Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PENDIDIKAN KIMIA S1

SkorNilai:

JURNAL ILMIAH
“PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN DARING”
( I WAYAN EKA SANTIKA )

NAMA MAHASISWA : ADELIA NAIBAHO

NIM : 4202431014
DOSEN PENGAMPU : GITA NOVERI EZA, S. Pd. M. Pd

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2020
EXCECUTIVE SUMMARY

Pendidikan karakter adalah upaya mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dan
baik (smart and good citizenship) atau memiliki ahlak mulia dan berkepribadian
Indonesia. Keberhasilan pendidikan karakter mengisyaratkan pembelajaran tidak
serta merta dilihat dari pesepektif ranah kognitif saja melainkan bagaimana
keseimbangan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang muaranya adalah
mewujudkan manusia seutuhnya. Kondisi pandemi Covid-19 saat ini menjadi
tantangan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan formal dalam upaya
pendidikan karakter bangsa.

Pembelajaran dominan tidak dilakukan dengan tatap muka, sehingga menjadi


tantangan guru dalam proses pendidikan karakter tersebut. Disisi lain akan
memberikan kesempatan bagai peserta didik dalam mengaktualisasikan nilai-nilai
karakter di masyarakat dalam upaya keikutsertaan pencegahan dan
penanggulangan Covid-19.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi
literatur dari berbagai referensi yang relevan dengan gejala yang diamati yaitu pada
pendidikan karakter dalam pembelajaran daring untuk anak SMA yang saat ini
sedang mengalamai usia peralihan. Dan dengan studi literatur yang berusaha
memberikan solusi bagaimana pendidikan karakter dilakukan ketika pembelajaran
masih berlangsung dengan metode daring pada sekolah menengah atas .

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif (Santika dkk, 2019:91,
Santika, 2020:29). Tujuannya adalah dapat dilihat strategi pendidikan karakter bagi
anak usia SMA pada masa Pandemi covid- 19 atau saat ini New Normal.
Menganalisis Strategi pengintegrasian pendidikan karakter pada pembelajaran
daring yang saat ini sebagai alternatif supaya proses bengajar mengajar dalam
pemenuhan tuntutan kurikulum dapat tercapai. Strategi yang ditawarkan adalah
strategi pendidikan karakter multiplle intelligences berbasis portofolio.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan

berkat dan karunia-Nya saya masih bias menyelesaikan tugas Critical Journal

Review ini dengan baik untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat

Pendidikan.

Critical Jurnal Review ini saya susun dengan tujuan sebagai penambah wawasan

sekaligus pemahaman kita semua khususnya tentang pendidikan karakter. Semoga

setelah penulisan Critical Jurnal Review ini para pembaca semakin mendapatkan

pengalaman dan ilmu yang berharga dalam penyusunan CJR ini.

Saya saya berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penulisan Critical Jurnal Review ini khususnya kepada ibu dosen pengampu mata

kuliah Filsafat Pendidikan yaitu ibu Gita Noveri Eza, S. Pd. M. Pd.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Critical Jurnal

Review ,oleh karena itu saya meminta maaf dan sangat mengharapkan kritik dan

saran serta bimbingan para dosen demi penyempurnaan selanjutnya. Akhir kata

saya ucapkan trimakasih.

Medan, 27 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Excecutive Summary ...................................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR ...........................................................................1

B. Tujuan Penulisan CJR ........................................................................................1

C. Manfaat CJR.........................................................................................................1

D. Identitas Jurnal ....................................................................................................2

BAB II. RINGKASAN ISI JURNAL

A. Pendahuluan .......................................................................................................3

B. Deskripsi Isi .........................................................................................................5

BAB III. PEMBAHASAN/ ANALISIS

A. Pembahasan Isi Jurnal ........................................................................................9

B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal ...........................................................11

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................12

B. Saran ...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR

C r it i c a l J u r n a l R e v i e w ( C J R ) m e r u p ak a n s a l a h s a t u i n s t r u m e n t

y a n g d a p at m e nd u k u n g k e b er h a s il a n d a l a m pe m b el a j a r a n

d i b a n g k u p er k u l ia h a n . M e la l u i Cr i t i c a l J u r n a l R ev ie w i n i

mahasiswa diajak untuk m e ng an a l i s i serta m e ng k r i t i s i

p e m i k ir a n d a r i pen g a r a ng m a u p u n pe n u l i s b e r d a s a r k an s u d u t

pandang yang akan d i b a ng u n oleh s et i a p m ah a s i s w a

b e r d a s ar k a n pe n g e t a h u a n d a n pe n g a l a m a n y a ng d i m i li k i .

