Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PROFESI KEPENDIDIKAN”

OLEH :

KELOMPOK I

ANNIDA BANDU YUNUS 22013004

ANISSA DWI SEPTIANI 22013002

WAODE HARTATI 22013018

LAODE RISAL 22013005

PUTRI JESIKA SARI 22013024

PRISKA OKTAVIA NERTA 22013013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI


DAFTAR ISI

Kata pengantar ..............................................................................................

Daftar isi ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profesi dan Pendidik…………………………………

2.2 Konsep Pendidikan Profesi Guru (PPG)…………………………

2.3 Peranan Profesionalisme Kependidikan …………………………

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………

3.4 Saran……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan

kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan

hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah

Profesi Kependidikan di Universitas Muhammadiyah Kendari. Selain itu, kami

juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kendari,3 April 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan budaya

terkadang sulit diprediksi, profesi keguruan sering kali dihadapkan pada suatau

dilemma. Disatu pihak penggunaan jasa kependidikan menuntut kualitas dan

kuantitas pendidikan, tetapi disisi lain pemandangan profesi kependidikan

dihadapkan kepada keterbatasan individu. Bukan hal diatas saja, terkadang profesi

keguruan disalah artikan oleh kelompok tertentu unutuk mendapatkan keuntungan

baik lahir maupun batin sepeti yang sering kita dengar dan baca dimedia sering

kali terdapat kasus yang sering dilakukan oleh penyandang profesi keguruan.

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang dimasyarakat

apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan

atau teladan masyarakt sekililing. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana

sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apabila memang ada yang patut

diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan

pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan

bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan

siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, seiring menjadi perhatian

masyarakat luas.
1.2 Rumusan Masalah

a. Pengertian profesi dan pendidik

b. Konsep pendidikan profesi guru (PPG)

c. Peranan profesionalisme kependidikan

1.3 tujuan

a. Untuk mengetahui apa pengertian profesi dan pendidik

b. Untuk mengetahui konsep pendidikan profesi guru (PPG)

c. Untuk mengetahui peranan profesionalisme kependidikan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profesi dan Pendidik

Graham Cheetham, G. E. Chivers menerangkan definisi profesi adalah :

“A vocation or calling, especially one that involved some branch of advanced

learning or science.” Sebuah panggilan atau panggilan, terutama yang

melibatkan beberapa cabang belajar lanjut atau ilmu pengetahuan. Suatu

pekerjaan atau panggilan yang membutuhkan pelatihan, seperti dalam hukum,

teologi, dan ilmu.

Kata profesi semakin populer kita dengar sejalan dengan semakin kuatnya

tuntutan kemampuan profesional dalam bekerja. Apa pun bentuk dan jenis

pekerjaannya, kemampuan profesional telah menjadi kebutuhan individu.

Secara etimologi, profesi berasal dari istilah bahasa Inggris: profession

atau bahasa Latin: profecus, yang artinya mengakui, pengkauan, menyatakan

mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.

Secara terminologi,3 profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang

mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada

pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang

dimaksudkan di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoretis sebagai

instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.

Dari sudut penghampiran sosiologi, Vollmer & Mills (1972)

mengemukakan bahwa profesi menunjuk pada suatu kelompok pekerjaan dari

jenis yang ideal, yang sesungguhnya tidak ada dalam kenyataan atau tidak pernah
akan tercapai, tetapi menyediakan suatu model status pekerjaan yang bisa

diperoleh, bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisasi secara penuh. Istilah

“ideal” itu hanya ada dalam kata, tidak dalam realita, karena sifatnya hanya

sebuah abstraksi. Kondisi “ideal” tidak lebih dari harapan yang tidak selesai

karena fenomena yang ada hanya sebatas mendekati hal yang “ideal” itu.

Ada tiga pilar pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi, yaitu

pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik. Pengetahuan adalah segala

fenomena yang diketahui yang disistematisasikan sedemikian rupa sehingga

memiliki daya prediksi, daya kontrol, dan daya aplikasi tertentu. Pada tingkat

yang lebih tinggi, pengetahuan bermakna kapasitas kognitif yang dimiliki oleh

seseorang melalui proses belajar. Keahlian bermakna penguasaan substansi

keilmuan, yang dapat dijadikan acuan dalam bertindak. Keahlian juga bermakna

kepakaran dalam cabang ilmu tertentu untuk dibedakan dengan kepakaran

lainnya. Persiapan akademik mengandung makna bahwa untuk mencapai derajat

profesional atau memasuki jenis profesi tertentu, diperlukan persyaratan

pendidikan khusus pada lembaga pendidikan formal, khususnya jenjang perguruan

tinggi.

