.................................................................................................34
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................34
3.2 Saran.................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pematangan terlatak pada Tymus (T). CD4 merupakan sel T yang mempunyai
fungsi utama mengikat antigen melalui TCR, selain itu mempunyai fungsi
umum pada inflamasi, aktivasi fagositosis makrofag, aktifasi proliferasi sel B
dalam proses antibodi, dan pengenalan penghancuran sel yang terinfeksi
(Bratawidjaja G.K,2010).
Mekanisme penurunan kadar CD4 pada penderita HIV melalui apoptosis
sel, apoptosis terjadi pada limfosit CD4 yang telah teraktivasi sebelumnya
akibat presentasi antigen oleh antigen precenting cells (APC) serta ikatan
dengan protein HIV gp 120 pada reseptor CD4, mekanisme ini dikenal dengan
activation-induced cell death. Peningkatan aktivitas imun oleh HIV
menyebabkan adanya disregulasi sitokin terutama peningkatan interferon
γ(IFN-γ). IFN adalah inhibitor apoptosis yang dikenal sebagai mekanisme
menurunya kadar CD4 pada penderita HIV (Suastika, 2013).
Status imun penderita HIV dapat dinilai melalui pemeriksaan kadar CD4
absolut, dan ini merupakan standart untuk menilai dan menentukan derajat
imunodefisiensi, batasan normal kadar CD4 dalam tubuh adalah 500-1000
sel/ml. Penurunan kadar CD4 berhubungan dengan progresifitas penyakit dan
penigkatan terjadinya infeksi oportunistik (Carrol P dkk,2002)
2
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya pada
materi infeksi oportunistik. Selain itu juga dapat mengembangkan dan
memberi manfaat dalam bidang keperawatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa keperawatan
Dapat meningkatkan kemampuan dalam pemecahan
masalah mahasiswa pada materi infeksi oportunistik.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Memberikan informasi awal dalam melakukan penelitian
tentang materi pada pembelajaran ini serta memberikan wawasan
dan temuan-temuan baru yang bernilai baik dalam ilmu
keperawatan.
c. Bagi institusi
Dapat memperbaiki dan memberikan alternatif
pembelajaran untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dan
kualitas kelulusan.
d. Bagi perawat
Menambah wawasan untuk kegiatannya dalam
memperhatikan aspek masalah yang terjadi pada klien yang
memiliki masalah infeksi oportunistik.
HALAMAN SAMPUL
3
HALAMAN DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
pendapat pribadi yang berkaitan erat dengan
tema/usulan/saran/gagasan/ide.
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6
tersebut mampu mengendalikan kuman-kuman ini. Tetapi bila sistem
kekebalan tubuh dilemahkan oleh penyakit HIV atau oleh beberapa jenis
obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai lagi dan dapat menyebabkan
masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat dari lemahnya
pertahanan kekebalan tubuh disebut “oportunistik”. Kata “infeksi
oportunistik” sering kali disingkat menjadi ”IO”.
2.2 Dasar IO
7
kekebalan, sehingga IO dapat berkembang. Jika anda terinfeksi dan
mengalami IO, anda mungkin AIDS. Di Indonesia, Departemen Kesehatan
bertanggung jawab untuk memtuskan siapa yang AIDS. Depkes
mengembangkan pedoman untuk menentukan IO yang apa mendefinisikan
AIDS. Jika anda HIV dan mengalami satu atau lebih IO “resmi” ini, maka
anda AIDS.
8
2.3 Jenis-Jenis IO
1. Kandidiasis (Thrush)
Gambar kandidiasis
9
Pengobatan kandidiasis: Sistem kekebalan tubuh yang sehat
dapat menjaga supaya candida tetap seimbang. Bakteri yang biasa ada di
tubuh juga dapat membantu mengendalikan candida. Beberapa anti biotik
membunuh bakteri pengendali ini dan dapat menyebabkan kandidiasis.
Mengobati kandidiasis tidak dapat memberantas raginya. Pengobatan akan
mengendalikan jamur agar tidak berlebihan.
a. Olesan
10
Kurang dari 20% orang mengalami efek samping ini. Kandidiasis dapat
kambuhan. Beberapa dokter mereepkan obat anti-jamur jangka panjang.
