Indeks Panen Indeks Panen Dihitung Denga
Indeks Panen Indeks Panen Dihitung Denga
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang kedelai atau kedelai (Glycine max L.) ialah tanaman yang termasuk
dalam tanaman pangan utama. Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama
yang menyehatkan karena mengandung protein tinggi dan memiliki kadar kolesterol
yang rendah. Kedelai dapat digunakan sebagai produk olahan pertanian yang
berkualitas. Kedelai diproduksi sebagai bahan mentah pembuatan tahu dan tempe.
Kebutuhan akan komoditi kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun baik sebagai
bahan pangan utama, pakan ternak maupun sebagai bahan baku industri skala besar
reproduktif kedelai dapat menurunkan hasil biji sebanyak 25-46% (Rosenzweig et al.,
negara-negara lain. Rendahnya produksi yang didapatkan petani disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain kultur teknis yang sederhana dan pemakaian varitas lokal yang
potensinya masih rendah. Usaha untuk meningkatkan produksi kedelai pada tanah masam
dapat ditempuh dengan cara: (l) mengembangkan varietas toleran terhadap keracunan Al,
Mn atau yang sanggup menyerap hara fosfor, walaupun ketersediaan hara ini rendah sekali
1
dalam tanah , (2) mengurangi bahkan meniadakan kendala-kendala tanah masam itu sendiri
dengan memanipulasi sifat fisika dan kimia tanah malalui pengapuran, pemupukan dan
pemberian pupuk kandang (bahan organik), atau (3) kombinasi dari kedua pendekatan
tersebut.
Pada umumnya kedelai ditanam menjelang musim kemarau setelah panen padi.
Pada pola tanam seperti itu, dihadapi kendala utama berupa: 1. Jika tanaman kedelai
belum memasuki fase panen namun musim tanam padi telah tiba, maka tanaman
Upaya untuk menangani masalah tersebut adalah menyediakan kedelai yang toleran
terhadap kekeringan yang dapat dilihat dari karakter penanda pada tanaman, seperti
Cekaman kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada
kondisi yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Gardner
(1991), pengaruh cekaman kekeringan pada stadi vegetatif dapat mengurangi laju
pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan berikutnya. Cekaman air yang
karbondioksida dan produksi berat kering. Lebih lanjut Yasemin (2005) menyatakan
bahwa selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang
disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan
kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun. Abayomi (2002) melaporkan bahwa pada
2
pertumbuhan daun, laju penambahan luas daun, luas daun, dan indek luas daun.
Menurut Borges (2005), pada stadia vegetatif tanaman kedelai yang mengalami
cekaman kekeringan menunjukan pertumbuhan lambat dan daun sempit serta buku
batang yang pendek sehingga penampilan tanaman akan kerdil dengan daun kecil,
cepat berbunga, defisiensi unsur hara baik makro maupun mikro dan potensi hasil yang
rendah.
dan awal pengisian polong akan terjadi kerontokan pada polong bagian bawah. Lebih
jumlahnya dan terjadi kerontokan, serta cekaman kekeringan pada stadia pengisian
B. Perumusan Masalah
1. Apakah karakter penanda pada tanaman dapat dijadikan sebagai salah satu faktor
yang berbeda?
3
C. Tujuan Penelitian
kekeringan.
D. Manfaat Penelitian
4
II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Pemikiran
Kedelai umumnya ditanam pada tanah sawah sesudah tanaman padi maupun pada
lahan kering. Kedelai dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah, antara lain
alluvial, regosol grumosol, latosol maupun andosol (Satuan Pengendali Bimas, 1983).
Keadaan fisik tanah yang dikehendaki tanaman kedelai adalah kelembaban tanah
berada pada sekitar kapasitas lapang, kandungan hara cukup, tanah cukup mengandung
P dan K, konsistensinya gembur, bebas dari gulma, dan kandungan airnya cukup
(Sutami dan Suyono, 1990). Derajat keasaman tanah yang cocok bagi kedelai adalah
pada kisaran nilai pH 5,8-7, meskipun pada nilai pH 4,5 tanaman kedelai masih dapat
pada kondisi sejuk dan lembab ke kondisi panas dan kering. Intensitas cahaya yang
tinggi, efisiensi fotosintesis tanaman kedelai lebih rendah daripada tanaman C4.
Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dengan
ketinggian kurang dari 750 meter di atas permukaan laut, tetapi yang terbaik adalah di
dataran rendah yang beriklim kering dan cukup irigasinya (Rismunandar, 1983).
5
Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yaitu tanaman tidak akan berbunga bila
penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Tanaman yang mengalami lama
penyinaran kurang dari batas kritis, maka akan mengalami pembungaan. Dengan lama
penyinaran 12 jam, semua varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietas
dan umur tanaman. Tanaman kedelai yang lama penyinarannya melebihi peride kritik
Pertumbuhan terbaik tanaman kedelai terjadi pada suhu 29,4oC dan menurun bila suhu
lebih rendah. Suhu yang lebih rendah dari 23,9oC akan memperlambat pembungaan
kedelai dan setiap penurunan suhu sebesar 0,55oC memperlambat pembungaan dua
Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan leh
tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan prduksi secara nrmal. Kebutuhan
air tanaman meliputi evaptranspirasi (ET) besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman dan
faktor klimatologi.
tersebut sampai pada batas tertentu yang masih dapat ditahan leh kedelai. Air
diperlukan dari mulai tumbuh sampai stadia pengisian polong. Kekeringan yang terjadi
kekeringan yang terjadi selama stadia pembungaan atau pengisian polong berakibat
6
Semua proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang penting
memerlukan air. Unsur-unsur hara dari tanah yang diperlukan tanaman harus larut atau
dilarutkan dalam air sebelum dapat diserap oleh akar dan ditranslokasikan ke seluruh
metabolismenya. Menurut Gardner et al. (1991), fungsi air bagi tanaman sebagai
pelarut dan medium berbagai reaksi kimia, medium untuk transport (zat terlarut organic
dan anorganik) medium yang memberikan turgor bagi tanaman, hidrasi dan netralisasi
muatan pada molekul-molekul koloid, bahan baku untuk fotosintesis, dan evaporasi air
Keberadaan air sangat diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Status air merupakan faktor pembatas yang penting pada proses fotosintesis. Kadar air
yang paling baik bagi pertumbuhan tanaman adalah kadar air pada kapasitas lapang.
Keadaan kapasitas lapang biasanya dapat dicapai pada musim hujan ataupun pada
perlaihan musim hujan dan kemarau. Tanaman dapat mengalami kekurangan air pada
musim kemarau, apalagi pada tanaman yang tumbuh di lahan kering. Perbedaan kadar
Kekurangan air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada tanaman. Menurut Heddy
(2002), tanaman yang kekurangan air akan terganggu metablismenya dan akan
mengalami kelayuan.
Kekurangan air pada tanaman kedelai terjadi karena ketersediaan air dalam media
tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.
7
Didalam tanah walaupun air dalam kondisi cukup tersedia, tanaman dapat mengalami
cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi karena kecepatan absorpsi tidak dapat
pada tanaman kedelai bergantung pada varietas, besar dan lamanya cekaman, serta
menekan pertumbuhan tanaman kedelai baik akar maupun tajuk tanaman sehingga
menyebabkan penurunan bobot total tanaman. Dampak cekaman kekeringan pada fase-
kering, kecil, melengkung, dan tegak. Daun menjadi lebih cepat mengalami penuaan
dan gugur lebih cepat dibandingkan dengan tanaman kedelai dalam keadaan kecukupan
8
sangat berfluktuatif, bahkan menurun tajam bila kemarau panjang terjadi
(Widyatmoko, 2005).
Kekurangan air akan mengakibatkan penutupan stomata pada daun yang akan
mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan akan mengurangi laju
fotosintesis. Di samping itu penutupan stomata merupakan faktor yang sangat penting
perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering.
Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar, kedalam penetrasi,
dan diameter akar. Peningkatan pertumbuhan akar dibawah kondisi cekaman air ringan
sampai sedang sangat penting dalam menyadap persediaan air baru bagi suatu tanaman.
sorghum yang lebih tahan terhadap kekeringan, mempunyai perakaran lebih banyak,
volume akar lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih tinggi daripada galur-galur yang
rentan kekeringan.
Menurut Hall dan Twidwell (2002), kekurangan air pada saat awal fase
pembentukan biji atau pada saat polong yang terbentuk mencapai seperdelapan panjang
kekurangan air dalam jumlah yang sama pada saat fase pertumbuhan yang lain. Borges
(2004) menyebutkan bahwa polong kedelai yang masih muda akan gugur bila tanaman
9
B. Hipotesis
1. Karakter penanda seperti akar, batang, daun, dan buah dapat dijadikan sebagai
3. Tanaman dengan kadar air 90% dari kapasitas lapang, 50% dari kapasitas
lapang, dan 30% dari kapasitas lapang dapat tumbuh dengan baik.
10
III. METODE PENELITIAN
Purwokerto. Waktu pelaksanaannya, yaitu bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni
2015.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sembilan galur kedelai dan
dua varietas kedelai agak toleran kekeringan yaitu varietas Slamet dan varietas Dering,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain polybag, alat penyiraman,
kertas label, handcounter, timbangan, timbangan analitik, penggaris, dan alat tulis.