B. Tujuan Penulisan CJR

• U n t u k m e n y e l e s a ik a n t u g a s t er k a i t pe n d i d i k a n k ar ak t e r .

• U n t u k m e n a m b a h w a w a s a n d a n p e n g e t a h u a n m e n g e na i

pendidikan k ar ak t er d a la m k e hi d u p a n s e h a r i - h ar i

k h u s u s n y a p a d a pa n d e m i c o v i d - 1 9 sa a t i n i .

• U n t u k m e n i n g k a t k a n k e m a m p u a n d a l a m m e n g k r it i si

suatu jurnal.

C. Manfaat CJR

• M e n i n g k at k a n k em a m p u a n dalam m e n g k r it i s i suatu

jurnal

• Untuk m e ng et a hu i k e k ur a ng a n da n kelebihan y an g

t e r d a p a t p a d a j ur n a l y a ng d i k r it i s i .

• M e n u m b u h k a n po la p i k er d a l a m m em b a n d i n g k a n j u r na l

s a t u d e n g a n j u r n a l y a n g l a i n n y a.

1
D . I d e n t i t a s J u r n a l Re v i e w

1. Judul Artikel : P e n d i d i k a n K ar a k t e r P a d a

P e m b e l a j a r a n Da r i n g .

2. Nama Jurnal : J u r n a l I l m u P e nd i d i k a n

3. Edisi Terbit : 2020

4 . P e n g a r a n g A r t i k e l : I Wa y a n E k a S an t i k a

5. P e n e r b i t : Indonesia Values Character Education

Journal

6. Kota Terbit : Denpasar

7. Nomor ISSN : 2615-4684

8. Alamat Situs : https://lppm.undiksha.ac.id

2
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

A. P E N D A H U L U A N

Sesuai UU No. 20 tahun 2003 dijelaskan Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara. Oleh karena itu keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh

faktor guru, sarana-prasarana,lingkungan dan sudah tentu peserta didik itu sendiri,

memiliki kemauan atau motivasi untuk dapat secara aktif mengembangkan potensi

dirinya. Sehingga tujuan pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi yang

unggul berdaya saing dan memiliki kepribadian atau karater bangsa dapat secara

optimal dicapai sesuai amanat undang-undang tersebut.

Pada masa pandemi Covid-19 ini Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang

bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring. Pembelajaran daring dilaksanakan

sebagai langkah tepat untuk dapat mencegah dan menekan penularan virus Covid-

19, pun peserta didik tidak akan ketinggalan pelajaran sebagaimana yang telah

direncanakan dalam kurikulum selama satu tahun ajaran. Walupun pemerintah

sudah mengeluarkan kebijakan New Normal yang tujuannya adalah mengidupkan

kembali sektor perekonomian yang sudah kurang lebih 3 bulan lumpuh akibat

dampak Covid-19, akan tetapi sektor pendidikan khususnya pembelajaran di

sekolah belum sepenuhnya berani dibuka oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan

anak usia sekolah adalah anak yang cendrung masih labil dan senang akan

berkumpul dengan teman-temannya sehingga memungkinkan terjadinya

penyebaran virus tersebut.

3
Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan saat ini bersifat daring yang sifatnya

jarak jauh. Sudah tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam rangka

capaian hasil belajar terutama dalam usahan pendidikan karakter anak.

