Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL APPRAISAL

A randomized controlled trial of zinc supplementation in the treatment of


acute respiratory tract infection in Thai children

Pembimbing :
Dr. Herwanto, Sp.A

Disusun Oleh :
Thurain Leo (406192117)

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
PERIODE 12 JULI 2021 – 04 SEPTTEMBER 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
LEMBAR PENGESAHAN

Critical Appraisal
A randomized controlled trial of zinc supplementation in the treatment of acute
respiratory tract infection in Thai children

Disusun oleh :

Thurain Leo (406192117)

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Jakarta, 30 Juli 2021

dr. Herwanto, Sp.A


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkan
Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan critical appraisal dengan topik
“A randomized controlled trial of zinc supplementation in the treatment of acute
respiratory tract infection in Thai children”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan
saranyang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga telaah jurnal
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, 30 Juli 2021


Pembacaan literatur dari jurnal Pediatric Report DOI 10.4081/pr.2019.7954
Sebuah uji randomisasi terkontrol dari suplementasi zinc dalam penatalaksanaan
infeksi saluran pernapasan akut pada anak Thailand

Sanguansak Rerksuppaphol, Lakkana Rerksuppaphol

ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ISPBA) merupakan salah satu penyebab
tersering dari morbiditas dan mortalitas pada anak usia muda. Suplementasi Zinc telah
memberikan efek pencegahan terhadap infeksi respiratorius, namun hanya sedikit bukti
yang tersedia dalam pencegahan terhadap penatalaksanaan ISPBA. Studi ini menguji efek
pemberian suplementasi zinc pada hasil penatalaksanaan pada anak yang dirawat dengan
ISPB. Sebuah uji terkontrol dengan placebo, terrandomisasi, double blinded dilakukan
pada 64 anak yang dirawat dengan ISPBA, yang berusia antara 2 dan 60 bulan. Anak
secara acak dialokasikan untuk menerima zinc (30 mg elemental zinc/hari) atau plasebo.
Hasil primer dari penelitian ini merupakan waktu penyembuhan dari ISPBA, sedangkan
hasil sekunder adalah lama hari perawatan di rumah sakit dan gambaran klinis penyakit
secara individual. Studi ini, didapatkan kesembuhan dari ISPBA lebih cepat pada anak
yang menerma suplementasi zinc (median (IQR): 3 (2-4) hari dan 4 (3-5) hari, secara
berurutan; P=0,008), dan lama perawatanna lebih pendek (mean (SD): 3,8 (1,3) hari dan
6,1 (3,2) hari, secara berurutan; P<0,001) dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Suplementasi zinc dapat ditoleransi dengan baik, dan tidak ada efek samping yang
terlaporkan. Kesimpulannya, suplementasi zinc mempercepat waktu kesembuhan ISPBA
pada anak Thailand, serta mempercepa lama perawatannya.
BAB 1
TELAAH JURNAL