Ini dapat menyebabkan resistansi. Ragi dapat bermutasi sehingga obat
tersebut tidak lagi berhasil. Beberapa kasus parah tidak menanggapi obat-
obatan lain. Amfoterisisn B mungkin dipakai. Obat ini yang sangat manjur
dan beracun dan diberi secara intaravena (disuntik). Efek samping utama
obat ini adalah masalah ginjal dan anemia (kurang darah merah). Reaksi
lain termasuk demam, panas dingin, mual, muntah dan sakit kepala.
Reaksi ini biasa membaik setelah beberapa dosis pertama.
b. Minum the Pau d’Arco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan.
d. Kumur dengan minyak pohon the (tea tree oil) yang dilarutkan dengan
air.
11
2. Virus Sitomegalia (CMV)
12
beberapa organ sekaligus. Resiko CMV tertinggi ketika jumlah CD4
dibawah 50. CMV jarang terjadi dengan jumlah CD4 diatas 100.
Tanda pertama retinitis CMV adalah penglihatan seperti titik hitam
yang bergerak. Ini disebut ‘floater’ (katung-katung) dan mungkin
menunjukkan adanya radang pada retina. Anda juga mungkin akan
melihat cahaya kilat, penglihatan yang kurang atau terdistorsi, atau
titik buta. Beberapa dokter mengusulkan pemeriksaan mata untuk
mengetahui adanya retinitis CMV. Pemerikasaan ini dilaksanakan oleh
ahli mata. Jika jumlah CD4 dibawah 200 dan mengalami masalah
kesehatan mata apa saja, sebaiknya langsung menghubungi dokter.
Beberapa ODHA yang baru saja mulai memakai ART dapat
mengalami radang dalam mata, yang menyebabkan kehilangan
penglihatan. Masalah ini disebabkan oleh syndrome
pemulihankekebalan. Sebuah peniliti baru beranggapan bahwa orang
dengan CMV aktif lebih mudah menularkan HIV-nya pada orang lain.
13
penyakit CMV sebelumnya. Dalam hal ini biasanya pasien
diberikan obat anti-CMV bersama dengan ART-nya.
Gambar MAC
14
4. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
15
(radang paru). Orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 mempunyai
resiko paling tinggi mengalami PCP. Orang dengan jumlah CD4 di
bawah 300 yang telah mengalami IO lain juga beresiko. Sebagian
besar orang yang mengalami PCP menjadi jauh lebih lemah,
kehilangan berat badan, dan kemungkinan akan mengalami penyakit
PCP lagi.
Tanda pertama PCP adalah sesak nafas, demam, dan batuk tanpa
dahak. Namun, semua ODHA dengan jumlah CD4 di bawah 300
sebaiknya membahas pencegahan PCP dengan dokter, sebelum
mengalami gejala apapun.
16
PCP masih umum pada orang yang terlambat mencari pengobatan
atau belum mengetahui dirinya terinfeksi. Sebenarnya 30 - % ODHA
akan mengembangkan PCP bile mereka menunggu sampai jumlah
CD4-nya kurang dari 50.
17
tiga pil seminggu mengurangi masalah alergi kotrimoksazol serupa
dengan efek samping dari beberapa obat antiretroviral, sebaiknya
penggunaan kotrimoksazol dimulai seminggu atau lebih sebelum
mulai ART. Dengan cara ini, bila alergi muncul, penyebabnya
dapat lebih mudah diketahui.
5. Toksoplasmosis
18
Toksoplasmosis (tokso) adalah infeksi yang disebabkan oleh
parasite Toxoplasma gondii. Parasite hidup dalam organisme hidup
lain (induknya) dan mengambil semua nutrisi dari induknya. Parasite
tokso sangat umum ditemukan pada tinja kucing, sayuran mentah dan
tanah. Kuman ini juga umumnya juga ditemukan dalam daging
mentah, terutama daging babi, kambing, dan rusa. Parasite tersebut
dapat masuk ke tubuh waktu anda menghirup debu. Hingga 50%
penduduk terinfeksi tokso. Sistim kekebalan tubuh yang sehat dapat
mencegah agar tokso tidak mengakibatkan penyakit ini. Tokso
tampaknya tidk menular dari manusia ke manusia.
