Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Prodi / semester : S1 KEPERAWATAN / 7A


Anggota Kelompok :
1. Calvenis Nur Putri P (20161660007)
2. Oktigaffelini Putri Y (20161660016)
3. Reza selvi Oktatiana (20161660027)
4. Nissak Nur Aini (20161660039)
5. Fauzan (20161660043)
6. Dwi Ana Fahdhiah (20161660051)
7. Nila Noviyanti (20161660053)
8. Muhammad In’am (20161660069)
9. Alvian Cholifatul N (20161660080)
10. Nina Fitriana (20161660110)
11. Aula Ni’matul M (20161660143)
12. Reimay suti J (20161660167)
13. Baiq Alifia A (20161660169)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2019
Kasus 1

Lansia Ny.M usia 68 tahun, ibu rumah tangga, agama islam, Pendidikan SD, mempunyai 2 orang
anak laki – laki dan perempuan yang semuanya telah berkeluarga dan tinggal di rumah masing -
masing. Ny.M tinggal sendirian dirumahnya karena suaminya baru 1 minggu meninggal dunia
akibat sakit. Ny.M mengatakan kalau mengingat suaminya dia menangis sendiri. Anak – anak
Ny.M menjenguk ke rumah kadang – kadang 1 minggu sekali. Hubungan dengan tetangga baik
tetapi sejak kematian suaminya dia menarik diri dan jarang ikut kegiatan warga di kampungnya.

1. Buat konsep teori yang mendasari perubahan yang terjadi pada lansia Ny.M
2. Buat asuhan keperawatannya
Jawab :
1. TEORI dan PROSES BERDUKA
a. Teori Engels
- Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun
menjelang ajal.
- Fase I (shock dan tidak percaya)
- Fase II (berkembangnya kesadaran)
- Fase III (restitusi)
- Fase IV
- Fase V
b. Teori Kubler-Ross
- Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai
berikut:
- Penyangkalan (Denial)
- Kemarahan (Anger)
- Penawaran (Bargaining)
- Depresi (Depression)
- Penerimaan (Acceptance)
c. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup
yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan.Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri.Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka
yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
d. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
- Penghindaran :
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
- Konfrontasi :
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien
secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan
mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
- Akomodasi :
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari
dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
2. ASUHAN KEPERAWATAN
Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEP
Data subyektif : Kematian keluarga (suami) Berduka
a. Pasien mengeluh pusing, tidak
bisa tidur, merasa sedih dan
kesepian karena kehilangan Merasa sedih, pola tidur berubah
prang yang dicintai
b. Pasien mengatakan jika
mengingat suaminya ,dia Berduka
menangis sendiri
Data obyektif:
a. Hubungan dengan tetangga baik,
tetapi semenjak kematian
suaminya pasien tampak
menarik diri
b. Pasien jarang mengikuti kegiatan
warga

Diagnose keperawatan
Berduka b.d kematian keluarga atau orang yang dicintai (suami) d.d merasa sedih, menangis
dan pola tidur berubah.

Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI KEP


HASIL
Berduka b.d a. Klien mampu secara a. Identifikasi kehilangan yang
kematian keluarga mandiri menentukan dihadapi
atau orang yang pemecahan masalah b. Identifikasi proses berduka
dicintai (suami) berhubungan dengan yang dialami
d.d merasa sedih, kehilangan yang c. Motivasi untuk menguatkan
menangis dan pola dialaminya dukungan keluarga atau orang
tidur berubah. b. Klien tidak terlalu lama terdekat
mengekspresikan emosi d. Fasilitasi melakukan kebiasaan
dan perilaku yang sesuai dengan budaya, agama
berlebihan berhubungan dan norma social
dengan disfungsi e. Fasilitasi mengekspresikan
berduka perasaan dengan cara yag
c. Klien mampu nyaman (mis.membaca buku,
melaksanakan aktivitas menulis, menggambar/bermain)
kehidupannya sehari - f. Ajarkan melewati proses
hari secara mandiri berduka secara bertahap

