Anda di halaman 1dari 13

Nama : Enhot Efraim Girsang

Erwin P.G. Tambunan

Sulastri Putri

Yulia Marissa Simanjuntak

Ting/Jur : II-D/Theologia

Mata Kuliah : PAK Anak dan Remaja

Dosen : Dr. Setia Ulina Br. Tarigan

Tujuan Pembelajaran PAK untuk Remaja pada Masa Pubertas

I. Pendahuluan
Seorang Remaja pada masa pubertas akan mengalami banyak perubahan dalam
hidupnya. Perubahan itu dapat dilihat dari beberapa perkembangan yang mempengaruhi
tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya. Pada
sajian kali ini kami para penyaji akan membahas dan memaparkan tentang remaja pada masa
pubertas dengan perkembangannya serta pembelajaran Pendidikan Agama Kristen pada remaja.
Semoga sajian ini dapat menambah wawasan bagi kita semuanya.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian PAK

Istilah Pendidikan Agama Kristen berasal dari bahasa Inggris, “ Christian Education”
yang berarti pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus dan Alkitab (Firman Allah)
sebagai dasar dan sumber acuannya.1 Arti Pendidikan Agama Kristen sebenarnya ialah bahwa
dengan menerima pendidikan itu, segala pelajar, muda dan tua, memasuki persekutuan iman
yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan oleh dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan
jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya di segala waktu dan tempat. 2
Pendidikan Agama Kristen adalah kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang
secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini, pada cerita
komunitas Kristen dan visi kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita. 3 Oleh

1
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2006), 4
2
E. G. Homrighausen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 26
3
Thomas H. Groome, Christian Religius Education-Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2010), 37
karena Kristen adalah pengikut kristus, Pendidikan Agama Kristen meletakkan dasar
pengajarannya pada pengajaran dan tindakan Yesus Kristus.4

2.2. Pengertian Remaja


Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa aslinya adolenscence, berasal dari
bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan
lebih lanjut, istilah adolenscence sesungguhnya memilki arti lebih luas, mencakup kematangan
emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock,
1991) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu
menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama, atau paling tidak
sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek efektif, lebih atau kurang
dari masa pubertas.5

Selain itu, penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa anak dengan
masa dewasa, ada yang memberi istilah Puberty (Inggris), puberteit (Belanda), Pubertas
(Latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. 6
Secara fisik, masa remaja adalah massa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa
baik secara fisik dan juga jiwa. Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan dan perkembangan remaja. Diantara perubahan fisik yang sangat mempengaruhi
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh yang semakin tinggi dan cepat. 7 Secara
psikologis, masa remaja adalah masa perubahan psikologi yang cepat, masa penyesuaian yang
intensif dengan keluarga, sekolah, kehidupan sosial dan penyiapan untuk peran-peran dewasa. 8
Remaja secara kerohanian, bahkan cara berpikir dan daya nalar di bidang iman . Menurut
Fowler, bahwa iman berbeda dengan agama. Iman suatu komitmen yang menuntut kehidupan
dalam beragama.9 Remaja secara Alkitab, perintah yang paling utama di dalam Alkitab adalah
mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Perintah itu bukan saja diperhatikan baik-baik
oleh setiap umat Allah tetapi perintah untuk mengasihi Tuhan ini harus terus-menerus diajarkan
kepada anak-anak dalam segala kesempatan yang kemungkinan.10

2.3. Pengertian Pembelajaran


4
Harianto GP, PAK dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini, (Yogyakarta: Andi, 2012), 52
5
Muhammad Ali & Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), 9
6
Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja, 53
7
H. Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 137
8
Danusaya Asihwarji, Ensiklopedia Psikologi, (Jakarta: Arcan, 1996), 4
9
N.K. Atmaja, Hadinoto, Dialog dan Edukasi, ( Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2000), 231
10
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1998), 14 dan 1-142
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)  ditambah dengan
awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Maka dari itu Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang
hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor)
seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru
dengan peserta didik.11

2.4. Masa Pubertas (Usia 13-17 Tahun)


Pubertas adalah periode dalam rentan perkembangan ketika anak-anak berubah dari
mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Masa puber adalah suatu tahap dalam
perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan
reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatis
dan perspektif psikologis. Kata Pubertas berasal dari kata Latin yang berarti usia
kedewasaan. Tahap Puber terjadi pada garis pembagi antara masa kanak-kanak dan
masa remaja saat dimana criteria kematangan seksual muncul; haid pada anak
perempuan dan pengalaman mimpi basah pertama kali dimalam hari pada anak laki-
laki.12
Pada masa ini seorang anak tidak lagi reaktif, tetapi anak juga mulai aktif mencapai
kegiatan dalam rangka menemukan dirinya, serta mencari pedoman hidup, untuk bekal
kehidupannya mendatang.13 Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman.
Dia sangat senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan

11
http://fazan.web.id/pengertian-pembelajaran-dan-pengajaran.html diakses pada tanggal 01 Oktober 2016
Pukul 15.32 WIB
12
Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga,
13
Abu Ahmadi & Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), 123
“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya
sifat-sifat yang sama dengan dirinya.14
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman
sebaya masih memilki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu
mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan
tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan
awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan
dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.15
2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Remaja
2.6. Perkembangan Remaja dan Pembelajaran PAK

PERKEM- KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TUJUAN


BANGAN UTAMA PAK PEMBELAJARAN
PAK
Perkembanga Ciri-ciri Kelamin Primer Peran Orang tua Supaya Remaja
n Fisik (organ tubuh yang sangat dibutuhkan puber dapat
langsung berhubungan untuk merangkul mengenal dan
dengan proses para puber agar mengerti perubahan
reproduksi) mengetahui dari yang ada dalam
1. Pada saat itu perubahan yang dirinya, sehingga
kelenjar anak putra mulai terjadi pada organ para puber dapat
menghasilkan cairan yang tubuh remaja. bersikap sesuai
terdiri atas sel-sel sperma dengan batasan-
dan bagi anak putri kelenjar Dalam hal ini juga batasannya dalam
kelaminnya mulai perlu pendekatan bergul dan supaya
menghasilkan sel telur. terhadap Firman mereka tidak
2. Anak putra Tuhan melalui PA, terjerumus dalam
mengalami polusi pertama, dan pengajaran kenakalan remaja.
dan anak putri mulai katekisasi yang Supaya remaja lebih
mengalami menstruasi, sangat dibutuhkan terarah, dan sadar
yang berlangsung sebulan menjelang para puber bahwa dirinya juga
sekali. menerima pengakuan merupakan bagian
3. Tubuh berkembang di gereja (angkat dari gereja (jemaat),
dengan luar biasa, sehingga sidi) yang merupakan

14
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Pesada, 2010), 30
15
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), 29
tampak seakan-akan tidak hamba yang takut
harmonis dengan anggota akan Tuhan,
badan yang lain. Anak putra Dalam hal ini sehingga puber
dadanya bertambah bidang dibutuhkan dapat menjaga
dengan otot-otot yang kuat pengajaran mengenai kekudusan dirinya.
dan anak putri pinggulnya pentingnya ataupun
mulai melebar. kudusnya bait Allah
Ciri-ciri Kelamin (tubuhnya).
Sekunder (ciri jasmaniah
yang tidak langsung
berhubungan dengan
proses reproduksi)
1. Mulai tumbuhnya
rambut-rambut di tempat-
tempat tertentu, baik pada
anak putri maupun anak
putra.
2. Anak putra lebih
banyak bernafas dengan
perut, sedangkan anak putri
lebih banyak bernafas
dengan dadanya.
3. Suaranya mulai
berubah.

