Anda di halaman 1dari 74

BAB 13

KOMUNIKASI PADA PASIEN JIWA

A. PENGERTIAN GANGGUAN JIWA


Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari
manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, gaangguan tersebut mempengaruhi
hubungan antara dirinya sendiri dan juga masyarakat (Maramis, 2010).
Gangguan jiwa atau mental illnes adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kesultan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan
sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang
sama halnya dengan gangguan jasmaniah lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih
kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa
sakit jiwa (Budiono, 2010)
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan
dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan
dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014)

B. PENYEBAB UMUM GANGGUAN JIWA


Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan,
biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab
dari beragai unsur yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu
muncul gangguan kejiwaan. Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan
Jiwa, sumber penyebab gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
1. Faktor Somatik (Somatogenik),yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan
organik, serta faktorpranatal dan perinatal.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan
ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga,pkerjaan,
permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan
emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk
menghadapi masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat
menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh
anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang
meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
serta pengaruh mengenai keagamaan
Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa
diantaranya :
1. Usia
Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia yang produktif,
dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri secara mandiri,
masalah yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya masalah dirinya sendiri
tetapi juga harus memikirkan anggota keluarganya.
2. Tidak bekerja
Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak mempunyai
penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi dirinya, sehingga seseorang
tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan dan memungkinkan mengalami harga diri
rendah yang berdampak pada gangguan jiwa.
3. Kepribadian yang tertutup
Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup cenferung menyimpan
permasalahannya sendiri sehingga masalah yang dihadapi akan semakin
menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan
permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga menimbulkan depresi dan
mengalami gagguan jiwa.
4. Putus obat
Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan gangguan jiwa
harus minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa bosan, dan kurang
pengetahuan akan menghentikan minum obat dan merasa sudah sembuh.
5. Pengalaman yang tidak menyenangkan
Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya aniaya seksual,
aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan memicu seseorang
mudah mengalami ganguan jiwa
6. Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya karena harta
warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa. Konflik yang
tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan memicu stressor yang
berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor yang berlebihan namun
mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan besar sesorang akan mengalami
gangguan jiwa.

C. TANDA DAN GEJALA GANGGUAN JIWA


Gejala-gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur
somatic, psikologik, dan sosio-budaya. Gejala-gejala inilah sebenarnya menandakan
dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pemikiran, perasaan dan
perilaku (Maramis, 2010). Gangguan mental dan penyakit mental dalam taraf awal
gejala-gejalanya sulit dibedakan, bahkan gejala itu kadangkala menampak pada orang
normal yang sedang tertekan emosinya dalam batas-batas tertentu. Pada taraf awal
sulit dibedakan dengan gejala pada gangguan mental gejala umum yang muncul
mengenahi keadaan fisik, mental, dan emosi. Tanda dan gejala gangguan jiwa secara
umum menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :
1. Ketegangan (tension), Rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-
perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai
tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
2. Gangguan kognisi pada persepsi merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu
bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah,
padahal orang disekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya
tidak ada hanya muncul dari dalam individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat
berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu,
melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang
lain.
3. Gangguan kemauan klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat
keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat
diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau, dan acak-acakan.
4. Ganggaun emosi klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham
kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang
kaya, titisan Bung Karno tetapi dilain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis,
tak berdaya (depresi) samapai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.
5. Gangguan psikomotor Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan
naik keatas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-
apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak
atau melakukan gerakan aneh.
Menurut Yosep, (2009) dalam keadaan fisik dapat dilihat pada anggota tubuh
seseorang yang menderita gangguan jiwa, diantaranya sebagai berikut :
1. Suhu Badan berubah
Orang normal rata-rata mempunyai suhu badan sekitar 37 derajat celcius. Pada
orang yang sedang mengalami gangguan mental meskipun secara fisik tidak terkena
penyakit kadangkala mengalami perubahan suhu.
2. Denyut nadi menjadi cepat
Denyut nadi berirama, terjadi sepanjang hidup. Ketika menghadapi keadaan yang
tidak menyenangkan, seseorang dapat mengalami denyut nadi semakin cepat.
3. Nafsu makan berkurang
Seseorang yang sedang terganggu kesehatan mentalnya akan mempengaruhi pula
dalam nafsu makan. Keadaan mental dan emosi nampak ditandai dengan :
a. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)
meskipun telah dibuktikkan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak
rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
b. Halusinasi yaitu pengelaman panca indera tanpa ada rangsangan misalnya
penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.
c. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya
bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
e. Tidak atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada upaya
usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas
dan selalu terlihat sedih.

D. TUJUAN KOMUNIKASI PADA PASIEN JIWA


1. Perawat dapat memahami orang lain
2. Menggali perilaku klien
3. Memahami perlunya memberi pujian
4. Memperoleh informasi klien
E. KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KEPERAWATAN JIWA BERDASARKAN
MASALAH PASIEN
1. Klien dengan Masalah Perilaku Kekerasan
b. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut
maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu
(riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika
Sari, 2015:137).

c. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau
wawancara tentang perilaku berikut ini.
1) Muka merah tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
7) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8) Mengancam secara verbal atau fisik
9) Melempar atau memukul benda atau orang lain
10) Merusak barang atau benda
11) Tidak mempunyai kemampuan mencegah/ mengontrol pweilaku
kekerasan.

d. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Perilaku Kekerasan


Tujuan Umum : Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai denga
tanggung jawab
Tujuan Khusus :
1) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi :
a) Klien mau membalas salam
b) Kien mau berjabat tangan
c) Klien mau menyebutkan nama
d) Klien mau kontak mata
e) Klien mau mengetahui nama perawat
f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak
Intervensi :
a) Beri salam dan panggil nama klien
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tapi sering
2) TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/jengkel (dari
diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
Intervensi :
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien mengungkap perasaannya

3) TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan


Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
Intervensi :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang
dialami
4) TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang biasa
dilakukan
Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapatmengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang dilakukan
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah
atau tidak
Intervensi :
a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
klien
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai
5) TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan klien
Intervensi :
a) akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh klien
c) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat

6) TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon


terhadap kemarahan secara konstruktif
Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat melakukan cara berespn terhadap kemarahan secara
konstruktif
Intervensi :
b) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari car baru
c) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat
d) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain

7) TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan


Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
Fisik : olahragadan menyiram tanaman
Verbal : mengatakan secra langsung dan tidak menyakiti
Spiritual : sembahyang, berdoa/ibdah yang lain

Intervensi :
a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut
d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara
tersebut
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jiak ia sedang
kesal/jengkel

8) TUK VIII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku


kekerasan
Kriteria Evaluasi :
a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang berperikalu
kekerasan
b) Keluarga klien meras puas dalam merawat klien

Intervensi :
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selam ini
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien
c) Jelaskan cara merawat klien
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi

9) TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program


pengobatan)
Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat meyebutkan obat-batan yang diminum dan kegunaannya
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan

Intervensi :
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat
tanpa izin dokter

e. Tindakan keperawatan Keluarga Pasien dengan Perilaku Kekerasan


1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda
dan gejala, perilaku yang munculdan akibat dari perilaku tersebut)
3) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melaku kan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tibdakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
4) Buat perencanaan pulan bersama keluarga

f. Strategi Pelaksanaan Kounikasi Pasien dengan Perilaku Kekerasan


1) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke I (satu)
Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi penyebab marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnyaserta cara mengontrol secara fisik ke –I

Strategi Komunikasi
ORIENTASI
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat samsul , saya
perawatn yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ? dan senang
dipanggil apa ? ”
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah, jengkel ?”
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah
yang saat ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas
ingin ke tempat lain ?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau 15 menit ?”.
FASE KERJA
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan
mas saat marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang
,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal
lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah seperti,memukul,membanting
?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi
masalah yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas
Arif ?”. “ Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu
saya menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang akibat
dari perasaan marah yang mas rasakan ?”
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”

2) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke II (dua)
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke dua
a) Evaluasi latihan napas dalam
b) Latih cara fisik ke dua, pukul kasur dan bantal
c) Susun jadwal kegiatan cara kedua

Strategi Komunikasi
ORIENTASI
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat samsul , saya
perawatn yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ? dan senang
dipanggil apa ? ”
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah, jengkel ?”
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah
yang saat ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas
ingin ke tempat lain ?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau 15 menit ?”.
FASE KERJA
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan
mas saat marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang
,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal
lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah seperti,memukul,membanting
?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi
masalah yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas
Arif ?”. “ Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu
saya menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang akibat
dari perasaan marah yang mas rasakan ?”
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”

3) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke III (tiga)
Latih mengontrol perilaku kekerasan secara verbal/ sosial
a) Evaluasi jadwal harian unutk dua cara fisik
b) Latihan mengungkap kan cara marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

Strategi Komunikasi
ORIENTASI
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat samsul , saya
perawatn yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ? dan senang
dipanggil apa ? ”
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah, jengkel ?”
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah
yang saat ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas
ingin ke tempat lain ?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau 15 menit ?”.
FASE KERJA
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan
mas saat marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang
,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal
lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah seperti,memukul,membanting
?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi
masalah yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas
Arif ?”. “ Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu
saya menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang akibat
dari perasaan marah yang mas rasakan ?”
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”

4) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke IV (empat)
Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
sosial/ verbal
b) Latihan sholat atau berdoa
c) Buat jadwal latihan sholat dan berdoa
Strategi Komunikasi
ORIENTASI
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat samsul , saya
perawatn yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ? dan senang
dipanggil apa ? ”
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah, jengkel ?”
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah
yang saat ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas
ingin ke tempat lain ?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau 15 menit ?”.