19
didiagnosis dengan tes antibody terhadap T. gondii. Perempuan hamil
dengan infeksi tokso juga dapat menularkannya pada bayinya.
Kombinasi obat ini sangat efektif terhadap tokso. Lebih dari 80%
orang menunjukkan perbaikan dalam 2-3 minggu. Tokso biasanya
kambuh setelah peristiwa pertama. Orang yang pulih dari tokso
seharusnya terus memakai obat antitokso dengan dosis pemeliharaan
yang lebih rendah. Jelas orang yang mengalami tokso sebaiknya mulai
terapi antiretroviral (ART) secepatnya. Dan bila CD4 naik diatas 200
lebih dari 6 minggu, terapi tokso sudah diselesaikan dan bila tidak ada
gejala tokso lagi, terapi pemeliharaan tokso dapat dihentikan.
6. Tuberkulosis (TB)
20
Tuberculosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. TB
biasanya mempengaruhi paru-paru, tetapi kadang-kadang dapat juga
mempengaruhi organ tubuh lain, terutama pada ODHA dengan jumlah
CD4 dibawah 200. TB adalah penyakit yang sangat parah di seluruh
dunia. Hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi TB, tetapi sistem
kekebalan tubuh yang sehat biasanya dapat mencegah penyakit aktif.
21
mengembangkan TB secara mudah jika anda pada tahap infeksi HIV
lanjut. Anda dapat terinfeksi TB pada jumlah CD4 berapapun.
Jika HIV atau penyakit lain sudah merusak sistem kekebalan tubuh
anda, anda mungkin tidak menunjukkan reaksi pada tes kulit,
walaupun anda terinfeksi TB. Kondidi ini disebut ‘anergi’. Oleh
karena masalah ini, dan karena kebanyakan orang di Indonesia sudah
terinfeksi TB. Jadi tes kulit sekarang jarang dipakai di Indonesia. Jika
anda anergi, perkembangbiakan bakteri dari dahak adalah cara terbaik
untuk diagnosis TB aktif.
22
memerlukan waktu 4 minggu. Sulit untuk mendiagnosis TB aktif,
terutama pada ODHA, karena gejalanya mirip denga pneumonia,
masalah paru lain, atau infeksi lain.
23
Obat ini dapat mengurangi kadar ARV dalam darah anda di bawah
tingkat yang diperlukan untuk mengendalikan HIV.
7. Malaria
24
Malaria adalah penyakit yang menyebar melalui gigitan
nyamuk yang sudah terinfeksi parasit. Infeksi malaria bisa terjadi
hanya dengan satu gigitan nyamuk. Jika tidak ditangani dengan benar,
penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
25
kasus malaria per 1.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2015, angka
menurun menjadi 0.85 kasus malaria per 1.000 penduduk.
26
mengobati sekaligus mencegah penularan malaria. Obat-obatan yang
diberikan tergantung pada beberapa hal, yaitu tingkat keparahan
gejala-gejalanya, jenis parasit yang menjadi penyebabnya, lokasi
penularan malaria, serta kondisi pasien. Jika pasien sedang hamil,
pengobatannya akan dibedakan dengan penderita yang sedang tidak
hamil.
8. Harpes Simplex
27
Herpes simplex adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus yang
menyerang bagian kulit, mulut, dan alat kelamin. Virus herpes simplex
dikategorikan dalam 2 tipe: tipe 1 (HSV-1 atau herpes oral) dan tipe 2
(HSV-2 atau herpes genital).
HSV-1 menyebabkan luka (kadang-kadang disebut demam lepuh
atau luka dingin) di sekitar mulut dan bibir. HSV-1 dapat
menyebabkan herpes genital, namun sebagian besar kasus herpes
genital disebabkan oleh HSV-2. Sementara itu, HSV-2 menyebabkan
orang yang terinfeksi mungkin memiliki luka di sekitar alat kelamin
atau dubur.
HSV-1 yang ditularkan melalui sekresi mulut atau luka pada kulit,
dapat menyebar melalui ciuman atau barang yang digunakan bersama-
sama, seperti sikat gigi atau peralatan makan. Seringnya melakukan
kegiatan seksual dengan cara oral, herpes genitalis juga dapat
disebabkan oleh virus HSV-1 dan herpes oral oleh HSV-2.