Perkembanga Selain itu, ia berada da lam Peran Orang tua


n Afektif kondisi kebingungan karena sangat dibutuhkan
ia tidak tahu harus memilih untuk merangkul
yang mana: peka atau tidak para puber agar
peduli, ramai-ramai atau mengetahui sebab
sendiri, optimistis atau akibat dari perubahan
pesimistis, idealis atau yang terjadi.
materialis dan sebagainya.
Remaja pria harus Dalam hal ini juga
membebask an diri dari perlu pendekatan
Oedipoes Complex terhadap Firman
(perasaan cinta pada ibu Tuhan melalui PA,
sendiri pada masa kanak- dan pengajaran
kanak) dengan mempererat katekisasi yang
hubungan dengan kawan- sangat dibutuhkan
kawan dari lain jenis.16 menjelang para puber
Ciri-ciri Kelamin Primer menerima pengakuan
(organ tubuh yang di gereja (angkat
langsung berhubungan sidi)
dengan proses
reproduksi)
4. Pada saat itu Dalam hal ini
kelenjar anak putra mulai dibutuhkan
menghasilkan cairan yang pengajaran mengenai
terdiri atas sel-sel sperma pentingnya ataupun
dan bagi anak putri kelenjar kudusnya bait Allah
kelaminnya mulai (tubuhnya). sehingga
menghasilkan sel telur. puber dapat menjaga
5. Anak putra kekudusan dirinya.
mengalami polusi pertama,
dan anak putri mulai
mengalami menstruasi,
yang berlangsung sebulan
sekali.
6. Tubuh berkembang
dengan luar biasa, sehingga
tampak seakan-akan tidak
harmonis dengan anggota
badan yang lain. Anak putra
dadanya bertambah bidang
dengan otot-otot yang kuat
dan anak putri pinggulnya
mulai melebar.

16
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Pesada, 2010), 30
Ciri-ciri Kelamin
Sekunder (ciri jasmaniah
yang tidak langsung
berhubungan dengan
proses reproduksi)
4. Mulai tumbuhnya
rambut-rambut di tempat-
tempat tertentu, baik pada
anak putri maupun anak
putra.
5. Anak putra lebih
banyak bernafas dengan
perut, sedangkan anak putri
lebih banyak bernafas
dengan dadanya.
6. Suaranya mulai
berubah.

Perkembanga Masyarakat adalah sumber Mengarahkan dan Tujuannya; agar


n Moral yang menentukan apakah mengajarkan untuk remaja mengerti
perbuatan seseorang baik bersikap sesuai dengan kehidupan
atau tidak, baik bilamana dengan aturan, bersosial dan
sesuai dengan apa yang artinya moral bagaimana
diharapkan oleh masyarakat menunjukkkan jati seseoarang harus
di sekitarnya, dan buruk dirinya. Sehinggga bersikap yang bias
kalau bertentangan atau orang bermoral lebih diterima di
berlawanan. Baik, karena dipakai daripada masyarakat.
dapat diterima lingkungan orang yang pintar.
masyarakat, berarti
perbuatan yang bermoral.
Karena itu, kalau ingin
diterima masyarakat ia
harus memperlihatkan
perbuatan yang baik.17

17
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, 200
Perkembanga Pada tahap pemikiran ini, Mengajarkan Puber Supaya remaja lebih
n Kognitif anak sudah mulai dapat agar menjadi pribadi mandiri dan tegas
membuat hipotesis, yang optimis dan terhadap
menentukan eksperimen, percaya diri terhadap pemikirannya,
menentukan variabel pandangannya agar dalam hal ini remaja
kontrol, mencatat hasil, dan tidak mudah tetap pada
menarik kesimpulan. Pada digoyahkan. pendiriannya dalam
tahap pemikiran ini, arti tidak mudah
seorang remaja sudap dapat Dalam hal ini juga dipengaruhi oleh
memikirkan sejumlah masih dibutuhkan pendapat/ pemikiran
variabel yang berbeda pengawasan dari orang lain yang
kurun waktu yang sama. orang yang lebih dapat
Remaja sudah dapat dewasa agar mampu menumbuhkan rasa
membuat hipotesis sharing tentang kurang pantas,
sebelumnya dan melihat argumen yang dengan
satu demi satu unsur yang dipertahankannnya. pemahamannya.
berpengaruh. Remaja sudah Dan juga agar
dapat merencanakan suatu remaja dapat
eksperimen, dan dapat membangun sikap
menyimpulkan suatu yang kritis untuk
eksperimen dengan cukup mengambil suatu
baik. keputusan yang
menjadi pondasi
Dalam perkembangan hidupnya.
intelektualnya mereka
mulai kritis dan melihat
segala sesuatu berdasarkan
logika dan biasanya
mengemukakan
argumentasi dengan teratur.
Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan Peursen, bahwa
proses perkembangan
intelektual pemuda sudah
mulai berkembang dengan
daya kritis. Hal ini dapat
dilihat dari cara berpikir
yang bersifat antropologis,
yakni mencari alasan-
alasan, sebab-sebab, arti
atau makna suatu tujuan
dari objek penyelidikan dan
dapat memberikan
kesimpulan-kesimpulan
yang logis.18