C. Rancangan Percobaan
Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu sembilan galur kedelai (G1,
G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9) dan dua varietas kedelai sebagai pembanding yaitu
varietas Slamet (V1) dan varietas Dering (V2). Faktor kedua adalah kadar air tanah
dengan tiga taraf, yaitu kadar air 90% kapasitas lapang (KL1), kadar air 60% kapasitas
lapang (KL2), dan kadar air 30% kapasitas lapang (KL3) dengan tiga ulangan, sehingga
11
jumlah keseluruhan unit penelitian adalah 99 unit. Kombinasi perlakuan yang diuji
cobakan, yaitu V1KL1, V2KL2, G1KL1, G1KL2, G1KL3, G2KL1, G2KL2, G2KL3,
D. Variabel Pengamatan
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang yang berbatasan dengan
permukaan tanah sampai titik tumbuh atau ujung batang utama. Pengamatan dimulai
saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam (hst) sampai fase vegetatif berakhir (±
umur 30-40 hari setelah tanam), dengan interval dua minggu sekali.
2. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung berdasarkan banyaknya daun yang tumbuh, dan dilakukan
saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam (hst) sampai fase vegetatif berakhir (±
Jumlah daun trifoliat dihitung dengan cara menghitung jumlah daun pada setiap
Bobot segar tanaman merupakan bobot semua bagian tanaman (tajuk dan akar)
12
5. Bobot Kering Tanaman (g)
Bobot kering tanaman merupakan bobot semua bagian tanaman (tajuk dan akar)
setelah dioven pada suhu 70 ºC selama 48 jam (sampai kering mutlak), kemudian
6. Jumlah Cabang
Luas daun diukur dengan menggunakan metode gravimetri, yaitu daun dijiplak
dengan menggunakan kertas. Kertas utuh ditimbang dan dihitung luasnya. Gambar
pada kertas setelah daun dijiplak ditimbang, dan dibandingkan dengan berat dan luasan
kertas utuh yang digunakan (Sitompul dan Guritno, 1995). Luas daun dihitung
berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas, dengan rumus
sebagai berikut:
wr
LD x LK
wt
Keterangan:
LD : Luas daun
13
8. Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/minggu)
maka segera dilakukan pengukuran luas daun. Bagian – bagian tanaman (daun, batang,
akar) masing – masing dipisahkan. Kemudian bahan dikeringkan dalam oven pada
Laju Asimilasi Bersih (LAB) dihitung menurut Garder et al., (1991) dengan
rumus:
W 2 W 1 ln A2 ln A1
LAB x
t 2 t1 A2 A1
Keterangan:
batang, akar) masing – masing dipisahkan. Kemudian bahan dikeringkan dalam oven
14
pada suhu 60º C selama 2 x 24 jam. Setelah bobot kering konstan tercapai, dilakukan
Keterangan:
Diamati pada saat 80% polong pada populasi tanaman per unit percobaan telah
mencapai fase masak fisiologis, yang ditandai dengan perubahan warna polong
menjadi kecoklatan, batang tanaman tidak berwarna hijau lagi dan beberapa daun telah
Y
HI
W
Keterangan :
HI = Harvest index
15
Y = Hasil tanaman
Berat segar akar diperoleh dengan cara menimbang seluruh akar yang ada pada
Berat kering akar diperoleh dengan cara menimbang seluruh akar yang ada pada
Jumlah polong isi dihitung berdasarkan semua polong yang berisi pada tanaman
Jumlah biji per tanaman dihitung berdasarkan jumlah biji yang ada pada tanaman.
Bobot 100 biji diperoleh dengan menimbang 100 biji kedelai yang diambil dari
Produksi per petak efektif adalah bobot segar dan bobot kering pada tanaman
yang berada dalam petak efektif. Hasil yang diperoleh pada petak efektif dikonversikan
ke dalam ton/ha.
16
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah uji F dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf beda nyata 5% (Gomez et al., 1995), uji korelasi dan
uji regresi untuk mendapatkan pola respon tanaman kedelai terhaap penurunan kadar
air tanah.
F. Pelaksanaan
1. Persiapan
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Inceptisol yang diambil
dari lahan belakang Fakultas Ilmu kesehatan UNSOED. Tanah tersebut sebelum
berukuran mesh 2 mm. sampel tanah tersebut diambil untuk diukur kadar air tanahnya.