Millerson (1973, pp. 1-2) menyarankan ada tiga metode alternatif yang

digunakan untuk mengidentifikasi profesi, yaitu:

a. Looking for a set of characteristic or traits assosiated with professions.

(Mencari satu set karakteristik atau ciri assosiated dengan profesi.)


b. Looking for evidence of professionalisation (the process through which

occupation are said to become professions). (Mencari bukti profesionalisasi

(proses dimana pendudukan dikatakan menjadi profesi)).

c. Developing a model of professionalism based or certain sociological

aspects of professional practice (Mengembangkan model profesionalisme

berbasis atau tertentu aspek sosiologis praktek profesional).

Pendidik mempunyai dua arti, ialah arti yang luas dan arti yang sempit.

Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang berkewajiban membina

anak-anak. Secara alamiah semua anak, sebelum mereka dewasa menerima

pembinaan dan orangorang dewasa agar mereka dapat berkembang dan

bertumbuh secara wajar. Sebab secara alamiah pula anak manusia membutuhkan

pembimbingan seperti itu karena ia dibekali insting sedikit sekali untuk

mempertahankan hidupnya. Dalam hal ini orang-orang yang berkewajiban

membina anak secara alamiah adalah orangtua mereka masing-masing, warga

masyarakat, dan tokoh-tokohnya.

Sementara itu, pendidik dalam arti sempit adalah orangorang yang

disiapkan dengan sngaja untuk menjadi guru dan dosen. Kedua jenis pendoidik ini

diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu relatif lama agar mereka

menguasai ilmu itu dan terampil melaksanakannya di lapangan. Pendidik ini tidak

cukup belajar di perguruan tinggi saja sebelum diangkat jadi guru atau dosen,

melainkan juga belajar dan diajar selama mereka bekerja, agar profesionalisasi

mereka semankin meningkat.


Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai

agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 1).

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) adalah tingkat

pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan

dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat 2).

2.2 Konsep Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Konsep pendidikan profesi guru berdasarkan PERMENNEG PAN & RB

No. 16/2009 dimana Guru harus berlatang belakang pendidikan S1/D4 dan

Pendidikan Profesi Guru (Sertifikat Profesi). CPNS guru harus mengikuti

Program Induksi dan Pendidikan Pelatihan Pra-Jabatan. Empat jabatan fungsional

guru (Pertama, Muda, Madya, Utama), Beban mengajar guru 24 jam – 40 jam

tatap muka per minggu atau membimbing 150 - 250 konseli per tahun.

Instansi pembina Jabatan Fungsional Guru adalah Kementerian Pendidikan

Nasional menetapkan :

a. Peningkatan karir guru ditetapkan melalui penilaian angka kredit oleh Tim

Penilai

b. Jumlah angka kredit yang diperoleh guru terkumpul dari angka kredit:

 Unsur utama (Pendidikan, PK GURU, dan PKB), e” 90%

 dan unsur penunjang, d”10%

c. Penilaian kinerja guru dilakukan setiap tahun (Formatif dan Sumatif)


d. Nilai kinerja guru dikonversikan ke dalam angka kredit yang harus dicapai

(125%, 100%, 75%, 50%, 25%).

Tujuan Umum :

Meningkatka kualitas layanan pendidikan di Sekolah atau Madrasah dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Tujuan Khusus :

1. Memfasiltasi guru untuk mencapai standar kompetensi profesi yang telah

ditetapkan.

2. Memfasilitasi guru untuk terus memutakhirkan kompetensi yang mereka

miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan

dengan profesinya.

3. Memotivasi guru-guru untuk tetap memiliki komitmen melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.

4. Mengangkat citra, harkat, martabat profesi guru, rasa hormat dan

kebanggaan kepada penyandang profesi guru.

Peranan Guru dalam pembelajaran menunjukkan bagaimana kegiatan guru

terlibat langsung dalam skema pembelajaran mulai dari persiapan, kemudian

melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menindaklanjuti pembelajaran tersebut

sebagaimana keterangan di bawah ini :

Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan

penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat

kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau media

cetak lainnya.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada

persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh

pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih

dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru ,

persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.

Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan

pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula

berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan

belajar.

Menurut Begge peranan guru dalam pembelajaran adalah bagaimana guru

mengupayakan suatu perubahan yang berlangsung dalam kehidupan individu

siswa sebagai upaya perubahan dalam pandangan, sikap, pemahaman atau

komunikasidari semuanya. Belajar selalu menunjukkan perubahan sistematis dan

tingkah laku yang terjadi sebagai konskwensi pengalaman dalam situasi khusus.

Di dalam banyak hal belajar adalah proses mencoba dengan kemungkinan keliru

dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang harus bisa di perhitungkan dalam

menentukan isi pelajaran. Belajar melalui praktik akan lebih efektif daripada

melakukan hapalan.

2.3 Peranan Profesionalisme Kependidikan

Profesionalisme kependidikan merupakan syarat utama mewujudkan

pendidikan bermutu di tanah air Indonesia. Hal inilah yang melatarbelakangi

pemerintah mengupayakan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan

profesionalitas guru-guru dimasyarakat Indonesia.


Undang-undang guru dan dosen ini dalam kenyataan di dunia pendidikan

sangat dibutuhkan untuk melengkapi UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik

merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga

profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional. Sejalan dengan fungsi tersebut, kedudukan guru

sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan

nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Berdasarkan undang-undang Guru dan Dosen ada 8 (delapan) peranan

profesionalisme kependidikan di Indonesia yang lebih dikenal dengan pendidik

atau pengajar. Kesebelas tenaga kependidikan ini berperan dalam

menyelenggarakan pendidikan sebagai suatu profesionalisme pendidik dengan

tugas-tugas khusus yaitu seorang profesionalisme pendidik. Sebagai seorang


Pendidik, sebutan lain seorang guru dalam profesinya dikenal dengan sebutan

lain yaitu:

1. Guru

Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal 1,

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama pendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

2. Dosen

Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal 1,

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama

mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat.

3. Konselor

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan Konselor

adalah pendidik dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

22 Tahun 2005 mengemukakan Konselor adalah pelaksana pelayanan

konseling di sekolah. Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian

dalam melakukan konseling. Berlatar belakang pendidikan minimal sarjana

strata 1 (S1) dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB),

Bimbingan Konseling (BK), atau Bimbingan Penyuluhan (BP). Mempunyai


organisasi profesi bernama Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia

(ABKIN).

4. Pamong Belajar

Menurut Permenpan dan RB (Peraturan Menteri Pendayagunaan dan

Reformasi Birokrasi) No. 15 Tahun 2012, Pamong Belajar adalah pendidik

dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar, pengkajian

program, dan pengembangan model pendidikan nonformal dan informal

(PNFI) pada unit pelaksana teknis (UPT) atau unit pelaksana teknis daerah

(UPTD) dan satuan PNFI. Pamong belajar merupakan jabatan karier yang

hanya dapat diduduki oleh seseorang yang telah berstatus sebagai pegawai

negeri sipil. PNFI sekarang berganti nama menjadi PAUDNI (Pendidikan

Anak Usia Dini Nonformal dan Informal).

5. Widyaiswara

Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diangkat sebagai

pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung

jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih pegawai

negeri sipil (PNS) pada lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat)

pemerintah.

6. Tutor

Tutor adalah orang yang membelajarkan atau orang yang memfasilitasi

proses pembelajaran di kelompok belajar (Chairudin Samosir, 2006:15).

Tutor merupakan pembimbing dan pemotivasi peserta didik untuk

mempelajari sendiri materi ajar yang tersaji dalam modul pembelajarannya.


Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau

bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-

temannya dalam belajar di kelas.

7. Instruktor

Instruktor adalah orang yang bertugas mengajarkan sesuatu dan sekaligus

memberikan latihan dan bimbingannya; pengajar; pelatih; pengasuh (KBBI

online).

8. Fasilitator

Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami

tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna

mencapai tujuan. Tugas fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran pada

hakikatnya mengantarkan peserta didik untuk menemukan sendiri isi atau

materi pelajaran yang ditawarkan atau yang disediakan melalui atau oleh

penemuannya sendiri.

Peranan keprofesionalan Guru dan dosen adalah sebagai pendidik yang

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dan sebagai

fasilitator tenaga pendidikan. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu

atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.


Undang-Undang Guru dan Dosen ( UUGD ) merupakan suatu ketetapan

politik bahwa pendidik adalah pekerjaan profesional, yang berhak mendapatkan

hak-hak sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu diharapkan, pendidik dapat

mengabdikan secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi

tersebut. Dalam UUGD No 14 tahun 2005 ditentukan bahwa seorang pendidik

wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen

pembelajaran. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagodik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Kompetensi profesi pendidik ini melahirkan Pendidikan Profesi Guru yang

dikenal dengan lembaga ; Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) yang

menghasilkan guru yang profesional. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan kompetensi guru. Sertifikasi dengan portofolio, sertifikasi dengan

PLPG, belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Faktanya, setiap tahun

dihasilkan ribuan lulusan LPTK, hal ini tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan

guru, sehingga terjadi oversupply. Maka untuk mendapatkan guru-guru yang

unggul, Pendidikan Profesi Guru merupakan jalan keluar. Dan bila saat ini sampai

beberapa tahun ke depan kebijakan Pendidikan Profesi Guru menyangkut

inputnya adalah hanya mereka yang telah melaksanakan pengabdian melalui SM-

3T, maka akhirnya hanya mereka yang memang benar-benar terpanggil untuk

menjadi guru sajalah yang akan menjadi guru. Guru menjadikan dirinya berperan

menjadi guru yang profesional.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Profesionalisme guru merupakan suatu keadaan dimana seorang guru

memiliki kompetensi yang di persyaratkan untuk melakukan tugas kependidikan

dan pengajaran yang telah terdidik dan telah terlatih dengan baik, serta memiliki

pengalaman yang kaya di bidangnya. Untuk menjadi seorang guru yang

professional, guru harus mengikuti program sertifikasi terlebih dahulu sesuai

dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dimana sertifikasi

tersebut merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan mutu dan kesejahtreaan

guru, serta berfungsi Untuk meningkaatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran.

Kompetensi professional yaitu kemampuan yang berkenaan dengan

penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang

mencakup penguasaan subtansi isi materi kurikulum mata pelajaran dan subtansi

keilmuan yang menaungi materi keilmuan kurikulum tersebut, disini seorang guru

atau dosen mampu memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum dan guru

harus menambah wawasan dan selalu memperdalam pengetahuan atau materi

tersebut.

3.2 Saran

Sebaiknya guru atau dosen yang mengajar di bidang studi di perguruan

tinggi haruslah berasal dari jurusan pendidikan sesuai dengan bidang studi yang ia

dalaami karena guru yang berasaal dari jurusan pendidikan lebih mengerti atau
lebih memahami mata pelajarannya secara mendalam sehingga lebih muda

mencontohkannya pada kehidupan sehari hari atau dapat lebih mengetahui metode

apa yang harus di ajarkan di kelas pada saat pelaajaran berlangsung.

Selain itu, adanya sertifikasi juga mempertegas status guru tersebut karena

guru yang di beri sertifikat professional tersebut berasal dari jurusan mereka

masing masing . sehingga guru yang bukan dari jurusan pendidikan mata

pelajarannya atau bidang studinya sendiri tidak akan mendapatkan sertifikat

professional dengan begitu tidak akan pernah mendapatkan status professional.


DAFTAR PUSTAKA

Asmara. H. 2015. Profesi kependidikan. Bandung: Alfabeta

http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/08/makalah-profesi-keguruan/ di akses

pada 02 maret 2021

http://www.sarjanaku.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html di akses pada

02 maret 2021

Kunandar.2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Masofa. 2008. (online) https://massofa.wordpress.com/2008/01/04/profesi-

keguruan diakses pada 02 maret 2021

Rusdiana.A. 2015. Pendidikan profesi keguruan.Bandung:CV Pustaka Setia

Satori. 2001.buku materi pokok Profesi Keguruan.Jakarta:Universitas Terbuka

Undang-Undang No. 14 Tahun2005 tentang guru dan dosen

Yuniar.2014.(online) http://yuniardultan.blogspot.co.id/2014/09/makalah

pengertian profesi keguruan.html. di akses pada 02 maret 2021

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009 (cetakakn ke-4) Profesi Keguruan. Jakarta : PT

Rineka Cipta Sumber referensi dari internet

Anda mungkin juga menyukai