Pendidikan karakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah yang membantu

siswa dalam perkembangan etika, tanggung jawab melalui model, dan pengajaran

karakter yang baik melalui nilai-nilai universal (Berkowitz & Bier, 2005:7). Dengan

pembelajaran yang dilakukan diluar lingkungan sekolah dalam hal ini

menggunakan pembelajaran daring yang sifatnya jarak jauh, memberikan tugas

dan tanggungjawab ekstra serta tantangan bagi guru untuk mampu menciptakan

lingkungan pembelajaran dalam upaya perkembangan etika, tanggungjawab dan

karakter peserta didik tersebut. Karena metode evaluasi dari pendidikan karakter

salah satunya dengan observasi langsung oleh guru, yang mengamati sikap atau

perubahan sikap baru yang muncul pada diri peserta didik. Belum lagi kendala

yang dihadapi guru dalam penerapan mebelajaran daring misalnya penguasaan

teknologi, kendala jaringan internet dan inovasi pengintegrasian pendidikan

karakter pada pembelajran daring yang seolah baru booming ketika pandemi

Covid-19 terjadi.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berusaha memberikan gagasan

strategi dalam usaha pendidikan karakter bangsa pada masa pandemi Covid-19

dengan strategi pendidikan karakter multiple intelligences berbasis portofolio pada

Sekolah Menengah Atas. Dengan tujuan memberikan gambaran inovasi guru

dalam mproses pembelajaran di rumah agar tetap menyenangkan dan mempu

mengakomodir tujuan pembelajran terutama dalam pendidikan karakter bangsa.

Karena guru yang hebat dan terampil dimasa pandemi Coviod-19 sesuai dengan

pendapat Lanny anggraini (2020) dalam Webminar Nasional PGSD Universitas

Dwijendra adalah guru yang mampu mengajar, mendidik, menginspirasi dan

menggerakkan.

4
B. DESKRIPSI ISI

1. METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi

literatur dari berbagai referensi yang relevan dengan gejala yang diamati yaitu pada

pendidikan karakter dalam pembelajaran daring untuk anak SMA yang saat ini

sedang mengalamai usia peralihan. Data yang terkumpul dianalisis secara

deskriptif kualitatif. Tujuannya adalah dapat dilihat strategi pendidikan karakter

bagi anak usia SMA pada masa Pandemi covid-19. Menganalisis Strategi

pengintegrasian pendidikan karakter pada pembelajaran during yang saat ini

sebagai alternatif supaya proses bengajar mengajar dalam pemenuhan tuntutan

kurikulum dapat tercapai.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan karakter adalah suatu hal yang mutlak harus dilaksanakan karena pada

dasarnya semua guru sebagai pendidik memiliki tujuan yang sama dalam

membentuk karakter bangsa. Tidak serta merta pendidikan karakter menjadi

tanggungjawab dari pendidikan moral atau budi pekerti dan pendidikan Pancasila

(Santika, 2019:79), melainkan menjadi tanggung jawab semua bidang studi. Oleh

karena itu ketika pelaksanaan kurikulum 2013, keseimbangan ranah pembelajaran

antatar kognitif, afektif dan psikomotor menjadi ouput yang mutlak sebagai bagian

penidikan karakter bangsa.

Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama :

1. fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan karakter

membentuk dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik,

berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah Pancasila.

2. fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan

memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan

5
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam

pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju

bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

3. fungsi penyaring. Pendidikan karakter memilah budaya bangsa sendiri dan

menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya

bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat (Zubaidi, 2011:18). Dengan

demikian pembentukan karakter bangsa ini harus melibatkan sinergitas

ketiga komponen pendidikan anatara lain pendidikan informal, formal dan

non formal.

Berdasarkan Keputusan Bersama 4 Mentri, Sekeretaris Jendral kementrian

pendidikan dan kebudayaan mengeluarakan surat edaran no 15 tahun 2020 tentang

pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran

corona virus disase (covid-19) yang tujuannya adalah memastikan pemenuhan hak

anak untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19, dan

mencegah serta melindungi warga satuan pendidikan dari dampak Covid-19

tersebut. Konsep belajar dari rumah ini direalisasikan dengan istilah belajar moda

daring yang memungkinkan tetap adanya interaksi antara guru dan siswa dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran daring menggunakan kemajuan teknologi

informasi dan akses internet.

Peran guru dalam proses pembelajaran daring juga sangat vital, yaitu :

1. menjadikan peserta didik sebagai aktivitas belajar karena guru harus

menjadikan dasar pendekatan kontruktivistik yang menjadikan peserta

didik sebagai subjek pebelajar.

