Anda di halaman 1dari 22

ASKEP

OBESITAS PADA ANAK

OLEH

KELOMPOK 3

1) WINANDO A.NEKEN
2) APRILIA E.F RATU
3) SYANE NJURU HAPA
4) NAOMI M.LAMALEI
5) SITI NURBAITI
6) YORDAN SANAM
7) PRITILIA AKOIT

Kelas/semester : B/IV

Prodi : S1-Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa  yang telah melimpahkan Rahmat-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatn maternitas. Dalam makalah ini
kami membahas tentang “Obesitas” .
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk
menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca khususnya.

Kupang 20 Maret 2021


Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I. PENDAHULUAN

a. Latar belakang
b. Tujuan
c. Manfaat

BAB II.KONSEP PENYAKIT

a. Definisi
b. Anatomi fisiologi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Pathway
f. Manifestasi klinis
g. Pemeriksaan penunjang
h. Penatalaksaan

BAB III.KONSEP ASKEP

a. Pengkajian
b. Analisa data
c. Diagnosis medis
d. Rencana keperawatan
e. Implementasi
f. Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang
berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi masih banyak
pendapat di masyarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk adalah sehat. Sehingga
banyak ibu yang merasa bangga kalau anaknya sangat gemuk, dan di satu pihak ada ibu yang
kecewa kalu melihat anaknya tidak segemuk anak tetangganya. Sebenarnya kekecewaan
tersebut tidak beralasan, asalkan grafik pertumbuhan anak pada KMS sudah menunjukkan
kenaikan yang kontinu setiap bulan sesuai lengkungan grafik pada KMS dan berada pada pita
warna hijau, maka anak tersebut pasti sehat. Lebih-lebih kalau anak itu menunjukkan
perkembangan mental yang normal, artinya perkembangan motorik, bahasa, intelektual,
emosional dan social sesuai dengan umurnya, maka anak tersebut walaupun tidak terlalu
gemuk, tetapi secara fisik, social maupun mental adalah sehat.
Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi,
sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Dari berbagai tulisan
mengenai obesitas pada anak, ternyata banyak masalah yang dihadapai anak yang obesitas
ini. Lebih-lebih kalau obesitas pada masa anak-anak berlanjut sampai dewasa. Bahkan ada
seorang ahli yang mengatakan, bahwa makin panjang ikat pinggang seseorang, maka akan
makin pendek umurnya. Dengan perkataan lain, makin gemuk seseorang akan semakin
banyak penyakitnya, sehingga jarang yang mencapai umur panjang.
Angka kejadian obesitas pada anak di Negara-negara maju terus bertambah. Menurut Weil
BW 1991, angka kejadian di Amerika meningkat 40% (dari 15% menjadi 21%). Sedangkan
angka kejadian di Indonesia masih belum ada data-datanya. Tetapi dari pengamatan sehari-
hari mulai banyak ditemukan kasus obesitas pada anak.
B. Tujuan

Tujuan dalam menyusun makalah ini diantaranya ialah ;

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui laporan pendahuluan obesitas pada anak

b.tujuan kusus

1. Mengetahui definisi peradangan obesitas pada anak

2. Mengetahui tanda dan gejala p obesitas pada anak

3. Mengetahui patofisiologis obesitas pada anak

4. Mengetahui manifestasi klinik obesitas pada anak

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang obesitas pada anak

6. Mengetahui penatalaksanaan obesitas pada anak

7. Melatih mahasiswa dalam menyusun askep


C.Manfaat
1. Studi kasus ini dapat dipakai sebagai pengalaman belajar dalam menerapkan ilmu
terutama ilmu studi kasus dengan cara melakukan praktek tindakan keperawatan secara
langsung terhadap klien
2. Studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat untuk, mengembangkan ilmu pengetahuan
terapan, khususnya berkaitan dengan melakukan Asuhan Keperawatan
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A.Definisi
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. (www.medicastore.com) .

Obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang berada diatas persentil
ke 95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya. (Institute of medicine (IOM) di
AS) .Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara
berlebihan. (Vivi Juhanita S.,Gizi.Net) .

Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. (Arief Mansjoer, dkk)

B. Anatomi fisiologi
Mulut, tenggorokan dan kerongkongan
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh seliput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
alfoktorius dihidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan
enzim(misalnya lisozim), yang mencegah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut
secara otomatis.
Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia,tundus dan
antrum. Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung
kedalam kerongkongan.
Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja di simpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jingka kolon desendens penuh dan tinja masuk kedalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar ( BAB ) ornga
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernan, dimana bahan
limbah keluar tubuh sabagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suati cincin berotot (sfingter ani)
menjaga agar anus tetap tertutup

C.Etiologi
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh / pemasukan makan yang berlebihan ke dalam tubuh.
Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih
belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor:
1. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh
a. Pada Bayi

- Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa setiap kali
minum harus habis.

- Kebiasaan untuk memberikan minuman / atau makanan setiap kali menangis.

- Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.

- Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu manis,
kalorinya tinggi), sehingga bayi selalu haus / minta minum.

b. Faktor Psikis

Apa yang ada di dalam pikiran sesorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk
gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang
serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran
yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat banyak
(binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini
biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana
seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti
dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang
dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya
nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia
pada malam hari.

c. Gaya hidup masa kini


Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan “fast food” yang berkalori tinggi
seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice cream, aneka
makan mie, dll.

2. Penggunaan kalori yang kurang


Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas
fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak berhenti
makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.

3. Faktor lingkungan
Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku
/ pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta
bagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya,
tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.
4. Faktor kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
- Sindroma yang diwariskan, contohnya: sindroma cushing, sindroma prader-willi

- Hormonal
Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.
Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal. Sehingga
terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada pusat kenyang di
otak.
- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan seperti : lesi-lesi
hipotalamus, hipofisis, dan lesi otak yang lain.

5. Factor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama
yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak sampai lima kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel
lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

6. Aktivitas fisik
Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang
yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi
makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang seimbang, akan mengalami
obesitas.
Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang
telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lainnya
misalnya :

1. Herediter (faktor keturunan)


Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orang tuanya
obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, sedangkan kalau kedua
orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%.

2. Suku / Bangsa
Pada suku / bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang menderita
obesitas.
3. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang bayi yang gemuk.

4. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh.

5. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak “mahal”, anak dari
orang tua tunggal, dll.

6. Meningkatnya keadaan sosial ekonomi seseorang.


Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka
cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya. Atau
keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang maju atau kaya.

7. Obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.

D.Patofisiologis
Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut :
1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi / pembesaran.

2. Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga terjadi hipertrofi.


Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-
anak dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa
tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel.
Obesitas yang terjadi pada masa anak selain hiperplasi juga terjadi hipertrofi.
Sedangkan obesitas yang terjadi setelah masa dewasa pada umumnya hanya terjadi
hipertrofi pada sel lemak.
Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun
pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut
sampai dewasa, setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi
penurunan berat badan setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya yang
berkurang tetapi besarnya sel yang berkurang.
Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap
hormone insulin, sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat.
Insulin berfungsi untuk menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan
jaringan lemak.

E. Pathway

Masukan energi Penggunaan kalori Faktor kesehatan


yang melebihi dari yang kurang dan Faktor
dan lingkungan
kebutuhan tubuh faktor perkembangan predisposisi

Pembesaran dan
penambahan
jumlah sel lemak

Obesitas

Pemasukan Berat badan meningkat Penimbunan lemak


makanan yang berlebihan di bawah
berlebihan ke diafragma dan di
dalam tubuh dalam dinding dada
Keterbatasan Perubahan
Menekan
Aktifitas fisik Penampilan Paru - paru

Perubahan
Nutrisi Lebih
dari
Intoleransi Pola Napas
Kebutuhan
Aktivitas Tidak Efektif
Tubuh
Koping Individu Gangguan
Tidak Efektif Harga Diri

F. Manifestasi Klinis
Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama
kehidupan, usia 5 – 6 tahun dan pada masa remaja.
Gejala obesitas antara lain :
1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk).

2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang obesitas
relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai
lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan yang lebih pendek dari
usia sebayana.

3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu ganda
(double chin).

4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-olah
berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.

5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut
tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.

6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.

7. Perut menggantung dan sering disertai strie.


8. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat dari
obesitasnya.

9. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.

10. Terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas.

Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding


dada bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas
meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi pada saat tidur
dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu)
sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa ngantuk.

G. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah
sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde,
2009).
      Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang   gizi,   maka   antropometri   gizi   adalah   berhubungan   dengan  berbagai
macam  pengukuran  dimensi  tubuh  dan  komposisi  tubuh  dari  berbagai tingkat
umur  dan  gizi.
Pada  pemeriksaan  antropometri  tujuan  yang  hendak  dicapai adalah:
1)   Penapisan   status   gizi,   yang   diarahkan   untuk   orang   dengan  keperluan
khusus.
2)   Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi
masyarakat pada saat tertentu serta faktor yang berkaitan.
3)   Pemantauan  status  gizi,  yang  digunakan  untuk  memberikan  gambaran
perubahan status gizi dari waktu ke waktu.
Pemeriksaan  antropometri  dilakukan  dengan  mengukur  ukuran  fisik,  seperti
tinggi badan, berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu.
H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas
dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat
tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus
dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau
aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada
anak.

1. Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
 Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun
factor kejiwaan.

 Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan.


Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotivasi tentang
pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.
 Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan
berat badan.
 Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara
aktif sehingga banyak energi yang digunakan.
Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga sehinga seolah-
olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.
Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut:

1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat
badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan kenaikan
berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai dengan kebutuhan normal untuk
pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90
kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus
dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar. Tidak dianjurkan memberikan
susu yang diencerkan, susu rendah / lemak. Disamping itu kita anjurkan pada
ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.