FASE KERJA
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan
mas saat marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang
,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal
lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah seperti,memukul,membanting
?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi
masalah yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas
Arif ?”. “ Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu
saya menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang akibat
dari perasaan marah yang mas rasakan ?”
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”

5) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke V (lima)
Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang
sudah dilatih
b) Latih pasien untuk minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
Strategi Komunikasi
ORIENTASI
“Selamat pagi, Mas Arifdan Pak Eko ?”
“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? apakah sudah lebih rileks?”.
“Seperti keseppakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang
penggunaan obat dan manfaatnya bagi mas arif”.

FASE KERJA
“Berapa jenis obat yang mas Arif minum ttadi pagi ?”. “ya, bagus”.
“jadi begini ya mas, obat yang dimum tadi ada tiga macam, ini batnya saya
bawakan”.
“saya jelaskan satu persatu ya mas. Yang warna oranye ini namanya CPZ atau
chlorponazin, gunanya agar mas arif mdah untuk tidur sehngga mas arif bisa
istirahat, minumnya 2 x sehari pagi dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore
jam 17.30. nanti ada efek sampingnya, efeknyya mas arif mudah lemas dan
keluar ludah terus menerus”.
“nah, yang ini namanya PHD, karena mas arif dapat yang 5 mg, maka
warnanya pink, cara minumnya sama dengan CPZ, 2 x sehari”. “gunanya
untuk menenangkan mas arif sehingga dapat mengontrol perilakunya saat
marah, sehingga lebih rileks, santai dan mengontrol emosi. Efek sampingnya
badan jadi kaku, terutam pada kaki dan tangan, mulut kering dan dada
berdebar-debar.
“tapi mas jangan khawatir karena ada penangkalnya makanya diberikan obat
yang putih ini yang agak besar. Namanya triheksipenidile atau THP,
fungsinya obat ini menetralkan efek samping dari obtat yang tadi”.
“Bagaimana masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau obat ini hampir
habis segera kontrol ya!”.

FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan setelah tahu tentang jenis dan manfaat obat yang
diminum mas arif ?
“coba sebutkan kembali jenis obat yang sama mas arif, dan ambilkan yang
namanya obat HPD, dan seterusnya, dans ebutkan manfaatnya juga”.
“Bagaimana kalau kapan-kaoan kita berbincang lagi tentang masalah mas arif
yang lain ?”.
“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya?
“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”
“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya”.

1. Klien dengan Masalah Harga Diri Rendah


a. Pengertian Perilaku Harga Diri Rendah
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Gangguan harga diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara :
1) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada
klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang
kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll),
harapan akan struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2) Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.
b. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
5) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
6) Rasa bersalah terhadap diri sendiri
7) Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
8) Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
9) Percaya diri kurang
10) Mencederai diri
11) Konsentrasi menurun
12) Menyangkalfek labil
13) Regresi perkembangan

b. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Harga Diri Rendah


Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan orang
lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
b) Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
c) Bbuat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
d) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
e) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
f) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien
c) Utamakan memberi pujian yang realistis
d) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

c. Tindakan keperawatan Keluarga Pasien dengan Harga Diri Rendah


1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Kjelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada diri
pasien
3) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demonstrasikan cara merawat pasien dengan hargad diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat
demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah.
d. Strategi Pelaksanaan Kounikasi Pasien dengan Harga Diri Rendah
1) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Harga
Diri Rendah Pertama
Tindakan Keperawatan
a) Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
b) Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
d) Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

Strategi Komunikasi

SP 1 (mendiskusikan kemampuan dan asfek postif yang dimiliki pasien,


membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian)

ORIENTASI
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan Mas?
Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa Akper
Muhammadiyah Kendal, Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Mas
siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”
“Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”
“Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai ,kita akan pilih
satu kegiatan untuk kita latih “
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang
tamu Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?

FASE KERJA
“ Mas ,apa saja kemampuan yang T miliki ? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Mas
lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci piring
……….dst”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mas miliki”.
“ Mas dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ?
Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih
bisa kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Mas pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau
begitu,bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur
Mas”.Mari kita lihat tempat tidur Mas ya.
Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu
bantal dan n selimutnya.bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya
kita balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai dari atas ya
bagus! Sekarang sebelah kaki ,tarik dan masukkan ,lalu sebelah pinggir
masukkan .Sekarang ambil bantal,rapikan dan letakkan di sebelah atas
kepala. Mari kita lipat selimut ,nah letakkan sebelah bawah kaki ,bagus!”
“Mas sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan ?Bagus”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Mas
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan
,dan T ( tidak) melakukan .

FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur ? yach?, Mas ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Mas praktekkan
dengan baik sekali
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali..
“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadual harian . Mas,Mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Mas
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan
,dan T ( tidak) melakukan .
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan
tempat tidur? Ya bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita akan latihan mencuci
piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis makan pagi
Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum
2) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Harga
Diri Rendah Kedua
Tindakan Keperawatan
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
b) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
c) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah
sakit
d) Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
e) Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
f) Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih

SP 2 (Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan


kemampuan pasien)

ORIENTASI
“assalammua ‘laikum, Mas… masih ingat saya??? baguss
Bagaimana perasaan Mas pagi ini ? Wah tampak gembira”
“ Bagaimana Mas, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin tadi
pagi ? Bagus ( kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi ),
Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa kegiatan itu
Mas “Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur”

FASE KERJA
“Mas, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya,
yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun khusus untuk
mencuci piring, dan air untuk membilas, Mas bisa mneggunakan air yang
mengalir dari kran ini, oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk
membuang sisa – makanan.
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“setelah semuanya perlengkapan tersedia, Mas ambil satu piring koto, lalu
buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat sampah,
kemudian Mas bersikan piring tersebut dengan menggunakan sabut tepes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai disabuni bilas
dengan menggunakan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut, setelah itu Mas bisa mengkeringkan piring yang sudah
bersih tadi di rak yang sudah tersedia didapur, nah selesai
“sekarang coba Mas yang melakukan”
“Bagus sekali, Mas dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik, sekarang
dilap tanganya

FASE TERMINASI
“bagaimana perasaan Mas setelah latihan cuci piring”
Coba ulangi cara mencuci piring…baguss
“ bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini dimasukan menjadi kegiatan
sehari – hari Mas. mau berapa kali Mas mencuci piring ? bagus sekali Mas
mencuci piring tiga kali setelah makan”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita
akan latihan mengepel”
“mau jam berapa? Sama dengan sekarang ?
sampai jumpa…Assalamu’alaikum

2. Klien dengan Masalah Halusinasi


a. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari
seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan
jiibua lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik
depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya
mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi.
b. Data penting yang perlu didapatkan saat mengkaji halusinasi
1) Jenis halusinasi
Menurut  Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
a) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b) Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
c) Halusinasi penciuman (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
d) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2) Isi Halusinasi
Data dari isi halusinasi dapat diperoleh dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi

3) Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi


Perawat perlu juga mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yangdialami pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang,
sore atau molam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah
terus menerus atau hanya sesekali? Situasi terjadinya apakah jika sendiri
atau setelah kejadian tertentu.hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan
hallusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
dilaksanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi

4) Respon
Untuk mengetahui apa yang dilkaukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat bisa menanyakan kepada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan
saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau
orang terdekat dengan pasien. Selain itu, dapat juga mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi terjadi.
c. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Halusinasi
Tujuan Umum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2) Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-
olah ada teman bicara
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
- Tanyakan apakah ada suara yang didengar
- Apa yang dikatakan halusinasinya
- Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun
perawat sendiri tidak mendengarnya.
- Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
- Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d) Diskusikan dengan klien :
- Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber
pujian
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
- Katakan “ saya tidak mau dengar”
- Menemui orang lain
- Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
- Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak
bicara sendiri
d) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
e) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
f) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4) Klien dapat meminum obat dengan benar dan teratur
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
b) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
d) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

d. Tindakan keperawatan Keluarga Pasien dengan Halusinai


1) Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga
a) Menjelaskan tentang halusinasi
b) Memberikan informasi sumber pelayanan yang bisa dijangkau
c) Membantu keluarga merawat klien
2) Membuat rencana tindak lanjut
3) Mengingatkan keluarga jadwal harian pasien yang sudah dibuat

e. Strategi Pelaksanaan Kounikasi Pasien dengan Halusinasi


1) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan
Halusinasi Pendengaran Pertama

Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar
klien.
b) Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi
halusinasi
c) Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Tahapan tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Jelaskan cara menghardik halusinasi
- Peragakan cara menghardik halusinasi
- Minta klien memperagakan ulang
- Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien
yang sesuai
- Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

Strategi Komunikasi

SP 1 (membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan menghardik halusinasi)

ORIENTASI
Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu, Perkenalkan nama saya Suster bekti,
Saya Mahasiswa Praktik dari Stikes Pertamedika, saya akan dinas
diruangan Ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi, dari jam 07 pagi
sampai jam 2 siang. Saya akan merawat ibu selama di RS ini, nama ibu
siapa? Senang nya dipanggil apa.
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X hari ini ?
Oh, jadi Bapak/Ibu X merasa mengantuk. Apa yang menyebabkan
Bapak/Ibu mengantuk?
Jadi, Bapak/Ibu mengantuk karena semalam tidak bisa tidur. Mengapa
semalam Bapak/Ibu tidak bisa tidur?
Jadi, semalam Bapak/Ibu tidak bisa tidur karena mendengar suara-suara
itu, sedangkan teman-teman Bapak/Ibu tertidur dengan nyenyak.
Coba Bapak/Ibu ceritakan tentang suara-suara yang Bapak/Ibu dengar.
Jadi, Bapak/Ibu mendengar suara orang yang menyuruh Bapak/Ibu naik ke
atap.
Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama
ini Bapak/Ibu X dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Tujuannya agar
Bapak/Ibu mengetahui suara-suara yang tak tampak wujudnya sehingga
Bapak/Ibu dapat menghardik atau mengusir suara itu.
Di mana kita duduk? Bagaimana jika kita berbicara di taman selama
sepuluh menit?

FASE KERJA
Kapan Bapak/Ibu X biasanya mendengar orang yang menyuruh Bapak/Ibu
naik ke atap?
Bapak/Ibu X sering mendengar suara itu malam hari sedangkan semua
teman-teman Bapak/Ibu sedang tidur dan tidak mendengar suara
tersebut.” “Selain itu, pada keadaan apa lagi terdengar suara tersebut?”
Jadi Bapak/Ibu mendengar suara tersebut pada waktu sedang duduk
sendiri dan melamun.
Berapa kali sehari Bapak/Ibu X alami?
Jadi dalam sehari, kira-kira Bapak/Ibu X mendengar suara-suara tak
berwujud …kali.
Bagus, Bapak/Ibu sudah mau menceritakan semua ini
kepada saya.” Apa yang Bapak/Ibu rasakan jika suara-suara
itu muncul?
Jadi, Bapak/Ibu merasa takut terhadap suara-suara yang menyuruh
Bapak/Ibu naik ke atap itu. Apa yang Bapak/Ibu lakukan saat suara-suara
tersebut terdengar.?” “Setelah Bapak/Ibu melakukan itu, bagaimana
hasilnya?
Jadi, setelah Bapak/Ibu melakukan hal itu, suara-suara tersebut tidak
hilang.
Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah munculnya suara-suara
itu?” “Menurut Bapak/Ibu X, ada berapa cara untuk mencegah suara-suara
tanpa wujud itu muncul?
Wah bagus sekali jawaban Bapak/Ibu X.
Ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau mengusir suara tersebut. Kedua, minum obat dengan
teratur. Ketiga, dengan cara meminta perawat untuk bercakap-cakap
dengan Bapak/Ibu. Keempat dengan melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal.
Bapak/Ibu X ingin belajar cara mengontrol suara-suara tak berwujud yang
mana terlebih dahulu?
Bagus sekali Bapak/Ibu X sudah mau belajar menghardik halusinasi.
Caranya adalah saat suara itu muncul, langsung Bapak/Ibu X bilang, pergi
saya tidak mau dengar, jangan ganggu saya. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi.
Sekarang saya akan mencontohkan cara menghardik suara yang tak tampak
wujudnya.
Pergi saya tidak mau dengar, jangan ganggu saya!
Coba Bapak/Ibu X peragakan apa yang telah saya contohkan jika suara
yang tidak tampak wujudnya itu muncul.
Nah begitu… bagus! Coba lagi! Ya bagus Bapak/Ibu X sudah bisa. Bapak/Ibu X semakin
mahir menghardik suara-suara yang menyuruh Bapak/Ibu naik ke atap,
maka Bapak/Ibu X sebaiknya sering berlatih menghardik suara itu. Latihan
menghardik suara akan dimasukan dalam jadwal aktivitas Bapak/Ibu
sehari-hari. Bapak/Ibu X ingin berlatih menghardik suara berapa kali
sehari?
Wah bagus Bapak/Ibu X sudah mau berlatih menghardik suara …kali sehari.”
“Mau latihan jam berapa saja Bapak/Ibu?
mengahardik ini akan dimasukan ke jadwal aktivitas Bapak/Ibu X. Jika
Bapak/Ibu X berlatih tanpa diingatkan oleh suster, Bapak/Ibu X dapat
mengisi di sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Bapak/Ibu X
berlatih dengan diingatkan suster, maka Bapak/Ibu X mengisi dengan huruf
B. Jika Bapak/Ibu X tidak berlatih atau lupa, Bapak /Ibu X mengisi huruf T
di kolom tanggal pelaksanaan
FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X setelah memperagakan latihan
menghardik tadi?
Coba Bapak/Ibu X peragakan lagi cara menghardik suara-suara seperti
yang tadi telah kita pelajari.
Wah bagus sekali, Bapak/Ibu X sudah bisa memperagakan cara menghardik
suara.
Bapak/Ibu X jangan lupa untuk berlatih menghardik sesuai dengan jadwal
yang tadi telah kita buat yah. Jika ada suara tak berwujud yang Bapak/Ibu
dengar, Bapak/Ibu dapat menerapkan cara menghardik suara-suara itu
seperti yang tadi telah kita pelajari.
Bapak/Ibu X, besok kita akan berbicara mengenai cara kedua mencegah
suara-suara yang tak berwujud yaitu dengan minum obat secara teratur.
Bagaimana kalau kita berbicara pada 15 menit sebelum makan siang di
ruang makan?” “Permisi Bapak/Ibu…

2) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Halusinasi


Pendengaran Kedua
Tindakan Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan
obat secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)

Strategi Komunikasi

SP 2 (melatih pasien mengontrol halusinasi dengan minum obat secara


teratur)

ORIENTASI
Selamat siang Bapak/Ibu X!
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X siang ini?
Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak
wujudnya yang menyuruh Bapak/Ibu naik ke atap? Apakah Bapak/Ibu
masih mendengar?” “Berapa kali dalam sehari Bapak/Ibu mendengar suara
tersebut?
Saat Bapak/Ibu mendengar suara tersebut, apa yang Bapak/ Ibu
lakukan?” “Wah bagus sekali jawaban Bapak/Ibu.
Saat halusinasi tersebut muncul, Bapak/Ibu menghardik halusinasi seperti
yang telah diajarkan kemarin. Bagaimana hasilnya?
Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?
Bagus sekali Bapak/Ibu X telah berlatih mengontrol suara dengan
menghardik sesuai dengan aktivitas terjadwal yang telah kita buat. Coba
Bapak/Ibu x sebutkan manfaat yang Bapak/Ibu rasakan saat berlatih
menghardik sesuai jadwal.
Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Bapak/Ibu
X.” “Apakah pagi tadi sudah minum obat?
Jam berapa Bapak/Ibu minum obat pagi tadi?
Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang cara kedua
mengontrol halusinasi yaitu dengan minum obat. Tujuannya agar
Bapak/Ibu X dapat mengetahui bahwa minum obat untuk mengontrol
halusinasi tidak boleh putus agar suara tak berwujud tidak terdengar lagi.
Kita akan diskusi selama 15 menit di ruang makan sambil menunggu
makan siang.

