Anda di halaman 1dari 14

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Kasus 1
Pasien Pria Usia 44 tahun datang ke RSGM Unsoed ingin dibuatkan gigi tiruan karena
sudah ompong sekitar 8 bulan. Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi yang hilang
adalah gigi 12, 25,26,35, 46,47.Pasien menginginkan gigi tiruan dengan biaya yang
terjangkau. Karies kedalaman dentin terdapat pada oklusal gigi 17, 14. Pada gigi 21
terdapat karies di bagian distal melibatkan insisal kedalaman dentin.

1. Pemeriksaan subjektif:
Identitas pasien: Pria Usia 44 tahun
a. Chief of Complaint (CC) : Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan karena sudah
ompong sekitar 8 bulan.
b. Present illness (PI) : Tidak ada keterangan
c. Riwayat Medik/Past Medical History (PMH) : Tidak ada keterangan
d. Riwayat Dental/ Past Dental History (DH) : Tidak ada keterangan
e. Riwayat Keluarga/Family History (FH) : Tidak ada keterangan
f. Riwayat Sosial/Social History (SH) : Tidak ada keterangan

1
2. Pemeriksaan obyektif
Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.
a. Pemeriksaan ekstraoral
Tidak ada keterangan
b. Pemeriksaan intraoral
Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi yang hilang adalah gigi 12, 25,26,35,
46,47. Pada gigi 21 terdapat karies di bagian distal melibatkan insisal kedalaman
dentin.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi.

4. Klasifikasi
a. Rahang atas: Klasifikasi Kennedy Kelas III modifikasi 1
b. Rahang bawah: Klasifikasi Kennedy Kelas II modifikasi 1

5. Rencana perawatan
a. Dental Health Education (DHE)
Dental Health Education (DHE) atau yang dikenal sebagai Pendidikan
Kesehatan Gigi (PKG) merupakan suatu usaha terencana dan terarah dalam
bentuk pendidikan non formal yang berkelanjutan. Pendidikan kesehatan gigi
merupakan suatu proses belajar karena adanya kebutuhan kesehatan gigi dan
mulut sehingga menimbulkan aktivitas-aktivitas perseorangan atau masyarakat
yang baik (Muin, 2011).
DHE bertujuan untuk memberi edukasi kepada pasien mengenai kebersihan
rongga mulut pasien. Pasien diberikan edukasi mengenai pentingnya menyikat
gigi 2 kali sehari yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur. Pasien juga
diinformasikan mengenai pentingnya mengenai pentingnya kontrol keadaan
rongga mulut sekitar 6 bulan sekali.

2
b. Tindakan konservasi
Tindakan konservasi dilakukan dengan tumpatan gigi 17, 14 dan 21.
c. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu
atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat
dibuka-pasang oleh pasien (Nallaswamy, 2003).
GTSL pada pasien ini dibuatkan untuk kedua rahang baik rahang atas maupun
rahang bawah dengan memperhatikan sisi ekonomis sesuai permintaan pasien.
Pembuatan GTSL dlakukan dengan pembuatan desain dengan tahap sebagai
berikut.
1) Rahang atas
Rahang atas menggunakan dukungan gigi karena daerah tak bergigi
berada diantara gigi asli yang masih adavdan dapat dijadikan sebagai gigi
abutment. Desain cengkeram yang memungkinkan untuk kasus tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Cengkeram half jackson pada gigi 16.
b) Cengkeram 3 jari pada gigi 27.
c) Occlusal rest pada gigi 24.
d) Perlebaran basis anterior setinggi 2/3 singulum pada gigi 11 dan 21
2) Rahang bawah
Rahang bawah menggunakan dukungan tooth - tissue borne, karena
daerah tak bergigi berada diantara gigi asli yang masih ada dan dapat
dijadikan sebagai gigi abutment. Desain cengkeram yang memungkinkan
untuk kasus tersebut adalah sebagai berikut:
e) Cengkeram 3 jari pada gigi 36.
a) Occlusal rest pada gigi 34.
b) Cengkeram 2 jari modifikasi pada gigi 45.
c) Pelebaran basis akrilik kearah posterior hingga retromolar pad.
d) Pelebaran sayap bagian bukal region 3.
e) Pelebaran basis anterior setinggi 2/3 singulum pada gigi 31 dan 41.