2.1 Gambaran Umum Penelitian


Infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISPBA) merupakan infeksi akut yang
melibatkan saluran pernapasan bagian bawah, dari trakea hingga parenkim paru,
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak usia muda, terutama pada
negara berkembang. Telah diperkirakan terdapat sekitar 120-156 juta anak menderita
ISPBA di dunia setiap tahunnya dan terdapat sekitar 7-13% dari seluruh kasus ISPBA
dapat menjadi penyakit yang parah dan perlu perawatan. Angka mortalitas dari anak
dengan ISPBA sangat tinggi, terdapat sekitar 1,4 juta anak mati dari ISPBA, terutama
pada anak yang tinggal pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Perkiraan
dari WHO perbaikan dari densitas, keberagaman, dan kualitas makanan pelengkap dapat
menurunkan risiko insidensi dan mortalitas ISPBA.
Studi mengenai suplementasi zinc telah dilakukan secara luas pada negara
berkembang, di mana tingkat defisiensi zinc sering terjadi, yang mana juga elemen ini
penting untuk banyak fungsi fisiologikal. Berkaitan dengan respons imun , zinc secara
langsung bekerja dalam aktivitas antiviral dan pelepesan interferon terkait kekebalan
tubuh, dan mnegatur respons imun host terhadap infeksi, dengan meningkatkan swar
membrane mukosam fungsi leukosit, dan ekspresi sitokin. Zinc penting terhadap sistem
imun, dan defisiensi zinc dilaporkan berhubungan dengan peningkatan risiko berbagai
infeksi, termasuk ISPBA. Beberapa studi menunjukan anak dengan ISPBA, tanpa melihat
status gizinya, memiliki tingkat serum zinc yang lebih rendah secara signifikan
dibandingkan dengan anak sehat lainnya sebagai control. Sebuah meta-analisis dari uji
efikasi terandomisasi yang dilakukan pada negara berkembang telah mengkonfirmasikan
pemberian secara rutin suplementasi zinc menurunkan insidensi ISPBA pada masa
kanak-kanak, maka berarti suplementasi zinc memiliki potensi perlindungan terhadap
penyakit ini. Bagaimanapun, bukti suplementasi zinc sebagai terapi adjuvant pada anak
dengan ISPBA masih kontroversial. Tiga studi yang dilakukan pada anak India dan
Bangladesh didapartkan suplementasi zinc sebagai terapi adjuvan, bermanfaat terhadap
ISPBA dan pneumonia yang parah, dapat membantu memperpendek durasi perawatan,
dan juga menurunkan durasi demam dan risiko kegegalan terapi. Sebaliknya, studi lain
didapatkan suplemnsi zinc pada orang asli Australia dan anak India menunjukan tidak
ada manfaat secara klinis, baik dalam memperpendek durasi perawatan.
Prevalensi defisiensi zinc pada Thailand belum diketahui. Namun, diperkirakan
41,6% populasi berisiko asupan zinc yang tidak adekuat. Dua studi di Thailand Timur
laut menunjukan 25-57% dari bayi dan anak sekolah memiliki konsentrasi serum zinc
yang rendah. Tingginya prevalensi defisiensi zinc pada negara berkembang dapat
dikaitkan terhadap asupan makanan kaya zinc yang tidak adekuat, begitu juga dengan
malabsorbsi zinc, yang terikat pada makanan berserat dan makanan nabati yang
mengandung phytat yang mana sering dikonsumsi pada negara berkembang. Zinc
terdapat pada berbagai produk makanan, namun dapat ditemukan dengan konsentrasi
yang tinggi pada makanan hwewani dan konsentrasi yang rendah pada umbi-umbian,
sereal olahan, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kebalikannya, phytat, yang mana kelator
(pemecah) mineral, termasuk zinc, banyak ditemukan pada biji-bijian, gandum sereal,
kacang-kacangan dan polong-polongan (legume).
Walaupun prevalensi dari defisiensi zinc tinggi di Thailand, tidak ada studi
sebelumnya yang meneliti efek suplementasi zinc pada anak Thai dengan ISPBA. Pada
studi ini, peneliti mengevaluasi efek suplementasi zinc selama terapi ISPA pada anak
Thailand.

2.2 Penilaian Kesahihan/ Validity


Patient Anak berusia 2-60 bulan dengan ISPBA
Intervention Suplementasi Zinc ( Zinc bis-glycinate) 15 mg (2x1) @7 hari
Comparison ORS-Plasebo
Outcome Waktu penyembuhan dari ISPBA, durasi perawatan dan gambaran
klinis penyakit.

a. Desain. tempat, waktu dan subjek penelitian


Desain studi: uji randomisasi terkontrol dengan plasebo, penyamaran ganda.
Tempat : unit pediatrik dari pusat kesehatan Universitas Srinikharinwirot
Waktu: Juni 2017 – Januari 2018
Subjek: Seluruh anak berusia 2-60 bulan, yang didiagnosa dengan ISPBA di pusat
kesehatan unit pediatrik pada Universitas Srinikharinwirot
b. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Penelitian
Kriteria Inklusi: Anak berusia 2-60 bulan dengan ISPBA yang memenuhi
kriteria diagnosis.
Kriteria Diagnosis Infeksi Saluran pernafasan Bawah Akut pada anak:
1. Takipnea (RR>50x/mnt → usia 2-12 bulan, dan RR>40x/mnt →usia>12
bulan)
2. Memiliki salah satu tanda ISPBA → retraksi dada, auskultasi abnormal (suara
nafas bronkial, dan/atau crackles/krepitasi), nafas cuping hidung dan demam.
Atau memiliki tanda bahaya → sianosis, letargi, iritabilitas, malas minum atau
kejang).
Kriteria Ekslusi:
1) Anak dengan Riwayat penyakit kronis seperti: Penyakit hepar atau ginjal
kronis, defisiensi imu atau malignansi.
2) Anak yang rutin mengonsumsi vitamin atau mineral, dan atau alergi terhadap
zat tersebut.
c. Ethical Clearance dan Informed Consent
Protokol studi ini telah disetujui oleh komite etik dari Universitas
Srinakharinwirot. Informed consent tertulis didapatkan sebelum subjek diambil
datanya dari orangtua atau wali legal, dan anak dapat ditarik dari penelitian kapan
saja.
Tidak ada perusahaan farmasi yang terlibat dalam peneltiian ini.
d. Intervensi
Anak akan diacak untuk menerima suplementasi zinc atau plasebo oleh
orang yang tidak terikat dengan studi. Seluruh pihak yang terkait seperti orang
tua/wali, anak, peneliti, investigator dilakukan penyamaran. Diacak hingga studi
selesai.
Anak pada kelompok terapi diberikan zinc terkelasi dalam bentuk zinc bis-
glycinate (15 mg zinc elemental) 2x1 hingga dipulangkan dari RS atau hingga
maksimum selama tujuh hari.
Anak pada kelompok control diberikan Plasebo ORS, dengan penampilan
(hingga bungkusnya) dan rasa yang mirip dengan bubuk zinc.
Kedua bubuk ini dikonsumsi dengan cara melarutkan bubuk zinc dengan
segelas air.
Terapi ISPBA dan keputusan pasien pulang dilakukan oleh dokter
penanggung jawab pasien yang tidak terlibat dalam studi.
e. Pengumpulan data dan Monitoring
Karakteristik dasar:
1. Riwayat penyakit dan penilaian klinis
2. Pemeriksaan fisik (dilakukan dua kali sehari, hingga pasien pulang)
a. Suhu aksila, Alat ukur: thermometer air raksa, (demam ≥37,5oC; dan
resolusi demam suhu turun untuk pertamakali hingga batas normal
dalam 2 kali pengukuran secara berurutan)
b. Frekuensi nafas dan saturasi oksigen: (dinilai setiap empat jam hingga
pasien pulang), alat ukur: Pulse oxymetry.
c. Kadar serum zinc:
Alat ukur: Spektorometri absorben atomic
Diukur pada saat awal, setelah 7 hari pemberian suplementasi atau
sebelum dipulangkan.
Hasil Ukur: Defisiensi zinc (<10 tahun): pagi sewaktu <65 mg/dl
atau siang hari <57 mg/dl
d. Efek samping pemberian Zinc : melalui pertanyaan terbuka
e. Kepatuhan pemberian zinc: dinilai dengan jumlah obat yang diminum.

f. Pengukuran Outcome
Hasil primer: Durasi penyembuhan dari ISPBA → periode dari mulai masuk
hingga hilangnya: 1)takipnea; 2) retraksi napas; 3) Asukultasi pulmonari
abnormal; 4) hipoksemia (SpO2≤93% pada udara bebas); dan 5) tanda bahaya.
Hasil Sekunder: Durasi perawatan di Rumah sakit dan gambaran klinis penyakit.
g. Analisis Statistik
Perkiraan besar sampel:
β=80% Maka, dibutuhkan 26 sampel per grup = 52 sampel + 15% (drop-
α=0,01 out)= 64 (32 sampel tiap grup)
Uji Normalitas: Uji Kolmogorov-Smirnov →terdsitrbusi normal (mean + SD),
terdistibrusi tidak normal (median + jangkauan interquartile)
Uji Bivariat:
• Proporsi antar kelompok → Uji pearson chisqaure atau fisher exact
• Uji T-test pada data terdistribusi normal dan uji Mann-whitney pada data
terdistribusi tidak normal → Data numerik.
• Durasi kesembuhan dari ISPBA → analisis ketahanan hidup Kaplan-
Meier dan dibandingkan dengan uji log-rank.
• Perubahan kadar serum zinc dari kadar awal → uji t-test berpasangan dan
disajikan dalam bentuk mean dan 95%CI
Seluruh uji statistic dilakukan dengan aplikasi SPSS 23.0
Signifikan secara statistic→ p<0,05
2.3 Penilaian Kepentingan/ Importancy
a. Karakteristik Demografi Dasar
Terdapat 70 anak yang eligible untuk mengikuti penelitiaan, hanya 64
anak yang diacak untuk menerima zinc (n=32) atau plasebo (n=32). Seluruh
partisipan menyelesaikan protocol studi.
67,2% partisipan berjenis kelamin laki-laki, dengan median usia adalah
18,5 bulan (IQR 11,5-32,3 bulan). Median durasi sakit sebelum dilakukan
perawatan adalah 2 hari (IQR 1-3 hari) dengan gejala yang sering ditemukan
adalah retraksi pernafasan, napas cuping hidung dan nyeri tenggorokan.
Pada awal masuk rumah sakit, rata-rata konsentrasi serum zinc tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antar kedua kelompok (75,0±21,1 mg/dL pada
kelompok terapi dan 76,6±22,6 mg/dL pada kelomok plasebo; P=0,767). Secara
keseluruhan, prevalensi defisiensi zinc pada populasi ini adalah 34,4% dan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antar kedua kelompok.
Pada akhir studi, konsentrasi serum zinc pada kelompok terapi lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan pada kelompok control (113,5±29,9 mg/dL dan
89,4±21,5 mg/dL; P<0,001). Bagaimanapun, kedua kelompok memiliki kadar
serum zinc yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan pada awal masuk
rumah sakit, dengan rata-rata peningkatan 38,6 mg/dL pada kelompok terapi dan
12,8 mg/dL pada kelompok plasebo.

b. Hasil Primer
Seluruh gejala ISPBA menghilang secara signifikan lebih cepat pada
kelompok terapi (3 hari) dibandingkan pada kelompok control (4 hari) dengan
p=0,008.
c. Hasil Sekunder
Dalam masa tujuh hari perawatan terdapat 1 anak yang tidak sembuh pada
kelompok terapi dan ada 3 anak yang tidak sembuh pada kelompok control.
Tingkat pemulihan lebih tinggi pada kelompok terapi dibandingkan pada
kelompok control (P=0,046).
Retraksi napas (1,5 vs 2,0 hari; P<0,001), takipnea (8,0 vs 240 jam;
P<0,001), demam (10,0 vs 41,6 hari; P<0,001) dan durasi perawatan (3,8 vs 6,1
hari; P<0,001) sangat signifikan lebih menurun. Namun, waktu pencapaian
oksigenasi yang normal (SpO2>94% pada ruangan terbuka, hilangnya wheezing,
dan masuknya udara bilateral yang normal tidak berbeda pada kedua kelompok.
Tidak terdapat efek samping pemakaian zinc yang dilaporkan.
2.4 Penilaian Kemampuan Terapan/ Applicability
Penelitian ini menilai efek suplementasi zinc terhadap penyakit infeksi saluran
pernapasan bawah akut. Berdasarkan karakteristik responden penelitian ini, tidak jauh
berbeda tentunya dengan anak di Indonesia karena masih merupakan wilayah Asia
Tenggara dan merupakan negara berkembang. Menurut data riskesdas 2017, 4,5 dari 100
balita mengalami pneumonia dan di Indonesia sendiri defisiensi zinc masih kerap kali
ditemukan. Suplementasi Zinc juga tersedia di Indonesia. Penelitian ini juga didapatkan
tidak terdapat efek samping penggunaan zinc yang dilaporkan.

2.5 Keterbatasan Penelitian


1. Terapi dan keputusan pasien pulang diatur oleh dpjp yang terkait sehingga kriteria
pulang berbeda untuk tiap pasien. Bagaimanapun, untuk meminimalisir
perbedaan ini, penelitian ini juga memaparkan tanda klinis seperti frekuensi
napas, suhu, retraksi napas, auskultasi dan saturasi oksigen sebaai hasil primer.
2. Penelitian ini tidak menilai dan mengkontrol asupan makanan yang mengandung
zinc selama penelitian.
3. Penelitian ini mendefinisikan ISPBA secara luas dan tidak mengklasifikasikan
etiologinya dengan kultur darah.

2.6 Perbandingan Antar Studi


a. Dosis Zinc (Zinc Bis-Glycinate) pada penelitian ini adalah 15 mg (2x1); pada
penelitian lain → zinc acetate (20 mg/hari), Zinc sulphate 10-20 mg/hari, Zinc
Gluconate 20-40 mg/hari.
b. Pemberian Zinc Bis-Glycinate 2x15 mg merupakan pemberian 2-3 kali yang
direkomendasikan perharinya untuk terapi defisiensi zinc. Zinc jenis ini dibentuk
oleh dua ikatan molekul glisin sehingga bioavailabilitasnya lebih tinggi
dibandingkan zinc yang lain.
c. Zinc inorganic seperti zinc sulphate memiliki bioavalibilitas yang rendah dan
memilii efek samping gastrointestinal (mual/muntag, nyeri epigastric, eram
abdomen, dan diare). Zinc yang memiliki kompleks organic diabsorbsi lebih baik.
d. Zinc dapat ditemukan pada produk hewani dalam bentuk kompleks organic dan
dalam bentuk inorganic pada produk nabati.
e. Mekanisme suplementasi zinc dalam memperbaiki gejala ISPBA
1) Zinc penting dalam sintesi protein dan pertumbuhan sell dan memiliki
peran penting dalam sistem imn dan sel respiratorius selama pertahanan
infkamasi mukosa.
2) Zinc mengatifkan berbagai enzim terkait zinc dan fakor transkripsi,
dimana ekspresi gen dari interleukin dan reseptor interleukin, dan juga
antioksidan dan akivitas anti-inflamasi.
3) Secara langsung memiliki efek aktifitas antiviral dan efek produksi
interferon yang termediasi sistem imun.
4) Pada infeksi pernapasan, defisiensi zinc dapat mengeksaserbasi inflamasi
dan kerusakan seluler dari jalan napas, sehingga dengan suplementasi zinc
pada anak dapat meurunkan inflamasi, obstruksi jalan napas, dan
mempersingkat durasi retraksi otot pernapasan, RR yang cepat dan
hipoksia.
5) Defisiensi zinc juga dapat mempengaruhi respons antibody terhadap
infeksi, yang mana dipengaruhi oleh penghindaran kolonisasi dan
fagositosis dari bakteri yang terkapsulasi.
BAB 2
LEMBAR KERJA PENILAIAN STUDI