FASE KERJA
Coba Bapak/Ibu X sebutkan perbedaan sebelum dan sesudah Bapak/Ibu X
minum obat. Apakah suara-suara berkurang atau menghilang?”
Minum obat sangat penting agar suara yang Bapak/Ibu X dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi.
Berapa macam obat yang Bapak/Ibu X minum? (perawat menyiapkan obat
pasien).
Ini yang warna orange (chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk
menghilangkan suara-suara dan yang merah jambu (haloperidol,HLP)
berfungsi untuk menenangkan pikiran dan menghilangkan suara. Obat
yang warna putih (tpyhexilpendil,THP) gunanya agar Bapak/Ibu X merasa
rilex dan tidak kaku. Semua obat ini diminum 3 kali sehari, tiap pukul 7
pagi, 1 siang, dan 7 malam setelah makan. Jika Bapak/Ibu makan pagi jam 8
pagi, maka obat siang diminum jam 2 siang, dan obat untuk malam
diminum jam 8 malam.
Kalau suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan karena jika
Bapak/Ibu X menghentikan minum obat, maka suara tak berwujud akan
muncul lagi. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat,
Bapak/Ibu X akan kembali mendengar suara-suara yang tidak tampak
wujudnya itu.
Kalau obat habis, Bapak/Ibu X bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. Bapak/Ibu X juga harus teliti saat minum obat-obatan ini.
Pastikan obatnya benar, artinya Bapak/Ibu X harus memastikan bahwa itu
benar-benar obat punya Bapak/Ibu X. Jangan keliru dengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya,
dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya,
juga harus memperhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan
Bapak/Ibu X juga harus cukup minum air putih 10 gelas per hari.
Jika saat minum obat, Bapak/Ibu X merasa lemah atau pusing, itu adalah
salah satu efek samping dari obat yang Bapak/Ibu X minum. Bapak/Ibu X
dapat berkonsultasi ke dokter untuk mengatasi efek samping tersebut dan
istirahat dengan cukup.
Minum obat akan dimasukan ke dalam jadwal aktivitas Bapak/Ibu X
sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.
Jika Bapak/Ibu X minta obat sendiri tanpa diingatkan oleh suster,
Bapak/Ibu X dapat mengisi di sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M.
jika Bapak/Ibu X minum obat saat diingatkan oleh suster, maka Bapak/Ibu
X mengisi dengan huruf B. Jika Bapak/Ibu X tidak minum obat atau lupa,
Bapak/Ibu X mengisi huruf T di kolom tanggal pelaksanaan.”
FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X setalah kita bercakap-cakap tentang cara
kedua mengontrol halusinasi yaitu minum obat secara teratur?
Coba Bapak/Ibu sebutkan apa saja yang harus diperhatikan sebelum
minum obat?” “Wah bagus sekali jawaban Bapak/Ibu.
Jadi yang harus diperhatikan sebelum minum obat adalah benar obat
tersebut milik kita, benar obatnya, benar waktunya, benar caranya yaitu
diminum sesudah makan, dan benar jumlah obatnya.
Bapak/Ibu X jangan lupa untuk minum obat tepat waktu sesuai dengan
jadwal yang tadi telah kita buat yah Bu.
Bapak/Ibu X juga dapat meminta obat sendiri ke perawat tanpa perlu
diingatkan.
Besok pagi kita ketemu lagi untuk belajar cara mencegah suara tak
berwujud muncul yaitu dengan cara bercakap-cakap, jam 10 pagi di taman
yah Bapak/Ibu. Selamat siang Bapak/Ibu X.

3) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Halusinasi


Pendengaran Sp 3
Tindakan Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
Strategi Komunikasi

SP 3 (Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap


dengan orang lain.)

ORIENTASI
Selamat pagi, Bapak/Ibu X!
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X pagi ini?
Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak
wujudnya yang menyuruh Bapak/Ibu naik ke atap? Apakah Bapak/Ibu
masih mendengar?” “Berapa kali dalam sehari Bapak/Ibu mendengar suara
tersebut?
Saat Bapak/Ibu mendengar suara tersebut, apa yang Bapak/ Ibu lakukan?”
“Wah bagus sekali jawaban Bapak/Ibu. Jadi Bapak/Ibu X juga telah minum
obat dengan teratur untuk mengontrol halusinasinya. Bagaimana
hasilnya?” “Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?
Bagus sekali Bapak/Ibu X telah minum obat sesuai dengan jadwal yang
telah kita buat. Coba Bapak/Ibu X sebutkan manfaat yang Bapak/Ibu
rasakan saat minum obat secara teratur.
Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Bapak/Ibu X.
Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang cara ketiga
mengontrol halusinasi yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. Tujuannya
adalah agar perhatian Bapak/Ibu X dapat teralihkan ketika mendengar
suara. Kita akan latihan selama 10 menit di taman.

FASE KERJA
Cara ketiga untuk mengontrol suara tak berwujud adalah dengan mengajak
orang lain untuk bercakap-cakap dengan Bapak/Ibu. Jadi jika Bapak/Ibu X
mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari perawat untuk diajak
bercakap-cakap atau berbicara. Minta perawat untuk bercakap-cakap
dengan Bapak/Ibu X agar perhatian Bapak/Ibu X teralihkan dari suara tak
berwujud itu.
Contohnya begini, “Suster, tolong, saya mulai dengar suara-suara, saya ingin
bercakap-cakap. Begitu Bapak/Ibu X.
Coba Bapak/Ibu X lakukan seperti saya tadi lakukan.
Iya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Bapak/Ibu X!”
“Nah agar Bapak/Ibu X semakin mahir mengontrol suara tak berwujud
dengan mengajak orang lain bercakap-cakap, maka latihan mengontrol
halusinasi dengan mengajak orang lain bercakap-cakap akan dimasukan
dalam jadwal aktivitas Bapak/Ibu sehari-hari. Bapak/Ibu X ingin berlatih
mengontrol suara dengan bercakap-cakap dengan perawat berapa kali
sehari?
Wah bagus Bapak/Ibu X sudah mau berlatih bercakap-cakap dengan
perawat …kali sehari.
Bapak/Ibu X mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat jam berapa
saja?
Jika Bapak/Ibu X berlatih tanpa diingatkan oleh suster, Bapak/Ibu X dapat
mengisi di sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Bapak/Ibu X
berlatih dengan diingatkan suster, maka Bapak/Ibu X mengisi dengan huruf
B. Jika Bapak/Ibu X tidak berlatih atau lupa, Bapak/Ibu X mengisi huruf T di
kolom tanggal pelaksanaan.

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X setelah berlatih cara mengontrol suara-
suara tak berwujud dengan bercakap-cakap dengan orang lain?
Coba Bapak/Ibu X peragakan bagaimana cara mengontrol suara-suara
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Bagus sekali Bapak/Ibu X sudah dapat memperagakan cara mengontrol
suara dengan mengajak orang lain bercakap-cakap!
Bapak/Ibu X jangan lupa untuk berlatih bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol suara yang tak tampak wujudnya sesuai dengan jadwal
yang tadi telah kita buat yah Bu. Dan jika Bapak/Ibu X mendengar suara
yang tidak tampak wujudnya, Bapak/Ibu X dapat menerapkan cara ketiga
yaitu dengan mengalihkan perhatian dengan mengajak perawat bercakap-
cakap dengan Bapak/Ibu X.
Bapak/Ibu X, besok kita akan berbicara mengenai cara keempat untuk
mengontrol suara tak berwujud yaitu dengan melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal. Bapak/Ibu mau berbicara jam berapa dan di mana?
Baiklah, besok kita akan bertemu di taman jam 10 pagi untuk berlatih cara
yang keempat. Permisi Bapak/Ibu…

4) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Halusinasi


Pendengaran Sp 4
Tindakan Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian
klien.
Strategi Komunikasi
SP 4 (melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
terjadwal)

ORIENTASI

Selamat pagi Bapak/Ibu X!

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X pagi ini?


Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak
wujudnya yang menyuruh Bapak/Ibu naik ke atap? Apakah Bapak/Ibu
masih mendengar?
Berapa kali dalam sehari Bapak/Ibu mendengar suara tersebut?
Saat Bapak/Ibu mendengar suara tersebut, apa yang Bapak/ Ibu
lakukan?” “Wah bagus sekali jawaban Bapak/Ibu.
Jadi Bapak/Ibu X telah bercakap-cakap dengan perawat saat suara-suara
tersebut terdengar. Bagaimana hasilnya?
Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?
Bagus sekali Bapak/Ibu X telah berlatih bercakap-cakap sesuai dengan
jadwal yang telah kita buat. Coba Bapak/Ibu X sebutkan manfaat yang
Bapak/Ibu rasakan setelah berlatih bercakap-cakap sesuai dengan jadwal
aktivitas. Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Bapak/Ibu X.
Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan belajar cara yang keempat untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Tujuannya
adalah untuk mencegah suara tak berwujud dengan mengalihkan perhatian
Bapak/Ibu dengan melakukan aktivitas terjadwal. Kita akan berbicara di
taman ini selama 10 menit.