Kasus 2
Pasien lansia Ny.T, usia 87 tahun, agama islam, status pernikahan cerai, Pendidikan terakhir
SMA, pekerjaan ibu RT, memiliki 1 orang anak dan sudah menikah, keadaan fisik lansia cukup
baik, tetapi pasien mengatakan nyeri pada persendian di ekstremitas bawah, pasien sudah 1 tahun
tinggal di panti werdha. Pasien mengeluh sulit tidur sejak 6 bulan terakhir, pasien sulit tidur
dimalam hari, sering terbangun malam dan kesulitan memulai untuk tidur kembali sampai esok,
pasien mengatakan tidak puas dan merasa kualitas tidurnya berkurang karena tidur malam yang
tidak sesuai harapan. Jumlah tidur 1 – 2 jam, pasien tampak mengantuk, sering menguap dan
kantung mata tampak kehitaman , pasien tidur siang jam 14.00 – 16.00 sore, tidur malam jam
01.00 terbangun jam 01.30 kadang – kadang jam 02.00 dan tidak bisa tidur kembali sampai pagi .
pagi hari pasien merasa lemas. Kebiasaan pasien sebelum tidur mendengarkan radio terlebih
dahulu.
1. Dari kasus diatas buat teori yang mendukung
2. Dan asuhan keperawatannya
Jawab :
1. Teori istirahat dan tidur
a. Definisi Istirahat dan Tidur
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk
menyegarkan diri atau melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2008).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan
indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta
penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Asmadi, 2008).
b. Fisiologi Istirahat dan Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat,
2008).
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon
dan bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS) berlokasi pada batang otak
teratas. RAS dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan
dan tidur. Selain itu, RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri,
dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons
dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem
limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008).
Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam
posisi relaks. Stimulus ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka
aktivasi RAS selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian BSR mengambil alih yang
menyebabkan tidur (Potter&Perry, 2006).
Pada hakikatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur
dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement – REM), dan tidur dengan
gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement – NREM) (Asmadi, 2008).
a. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut
berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola
matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot – otot kendur,
tekanan darah bertambah, garakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak – balik),
sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki – laki, gerakan otot tidak teratur,
kecepatan jantung dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan
metabolisme meningkat.Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan
menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut:Cenderung Hiperaktif.Kurang dapat
mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil).Nafsu makan bertambah.Bingung dan
curiga.
b. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang
otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sabar atau tidak tidur. Tanda – tanda
tidur NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun,
kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.Tidur
NREM memiliki empat tahap yang masing – masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak.Keempat tahap tersebut yaitu :
1. Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur.
Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot
menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke
kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada EEG terlihat
terjadi penurunan voltasi gelombang – gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada
tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah.
2. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai
dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot berlahan
– lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada
EEG timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14 – 18 siklus/detik. Gelombang –
gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Tahap II berlangsung sekitar 10 – 15
menit.
3. Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Pada EEG memperlihatkan
perubahan gelombang beta menjadi 1 – 2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada
tahap III ini sulit untuk dibangunkan.
4. Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks,
jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai dan sulit
dibangunkan. Pada EEG tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekuensi 1 – 2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20 –
30%. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan
keadaan tubuh.Selain keempat tahap tersebut, ada satu tahap lagi yakni tahap V.
Tahap kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke
tahap V. Hal tersebut ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang
berkecepatan lebih tinggi dari tahap – tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung
sekitar 10 menit, dapat pula terjadi mimpi.Apabila seseorang mengalami kehilangan
tidur NREM, maka akan menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :Menarik diri,
apatis dan respons menurunMerasa tidak enak badanEkspresi wajah layuMalas
bicaraKantuk yang berlebihan
Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur kedua – duanya, yakni tidur REM dan
NREM maka akan menunjukkan manifestasi sebagai berikut :Kemampuan
memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.Tidak mampu untuk konsentrasi
( kurang perhatian ).Terlihat tanda – tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual
dan pusing.Sulit melakukan aktivitas sehari – hari.Daya ingat berkurang, bingung,
timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran.(Asmadi, 2008)

1. Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Perkembangan Usia


Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang.
Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan (Asmadi,
2008).
Pola Tidur Normal Berdasarkan Tingkat Perkembangan
a. Bayi Baru Lahir
Tidur 14–18 jam sehari, pernapasan teratur, gerak tubuh sedikit, 50% tidur NREM,
banyak waktu tidurnya dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus
sekitar 45-60 menit.
b. Bayi
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan
punya pola terbangun sebentar.
c. Toddler
Tidur sekitar 10-11 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur pada malam hari,
terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur
2-3 tahun.
d. Pra Sekolah
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode terbangun kedua hilang pada
umur 3 tahun. Pada umur 5 tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore
hari.
e. Usia Sekolah
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu tidur relatif konstan.
f. Remaja
Tidur sekitar 8,5 jam sehari, 20% tidur REM
g. Dewasa Muda
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur tahap I, 50% tidur
tahap II, dan 10-20% tidur tahap III – IV.
h. Dewasa Pertengahan
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin mengalami insomnia dan sulit
untuk dapat tidur.
i. Dewasa Tua
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang
– kadang tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu
tidur malam hari. (Asmadi, 2008)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Dan Tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda – beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :
a. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan
tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat
dan tidur (Asmadi, 2008).
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur. Keadaan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayat, 2008).
c. Stres Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui
sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi,
2008).
d. Diet / Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein
yang tinggi seperti pada keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat mempercepat proses
tidur, karena adanya triptofan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna
(Hidayat, 2008). Sebaliknya minuman yang mengandung kafein maupun alkohol
akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008).
e. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi, 2008).
f. Obat – Obatan
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic menyebabkan
seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan
saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM
sehingga mudah mengantuk (Hidayat, 2008).
g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat
mempengaruhi proses tidur. Selain itu adanya keinginan untuk menahan tidak tidur
dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Hidayat, 2008).

2. Asuhan Keperawatan
Analisa data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif : Kurang control tidur - Gangguan Pola
- Px mengatakan nyeri pada persendian Tidur
estermitas bawah Terbangun Malam Hari - Keletihan
- Px mengeluh sulit tidur sejak 6 bukan
terakhir Kesulitan Memulai
- Px mengatakan sulit tidur di malam Untuk Tidur
hari
- Px mengatakan sering terbangun dan Gangguan Pola Tidur
sukit untuk memulai tidur lagi
- Px mengatakan tidak puas dan merasa
kualitas tidurnya menurun
- Px merasa lemas di pagi hari
Data Objektif :
- Px tampak mengantuk
- Px sering menguap
- Kantung mata px tampak kehitaman
- Px tidur siang jam 14.00-16.00
- Px tidur malam jam 01.00 terbangun
jam 01.30 kadang – kadang jam 02.00
dan tidak bisa tidur kembali sampai
pagi
- Px sebelum tidur mendengarkan radio

Diagnosa Utama :

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, ditandai dengan mengeluh sulit
tidur, sering terjaga, istirahat tidak cukup, tidak puas tidur.

Intervensi Keperawatan

Diagnose Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Gangguan Pola Tidur Dalam waktu 7 x 24 jam: 1. Identifikasi pola
1. Keluhan sulit ridur aktivitas dan tidur.
menurun 2. Identifikasi factor
2. Keluhan seering pengganggu tidur
terjaga menurun (fisik / fisiologis)
3. Keluhan tidak puas 3. Modifikasi
tidur menurun lingkungan (mis.
4. Kemampuan Pencahayaan,
beraktivitas kebisingan, suhu,
meningkat. matras, & tempat
tidur)
4. Tetapkan jadwal tidur
rutin
5. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.
Pijat, pengaturan
posisi, terapi
acupressure)
6. Ajarkan relaksasi oto
autogenic atau cara
non farmakologi
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai