Anda di halaman 1dari 13

HIERARKI IZIN EDAR OBAT

UU NO 36 TAHUN 2009
Tentang Kesehatan

PP 72 TAHUN 1998 PP 51 TAHUN 2009


Tentang Pengamanan Sediaan Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Farmasi dan Alkes

PMK NO 1010 TAUN 2018


Registrasi Obat

PMK NO 26 TAHUN 2018


Perizinan secara elektronik
sector kesehatan

PMK NO 1799 TAHUN 2010


Izin Industri Farmasi

PER Ka BPOM NO 24 TAHUB 2017


JO NO 15 TAHUN 2019
Kriterian tata laksana registrasi obat
HIERARKI IZIN ALAT KESEHATAN

UU NO 36 TAHUN 2009
Tentang Kesehatan

No Referansi obat Alkes


.
1. Referansi 1. OOK No 419 Tahun 1949 1. UU No.36 Tahun 2009
yang 2. UU No. 35 tahun 2009 2. PP No 51 Tahun 2009

PP 72 TAHUN 1998 PP 51 TAHUN 2009


Tentang Pengamanan Sediaan Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Farmasi dan Alkes
dipakai 3. UU No 36 Tahun 2009 3. PP No 72 Tahun 1998
4. PP No 51 Tahun 2009 4. PMK No 1189 Tahun
5. PP 72 Tahun 1998 2010
6. PMK No 1010 Tahun 2008 5. PMK No 1190 Tahun
7. PMK No 26 Tahun 2018 2010
8. PMK No 1799 tahun 2010 6. PMK No 70 Tahun
9. PMK Nomor 3 Tahun 2014
2015 7. PMK No 20 Tahun
10. PER Ka BPOM No 34 2017
tahun 2018 8. PMK No 26 Tahun
11. PER Ka BPOM NO. 2018
HK.04.1.33.12.11.09937 9. DITJEN BINFAR No
TAHUN 2011 767 Tahun 2014
12. PER Ka BPOM NO 24 10. DITJEN BINFAR No
tahun 2017 jo NO 15 769 Tahun 2014
tahun 2019
2. Definisi 1. OOK No 419 Tahun 1949 1. UU No.36 Tahun 2009
Kata kunci Obat-obat keras “ yaitu obat-obatan Sediaan farmasi dan alat
yang tidak digunakan untuk kesehatan hanya dapat
keperluan tehnik, yang mempunyai diedarkan setelah mendapat izin
khasiat mengobati, menguatkan, edar
membaguskan, mendesinfeksikan 2. PP No 51 Tahun 2009
dan lain-lain tubuh manusia, baik Pekerjaan Kefarmasian adalah
dalam bungkusan maupun tidak, pembuatan termasuk
yang ditetapkan oleh Secretaris Van pengendalian mutu Sediaan
Staat, Hoofd van het Departement Farmasi, pengamanan,
van Gesondheid pengadaan, penyimpanan dan
2. UU No. 35 tahun 2009 pendistribusi atau penyaluranan
Narkotika adalah zat atau obat yang obat, pengelolaan obat,
berasal dari tanaman atau bukan pelayanan obat atas resep
tanaman, baik sintetis maupun dokter, pelayanan informasi
semisintetis, yang dapat obat, serta pengembangan obat,
menyebabkan penurunan atau bahan obat dan obat tradisiona
perubahan kesadaran, hilangnya 3. PP No 72 Tahun 1998
rasa, mengurangi sampai Pengamanan sediaan farmasi
menghilangkan rasa nyeri, dan dan alat kesehatan dilakukan
dapat menimbulkan ketergantungan untuk melindungi masyarakat
3. UU No 36 Tahun 2009 dari bahaya yang disebabkan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan oleh penggunaan sediaan
hanya dapat diedarkan setelah farmasi dan alat kesehatan yang
mendapat izin edar tidak tepat dan/atau yang tidak
4. PP No 51 Tahun 2009 memenuhi persyaratan mutu,
Pekerjaan Kefarmasian adalah keamanan, dan kemanfaatan
pembuatan termasuk pengendalian 4. PMK No 1189 Tahun
mutu Sediaan Farmasi, 2010
pengamanan, pengadaan, Tentang produksi alat
penyimpanan dan pendistribusi atau Kesehatan dan perbekalan
penyaluranan obat, pengelolaan Kesehatan rumah tangga
obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, 5. PMK No 1190 Tahun
serta pengembangan obat, bahan 2010
obat dan obat tradisiona Izin edar alat Kesehatan dan
5. PP 72 Tahun 1998 perbekalan Kesehatan rumah
Pengamanan sediaan farmasi dan tangga
alat kesehatan dilakukan untuk 6. PMK No 70 Tahun
melindungi masyarakat dari bahaya 2014
yang disebabkan oleh penggunaan Perusahaan rumah tangga alat
sediaan farmasi dan alat kesehatan Kesehatan dan perbekalan
yang tidak tepat dan/atau yang tidak rumah tangga
memenuhi persyaratan mutu, 7. PMK No 20 Tahun
keamanan, dan kemanfaatan 2017
6. PMK No 1010 Tahun 2008 Cara pembuatan alat Kesehatan
Izin edar obat. Izin edar adalah dan perbekalan rumah tangga
bentuk persetujuan untuk diedarkan yang baik
di wilayah Indonesia. 8. PMK No 26 Tahun
7. PMK No 26 Tahun 2018 2018
Perizinan terintegrasi secara Pelayanan berusaha terintegrasi
elektronik sector kesehatan secara elektronik sector
8. PMK No 1799 tahun 2010 kesehatan
Izin industry farmasi 9. DITJEN BINFAR No
9. PMK Nomor 3 Tahun 767 Tahun 2014
2015 Pedoman pelayanan izin edar
Peredaran, Penyimpanan, alat Kesehatan
Pemusnahan, Dan Pelaporan 10. DITJEN BINFAR No
Narkotika, Psikotropika, Dan 769 Tahun 2014
Prekursor Farmasi Pedoman pelayanan izin edar
10. PER Ka BPOM No 34 PKRT
tahun 2018
Pedoman cara pembuatan obat yang
baik

11. PER Ka BPOM NO.


HK.04.1.33.12.11.09937
TAHUN 2011
Tata cara sertifikasi cara pembuatan
obat yang baik
12. PER Ka BPOM NO 24
tahun 2017 jo NO 15
tahun 2019
Kriteria tatalaksana registrasi obat

3. Persyaratan 1. UU No 36 Tahun 2009 1. UU No 36 Tahun 2009


& Proses Sediaan farmasi dan alat kesehatan Sediaan farmasi dan alat
Perizinan hanya dapat diedarkan setelah kesehatan hanya dapat
Atau mendapat izin edar diedarkan setelah mendapat izin
Srtifikasi 2. PMK No 1010 Tahun 2008 edar
2. PMK No 1190 Tahun
Pasal 6 registrasi obat produksi 2010
dalam negeri alat kesehatan dan/atau PKRT
1. Registrasi obat hanya yang memenuhi standar
dilakukan oleh industry dan/atau persyaratan mutu,
farmasi yang memiliki izin keamanan, dan kemanfaatan
yang dikeluarkan oleh diselenggarakan upaya
menteri pemeliharaan mutu alat
2. Wajb memenuhi persyaratan kesehatan dan/atau PKRT.
CPOB dan dibuktikan Alat kesehatan dan/atau PKRT
dengan sertifikasi CPOB yang mendapat izin edar harus
Pasal 8 registrasi obat kontrak memenuhi kriteria sebagai
1. Registrasi obat kontrak berikut :
dapat dilakukan oleh 1. Keamanan dan
pemberi kontrak dengan kemanfaatan alat
melampirkan dokumen kesehatan, yang
kondtrak dibuktikan dengan
2. Pemberi kontrak adalah melakukan uji klinis
industry farmasi dan/atau bukti-bukti lain
3. Industry farmasi wajib yang diperlukan
memiliki izin industry 2. Keamanan dan
farmasi sekurang kurang 1 kemanfaatan PKRT
tahun dan memenuhi dibuktikan dengan
persyaratan CPOB menggunakan bahan
4. Industry farmasi pemberi yang tidak dilarang dan
kontrak bertanggung jawab tidak melebihi batas
atas mutu obat kadar yang telah
5. Penerima kontrak adalah ditentukan sesuai
industry farmasi dalam peraturan dan/atau data
negeri yang wajib memiliki klinis atau data lain yang
izin indutri farmasi dan diperlukan
telah menerapkan CPOB 3. Mutu yang dinilai dari
Pasal 9 dan 10 cara pembuatan yang
registrasi obat impor baik dan menggunakan
1. Registrasi obat impor bahan dengan spesifikasi
dilakukan oleh industry yang sesuai dan
farmasi dalam negeri yang memenuhi persyaratan
mendapat persetujuan yang ditentukan.
tertulis dari industry farmasi 4. Alat kesehatan dan/atau
luar negeri PKRT yang merupakan
2. Harus mencakup alih produk impor, cara
teknologi dengan selambat pembuatan yang baik
dalam jangka 5 tahun harus ditunjukkan dengan
sudah diproduksi didalam sertifikat produk.
negeri Tata Cara Permohonan Izin
3. Industry farmasi luar negeri Edar
wajib memenuhi 1. Permohonan izin edar
persyaratan CPOB dan alat kesehatan dan/atau
dibuktikan dengan dokumen PKRT diajukan kepada
atau jika perlu dilakukan Direktur Jenderal
pemeriksaan setempat oleh dengan mengisi formulir
petugas berwenang pendaftaran dan
4. Data inspeksi terakhir paling melampirkan
lama 2 tahun yang kelengkapan yang
dikeluarkan oleh pejabat diperlukan
berwenang setempat. 2. Tata cara penilaian dan
Registrasi obat khusus ekspor alur proses permohonan
1. Ekspor dilakukan oleh izin edar sebagaimana
industry farmasi dimaksud pada ayat (1)
Registrasi obat yang dilindungi ditentukan oleh Direktur
paten Jenderal
1. Dilakukan oleh industry Permohonan izin edar alat
farmasi dalam pemegang kesehatan dan/atau PKRT
hak paten atau industry produksi dalam negeri diajukan
farmasi yang ditunjuk oleh oleh :
pemegang hak paten dan 1. Perusahaan yang
dibuktikan dengan sertifikat memproduksi dan/atau
paten melakukan perakitan
2. Registrasi dapat diajukan dan/atau
mulai 2 tahun sebelum rekondisi/remanufaktur
berakhir perlindungan hak dan/atau makloon alat
paten kesehatan dan/atau
3. Obat yang bersangkutan PKRT yang telah
hanya boleh diedarkan mendapat sertifikat
setelah habis masa produksi.
perlindungan paten obat 2. PAK yang telah
innovator. memiliki izin penyalur
Tata cara memperoleh izin edar dan ditunjuk sebagai
1. Registrasi diajukan kepada agen tunggal dari
kepala badan perusahaan yang
2. Keriteria dan tata laksana memproduksi alat
registrasi ditetapkan oleh kesehatan dalam negeri.
kepala badan 3. Perusahaan pemilik
3. Dokumen registrasi merek dagang produk
4. Biaya registrasi PKRT yang melakukan
5. Evaluasi makloon kepada
6. Pemberian izin edar perusahaan yang telah
7. Jika permohonan ditolak, memiliki sertifikat
pendaftar dapat mengajukan produksi PKRT
keberatan melalui
peninjauan Kembali. Permohonan izin edar alat
kesehatan dan/atau PKRT impor
diajukan oleh :
1. PAK yang telah
memiliki izin atau
Importir PKRT yang
memiliki penunjukan
dari perusahaan atau
perwakilan usaha yang
memiliki kuasa sebagai
agen tunggal dengan
mencantumkan jenis
produk yang diageni
serta diketahui oleh
perwakilan Republik
Indonesia setempat,
dengan masa
penunjukan minimal 2
(dua) tahun.
2. PAK yang telah
memiliki izin atau
importir PKRT yang
bukan agen tunggal
harus memiliki surat
kuasa untuk mendaftar
alat kesehatan dan/atau
PKRT dari perusahaan
pembuat alat kesehatan
dan/atau PKRT atau
perusahaan penanggung
jawab di luar negeri.
3. Perusahaan yang telah
memiliki sertifikat
produksi untuk
melakukan perakitaa
atau pengemasan
kembali produk impor
Izin edar berlaku selama 5
(lima.) tahun atau sesuai dengan
masa penunjukan keagenan
masih berlaku dan dapat
diperbaharui sepanjang
memenuhi persyaratan.

4. SDM Yang PERMENKES NOMOR 26 PERMENKES RI No.1189/


diperlukan TAHUN 2018 TentangPelayanan MENKES/ PER/VIII/2010
Perizinan Be rusaha Terintegrasi Tentang Produksi Alkes dan
Secara Elektronik Sektor PKRT
Kesehatan Pasal 21
Pasal 5
1) Industri Farmasi dan Industri 1) Karyawan yang
Farmasi Bahan Obat berhubungan langsung
diselenggarakan oleh Pelaku dengan produksi alat
Usaha nonperseorangan berupa kesehatan dan/atau PKRT
perseroan terbatas. harus dalam keadaan sehat
2) Dikecualikan dari ketentuan dan bersih.
sebagaimana dimaksud pada 2) Karyawan yang menderita
ayat (1) bagi pemohon Izin penyakit menular atau
Usaha Industri Farmasi dan penyakit tertentu dilarang
Izin Usaha Industri Farmasi bekerja pada produksi alat
Bahan Obat milik Tentara kesehatan dan/atau PKRT.
Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Pasal 25
Indonesia. 1) Perusahaan harus memiliki
3) Persyaratan untuk memperoleh penanggung jawab teknis
Izin Usaha Industri Farmasi yang berpendidikan sesuai
dan Izin Usaha Industri dengan jenis produk yang
Farmasi Bahan Obat diproduksi dan bekerja
sebagaimana dimaksud dalam penuh waktu.
Pasal 3 ayat (1) huruf a dan 2) Penanggung jawab teknis
huruf b yaitu Sertifikat sebagaimana dimaksud
Produksi Industri Farmasi atau pada ayat (1) memiliki
Sertifikat Produksi Industri pendidikan:
Farmasi Bahan Obat. a. apoteker, sarjana lain
yang sesuai atau
Pasal 6 memiliki sertifikat yang
Persyaratan untuk memperoleh sesuai, dan D3 ATEM
Sertifikat Produksi Industri Farmasi untuk Alat Kesehatan
dan Sertifikat Produksi Industri Elektromedik, bagi
Farmasi Bahan Obat sebagaimana pemilik Sertifikat
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) Produksi Kelas A.
terdiri atas: minimal D3 Farmasi, Kimia,
a. Rencana Produksi Industri Teknik yang sesuai dengan
Farmasi atau Rencana bidangnya, bagi pemilik
Produksi Industri Farmasi Sertifikat Produksi Kelas B.
Bahan Obat; dan SMK Farmasi atau
memiliki secara tetap paling pendidikan tenaga lain yang
sedikit 3 (tiga) orang sederajat yang mempunyai
apoteker kualifikasi sesuai dengan
berkewarganegaraan bidangnya, bagi pemilik
Indonesia masing-masing Sertifikat Produksi Kelas C.
sebagai penanggung jawab PERMENKES NOMOR 26
pemastian mutu, produksi, TAHUN 2018
dan pengawasan mutu. TentangPelayanan Perizinan
Be rusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Sektor Kesehatan

Pasal 24
1) Sertifikat Produksi Alat
Kesehatan dan PKRT
diselenggarakan oleh
Pelaku Usaha
nonperseorangan.
Dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bagi pemohon
Sertifikat Produksi Alat
Kesehatan dan PKRT milik
Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
5. Sarana dan PERMENKES Nomor 3 Tahun PERMENKES RI No.1189/
Prasarana 2015 MENKES/ PER/VIII/2010
Tentang Produksi Alkes dan
PKRT
Pasal 28 Pasal 21
1) Industri Farmasi yang
memproduksi Narkotika harus Pasal 10
memiliki tempat penyimpanan Produksi alat kesehatan
Narkotika berupa gudang dan/atau PKRT harus berada di
khusus, yang terdiri atas: lokasi yang sesuai dengan
a. gudang khusus Narkotika peruntukannya.
dalam bentuk bahan baku;
dan Pasal 11
b. gudang khusus Narkotika 1) Bangunan yang digunakan
dalam bentuk obat jadi. untuk memproduksi alat
2) Gudang khusus sebagaimana kesehatan dan/atau PKRT
dimaksud pada ayat (1) berada harus memenuhi
dalam penguasaan Apoteker persyaratan teknis dan
penanggung jawab. higiene sesuai dengan jenis
produk yang diproduksi.
Pasal 29 2) Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
1) Industri Farmasi yang harus mempunyai fasilitas
memproduksi Psikotropika sanitasi yang cukup dan
harus memiliki tempat terpelihara.
penyimpanan Psikotropika
berupa gudang khusus atau Pasal 12
ruang khusus, yang terdiri atas: 1) Bagian bangunan atau
a. gudang khusus atau ruang ruangan produksi alat
khusus Psikotropika dalam kesehatan dan/atau PKRT
bentuk bahan baku; dan tidak digunakan untuk
b. gudang khusus atau ruang keperluan lain selain yang
khusus Psikotropika dalam telah ditetapkan pada
bentuk obat jadi. sertifikat produksi.
2) Gudang khusus atau ruang 2) Bangunan atau ruangan
khusus sebagaimana dimaksud yang digunakan bersama
pada ayat (1) berada dalam untuk produksi lainnya
penguasaan Apoteker harus memiliki izin khusus
penanggung jawab. fasilitas bersama dari
Direktur Jenderal.
Pasal 36
Industri Farmasi yang memproduksi Pasal 13
Prekursor Farmasi dalam bentuk 1) Untuk perusahaan yang
obat jadi, PBF yang menyalurkan menggunakan fasilitas
Prekursor Farmasi dalam bentuk produksi bersama antara
obat jadi, atau Instalasi Farmasi alat kesehatan dan PKRT
Pemerintah harus menyimpan atau dengan sediaan
Prekursor Farmasi dalam bentuk farmasi lainnya harus dapat
obat jadi dalam gudang membuktikan bahwa tidak
penyimpanan obat yang aman akan terjadi pencemaran
berdasarkan analisis risiko. silang antara sesama
produk.
2) Penggunaan fasilitas
produksi bersama
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PER Ka BPOM No 34 tahun 2018 PERMENKES RI No.1189/


Tentang CPOB MENKES/ PER/VIII/2010
3.1 Letak bangunan hendaklah Tentang Produksi Alkes dan
sedemikian rupa untuk PKRT
menghindarkan
kontaminasi dari lingkungan Pasal 1 Ayat (5)
sekitar, seperti kontaminasi dari Kegiatan menghasilkan,
udara, tanah menyiapkan, mengolah,
dan air serta dari kegiatan industri dan/atau mengubah bentuk alat
lain yang berdekatan. Apabila letak kesehatan dan PKRT
bangunan tidak sesuai, hendaklah
diambil tindakan pencegahan yang
efektif terhadap kontaminasi
tersebut.
3.2 Bangunan-fasilitas hendaklah
didesain, dikonstruksi, dilengkapi
dan
dipelihara sedemikian agar
memperoleh perlindungan
maksimal terhadap pengaruh cuaca,
banjir, rembesan dari tanah serta
masuk dan bersarang serangga,
burung, binatang pengerat, kutu
atau hewan lain. Hendaklah tersedia
prosedur untuk pengendalian
binatang pengerat dan hama.
3.3 Bangunan-fasilitas hendaklah
dipelihara dengan cermat,
dibersihkan dan,
bila perlu, didisinfeksi sesuai
prosedur tertulis rinci. Catatan
pembersihan
dan disinfeksi hendaklah dikelola.
3.4 Seluruh bangunan-fasilitas
termasuk area produksi,
laboratorium, area penyimpanan,
koridor dan lingkungan sekeliling
bangunan hendaklah dipelihara
dalam kondisi bersih dan rapi.
Kondisi bangunan hendaklah
ditinjau secara teratur dan
diperbaiki di mana perlu. Perbaikan
serta pemeliharaan bangunan-
fasilitas hendaklah dilakukan hati-
hati agar
kegiatan tersebut tidak merugikan
mutu obat.
3.5 Pasokan listrik, pencahayaan,
suhu, kelembaban dan ventilasi
hendaklah
tepat agar tidak mengakibatkan
dampak merugikan baik secara
langsung
maupun tidak langsung terhadap
obat selama proses pembuatan dan
penyimpanan, atau terhadap
keakuratan fungsi dari peralatan.
3.6 Desain dan tata letak ruang
hendaklah memastikan:
a. kompatibilitas dengan kegiatan
pengolahan lain yang mungkin
dilakukan di dalam fasilitas yang
sama atau fasilitas yang
berdampingan; dan
b. pencegahan area produksi
dimanfaatkan sebagai jalur lalu
lintas
umum bagi personel dan bahan atau
produk, atau sebagai tempat
penyimpanan bahan atau produk
selain yang sedang diproses.

6. Pencatatan UU No 35 Tahun 2009 PERMENKES No 70 Tahun


yang harus tentang Narkotika 2014
ada Pasal 14 Tentang Perusahaan Rumah
Tangga Alat Kesehatan Dan
Narkotika yang berada dalam Perbekalan Kesehatan Rumah
penguasaan Industri Farmasi dan Tangga
lembaga ilmu pengetahuan wajib (1) Setiap Perusahaan Rumah
disimpan secara khusus. Wajib Tangga harus melakukan
membuat, menyampaikan, dan pencatatan atas aktifitas
menyimpan laporan berkala produksi dan
mengenai pemasukan dan/atau penyaluran/peredaran.
pengeluaran Narkotika yang berada
dalam penguasaannya (2) Dokumen pencatatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disimpan paling
cepat 5 (lima) tahun.
(3) Apabila diminta sewaktu-
waktu untuk kepentingan
pemeriksaan, Perusahaan
Rumah Tangga harus dapat
menunjukkan dokumen
pencatatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
7. Pelaporan PMK NO.1799 Tahun 2010 PMK RI No.1189 Tahun 2010
Tentang Industri Farmasi tentang Produksi Alkes dan
PKRT
Pasal 23
1. Industri Farmasi wajib Pasal 43
menyampaikan laporan industri 1.Perusahaan yang
secara berkala mengenai kegiatan memproduksi, mengemas
usahanya: kembali, merakit, merekondisi/
a. Sekali dalam 6 (enam) bulan, remanufakturing harus
meliputi jumlah dan nilai melaporkan hasil produksinya
produksi setiap obat atau bahan minimal setiap 1 (satu) tahun
obat yang dihasilkan dengan sekali kepada Direktur Jenderal
menggunakan contoh dengan tembusan kepadakepala
sebagaimana tercantum dalam dinas kesehatan provinsidan
Formulir 13 terlampir; dan kepala dinas kesehatan
b. Sekali dalam 1 (satu) tahun kabupaten/kota setempatdengan
dengan menggunakan contoh menggunakan contoh Formulir
sebagaimana tercantum dalam 14 sebagaimana terlampir.
Formulir 14 terlampir. 2.Tata cara pelaporan hasil
2. Laporan Industri Farmasi produksi sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud pada ayat pada ayat (1) diatur
(1) disampaikan kepada Direktur olehDirektur Jenderal.
Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan.
3. Laporan Industri Farmasi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a disampaikan paling
lambat tanggal 15 Januari dan
tanggal 15 Juli.
4. Laporan Industri Farmasi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b disampaikan paling
lambat tanggal 15 Januari.
Laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilaporkan
secara elektronik. Direktur Jenderal
dapat mengubah bentuk dan isi
formulir laporan sesuai kebutuhan.
8. Aspek yang A. Dasar hukum :
berbeda PMK No. 1799 Tahun 10 Jo No. 16 PMK No. 1189 Tahun 2010
Tahun 2013
B. SDM :
Minimal 3 apoteker WNI penuh 1. Apoteker, sarjana lain
waktu sebagai PJ pemastian mutu yang sesuai atau memiliki
produksi, pengawas mutu sertifikat yang sesuai, dan
D3 ATEM untuk Alat
Kesehatan Elektromedik,
bagi pemilik Sertifikat
Produksi Kelas A.
2. minimal D3 Farmasi,
Kimia, Teknik yang sesuai
dengan bidangnya, bagi
pemilik Sertifikat Produksi
Kelas B.
SMK Farmasi atau pendidikan
tenaga lain yang sederajat yang
mempunyai kualifikasi sesuai
dengan bidangnya, bagi pemilik
Sertifikat Produksi Kelas C
C. Sarana dan prasarana
3. Terdapat ruang produksi Untuk bangunan produksi alat
obat khusus sesuai golongan kesehatan harus sesuai dengan
sediaan obat yang telah di syarat teknis dan higien sesuai
tentukan serta gudang sediaan alkes
gudang khusus
D. Pelaporan
4. Pelaporan izin produksi obat Perusahaan yang memproduksi,
bisa sekali dalam 6 (enam) mengemas kembali, merakit,
bulan, meliputi jumlah dan merekondisi/ remanufakturing
nilai produksi setiap obat harus melaporkan hasil
atau bahan obat yang produksinya minimal setiap 1
dihasilkan atau sekali dalam (satu) tahun sekali terkait alkes
1 (satu) tahun
9. Aspek yang 1. Bangunan dan fasilitas harus
sama memenuhi persyaratan CPOB
atau CPAKB
2. Sertifikat produksi berlaku
selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi
syarat
3. Penyelenggaraan pelaku usaha
dilakukan oleh usaha non
perseorang, berbentuk badan
hukum
4. Pelaporan sama-sama kepada
Direktorat Jederal denagn E-
Report

Anda mungkin juga menyukai