FASE KERJA
Apa saja yang biasa Bapak/Ibu X lakukan?
Pagi-pagi apa kegiatannya?
Terus jam berikutnya apa? (Terus dikaji hingga didapatkan kegiatannya
sampai malam).
Wah, bagus sekali Bapak/Ibu X memiliki banyak kegiatan.
Cara keempat mengontrol halusinasi adalah dengan melakukan kegiatan
atau aktivitas terjadwal sehingga Bapak/Ibu tidak memiliki waktu luang
yang memungkinkan suara-suara tak berwujud itu muncul.
Hari ini kita akan berlatih dua kegiatan untuk mengontrol halusinasi atau
suara-suara yang tak berwujud itu. Apa kegiatan yang ingin Bapak/Ibu
lakukan hari ini?
Wah bagus sekali Bapak/Ibu X sudah mau berlatih kegiatan … dan … hari
ini.
Baiklah, sekarang kita akan beratih dua kegiatan yang tadi Bapak/Ibu pilih
untuk mencegah suara-suara tak berwujud muncul. (latihan kegiatan
tersebut). “Bagus sekali Bapak/Ibu X dapat melakukannya.
Kegiatan ini dapat Bapak/Ibu X lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam
ada kegiatan.
Nah agar Bapak/Ibu X dapat mencegah suara-suara tak berwujud muncul
dengan melakukan aktivitas, maka latihan tersebut akan dimasukan dalam
jadwal aktivitas Bapak/Ibu sehari-hari. Bapak/Ibu X ingin berlatih
mencegah suara-suara tak berwujud dengan aktivitas terjadwal berapa kali
sehari?
Wah bagus Bapak/Ibu X sudah mau berlatih mengontrol suara-suara
dengan melakukan aktivitas terjadwal …kali sehari.
Bapak/Ibu X ingin melakukannya pada jam berapa saja? Baiklah Bapak/Ibu
X, saya telah memasukan aktivitas terjadwal untuk mengontrol suara tak
berwujud yang Bapak/Ibu dengar pada jam …, …, dan …
Jika Bapak/Ibu X berlatih tanpa diingatkan oleh suster, Bapak/Ibu X dapat
mengisi di sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Bapak/Ibu X
berlatih dengan diingatkan suster, maka Bapak/Ibu X mengisi dengan huruf
B. jika Bapak/Ibu X tidak berlatih atau lupa, Bapak/Ibu X mengisi huruf T di
kolom tanggal pelaksanaan

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X setelah kita berlatih cara yang keempat
untuk mengontrol suara-suara tak berwujud dengan melakukan aktivitas
terjadwal?
Coba Bapak/Ibu X peragakan kembali cara mengontrol suara-suara dengan
melakukan aktivitas terjadwal.
Bagus sekali Bapak/Ibu X!
Bapak/Ibu X jangan lupa untuk berlatih mengontrol suara-suara dengan
melakukan kegiatan terjadwal sesuai dengan jadwal yang tadi telah kita
buat, dan Bapak/Ibu X jangan lupa untuk menerapkan cara keempat
mengontrol halusinasi dengan aktivitas terjadwal untuk mencegah suara-
suara tak berwujud muncul.
Bapak/Ibu X, besok kita akan membicarakan manfaat dari 4 kegiatan yang
telah kita pelajari untuk mengontrol suara yang selama ini Bapak/Ibu
dengar.
Kita akan bertemu besok jam 10 di taman.
Permisi Bapak/Ibu.
5. Klien dengan Masalah Isolasi Sosial
a. Pengertian Perilaku Isolasi Sosial
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Menurut Carpenito (2001), Menarik diri adalah suatu usaha untuk
menghindari interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari
berhubungan, ini merupakan pertahanan terhadap stresor dan ansietas yang
berhubungan dengan suatu stresor atau ancaman.
Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan
faktor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut
salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar
dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan
sehari-hari hampir terabaikan.

b. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


1) Ditemukan dengan wawancara
a) Pasien menceritakan perasaaan kesepian atau ditolak orang lain
b) Pasien merasa tidak aman dengan orang lain
c) Pasien mengatakan hubngan yang tidak berarti dengan orang lain
d) Pasien merasa lambat dan bosan menghabiskan waktu
e) Pasien tidak mampu berkonsenterasi dan membuat keputusan
f) Pasien merasa tidak berguna
g) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Pertanyaan – pertangaan berikut ini dapat ditanyakan pada waktu
wawancara untuk mendapatkan data subjektif
a) Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya
b) Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapakah teman
dekat itu?
c) Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya
d) Apa yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya
e) Apakah perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien
f) Apa yang menghambat hubungan harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
g) Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
h) Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
2) Ditemukan dengan observasi
a) Tidak memiliki teman dekat
b) Menarik diri
c) Tidak komunikatif
d) Tindakan berulang dan tidak bermakna
e) Asyik dengan pikirannya sendiri
f) Tidak ada kontak mata
g) Tampak sedih, afek tumpul

c. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Isolasi Sosial


Tujuan umum:
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi ….
Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
b) Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab
c) Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2) Klien dapat menyebut penyebab menarik diri


Tindakan:
a) Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
b) Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.

3) Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain


Tindakan:
a) Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
b) Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.

4) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,


klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
Tindakan:
a) Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat
yang sama.
b) Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
c) Tingkatkan interaksi secara bertahap
d) Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
e) Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
f) Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
5) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
Tindakan:
a) Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
6) Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

d. Tindakan keperawatan Keluarga Pasien dengan Isolasi Sosial


Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi soaial, meliputi:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan tentang:
a) Masalah sosial dan dampaknya pada pasien
b) Penyebab isolasi sosial
c) Cara- cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara
bersikap peduli dan tidakingkar janji
- Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk
bisamelakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu
untuktidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang
wajar
- Tidak membiarkan pasien dirumah
- Membuat rencana atau jadwal bercakap – cakap dengan klien.
d) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
e) Membantu keluarga mempraktikan cara merawat yang telah dipelajari
mendiskusikan yang dihadapi
f) Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga

e. Strategi Pelaksanaan Kounikasi Pasien dengan Isolasi Sosial


1) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan
Isolasi Sosial Pertama
Tindakan Keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya.
b) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
d) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain
e) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

Strategi Komunikasi
SP 1 (Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
mengajarkan pasien berkenalan)

ORIENTASI
Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu…… perkenalkan nama saya Khairil
Anwar, biasa dipanggil Anwar. Saya mahasiswa Akper Muhammadiyah
Kendal yang akan dinas di ruangan Dewa Ruci ini selama 3 minggu. Hari
ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya akan
merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di
panggil apa?
Bagaimana perasaan Bu…… hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak
berguna.
Apakah Ibu masih suka menyendiri ??
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan
Bu dan kemampuan yang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar
ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui
keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
Waktu : Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit saja ya?
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang
tamu?

FASE KERJA
Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?
apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain?
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain? Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-
cakap dengan orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi?
(sampai menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya
teman ya.
Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya
terlebih dahulu. Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan
orang lain kita sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita
sukai.
Contohnya: nama saya Khairil Anwar, senang sipanggil Anwar.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya nama Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba
ibu berkenalan dengan saya.
Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-
hal yang menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi,
pekerjaan dan sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman
ibu. (dampingi pasien bercakap-cakap).

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan
orang lain!
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini
ada jadwal kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah
bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara
mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak
melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi?
Naah bagus ibu.
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu?? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
ibu. saya permisi Assalamualaikum Wr,Wb.

2) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Isolasi


Sosial Sp 2
Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b) Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang.
c) Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

Strategi Komunikasi

SP 2 (Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap)

ORIENTASI
Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian, bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman?
Apakah ibu sudah mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana
perasaan ibu setelah mulai berkenalan?
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai
mana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu
semakin banyak teman. Apakah ibu bersedia?
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

FASE KERJA
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga
dinas di ruangan Dewa Ruci, ibu bisa memulai berkenalan.. apakah ibu
masih ingat bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih
ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan)
nah silahkan ibu mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan
perawat lain) wah bagus sekali ibu, selain nama,alamat, hobby apakah ada
yang ingin ibu ketahui tetang perawat C dan D? (bantu pasien
mengembangkkan topik pembicaraan) wah bagus sekali, Nah ibu apa
kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini? Bagai mana kalau kita
menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di ruang
makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap dengan teman
yang lain. Mari bu.. (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu
bincangkan dengan teman ibu. ooh tentang cara menyusun piring diatas
meja silahkan ibu( jika pasien diam dapat dibantu oleh perawat) coba ibu
tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas meja kepada teman
ibu? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu, apalagi yang ingin bu
bincangkan.. silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman
ibu melakukan menyusun gelas diatas meja bersama… silahkan bercakap-
cakap ibu.