Secara umum, seseorang hanya bisa mendapatkan infeksi HSV-2
selama kontak seksual dengan seseorang yang memiliki infeksi genital
HSV-2. HSV-1 dan HSV-2 dapat menyebar bahkan jika tidak ada luka.
Wanita hamil dengan herpes genital harus berdiskusi dengan dokter
karena herpes genital dapat ditularkan ke bayi saat melahirkan.
Perlu diketahui, kambuhnya herpes dapat disebabkan oleh
beberapa kondisi berikut:
28
a. Penyakit umum (dari penyakit ringan sampai kondisi yang
serius).
b. Kelelahan.
c. Stres fisik atau emosional.
d. Imunosupresi akibat AIDS atau obat seperti kemoterapi atau
steroid.
e. Trauma pada daerah yang terkena, termasuk aktivitas seksual.
f. Haid.
29
tahu bahwa tubuh telah terinfeksi virus herpes. Berikut adalah gejala
herpes genitalis, di antaranya:
30
Acyclovir, dan Valtrex. Gunakan salah satu obat yang untuk
mengobati gejala herpes.
a. Mandi dengan air hangat dan gunakan krim mati rasa untuk
meringankan rasa sakit yang ditimbulkan.
b. Guna meringankan rasa sakit, tutup luka dengan es batu yang
dibalut dengan kain. Jangan menempelkan es secara langsung pada
permukaan yang terluka.
c. Bersihkan luka atau tukak agar tidak menjadi infeksi sekaligus
mempercepat penyembuhan. Pembersihan ini bisa dengan
menggunakan air biasa atau air garam.
2.4 Pencegahan IO
Untuk mencegah Infeksi Oportunistik (IO) agar tidak muncul, cara
terbaiknya adalah dengan konsisten menjalani perawatan medis maupun
minum obat HIV sesuai dengan anjuran dari dokter. Terkadang, penyedia
layanan kesehatan juga akan meresepkan obat khusus untuk mencegah IO
tertentu. Dengan tetap mengkonsumsi obat HIV, Anda akan menjaga
jumlah virus HIV di tubuh Anda serendah mungkin dan menjaga
kekebalan tubuh Anda tetap sehat. Sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan rutin dan minum semua obat yang dianjurkan, dan
megkonsumsi obat HIV merupakan komitmen seumur hidup.
31
a. Gunakan kondom secara konsisten dan benar untuk mencegah terpapar
infeksi menular seksual. (Baca juga: HIV Bukanlah Pembunuh
Hubungan Asmara)
b. Jangan berbagi peralatan narkoba suntik. Darah dengan hepatitis C di
dalamnya dapat tetap berada di alat suntik dan jarum setelah digunakan
dan infeksi dapat ditularkan ke pengguna berikutnya. (Baca juga:
Mengenal Hepatitis C – Bagian 1)
c. Dapatkan vaksinasi – biasanya dokter akan menginformasikan vaksin
apa saja yang kita butuhkan, jika tidak kita harus bertanya.
d. Pahami kuman apa yang Anda hadapi (seperti tuberkolosis atau kuman
yang ditemukan di tinja, air liur atau pada kulit hewan) dan batasi
paparan Anda terhadapnya. (Baca juga: Hari Tubercolosis Sedunia
2014 : Mengetahui kembali Apa itu TB dan HIV?)
e. Jangan megkonsumsi makanan tertentu, termasuk telur yang belum
matang, susu dan keju yang tidak di pasteurisasi (mentah), jus buah
yang tidak di pasteurisasi atau kecambah mentah. (Baca juga: Gizi
Seimbang Panduan Asupan Gizi untuk Hidup Sehat)
f. Jangan minum air yang tidak diolah seperti air yang di ambil langsung
dari danau atau sungai. Air ledeng di mancanegara juga kadang tidak
aman.
g. Mintalah dokter Anda untuk meninjau kembali hal-hal yang Anda
lakukan di tempat kerja, rumah dan berlibur untuk memastikan Anda
tidak terkena IO.
