Laporan Kasus Omsk
Laporan Kasus Omsk
Oleh:
Monica Octafiani (1102015140)
Ooy Rokayah (1102015175)
Pembimbing:
dr. Jon Prijadi, Sp.THT-KL
1
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. H
Usia : 18 tahun
Alamat : Bekasi
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Marital : Belum Menikah
Pekerjaan : Belum bekerja
Tanggal Pemeriksaan : 10 September 2020
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada
tanggal 10 September 2020 pukul 11:00 WIB
Keluhan Utama :
Keluar cairan dari liang telinga kiri
Keluhan Tambahan :
Telinga gatal, Batuk, dan pilek sesekali
3
pasien mengatakan sering mengalami batuk dan pilek. Pasien juga
mengatakan bahwa pasien sering berenang.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah diberikan obat tetes telinga dan antibiotik namun pasien
lupa nama obat tersebut
Riwayat Imunisasi
Vaksin Hepatitis B, BCG, DPT, Polio, campak lengkap
4
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat, isokor,
RCL/RCTL (+/+)
Leher : Trakea ditengah, tidak teraba massa, tidak teraba
pembesaran
KGB (-)
Thorax
Pulmo : Pergerakan dinding dada simetris kanan kiri, suara
nafas vesikuler simetris kanan kiri, rhonki (-/-),wheezing (-/-)
Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 normal reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Bising usus(+) normal,tidak terdapat nyeri tekan(-)
Ekstremitas : Akral hangat, tidak terdapat edema (-)
Neurologis : Tidak dilakukan
5
Serumen Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Jaringan Granulasi Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Kolestetoma Tidak ada Tidak ada
Warna Putih Hiperemis
Intak mengkilat Perforasi
Cahaya Tampak pada
retraksi sentral/pars
Membran Intak tensa
Terlihat berbentuk
Timpani
cone of bundar
light Tidak
terdapat
cone of
light
Otoskopi :
Tes Pendengaran :
6
Pemeriksaan Auris
Dextra Sinistra
Tes Rinne (+) (+)
Tes Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Tes Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesan : Pendengaran normal (tidak ada kelainan gangguan pendengaran)
B. Hidung
Nasal
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Keadaan Bentuk
Normal Normal
Luar Ukuran
Rhinoskopi Mukosa Tidak hiperemis Tidak hiperemis
Anterior Sekret Tidak ada Tidak ada
Krusta Tidak ada Tidak ada
Concha Eutrofi dan tidak Eutrofi dan tidak
Inferior hiperemis hiperemis
Septum Tidak ada septum Tidak ada septum
deviasi deviasi
Polip/Tum Tidak ditemukan Tidak ditemukan
or massa massa
Pasase
Udara
Rhinoskopi Mukosa
Posterior Koana
Sekret
Torus
tubarius Tidak Tidak
Fossa dilakukan dilakukan
Rossenmu
ller
Adenoid
C. Mulut dan Orofaring
7
Bagia Kelainan Keterangan
n
Mukosa mulut Hiperemis (-)
Lidah Tidak deviasi,
Palatum Mole DBN
Gigi Geligi DBN
Mulut
Tidak deviasi
DBN
Uvula
Halitosis
Tonsil
Mukosa
Faring Granulasi Tidak dilakukan
Post Nasal Drip
Laring
Epiglotis Tidak dilakukan
Kartilago
Aritenoid
Plica
Ariepiglotika
Plica
Vestibularis
8
Plica Vokalis
Rima Glotis
Trakea
D. Maxillofacial
Bagian Keterangan
Maxillofacial
Bentuk
Tidak ditemukan kelainan
Parese N. Cranialis
E. Leher
Bagian Keterangan
Leher Bentuk normal, trakea berada
Bentuk di tengah
Massa Massa (-), pebesaran KGB (-)
V. RESUME
Anamnesis :
Pasien datang ke Poli THT RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan keluar
cairan hilang timbul dari liang telinga kiri sejak 3 bulan yang lalu disertai dengan
telinga gatal, namun pada saat pemeriksaan sekret sudah tidak ada. Pasien
mengatakan pertama kali keluar cairan di liang telinga kiri sejak 2 tahun yang lalu
pada saat kelas 2 SMK. Cairan yang keluar hilang timbul berwarna kuning keruh,
namun berbau. Pertama kali keluar cairan disertai dengan demam, menggigil,
gelisah, dan pasien sering memegang telinga yang sakit. Setelah cairan tidak
keluar lagi pasien merasakan bahwa dirinya sudah sembuh karena tidak ada gejala
berupa demam, dan telinga sakit. Sebelumnya pasien mengatakan sering
mengalami batuk dan pilek. Pasien juga mengatakan bahwa pasien sering
berenang.