FASETERMINASI
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C
dan bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di
ruang makan? Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan
bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan
siang. Mau jam berapa ibu latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu
berkenalan dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian lain, apakah ibu bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Baiklah ibu besok saya
akan kesini jam 10:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi
Assalamualaikum
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu?

3) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Isolasi


Sosial Sp 3
Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b) Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c) Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
Strategi Komunikasi
SP 3 (Melatih pasien berinteraksi secara bertahap)

ORIENTASI
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang
lain? Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana
dengan jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan?
Bagus ibu.
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi
bu berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-
cakap dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah ibu
bersedia?
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

FASE KERJA
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru
masak sedang memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang
disana. Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap
bergabubg dengan banyak orang? Nah ibu sesampainya disana ibu
langsung bersalaman dan memperkenalakan diri seperti yang sudah kita
pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa orang-orang disana
senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu kita berangkat sekarang ya bu.
(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai
dengan kembali keruma).
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat
melakukan kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin bu lakukan? Ooh
merapikan kamar baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn.
E? baiklah bu. kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar
tidur ya bu( perawat mengaja pasien E untuk menemani pasien merapikan
tempat tidur dan menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien dan
teman sekamar bercakap-cakap.

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di
dapur ? kalau setelah merapikan kamar bagaimana ibu? apa pengalaman
ibu yang menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya
kita bergabung dengan orang banyak?
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu
bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh
teman-teman ibu. jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan
tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu
akan berlatih? Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam
melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry.
apakah ibu bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah B besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok B.
saya permisi Assalamualaikum.

4) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Isolasi


Sosial Sp 4
Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b) Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c) Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

Strategi Komunikasi

ORIENTASI

Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan
saya?
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepia,
rasa enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan
hariannya sudah dilakukan?dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu?
sudah berapa orang baru yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain
bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan ibu
setelah melakukan semua kegiatan? Waah ibu memang luar biasa.
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi
ibu dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat
melakukan kegiatan sosial. Apakah ibu bersedia?
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

FASE KERJA
Baiklak, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil?
(sebaiknya sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat
ke ruangan laundry.(komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti,
setelah itu ibu bertanya kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan
melati sudah ada? Jika ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya.. setelah
selesai, minta ibu siti menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan
terimakasih pada Ibu siti.. Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat
mendampingi pasien)

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian
ke ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal
dan melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry
Baik lah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
kebersihan diri. apakah ibu bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
bu. saya permisi Assalamualaikum

6. Klien dengan Masalah Waham


a. Pengertian Waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham
dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti
adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran
orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal. (Stuart dan Sunden, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang
lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol.
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi
atau dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut
tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin
(1993) dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis  (Cook
and Fontain 1987)serta keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang.
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995)
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998).
b. Tanda Gejala Waham
1) Kognitif :
a) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b) Individu sangat percaya pada keyakinannya
c) Sulit berfikir realita
d) Tidak mampu mengambil keputusan
2) Afektif
a) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b) Afek tumpul
3) Prilaku dan Hubungan Sosial
a) Hipersensitif
b) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c) Depresif
d) Ragu-ragu
e) Mengancam secara verbal
f) Aktifitas tidak tepat
g) Streotif
h) Impulsif
i) Curiga
4) Fisik
a) Higiene kurang
b) Muka pucat
c) Sering menguap
d) BB menurun
e) Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

c. Tindakan Keperawatan pasien dengan waham


Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat
harga dirinya.
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
d. Tindakan Keperawatan Keluarga Pasien dengan waham
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien
d) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien
e) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera
f) Latih cara merawat
g) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

e. Strategi Pelaksanaan pada pasien dengan waham


1) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Waham Sp
1
Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya
b) Bantu orientasi realita pasien
c) Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
d) Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
e) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi Komunikasi
SP 1 (Membantu orientasi realita pasien)

ORIENTASI
Selamat Sore ibu perkenalkan nama saya Intan Sri Novelin. Saya senang
dipanggil Intan. Saya mahasiswa STIKes Pertamedika yang akan merawat
ibu, saya praktek disini selama satu minggu,mulai tanggal 20 oktober
sampai 7 november 2014.Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil siapa?
Bagaimana perasaan ibu hari ini?Bagaimana tidurnya semalam?
Ibu saya ingin berbincang – bincang tentang kemampuan yang ibu miliki.
Ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa? Dan berapa lama?
Bagaimana jika jam 16.00 sampai 16.10?
Dimana kita akan berbincang – bincang, bagaimana kalau kita berbincang –
bincang disini?
Kita berbincang – bincang agar kita saling mengenal.
FASE KERJA
Ibu sudah berapa lama disini?
apa yang ibu rasakan hari ini?
Waktu dibawa kesini ada kejadian apa dirumah?
Oow ibu merasa diri ibu adalah Yesus. Saya mengerti dengan yang ibu
rasakan. Memang ibu lahir tahun berapa?
Ow Yesus kan lahir sudah lama sekali dan sekarang sudah wafat, sedangkan
ibu masih hidup, iakan? Jadi sebenarnya apa yang sedang ibu butuhkan
untuk kehidupan sehari-hari ibu? Ooh ibu ingin mempunyai kegiatan. Coba
sekarang ibu tulis kegiatan apa saja yang ingin ibu lakukan.
Wah bagus sekali kegiatan yang ibu inginkan.Sekarang ibu pilih 2 kegiatan
yang paling ibu ingin lakukan? Ooh ibu ingin bersih-bersih dan mengobrol.
Kalau begitu kita masukkan kedalam jadwal harian ya bu.Kalau ibu
mengerjakannya sendiri beri tanda M, kalau dibantu suster beri tanda B,
kalau tidak dikerjakan beri tanda T.

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang – bincang dengan saya dan
menyusun kegiatan harian ibu?
Coba ibu sebutkan lagi kegiatan apa saja yang ibu ingin lakukan.
Saya harap ibu melakukan kegiatan-kegiatan tadi ya dan memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian ya bu.
Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi.
Bagaimana kalau kita berbincang- bincang kembali besok jam 16.00 WIB
selama 15 menit, apakah ibu setuju
Mau dimana besok kita berbincang – bincang, bagaimana kalau di tempat
ini lagi? Baiklah sampai bertemu lagi.
Selamat sore ibu .

2) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KLIEN DENGAN


WAHAM SP 2
Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
c) Melatih kemampuan yang dimiliki

SP 2 (melatih pasien dengan kemampuan yang dimiliki pasien)

ORIENTASI
Selamat pagi ibu?
Apa kabar? Bagaimana keadaan hari ini? Semalam bisa tidur tidak? Tadi
makan pagi dengan lauk dan sayur apa?
Kemarin kita sudah berkenalan, masih ingat kan nama saya? Belum lupa
kan?
Bagus sekali ibu mampu mengingat nama saya.
Melanjutkan pertemuan kita kemarin dan sesuai dengan kesepatan kita,
hari ini kita akan mencoba mempraktekkan kembali dalam membina
hubungan dengan orang lain dengan cara berkenalan baik dengan sesama
klien maupun dengan perawat, dan kita juga akan membicarakan tentang
kemampuan yang dimiliki ibu.
Waktunya 30 menit saja, kita ngobrol di kursi ruang depan bagaimana ibu?
FASE KERJA
Penampilan ibu hari ini bagus, rapi dan bersih, bagus sekali bu
dipertahankan ya….
Sudah mandi ya bu tadi, ibu kelihatan segar sekali
Ibu seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saya ingin melihat ibu
berkenalan dengan teman (klien) dan perawat, coba sekarang ibu
praktikkan....
Bagus sekali, ternyata ibu mampu berkenalan. Bagaimana senang kan
punya banyak teman?
Ibu sudah tahu nama teman-temannya yang berada di sini ya, coba
disebutkan kembali, waah bagus ibu, dipertahankan ya!”
Sekarang ibu berkenalan dengan perawat juga ya…ayo ini ada pak perawat,
silahkan berkenalan juga. Wah hebat ibu berani berkenalan dengan pak
perawat yang baru di lihat. Bagaimana senang kan mempunyai kenalan
banyak. Nah, coba sebutkan dengan siapa saja tadi yang sudah diajak
berkenalan. Hebat sekali ibu, daya ingatannya bagus sekali.
Ibu sekarang kita akan membicarakan kemampuan yang dimiliki oleh ibu.
Kalau saya lihat selama di ruangan ibu jarang beraktivitas, Jadi saya ingin
tahu kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh ibu apa saja?
Misalnya menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur sendiri dll. Wah
hebat sekali. Selain itu apa lagi bu.
Kalau dirumah aktivitas sehari-hari apa yang ibu kerjakan? Oh ibu suka
bersih-bersih. Oh ya, di sini ibu bisa juga melakukan, bisa dianggap rumah
sendiri jadi harus dipertahankan kemampuan yang dimiliki. Terus ibu bisa
juga menonton TV, melakukan aktifitas seperti di rumah ataupun merawat
diri seperti mandi, gosok gigi, keramas dll.