Kebutuhan tanah per polybag didapatkan dari perbandingan antara lubang tanam per
hektar dengan jarak tanam 20x20 cm dengan berat tanah satu hektar adalah 2,05 x 106
10.000 𝑚2
Lubang tanam 1 ha =
20 𝑐𝑚 𝑥 20 𝑐𝑚
10.000 𝑚2
=
400𝑥10-4 𝑚2
17
2.050.000 𝑘𝑔
Kebutuhan tanah per polybag =
250.000 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
2. Penanaman
Dua hari sebelum penanaman, benih dikecambahkan terlebih dahulu pada baki
yang berbeda sesuai dengan varietas atau galurnya masing-masing. Satu hari kemudian
dilakukan penyiraman air hingga 100% kapasitas lapang, pemupukan dasar dan
pestisida Furadan 3-G serta pemasangan label pada setiap polybag. Pemupukan
dilakukan dengan mencampurkan pupuk secara merata pada tanah dalam setiap pot.
Dua hari setelah benih kedelai dikecambahkan penanaman dilakukan. Benih yang telah
dikecambahkan ditanam dengan jumlah tiga tanaman per polybag. Setelah tanaman
berumur dua minggu setelah tanam, dilakukan penjarangan dengan menyisakan satu
3. Perlakuan
Perlakuan terdiri dari cekaman kekeringan, yaitu 90% dari kapasitas lapang, 60%
dari kapasitas lapang, dan 30% dari kapasitas lapang. Pemberian air dilakukan sesuai
Pemberian air dilakukan setiap hari dengan tetap mempertahankan bobot total
polybag (bobot polybag + tanah) sejak awal penanaman sampai akhir masa tanam
(bobot tanaman diabaikan). Kadar air dalam polybag dengan perlakuan tercekam
dipertahankan pada kondisi 90%, 60%, dan 30% dari kapasitas lapang.
18
Kondisi air tanah 90%, 60%, dan 30% dari kapasitas lapang diketahui dengan
menimbang poliag beserta isinya, dan jika berat polybag lebih rendah dari berat
polybag mula-mula (pada saat tanam) maka dilakukan penambahan air sampai berat
4. Pemeliharaan
dan KCl 0,3 gram/polybag pada saat penanaman dan pemberian pupuk urea sebanyak
0,43 gram/polybag satu minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan setiap satu
minggu. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan keadaan hama dan
penyakit yang menyerang pada saat itu. Pencegahan serangan cendawan dilakukan
penyemprotan dengan fungisida Dithane M-45 pada saat 25 hari setelah tanam,
sedangkan pengendalian terhadap hama ulat dan hama polong dilakukan sejak dua
minggu setelah tanam sampai dua minggu sebelum panen dengan menggunakan
insektisida.
5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali dan disesuaikan dengan variable
yang diamati.
6. Panen
Panen dilakukan pada saat polong tanaman telah masak panen dan daun-daun
telah gugur. Polong yang masak ditandai dengan berubahnya warna polong dari hijau
19
menjadi kecoklatan. Polong dari tiap galur dan varietas dimasukkan dalam kantong-
20
DAFTAR PUSTAKA
Abayomi, Y.A. 2002. Sugarbeet Leaf Growth and Yield Response to Soil Water Deficit.
African Crop Science Journal 10(1).
Arif, R.S. 1999. Respon Morfologi Beberapa Galur dan Varietas Kedelai Untuk
Mengatasi Cekaman Kekeringan. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto. 38pp.
Asadi, B., D.M. Arsyad, H. Zahara, Darmijati. 1997. Pemuliaan kedelai untuk toleran
naungan. Buletin Agrobio 1:15-20.
Departemen Pertanian. 1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayur-
sayuran. Satuan Pengendali Bimas. Jakarta
Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit
UI Press, Jakarta. 428p.
Rosenzweig, V.E., D.V. Goloenko, O.G. Davydenko, and O.V. Shablinskaya. 2003.
Breeding strategies for early soybeans in Belarus. Plant Breed. 122(5):456 - 458.
Suhartina dan A. Nur. 2005. Evaluasi galur-galur harapan kedelai hitam toleran
terhadap kekeringan. Laporan Akhir Tahun: Hasil Penelitian Komponen
Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2005. Balai
Penelitian Tanaman Kacang- Kacangan dan Umbi-umbian Malang.
Suhartina dan Suyamto. 2005. Evaluasi galur kedelai untuk toleran kekeringan dan
berbiji besar. Laporan Akhir Tahun: Hasil Penelitian Komponen Teknologi
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2004. Buku II. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian Malang.
21
Yasemin. 2005. The Effect of Drought on Plant and Tolerance Mechanisms. G.U. J. of
Science 18(4) : 723 – 740.
22