2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus
diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari. Atau bisa
juga dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang
mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan
aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan.

3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha
mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet yang
diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari. Mendorong
anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok.
Hindari menonton tv terlalu lama dan makan makanan yang berkalori tinggi.

4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai
berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang diberikan
sekitar 850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu,
kurangi kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan aktifitas, baik
sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan
interaksi dengan teman-temannya.
BAB III
KONSEP ASKEP
A. pengkajian
1. Identitas
a) Identitas pasien
Nama klien  : An.Andi
TTL : Bandung,13 februari 2016
Umur                     : 5 tahun
Jenis kelamin         : laki-laki
Alamat                  : jalan kemayoran no 2 bandung
Agama/ suku : muslim/ batak
Warga Negara : Indonesia
Pendididkan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal masuk : 12 Maret 2021
No register : 023
b) Identitas penanggung jawab
Nama klien            : ibu susi
Umur                     : 38 tahun
Jenis kelamin         : perempuan
Agama                  : muslim
Alamat                  : jln kemayoran no 2 Bandung
Hubungan dengan klien : ibu
Suku : batak

c) Identitas rumah sakit


Tanggal masuk     : 12 Maret 2021
Ruang                   : melati
DX. Medis           : stemi anterior
No. RM                : 0038xxx

2. Riwayat kesehatan saat ini

a. Riwayat penyakit dahulu :


2 tahun yang lalu pasien pernah di rawat karena kenaikan berat badan dan
pasien selalu melakukan kontrol yang teratur
b. Riwayat penyakit sekarang :
- Keluhan utama :
pasien mengatakan merasa mengalami peningkatan berat badan
yang begitu cepat.
c. Keluhan saat dikaji : pasien mengatakan merasakan nyeri di bagian dada
speri di tendes beban

3.Pemeriksaan fisik

1) TTV :
TD ;90/60 mmHg
ND ; 102x/menit
RR; 25 x/menit
BB:30kg
TB: 20 cm

B. MASALAH KEPERAWATAN
1. Obesitas berhubungan dengan kurang aktivitas fisik harian di tandai dengan
akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai dengan usia dan jenis
kelamin serta melampoi kondisi berat badab lebih.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan ketidak cukupan
energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
3. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur atau bentuk di tandai
dengan perubahan persepsi tentang penampilan,struktur dan fungsi fisik individu

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1 Obesitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Obesitas
dengan kurang keperawatan diharapkan Observasi
aktivitas fisik harian 1. Berat badan menurun - Identifikasi dan
di tandai dengan 2. Tebal lipatan kulit mengelola berat badan
akumulasi lemak menurun pasien yang dapat
berlebih atau mempengaruhi berat
3. Indeks massa tubuh
abnormal yang tidak badan.
menurun
sesuai dengan usia dan Terapeutik
jenis kelamin serta - Hitung berat badan
melampoi kondisi ideal pasien
berat badab lebih. - Hitung presentase
lemak dan otot pasien
- Fasilitasi menentukan
target berat badan
yang realistis
Edukasi
- Jelaskan hubungan
antara asupan
makanan,aktifitas
fisik penambahan
berat badan dan
penurunan berat
badan
- Jalaskan faktor resiko
berat badan lebih dan
berat badan kurang
- Anjurkan mancatat
berat badan setiap
minggu jika perlu
- Anjurkan melekukan
pencatatan asupan
makanan,aktivitas
fisik dan perubahan
berat badan
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan keperawatan diharapkan Observasi
imobilitas ditandai 1. Kemudahan dalam - Identifikasi gangguan
dengan ketidak melakukan aktifitas fungsi tubuh yang
cukupan energi untuk membaik mengakibatkan
melakukan aktivitas 2. Keluhan lelah menurun kelelahan
sehari-hari 3. Frekuensi nafas - Monitor kelelahan fisik
menurun dan emosional
- Monitor pola dan jam
tidur
- Monitor lokasi dan
ketidak nyamanan
selama melakukan
aktifitas
Terappeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan

3 Ganguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh


berhubungan dengan keperawatan diharapkan Observasi
perubahan struktur 1. Ferbalisasi gaya hidup - Identifikasi harapan citra
atau bentuk di tandai meningkat tubuh berdasarkan tahap
dengan perubahan 2. Hubungan sosial perkembangan
persepsi tentang membaik - Identifikasi perubahan
penampilan,struktur citra tubuh yang
dan fungsi fisik mengakibatkan isolasi
individu sosial
- Monitor frekuensi
pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
- Monitor apakah pasien
bisa melihat bagian
tubuh yang berubah
Terapeutik
- Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
- Diskusikan persepsi
pasien dan eluarga
tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga
tentang
perawatanperubahan
citra tubuh
- Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh.
- Latih peningkatan
penampilan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.


Mansjoer, Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Pudjiad, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : FKUI.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN
DI INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan
Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,11(3).

Anda mungkin juga menyukai