DAFTAR TILIK TELAAH KRITIS MAKALAH KEDOKTERAN


Jurnal : Randomized Controlled Study/RCT/ Uji Klinis
A. Penilaian Sturktur dan Isi Makalah
Y T TR
Judul makalah Y T TR
1 Tidak terlalu panjang atau terlalu pendek V
2 Menggambarkan isi utama penelitian V
3 Cukup menarik V
4 Tanpa singkatan, selain yang baku V
Pengarang & lnstitusi Y T TR
5 Nama-nama dituliskan sesuai dengan aturan jurnal V
Abstrak Y T TR
6 Abstrak satu paragraf atau terstruktur (beri tanda yang sesuai) V
7 Mencakup komponen IMRAD V
8 Secara keseluruhan informatif V
9 Tanpa singkatan, selain yang baku V
10 Kurang dari 250 kata V
Pendahuluan Y T TR
11 Ringkas, terdiri atas 2-3 paragraf V
12 Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan penelitian V
13 Paragraf berikut menyatakan hipatesis atau tujuan penelitian V
14 Didukung aleh pustaka yang relevan V
15 Kurang dari 1 halaman V
Metode Y T TR
16 Desain, tempat dan waktu penelitian disebutkan V
17 Populasi sumber (populasi terjangkau) disebutkan V
18 Kriteria inklusi dan ekslusi dijelaskan V
19 Cara pemilihan subyek (teknik sampling) disebutkan V
20 Perkiraan besar sampel dan alasannya disebutkan V
21 Besar sampel dihitung dengan rumus yang sesuai V
22 Komponen-komponen rumus besar sampel masuk akal V
23 Observasi, pengukuran, serta intervensi dirinci sehingga orang lain dapat menduplikasi V
24 Rujukan disebutkan (bila teknik pengukuran tidak dirinci) V
25 Pengukuran dilakukan secara tersamar V
26 Uji keandalan pengukuran (kappa) dilakukan V
27 Definisi istilah dan variabel penting dikemukakan V
28 Ethical clearance diperoleh V
29 Persetuiuan subyek diperoleh V
30 Rencana analisis, batas kemaknaan, dan power penelitian disebutkan V
31 Program komputer yang dipakai disebutkan V
Hasil Y T TR
32 Tabel karakteristik subyek penelitian disertakan V
33 Karakteristik subyek sebelum intervensi dideskripsikan V
34 Tidak dilakukan uji hipotesis untuk kesetaraan pra-intervensi V
35 Jumlah subyek yang diteliti disebutkan V
36 Subyek yang drop out dijelaskan dengan alasannya V
37 Ketepatan numerik dinyatakan dengan benar V
38 Penulisan tabel dilakukan dengan tepat V
39 Tabel dan ilustrasi informatif dan memang diperlukan V
40 Tidak semua hasil di dalam tabel disebutkan pada naskah V
41 Semua outcome yang penting disebutkan dalam hasil V
42 Subyek yang drop out diikutkan dalam analisis V
43 Analisis dilakukan dengan uji yang sesuai V
44 Hasil uji statistika, degree of freedom & nilai p ditulis V
45 Tidak dilakukan analisis yang semula tidak direncanakan V
46 Interval kepercayaan disertakan V
47 Dalam hasil tidak disertakan komentar atau pendapat V
Diskusi Y T TR
48 Semua hal yang relevan dibahas V
49 Hal yang dikemukakan pada hasil tidak sering diulang V
50 Keterbatasan penelitian, dan dampaknya terhadap hasil dibahas V
51 Penyimpangan protokol dan dampaknya terhadap hasil dibahas V
52 Diskusi dihubungkan dengan pertanyaan penelitian V
53 Hubungan hasil dengan teori/penelitian terdahulu dibahas V
54 Hubungan hasil dengan praktek klinis dibahas V
55 Efek samping dikemukakan dan dibahas V
56 Hasil tambahan selama observasi disebutkan V
57 Hasil tambahan tersebut tidak dianalisis secara statistika V
58 Simpulan utama penelitian disertakan V
59 Simpulan didasarkan pada data penelitian V
60 Simpulan tersebut sahih V
61 Generalisasi hasil penelitian disebutkan V
62 Saran penelitian selanjutnya disertakan V
Ucapan Terima Kasih Y T TR
63 Ucapan terima kasih ditujukan kepada orang yang tepat V
64 Ucapan terima kasih dinyatakan secara wajar V
Daflar Pustaka Y T TR
65 Dafiar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal V
66 Kesesuaian sitasi pada naskah dan daftar pustaka V
Lain-lain Y T TR
67 Bahasa yang baik dan benar, enak dibaca, informatif, efektif V
68 Makalah ditulis dengan ejaan yang taat asas V
B. Penilaian Makalah Uji Klinis
Y T TR
Validitas uji klinis
1 Apakah dilakukan randomisasi dan apakah daftar randomisasi disegel V
2 Apakah kelompok yang diperbandingkan setara pada awal percobaan V
3 Apakah dilakukan penyamaran (masking) V
4 Bila tidak dilakukan penyamaran apakah kelompok-kelompok diperlakukan sama V
kecuali untuk terapi yang diteliti
5 Apakah semua pasien yang sudah dirandomisasi diperhitungkan dalam simpulan akhir V
dan dianalisis sesuai dengan alokasi awalnya
Pentingnya hasil uji klinis
- ISPBA tidak beresolusi dalam 7 hari pada 1 anak (3,12%) di kelompok terapi dan 3 anak (13,04%)
6 Relative risk reduction (RRR)
0,031/0,13=0,23
Artinya: RR<1 → suplementasi zinc mempercepat resolusi ISPBA
7 Absolute risk reduction (ARR)
0,13-0,031= 0,1 =10%
Artinya → Manfaat absolut dari suplementasi zinc adalah 10% dalam mempercepat resolusi ISPBA
8 Number needed to treat (NNT)
1/0,1 = 10
Kemamputerapan hasil uji klinis
9 Apakah karakteristik pasien kita mirip dengan subyek uji klinis V
10 Berapa NNT hasil uji klinis tersebut bila diterapkan pada pasien kita
10 → maka, dibutuhkan 10 orang untuk diberikan suplementasi zinc dalam 7 hari untuk mempercepat
resolusi ISPBA
11 Apakah terapi tersebut tersedia, terjangkau, dan dapat diterima pasien V

Anda mungkin juga menyukai