Pemeriksaan Fisik :
Status Lokalis : Pemeriksaan menggunakan otoskopi
9
Telinga
Warna Putih Hiperemis
Intak mengkilat AD:
Cahaya Tampak Perforasi
retraksi pada
Intak sentral/pars
Terlihat tensa
Membran cone of berbentuk
Timpani light bundar
AS:
Tampak
retraksi (+),
Membran
timpani
utuh
10
VIII. PENATALAKSANAAN
Konseling dan Edukasi
Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga
dengan benda tajam.
Menjaga agar tidak kemasukan air.
Menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit infeksi
sehingga dengan penanganan yang tepat dapat disembuhkan
tetapi bila dibiarkan dapat mengakibatkan hilangnya
pendengaran serta komplikasi lainnya.
Kriteria Rujukan
OMSK tipe bahaya
Tidak ada perbaikan atas terapi yang dilakukan
Terdapat komplikasi ekstrakranial, maupun intrakranial
Perforasi menetap setelah 2 bulan telinga kering
Medikamentosa
Obat cuci telinga : Hidrogen Peroksida (H2O2) 3% selama 3-5
hari
Antibiotik oral : Cefixim 100mg 2 dd Tab I
Antibiotik topical : Ofloxacin, 2 x 4 tetes per hari di telinga
yang sakit
IX. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam
11
BAB II
PEMBAHASAN
12
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang
disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh
virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun,
lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya
anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda
dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga
bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga
tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).3
Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses
inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus
dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan
infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya
dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara
proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini
berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya. 4
Sembuh/ normal
Fgs.tuba tetap
terganggu
Gangguan Tekanan negatif Infeksi (-)
tuba telinga tengah efusi OME
14
(brainstream evoked response audiometry) bagi pasien/ anak yang tidak kooperatif
dengan pemeriksaan audimetri nada murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa
foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.1
Tanda klinik OMSK tipe bahaya mengingat OMSK tipe bahaya seringkali
menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini.
Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun
beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe bahaya,
yaitu perforasi pada marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda
dini dari OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat
terlihat; abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga), polip atau jaringan
granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah, terlihat
kolesteatoma pada telinga tengah, (sering terlihat di epitimpanum), sekret
berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan
kolesteatoma pada rontgen mastoid.1
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-
ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini
antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) adanya perforasi
membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan
dunia luar, (2) terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus
paranasal, (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dengan rongga
mastoid, dan (4) gizi dan higienis yang kurang.1
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat
encuci telinga berupa H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka
terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotik dan kortikosteroid. Secara oral diberikan antibiotik dari golongan
ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin) sebelum hasil tes
resistensi diterima. Pada infeksi tang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
Bila sekret telah telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau
15
timpanoplasti, Operasi ini bertujuan untuk memhentikan infeksi secara ermanen,
memperbaiki membrane timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi
atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.1
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, infeksi
yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka
sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan
pembedahan, misalkan adenoidekotmi dan tonsilektomi (Lampiran 1) .1
Konseling dan Edukasi yang disampaikan kepada orangtua pasien adalah
menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda
asing/tajam, menjaga agar telinga tidak kemasukan air, menjelaskan bahwa
penyakit ini merupakan penyakit infeksi sehingga dengan penanganan yang tepat
dapat disembuhkan tetapi bila dibiarkan dapat mengakibatkan hilangnya
pendengaran serta komplikasi lainnya. Kriterai rujukan yaitu jika terdapat gejala
keluhan dari OMSK tipe bahaya, tidak ada perbaikan atas terapi yang dilakukan,
terdapat komplikasi ekstrakranial maupun intracranial, dan perforasi menetap
setelah 2 bulan telinga kering.3
Komplikasi yang dapat terjadi pada OMSK dibagi menjadi 2 yaitu
intratemporal dan ekstratemporal. Intratemporal yaitu Mastoiditis koalesen,
Petrositis, Paresis fasialis, Labirinitis. Sedangkan komplikasi intrakranial Abses
ekstradural, Trombosis sinus lateralis, Abses subdural, Meningitis, Abses otak,
Hidrosefalus otitis.4
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan
kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran
bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh
gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun
hasilnya tidak sempurna.6
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak
ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien
karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.6
16
Lampiran 1
Pedoman Tatalaksana OMSK
Alogaritma 1 Alogaritma 2
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Djaafar ZA, et all. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala leher. Edisi 6. Jakarta : FKUI
2. Farida, et al. 2009. Alergi Sebagai Faktor Resiko Terhadap Kejadian Otitis
Media Supuratif Kronik Tipe Benigna. Medical Faculty of Hasanuddin.
3. AdamsGL, Boies LR, Higler PA. 2012. Penyakit Telinga Tengah dan
Mastoid. Boies, Buku Ajar Penyakit THT Ed. 6. Jakarta:EGC;88-119.
4. Nursiah S. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan
Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam
Malik Medan. Medan : FK USU.
5. Debbie, et all. 2019. Complications of Chronic Suppurative Otitis Media.
Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/859501-overview pada
tanggal 13 September 2020
6. Ballenger J et all. 2017. Disease of the Ear, Nose and throat, 17th edition.
London
18