3
6. Bahan dan desain alat
Berdasarkan skenario pada kasus, pasien menginginkan gigi tiruan yang ekonomis.
Oleh karena itu, bahan yang dipilih yaitu gigi tiruan dengan basis akrilik. Gigi tiruan
sebagian lepasan dengan basis akrilik lebih estetik dibandingkan dengan basis logam,
selain itu pembuatan dan perbaikannya mudah dan lebih murah. Cengkeram
menggunakan kawat, untuk posterior 0,8 mm dan anterir 0,7 mm.

7. Tahapan tiap kunjungan


a. Kunjungan 1: tahap persiapan atau mouth preparation, berupa DHE dan
tindakan konservasi.
b. Kunjungan 2: pencetakan dengan bahan hidrokoloid dengan teknik mukostatis
c. Prosedur laboratoris: pembuatan desain, cengkeram, basis, galangan gigit,
penyusunan anasir
d. Kunjungan 3: try in
e. Prosedur laboratoris: oklusal adjustment, remounting, finishing, polishing
f. Kunjungan 4: insersi, cek stabilisasi, retensi, dan oklusi.
g. Kunjungan 5: kontrol dan cek stabilisasi, retensi, dan oklusi.

Kasus 2
Seorang laki-laki berusia 35 tahun dating ke RSGM Unsoed ingin membuatkan gigi
tiruan. Pada saat pemeriksaan didapatkan gigi 11, 21, dan 23 telah dicabut karena sudah
tidak bisa dipertahankan lagi saat periksa ke dokter gigi. Gingivitis marginalis lokalis
terdapat pada beberpa gigi bagian lingual rahang bawah, dan ditemukan kalkulus. Pada
rahang bawah pasien terdapat kehilangan gigi 36,37, 46, 47. Gigi 38 mempunyai
mahkota klinis yang pendek namun kokoh. Sementara gigi 48 memiliki mahkota yang
kuat dan normal. Pasien menginginkan dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan, namun
tidak ingin terlihat ada logam jika tersenyum atau berbicara

4
1. Pemeriksaan Subjektif
Identitas pasien: laki-laki, 35 tahun.
a. Chief Complaint: ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan, namun tidak
ingin terlihat ada logam jika tersenyum atau berbicara.
b. Present illness (PI) : Tidak ada keterangan
c. Riwayat Medik/Past Medical History (PMH) : Tidak ada keterangan
d. Riwayat Dental/ Past Dental History (DH) : Tidak ada keterangan
e. Riwayat Keluarga/Family History (FH) : Tidak ada keterangan
f. Riwayat Sosial/Social History (SH) : Tidak ada keterangan

2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstraoral
Tidak ada keterangan
b. Pemeriksaan intraoral
Gigi 11, 21, dan 23 telah dicabut karena sudah tidak bisa dipertahankan lagi saat
periksa ke dokter gigi. Gingivitis marginalis lokalis terdapat pada beberapa gigi
bagian lingual rahang bawah dan ditemukan kalkulus. Pada rahang bawah pasien
terdapat kehilangan gigi 36, 37, 46, gigi 38 mempunyai mahkota klinis yang
pendek namun kokoh. Sementara gigi 48 memiliki mahkota yang kuat dan
normal.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi.

5
4. Klasifikasi
1. Rahang atas: Klas III modifikasi 1
2. Rahang bawah: Klas III modifikasi 1

5. Rencana Perawatan
a. Dental Health Education (DHE)
DHE dilakukan untuk memberi edukasi kepada pasien mengenai cara menjaga
kebersihan rongga mulut. Pasien diberikan edukasi mengenai pentingnya sikat
gigi 2 kali sehari yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur, pentingnya kontrol
keadaan rongga mulut sekitar 6 bulan sekali. Kebersihan rongga mulut perlu
dijaga untuk mencegah terjadinya akumulasi plak yang dapat menimbulkan
masalah pada rongga mulut salah satunya yaitu gingivitis.
b. Scalling Root Planning (SRP)
Scalling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus
dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Sedangkan root planing
merupakan suatu tindakan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan
akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat
pada permukaan akar (sementum). SRP dilakukan dengan menggunakan alat
berupa scaler tangan dan kuret atau instrument ultrasonik. Kemudian pasien
diinstruksikan untuk melakukan kontrol kembali setelah 1 minggu pasca SRP
(Krismariono, 2009).
c. Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
Pembuatan GTSL dilakukan pada rahang atas dan rahang bawah dengan
mempertimbangkan peletakan cengkeram agar tidak terlihat saat pasien
tesenyum atau berbicara. Pembuatan GTSL dlakukan dengan pembuatan desain
dengan tahap sebagai berikut.
1) Rahang atas
Rahang atas menggunakan dukungan tooth and mucosa borne. Desain
cengkeram yang memungkinkan untuk kasus tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Cengkeram half jackson pada gigi 16 dan 26.

6
b) Indirect retainer berupa perluasan basis ke anterior setinggi 2/3
singulum pada gigi 13,12,22.
2) Rahang Bawah
Rahang bawah menggunakan dukungan tooth borne. Desain cengkeram
yang memungkinkan untuk kasus tersebut adalah sebagai berikut:

a) Cengkeram 3 jari pada gigi 35 dan 48


b) Oklusal rest pada gigi 38 dan 45
c) Perluasan basis anterior setinggi 2/3 singulum pada gigi 33, 32, 31,
41, 42, 43.

6. Bahan dan Desain Alat


Berdasarkan skenario pada kasus, pasien menginginkan gigi tiruan yang tidak
terlihat adanya logam ketika tersenyum atau berbicara. Bahan yang dipilih yaitu gigi
tiruan dengan basis akrilik. Cengkeram menggunakan kawat, untuk posterior 0,8
mm dan anterir 0,7 mm. Cengkeram harus diperhatikan posisi atau letaknya karena
pasien sangat memperhatikan estetika.

7. Tahapan tiap kunjungan


1. Kunjungan 1: tahap persiapan atau mouth preparation, berupa DHE dan scalling
root planning.
2. Kunjungan 2: pencetakan dengan bahan hidrokoloid dengan teknik mukostatis.
3. Prosedur laboratoris: pembuatan desain, cengkeram, basis, galangan gigit,
penyusunan anasir.
4. Kunjungan 3: try in.
5. Prosedur laboratoris: oklusal adjustment, remounting, finishing, polishing.
6. Kunjungan 4: insersi, cek stabilisasi, retensi, oklusi. Oklusal adjustment 2
7. Kunjungan 5: kontrol dan cek stabilisasi, retensi, oklusi.

7
Kasus 3:
Pasien Pria Usia 35 tahun dating ke RSGM Unsoed ingin dibuatkan gigi tiruan karena
banyak gigi yang ompong. Pasien merasakan sudah tidak memiliki gigi geraham
belakang rahang atas karena 2 gigi geraham rahang atas kanan dan kiri sudah dicabut
semua. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan gigi yang hilang adalah gigi 14,
16,17,18 ,24,26,27,28.Sementara pada gigi lain yang tersisa keseluruhan dalam batas
normal. Pada rahang bawah pasien kehilangan gigi 46,38,48. Pasien menginginkan
dibuatkan gigi tiruan yang nyaman dan tidak terlalu mahal.