FASE TERMINASI
Sementara cukup di sini dulu ya, pembicaraan kita.
Saya senang ibu mau mengobrol dengan saya. Tadi ibu sudah bagus bisa
berkenalan dan mengungkapkan kemampuan apa yang dimiliki dengan
baik, pertahankan ya….”
Besok kita akan bertemu lagi, berbincang lagi tentang kebutuhan-
kebutuhan ibu yang belum terpenuhi, ibu setuju? Bagaimana kalau jam
10.00 lagi. Disini lagi ya bu?”
Baik, saya permisi dulu, ibu bisa melanjutkan kegiatan yang lainnya
terimakasih ya atas waktunya?”

3) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KLIEN DENGAN


WAHAM SP 3
Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c) Menganjurkan pasien memasukan kedalam jadwal harian

SP 3 (Melatih pasien minum obat secara benar dan teratur)

ORIENTASI
Selamat pagi ibu?
Apa kabar? Bagaimana keadaan hari ini? Semalam bisa tidur tidak? Tadi
makan pagi dengan lauk dan sayur apa?
Kemarin kita sudah berkenalan, masih ingat kan nama saya? Belum lupa
kan?
Bagus sekali ibu mampu mengingat nama saya.
Bagaimana ibu dengan kegiatan hariannya? Waah bagus sekali ibu sudah
mulai melakukan kegiatan dengan bersih-bersih dan mengobrol dengan
teman yang lainnya.
Nah ibu, sesuai dengan janji kita kemarin kita akan membahas tentang
kebutuhan ibu yang belum terpenuhi yaitu tentang obat yang harus ibu
minum, bagaimana kalau kita mulai sekarang bu ?
Ibu mau berapa menit ? baik ibu mau 20 menit yaa.

FASE KERJA

Berapa macam obat yang ibu minum ? jam berapa saja obat yang diminum ?
Nah ibu perlu minum obat ini supaya pikiran ibu lebih tenang dan tidur pun
tenang ibu. Obatnya ada 3 macam yaa bu yang warnanya orange namanya
CPZ gunanya agar ibu tenang, yang putih ini namanya THP gunannya agar
ibu lebih rileks, dan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran
ibu menjadi teratur. Semuanya diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi jam 1
siang dan jam 7 malam. Apabila setelah minum obat mulut ibu terasa
kering, untuk membantu mengatsinya ibu bisa banyak minum. Sebelum
minum obat ini ibu harus mengecek dulu label dikotak obat apakah benar
nama ibu yang tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja obat yang harus diminum dan baca juga apakah nama obatnya
sudah benar.

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
Apa saja tadi nama obatnya ? jam berapa saja waktu minum obatnya ?
Nah sekarang mari kita masukan ke dalam jadwal kegiatan. Jangan lupa
minum obatnya.
Jadwal yang kita buat kemarin jangan lupa dikerjakan ya buu.
Besok kita akan bertemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah ibu
laksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa bu ditempat ini ?
Baik kalau begitu saya permisi dulu ya bu.
Assalamu’alaikum....

7. Klien dengan Masalah Defisit Perawatan Diri


a. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan
diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif
dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias,
makan, dan BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan
minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.

b. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut :
1) Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau aliran
air mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar
pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan,mempersiapkan makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan
menurut cara yang diterima masyarakat,serta mencerna cukup makanan
dengan aman
4) Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari
jamban,memanipulasi pakaian untuk toileting,membersihkan diri setelah
BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil
.
c. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Defisit Perawatan Diri
Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan
kebersihan diri
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi
a) Berikan salam setiap berinteraksi.
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f) Buat kontrak interaksi yang jelas.
g) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h) Penuhi kebutuhan dasar klien.
2) Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Intervensi
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
b) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri.
f) Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.
g) Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali
pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.
3) Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi
a) Motivasi klien untuk mandi.
b) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
4) Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Intervensi
a) Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
5) Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi
a) Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK


Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Tujuan Khusus :
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
d. Tindakan Keperawatan Keluarga dengan Defisit Perawatan Diri
1) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di
RS.
3) Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS.
4) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
kebersihan diri klien.
5) Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
6) Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
7) Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

e. Strategi [elaksanaan Pada Pasien dengan Defisit Perawatan Diri


1) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-1 Pasien :
Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-1
Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya
b) Identifikasi kebutuhan kebersihan diri
c) Jelaskan pentingnya kebersihan diri
d) Jelaskan peralatan ang digunakan untuk menjaga kebersihan
e) Masukkan kedalam jadwal kegiatan
Strategi Komunikasi

SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat


diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri

ORIENTASI

“Selamat pagi, kenalkan saya perawat Rio”


”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya Mahasiswa STIKES Cendekia Utama Kudus, saya yang akan merawat T?”
“Dari tadi suster lihat T menggaruk - garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”

FASE KERJA

“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut
T apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri?
Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira - kira
tanda - tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?,
badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?” Betul ada kudis,
kutu...dsb.

“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T
menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan
sisiran dan berdandan?”

(Contoh untuk pasien laki-laki)

“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa


gunanya cukuran? Apa alat - alat yang diperlukan?”. Iya, sebaiknya cukuran 2x
perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.

“Berapa kali T makan sehari?

”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah
makan.”

“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya,


kita kencing dan berak harus di WC, Nach, itu WC di ruangan ini, lalu jangan
lupa membersihkan pakai air dan sabun”.

“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang
perlu kita persiapkan? Benar sekali. T perlu menyiapkan pakaian ganti,
handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”.

”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T


melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil
shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.
Bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara
merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.
Giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari
depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur - kumur sampai bersih. Terakhir
siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. T
bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir rambutnya
dengan baik.”

FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T
sebutkan lagi apa saja cara - cara mandi yang baik yang sudah T lakukan
tadi ?”. ”Bagaimana perasaan T setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda - tanda
bersih dan rapi”

”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore,
Mari...kita masukkan dalam jadwal aktivitas harian. Nach, lakukan ya T, dan
beri tanda kalau sudah dilakukan Seperti M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa
disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak
melakukani? Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi - pagi sehabis
makan.

2) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-2 Pasien :


Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-2
P 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki - laki berdandan:

ORIENTASI
“Selamat pagi Pak T?
“Bagaimana perasaan bpk hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan?
Sudah ditandai di jadwal hariannya?
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana
kalau di ruang tamu? lebih kurang setengah jam”.

FASE KERJA

“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?

“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian
yang bersih 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita
praktekkan, lihat ke cermin, bagus…sekali!
“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali
perminggu
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan !
Ya, Bagus !” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara
janggut)

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju
seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam
berapa, lalu sore jam berap ?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan
pasien yang lain.

3) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-3 Pasien :


Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-3
SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita

ORIENTASI
Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah
di tandai dijadwal harian ?
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari
T kita dekat cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )

FASE KERJA
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang
disisir rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba
dibedakin mukanyaT, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik
mari dioles tipis. Nach…coba lihat dikaca!

FASE TERMINASI

“Bagaimana perasaan T belajar berdandan”


“T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan
harian, sama jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik
di ruang makan bersama pasien yang lain”.

4) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Sp-4 Pasien : Defisit Perawatan


Diri Pertemuan Ke-4

SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri


ORIENTASI
“Selamat siang T,”
” Wow...masih rapi dech T”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan
langsung di ruang makan ya..!”

FASE KERJA
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T
makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktekkan! “Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum
disantap kita berdoa dulu. Silakan T yang pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu - satu
dengan pelan - pelan. Ya, Ayo, sayurnya dimakanya.” . “Setelah makan kita
bereskan piring, dan gelas yang kotor. Ya betul, dan kita akhiri dengan cuci
tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat, Coba, T minta sendiri
obatnya.

FASE TERMINASI

”Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama - sama”.