2.5 Pengobatan IO
Infeksi oportunistik kerap melibatkan banyak pathogen dan
menyerang secara bersamaan. Berbagai gejala klinis pun terdiagnosa,
menambah runyam pengobatan pasien HIV/AIDS. Dengan demikian,
diperlukan strategi dalam diagnosis dan pengobatan, termasuk dengan
antimikroba yang seringkali harus diberi secara kombinasi. “pemilihan
32
obat antimikroba idealnya disesuaikan dengan diagnosis dan pathogen
penyebab infeksi, namun dalam praktek klinik seringkali terapi diberi
secara empiric oleh karenanya kesulitan dan keterbatasan secara
diagnose,” jelas Ketua Tim Standar Profesi Penyakit Dalam dan Standar
Peralatan Penyakit Dalam ini.
Lebih lanjut, Herdiman menjelaskan, pengobatan infeksi oportunistik pada
ODHA tidak dapat dipisahkan dengan pemberian RV. Kedua komponen
terapi ini mesti diberikan secara beriringan dan sinergis, sebab keduanya
akan saling mendukung efektifitas masing-masing. Terapi ARV
ditunjukan untuk pemulihan daya tahan tubuh melalui meningkatkannya
jumlah CD4. Dengan begitu, peningkatan imunitas pasien akan membantu
keberhasilanterapi antimikroba , yang pada akhirnya menurunkan resiko
terjadinya infeksi oportunistik. Namun ada kalanya, pengobatan infeksi
oportunistikharus didahulukan, dan kemudian dilanjutkan pemberian
ARV.
Efek sinergis terapi oportunistik dan ARV, oleh beebrapa ahli telah
dibuktikan efektifitasnya. Kovack, pada 1997, telah menunjukkan
terjadinya penurunan insiden infeksi oportunistik sebesar 55% pada
populasi ODHA yang menrima ARV. Sementara Astro, peneliti lain, pada
tahun 2003 melakukan penelitian untuk menilai efektivitas ARV terhadap
perbaikan kualitas hidup penderita AIDS. Hasilnya, disimpulkan bahwa
untuk mengoptimalkan kualitas hidup ODHA perlu segera dilakukan
penanggulangan infeksi oportunistik yang dilanjutkan dengan ARV. “
keberhasilan ini dikaitkan s=dengan peningkatan imunitas tubuh. Tapi,
ARV sendiri tidak memberikan efek perlindungan yang sama bagi setiap
komplikasi oportunistik, oleh karennya perlu upaya lain dengan
penggunaan profilaksis, serta pendekatan diagnosis dan terapeutik yang
lebih baik,” tegas Herdiman.
Dengan begitu pengobatan infeksi bukan berarti perkara mudah.
Tak sedikit para praktisi medis mengalami kegagalan, termasuk akibat
keterbatasan nonn medis seperti terlambatnya diagnose dini, kesulitan
33
mendapatkan obat, dan biaya yang tinggi. Namun demikian, Herdiman
menegaskan, HIV/AIDS bukanlah tanggung jawab dokter semata, dan
bukan sekedar masalah kesehatan. Penyakit “kutukan”, pada sebagian
masyarakat ini merupakan tanggung jawab semua elemen; apapun profesi,
status sosial, agama, orientasi politik. AIDS adalah masalah kita semua
yang tidak bisa ditunda pemecahannya.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah berjudul “Infeksi oportunistik”, penulis
menyarankan kepada:
1. Mahasiswa keperawatan
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam
pemecahan masalah mahasiswa pada materi infeksi oportunistik.
2. Peneliti selanjutnya
35
Diharapkan dapat memberikan informasi awal dalam
melakukan penelitian tentang materi pada pembelajaran ini serta
memberikan wawasan dan temuan-temuan baru yang bernilai baik
dalam ilmu keperawatan.
3. Institusi
Diharapkan dapat memperbaiki dan memberikan alternative
pembelajaran untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dan kualitas
kelulusan.
4. Perawat
Diharapkan sebesar-besarnya dengan adanya penyusunan makalah
ini kepada perawat dalam kegiatannya memperhatikan aspek masalah
yang terjadi pada klien yang memiliki masalah infeksi oportunistik.
36
DAFTAR PUSTAKA
37