1. Pemeriksaan Subjektif:
Identitas pasien: Pria, 35 tahun.
a. Chief Complaint: Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan karena banyak gigi yang
ompong, dan ingin gigi tiruan yang nyaman dan tidak mahal.
b. Present illness (PI) : Pasien merasakan sudah tidak memiliki gigi geraham
belakang rahang atas karena 2 gigi geraham rahang atas kanan dan kiri sudah
dicabut semua
c. Riwayat Medik/Past Medical History (PMH) : Tidak ada keterangan
d. Riwayat Dental/ Past Dental History (DH) : Tidak ada keterangan
e. Riwayat Keluarga/Family History (FH) : Tidak ada keterangan
f. Riwayat Sosial/Social History (SH) : Tidak ada keterangan

2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstra oral
Tidak ada keterangan
b. Pemeriksaan intra oral
Gigi yang hilang adalah gigi 14, 16,17,18 ,24,26,27,28. Sementara pada gigi
lain yang tersisa keseluruhan dalam batas normal. Pada rahang bawah
pasien kehilangan gigi 46,38,48.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa radiografi.

8
4. Klasifikasi:
a. Rahang atas : Klasifikasi Kennedy kelas I modifikasi 2.
b. Rahang bawah : Klasifikasi Kennedy kelas III modifikasi 2.

5. Rencana Perawatan:
a. Dental Health Education (DHE)
DHE dilakukan untuk memberikan edukasi kepada pasien mengenai cara
menjaga kebersihan rongga mulut pasien. Dental Health Education (DHE)
yang diberikan salah satunya yaitu membersihkan rongga mulut dengan
menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur
malam. Selain itu, pasien diedukasi mengenai pentingnya kontrol keadaan
rongga mulut sebanyak 6 bulan sekali.
b. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
GTSL pada pasien ini dibuatkan untuk rahang atas dan rahang bawah dengan
memperhatikan sisi ekonomis sesuai permintaan pasien. Pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan (GTSL) dilakukan dengan pembuatan desain dengan
tahap sebagai berikut.
1) Rahang Atas
Rahang atas menggunakan dukungan mukosa and tooth borne karena
jumlah gigi yang hilang cukup luas. Desain cengkeram yang
memungkinkan untuk kasus tersebut adalah sebagai berikut:
a) Cengkeram 2 jari pada gigi 15 dan 25.
b) Singulum rest pada gigi 13 dan 23.
c) Perluasan basis ke anterior setinggi 2/3 singulum pada gigi
12,11,21,22.
d) Perluasan basis sayap bukal bagian posterior free end dan bagian
palatal.
2) Rahang Bawah
Rahang bawah menggunakan dukungan tooth borne. Desain
cengkeram yang memungkinkan untuk kasus tersebut adalah sebagai
berikut:

9
a) Cengkeram 3 jari pada gigi 47.
b) Oklusal rest pada gigi 45 yang ditanam pada basis

6. Bahan dan desain alat


Berdasarkan skenarion, pasien menginginkan gigi tiruan yang ekonomis. Oleh
karena itu bahan yang dipilih adalah gigi tiruan dengan basis akrilik. Hal ini
dikarenakan gigi tiruan dengan basis akrilik lebih mudah dan murah.

8. Tahapan tiap kunjungan


a) Kunjungan 1: tahap persiapan atau mouth preparation, berupa DHE.
b) Kunjungan 2: pencetakan dengan bahan hidrokoloid dengan teknik mukostatis.
c) Prosedur laboratoris: pembuatan desain, cengkeram, basis, galangan gigit,
penyusunan anasir.
d) Kunjungan 3: try in.
e) Prosedur laboratoris: oklusal adjustment, remounting, finishing, polishing.
f) Kunjungan 4: insersi, cek stabilisasi, retensi, oklusi.
g) Kunjungan 5: kontrol dan cek stabilisasi, retensi, oklusi.