”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk
yang baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas,
lalu cuci tangan.)”
” Nach, coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam
jadwal?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman
kalau jam 10.00 disini saja ya...!”

5) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-5 Pasien :


Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-5
SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK
secara mandiri
ORIENTASI

“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik, sudah dijalankan jadual
kegiatannya?”
“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?
“ Kira - kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech!

KERJA
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya pak T berak dan kencing?” . “Benar T, berak atau kencing
yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada
saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak / kencing di sembarang
tempat ya.....”
“Sekarang, coba T jelaskan kepada saya bagaimana cara T cebok?”
“Sudah bagus ya T, yang perlu diingat saat T cebok adalah Tono membersihkan
anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja / air
kencing yang masih tersisa di tubuh T”. “Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa
tinja / air kencing yang ada di kakus / WC dibersihkan. Caranya siram tinja / air
kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak
tersisa di kakus / WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini,
berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada
pada kotoran / air kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, T perlu merapihkan kembali
pakaian sebelum keluar dari WC / kakus / kamar mandi. Pastikan resleting
celana telah tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Untuk pasien wanita:
“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari
arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk
mencegah masuknya kotoran / tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”
“Setelah T selesai cebok, jangan lupa tinja / air kencing yang ada di kakus / WC
dibersihkan. Caranya siram tinja / air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja / air kencing itu tidak tersisa di kakus / WC. Jika T membersihkan
tinja / air kencing seperti ini, berarti T ikut mencegah menyebarnya kuman
yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC / kakus, lalu
cuci tangan dengan menggunakan sabun.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak /


kencing yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB? BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara - cara yang telah dijelaskan tadi ”.
“ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa
melakukan jadual kegiatannya.”

8. Klien dengan Masalah Risiko Bunuh Diri


a. Pengertian Risiko Bunuh Diri
Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).

b. Tanda dan Gejala


1) Mempunyai ide unutk bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan unutk mati
3) Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
4) Impulsif
5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjasi sangat patuh)
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7) Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian)
8) Menanyakan tentang obat dosis mematikan
9) Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasibngkan diri)
10) Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahginakan alkohol)
11) Kesehatan fisik ( biasanya pada kliemn dengan penyakit kronis atau
terminal)
12) Pengangguran
13) Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
14) Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
15) Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
16) Pekerjaan
17) Konflik interpersonal
18) Latar belakang keluarga
19) Orientasi seksual
20) Sumber-sumber personal
21) Sumber-sumber sosial
22) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
23) Mandi / hygiene

c. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Risiko Bunuh Diri


Tujuan umum
Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a) Perkenalkan diri dengan klien
b) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d) Bersifat hangat dan bersahabat.
e) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a) Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
b) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
c) Awasi klien secara ketat setiap saat.
3) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a) Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
c) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
d) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
e) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4) Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
b) Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c) Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
b) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
c) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif

d. Tindakan Keperawatan Keluarga dengan Risiko Bunuh Diri


1) Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaaan bunuh diri
a) Menganjurkan keluarga untuk ikutmengawasi pasien serta jangan
pernah meninggalkan pasien sendirian
b) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhkan barang-
barang berbahaya disekitar pasien
c) Mendiskusikan dengan keluarga untuk menjaga pasien untuk tidak
sering melamun sendiri
d) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat
2) Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri
a) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
(1) Menanyakan kepada keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
yang pernah muncul dari pasien
(2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul
pada pasien berisiko bunuh diri
b) Mengajarkan keularga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
(1) mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri
(2) menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
(a) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat
yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri
dikamarnya atau jangan meniggalkan pasien sendirian dirumah.
(b) Menjauhkan barang – barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti: tali, bahan bakar minyak atau bensin, api, pisau atau
benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti racun serangga.
(c) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan
tanda dan gejala untuk bunuh diri.
c) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri
(1) Mencari masyarakat kepada tetangga sekitar atau pemuka
masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
(2) Segera membawa pasien ke Rumah Sakit atau PUSKESMAS untuk
mendapatkan bantuan medis.
d) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien
(1) Memberi informasi tentang nomor tekepon darurat kesehatan
(2) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat atau
kontrol secara teratur guna mengatasi bunuh dirinya.
(3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar.

e. Strategi Pelakasanaan Pada Pasien dengan Risiko Bunuh Diri


1) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Sptk) Klien Dengan Resiko
Bunuh Diri Sp 1
Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan risiko
bunuh diri ialah :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f) Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
g) Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting, garpu,
pisau, silet, tali pinggang, dan gelas)
h) Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
i) Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
Strategi Komunikasi
SP 1 Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

ORIENTASI
Selamat pagi mbak, Apakah benar ini Dea Anggraini. Ohh, senang dipanggil
apa ? Ohh Dea. Baiklah Dea, perkenalkan nama saya adalah Indrayani, saya
biasa dipanggil Suster Iin, saya bertugas pada shift pagi mulai pukul 08.00-
14.00.
Bagaimana perasaan Dea hari ini? Saya akan selalu menemani Dea disini
mulai dari pukul 08.00-14.00, nanti akan ada perawat yang menggantikan
saya untuk menemani Dea selama dirawat di rumah sakit ini.
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak rasakan
selama ini, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak sampaikan.
Bagaimana kalau kita lakukan disini saja? Jam berapa kita akan berbincang –
bincang? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang mbak?

FASE KERJA
Bagaimana perasaan Dea setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan
bencana tersebut Dea merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Dea
kehilangan kepercayaan diri? Apakah Dea merasa tidak berharga dan lebih
rendah dari pada orang lain? Apakah  Dea sering mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi? Apakah Dea berniat untuk menyakiti diri sendiri seperti
ingin bunuh diri atau berharap Dea mati? Apakah Dea mencoba untuk bunuh
diri? Apa sebabnya?
Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan
untuk melindungi klien.
Baiklah tampaknya Dea memerlukan bantuan untuk menghilangkan
keinginan untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Yuki untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan Dea.
Nah, karena Dea tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup Dea, maka saya tidak akan membiarkan Dea sendiri.
Apakah yang akan Dea lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya
setuju. Dea harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk
membantu Dea. Saya percaya Dea dapat melakukannya

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan Dea setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Coba ibu sebutkan cara tersebut ?
Dea, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan
harga diri pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Dea bersedia bercakap-
cakap lagi? mau berapa lama?
Dea, mau dimana tempatnya?

2) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Klien Dengan Resiko


Bunuh Diri Sp 2
Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan risiko
bunuh diri ialah :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f) Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
g) Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting, garpu,
pisau, silet, tali pinggang, dan gelas)
h) Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
i) Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

SP 2 Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh


diri

ORIENTASI
Selamat pagi Dea, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana
perasaan Dea saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan?
Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang
rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih Dea miliki. Mau berapa
lama? Dimana?

FASE KERJA
Apa saja dalam hidup Dea yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang
sedih dan rugi kalau Dea meninggal. Coba Dea ceritakan hal-hal yang
baik dalam kehidupan Dea. Keadaan yang bagaimana yang membuat Dea
merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan Dea masih ada yang baik yang
patut Dea syukuri. Coba Dea sebutkan kegiatan apa yang masih dapat
Dea lakukan selama ini. Bagaimana kalau Dea mencoba melakukan
kegiatan tersebut, Mari kita latih.

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan Dea setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa-apa saja yang Dea patut syukuri dalam hidup Dea? Ingat dan
ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan Dea jika terjadi dorongan
mengakhiri kehidupan. Bagus Dea. Coba Dea ingat lagi hal-hal lain yang
masih Dea miliki dan perlu di syukuri! Nanti jam 2 siang kita bahas
tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana?
Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera
hubungi saya ya!

3) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KLIEN


DENGAN RESIKO BUNUH DIRI SP 3
Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan risiko
bunuh diri ialah :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f) Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
g) Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting,
garpu, pisau, silet, tali pinggang, dan gelas)
h) Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
i) Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri

SP 3 Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam


menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI
Selamat pagi Yuki.
Bagaimana perasaan Yuki hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!
Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi
masalah Yuki selama ini. Mau berapa lama Yuki? Mau disini saja?

FASE KERJA
Coba ceritakan situasi yang membuat Yuki ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Yuki. Nah,
sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut Yuki cara yang mana? Ya
saya juga setuju dengan pilihan Yuki. Sekarang kita buat rencana
kegiatan untuk mengatasi perasaan Yuki ketika mau bunuh diri dengan
cara tersebut.

FASE TERMINASI
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Yuki, setelah kita bercakap-
cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Yuki gunakan. Coba
Yuki melatih  cara yang Yuki pilih tadi.
Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu
lagi untuk membahas pengalaman Yuki menggunakan cara yang Yuki
pilih.

Anda mungkin juga menyukai