Perkembanga Pada tahap ini remaja Memberikan saran- Tujuannya, agar


n Sosial sangat membutuhkan saran yang seorang remaja
teman-teman. Saat ini membangun yakin, percaya akan
remaja senang kalau banyak kepercayaan, baik apa yang akan di
yang menyukainya. Ada melalui teman dapatkan dari
kecendrungan “narcistic”, maupun pengajaran yang di
yaitu mencintai diri sendiri, lingkungannnya. berikan kepadanya,
dengan menyukai teman- berdasarkan suasana
teman yang memiliki sifat- Kemudian dan lingkunagnnya,
sifat yang sama dengan memberikan sanksi sehingga remaja
dirinya.19 yang menjadi bentuk mau mengikuti dan
pengajaran agar para menjadikan
Remaja pun belajar untuk puber menyadari pengajaran yang
membuat keputusan bagi pentingnya diberikan kepadanya
diri mereka sendiri dan juga pengajaran yang sebagai bekal dan
belajar mendengarkan, dan diperolehnya. pedoman hidup
berdiskusi dengan orang tua Menekankan yang
mereka. Orang tua yang kedisiplinan dalam mengarahkannya
otoritatif menekankan hidupnya. pada hal-hal yang
pentingnya peraturan, benar. Dan agar
norma, dan nilai-nilai, menghargai setiap
tetapi mereka bersedia nilai-nilai dari
18
Cavar Peursen, Strategi Kebudayaan, (Jakarta:BPK-GM,1979), 66
19
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 30
untuk mendengarkan, pengajaran tersebut.
menjelaskan, dan
bernegosiasi dengan anak.
Disiplin yang mereka
lakukan lebih bersifat
verbal yang ternyata
merupakan sesuatu yang
efektif. Orang tua yang
menunjukkkan atau
menyatakan kekecewaan
mereka atas tindakan anak
remaja yang mengecewakan
mereka akan lebih
memotivasi remaja untuk
lebih bertindak hati-hati di
kemudian hari, daripada
orang tua yang menghukum
dengan keras.20

Perkembanga Sudah mulai kreatif untuk Mengajak dan Supaya mereka


n Spiritual mengembangkan menuntun para puber mengenal Allah
spiritualitasnya, baik dalam untuk sebagai pencipta dan
berbicara maupun tingkah mengembangkan pemerintah seluruh
laku dalam kehidupan di spiritualitasnya alam ini, dan Yesus
keluarga dan masyarakat. melalui persekutuan- kristus sebagai
persekutuan yang penebus, pemimpin
membangun agar dan penolong
hubungan antar mereka; mengerti
sesama manusia pun akan kedudukan dan
menjadi lebih baik. panggilan mereka
selaku anggota
gereja Tuhan dan
suka turut bekerja
bagi perkembangan

20
Elizabeth B. Hurlock,Perkembangan Anak, (Jakarta:Penerbit Erlanggga,1978) , 264
gereja di bumi ini;
mengasihi
sesamanya oleh
karena Tuhan
mengasihi mereka;
dan supaya mereka
suka melayani
Tuhan di segala
lapangan hidup.
Perkembanga Berkembangnya Perlu pengarahan, Supaya para puber
n Bahasa kemampuan anak untuk dan bimbingan, dapat membiasakan
komunikasi dengan orang kepada para puber diri dengan
lain, diharapkan dapat dalam menggunakan berkomunikasi
menambah komunikas melalui dengan baik,
pembendaharaan kata. penghafalan, sehingga kata-kata
pengulangan kata yang dikeluarkan
yang benar dan tidak menjadi tabu
sopan. untuk didengar,
tetapi berbahasa
dengan sopan.
Perkembanga Kepribadiannya terbentuk Perlu dibina, Tujuannya; agar
n Kepribadian dari hal yang mampu dipimpin dan para puber tidak
mempengaruhinya. diajarkan mengenai melakukan
Walaupun belum seutuhnya pengenalan yang penyimpangan yang
menjadi kepribadiannya, sempurna mengenai dapat merugikan
karena tingginya rasa malu- peristiwa-peristiwa dirinya bahkan
malu. yang di alaminya.. orang lain tetapi
memiliki
kepribadian yang
sesuai dengan nilai-
nilai, baik
kekristenan maupun
masyarakat
Perkembanga Perasaannya mulai Membatasi, Dalam hal ini,
n Perasaan merasakan menyukai lawan mendorong para supaya para puber
jenis, sehingga di kenal puber dalam mampu
istilah jatuh cinta. mengenal dirinya dan menyeimbangkan
orang lain yang rasio dan
disukainya atau yang perasaannnya. Agar
dicintainya agar tidak bersikap
dapat mengontrol konyol.
dirinya, khususnya
dalam perasaan.
Perkembanga Dalam hal ini sudah ada Diperlukan tuntunan Tujuannya agar para
n Minat langkah untuk yang efektif puber merasa yakin
mengekspresikan minatnya, mengenai minatnya untuk
baik dalam hal positive dan agar mampu mengaplikasikan
negative. Namun belum mengaplikasikannnya bakat yang
mampu untuk menjadi suatu bakat/ dimilikinya, dan
mengaplikasikan minatnya talenta. supaya minatnya
tersebut. berhenti dan
tertanam begitu saja
tanpa ada
pengembangan.
Perkembanga Masa ini mulai membentuk Perlu dibimbing, Supaya motivasi
n Motivasi motivasi dari pengajaran- diingatkan, dan yang di dapatkannya
pengajaran orang tuanya, diperhatikan agar dari berbagai
baik bentuk nasehat terbentuk motivasi sumber dapat
maupun perbuatan dari yang mendukungnya menjadi pendorong
orang yang di sekitarnya. untuk mencapai dirinya, dalam
tujuan hidupnya. menentukan sikap
dan juga mencapai
keinginannya
Perkembanga Pada saat puber sudah Menuntun dan Supaya para puber
n Sikap mulai untuk mendengar memperingatkan agar dapat menerima
nasehat ataupun didikan tidak menyeleweng kritikan dan saran
dari orang terdekatnya. Dan dari pengajaran demi kebaikan dan
pada masa puber juga sudah kristiani. Dan kenyaman dalam
mulai untuk menata diri, memperkenalkan dirinya. Sehingga
karena sudah menyukai dunia luar melalui tidak keluar dari
lawan jenis. bimbingan orang- garis kebenaran
orang terdekatnya yang telah
supaya tidak heran dinasehatkan
akan keadaan luar. kepadanya.
Perkembanga Berbeda dengan pra puber, Diberikan gambaran Supaya Remaja
n Bakat dan dalam hal ini sudah yang memampukan Puber dapat
Kreatifitas memulai mengasah puber untuk mengenal bakat dan
bakatnya, tergantung mewujudkan kreatifitas yang
dengan talentanya. bakatnya dan dimilikinya, dan
kreativitasnya. mengembangkan
Sudah mulai terfokus pada talenta yang ada
kreatifitas yang diminati. pada dirinya
Sehingga kreatifitas terarah,
untuk menuju suatu
penghargaan.

III. Kesimpulan
IV. Daftar Pustaka

Abu Ahmadi & Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), 123
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1998), 14 dan 1-142
Cavar Peursen, Strategi Kebudayaan, (Jakarta:BPK-GM,1979), 66
Danusaya Asihwarji, Ensiklopedia Psikologi, (Jakarta: Arcan, 1996), 4
E. G. Homrighausen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 26
Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga,
H. Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 137
Harianto GP, PAK dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini, (Yogyakarta: Andi, 2012), 52
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), 29
Muhammad Ali & Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 9
N.K. Atmaja, Hadinoto, Dialog dan Edukasi, ( Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2000), 231
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2006), 4
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Pesada, 2010), 30
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Pesada, 2010), 30
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 30
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, 200
Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja, 53
Thomas H. Groome, Christian Religius Education-Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),
37

Anda mungkin juga menyukai