Kasus 4:
Pasien Pria Usia 34 tahun datang ke RSGM Unsoed ingin dibuatkan gigi tiruan akrilik.
Berdasarakan pemeriksaaan objektif, rahang atas pasien hanya tersisa 2 gigi yang masih
bagus dan kokoh yaitu gigi 15 dan 25. Sementara pada gigi pada rahang bawah tidak
ada gigi yang hilang. Semua gigi dalam batas normal dari gigi
31,32,33,34,35,36,37,41,42,43,44,45,46,47.

1. Pemeriksaan Subjektif
Identitas pasien: Pria, 35 tahun.
a) Chief Complaint: Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan akrilik..
b) Present illness (PI) : Pasien merasakan sudah tidak memiliki gigi geraham
belakang rahang atas karena 2 gigi geraham rahang atas kanan dan kiri sudah
dicabut semua.

10
c) Riwayat Medik/Past Medical History (PMH) : Tidak ada keterangan
d) Riwayat Dental/ Past Dental History (DH) : Tidak ada keterangan
e) Riwayat Keluarga/Family History (FH) : Tidak ada keterangan
f) Riwayat Sosial/Social History (SH) : Tidak ada keterangan

2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstraoral
Tidak ada keterangan
b. Pemeriksaan intraoral :
Berdasarkan pemeriksaan pasien pada rahang atas didapatkan gigi yang
tersisa adalah gigi 15 dan 25. Sementara pada rahang bawah tidak ada gigi
yang hilang. Semua gigi dalam batas normal dari gigi 31, 32, 33, 34, 35,36,
37, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi.
 
4. Klasifikasi
a. Rahang atas : Klasifikasi Kennedy kelas I modifikasi 1.
b. Rahang bawah : Tidak ada kelas. Semua gigi lengkap dan dalam batas
normal.
 
5. Rencana Perawatan:
a. Dental Hygiene Education (DHE)
DHE bertujuan untuk member edukasi kepada pasien mengenai kebersihan
rongga mulut pasien. Cara menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari yaitu
setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Selain itu, pasien diedukasi
mengenai pentingnya kontrol keadaan rongga mulut sebanyak 6 bulan
sekali.

11
b. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
1) Rahang Atas
Rahang atas akan menggunakan dukungan tooth and mucosa borne
karena jumlah gigi yang hilang dan luas daerah tak bergigi sangat besar.
Desain cengkeram yang memungkinkan untuk kasus tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Cengkeram 2 jari modifiikasi pada gigi 15 dan 25.
b) Perluasan basis sayap bukal dan anterior.
c) Perluasan basis kearah palatal.

6. Bahan dan desain alat


Berdasarkan skenarion, pasien menginginkan gigi tiruan akrilik, oleh karena itu
bahan yang dipilih adalah gigi tiruan dengan basis akrilik. Gigi tiruan dengan
basis akrilik lebih estetik dibandingkan dengan gigi tiruan dengan basis logam.

7. Tahapan kunjungan
a) Kunjungan 1: tahap persiapan atau mouth preparation, berupa DHE.
b) Kunjungan 2: pencetakan dengan bahan hidrokoloid dengan teknik
mukostatis.
c) Prosedur laboratoris: pembuatan desain, cengkeram, basis, galangan gigit,
penyusunan anasir.
d) Kunjungan 3: try in.
e) Prosedur laboratoris: oklusal adjustment, remounting, finishing, polishing.
f) Kunjungan 4: insersi, cek stabilisasi, retensi, oklusi.
g) Kunjungan 5: kontrol dan cek stabilisasi, retensi, oklusi.

12
Kasus 1
Kasus 2

Kasus 3 Kasus 4

13
Daftar pustaka

Krismariono, A. 2009. Prinsip-prinsip dasar scaling dan root planing dalam perawatan
periodontal. Periodontic Journal, Vol. 1 (1): 1-5.
Muin, M. 2011. Pengaruh Dental Health Education (DHE) terhadap Penurunan Plak
Gigi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin. Makasar.

Nallaswamy, D. 2003. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers,


Medical Publishers.

14

Anda mungkin juga menyukai