2. menguasai TIK dan update akan informasi, ketiga, menciptakan suasana

belajar yang interaktif, inspiratif dan menyenangkan, keempat, memberikan

evalusai dan umpan balik setelah proses pembelajaran berlangsung. Secara

garis besar komponen yang harus dipersiapkan oleh guru sebagai

6
infrastruktur adalah ketersediaan jaringan internet, menyiapkan strategi

pembelajaran, menyiapkan konten belajar (efek, gambar, audio, vidio dan

simulasi), menyediakan learning management system (google classroom,

zoom, jitsi, webex, dll).

Strategi Pendidikan Karakter dengan Multiple Intelligences Berbasis Portofolio

Prinsip strategi Multiple Intelligences pada pendidikan karakter masih

menggunakan prinsip pendekatan pembelajaran kontruktivistik. Peserta didik

secara aktif mengembangkan kedelapan potensi yang dimiliki disesuaikan dengan

Kompetensi Dasar yang diajarkan dan bagaimana aktualisasinya terutama jika ada

kaitan dalam menghadapi Covid-19. Sehingga pembelajaran yang powerfull dan

bermakna dengan melibatkan pengalaman belajar peserta didik secara optimal

dilakukan.

Melatih dan Mengembangkan 8 (Delapan) Nilai Kecerdasan (Multiplle

Intelligences) bedasarkan nilai karakter dengan Kompetensi Dasar misalnya :

1. kecerdasan linguistik, peserta didik bisa membaca dan menyebarkan

informasi yang benar kepada masyarakat dilingkungannya mengenai

pencegahan Covid-19, atau membuat pamflet himbauan,

2. kecerdasan logis-matematis, peserta didik dihapkan bisa memberikan

informasi jumlah data yang benar berkaitan dengan grafik dan angka pasien

Covid-19.

3. kecerdasan Visual atau Spasia,l belajar secara visual dan peserta didik

berusaha mengumpulkan ide-ide dalam upaya penanggulanangan dan

pencegahan Covid-19.

4. kecerdasan Musikal, peserta didik bisa diaerahkan membuat musik atau

lagu yang edukatif bagi masyarakat terkait Covid-19,

5. Kecerdasan Tubuh/kinestetik misalnya peserta didik bisa memberikan pesan

edukatif cara membersihkan tanngan dan tubuh untuk mencegah Covid-19.

7
6. Keenam, kecerdasan interpersonal, yaitu peserta didik diharapkan mampu

bekerja sama dengan semangat gotong royong di masyarakat.

7. kecerdasan intrapersonal, hal ini dapat dilihat bagaimana peserta didik

mampu mengaktualisasikan sikap simpati dan empati terhadap

lingkungannya atau masyarakat yang terkena dampak Covid-19.

8. kecerdasan alamiah, peserta didik harus mampu menunjukkan

kepedulianya terhadap lingkungan hidup dalam upaya mewujudkan

kelestarian dan kesehatan lingkungan hidup.

Strategi pendidikan karakter yang dilakukan pada pembelajaran daring ini

diharapkan dapat mengakomodir sesuai dengan prinsip-prinsip Belajar Dari

Rumah yang di jelaskan dalam Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, No. 4 tahun 2020. Diantaranya :

1. keselamatan dan kesehatan lahir batin siswa, guru, kepala sekolah, dan

seluruh wargasekolah menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaa BDR.

2. Kegiatan BDR dilakukan untuk memberikan pengelaman belajar yang

bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh

capaian kurikulum.

3. BDR dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, anatar lain

mengenai pandemi Covid-19.

4. Materi pembelajaran bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang

pendidikan, kontek budaya, karakter dan jenis kekususan peserta didik.

8
BAB III

PEMBAHASAN/ ANALISIS

A. PEMBAHASAN ISI JURNAL

Berdasarkan Artikel utama yang di review , menurut (Santika, 2019:79) Pendidikan

karakter adalah suatu hal yang mutlak harus dilaksanakan karena pada dasarnya

semua guru sebagai pendidik memiliki tujuan yang sama dalam membentuk

karakter bangsa. Tidak serta merta pendidikan karakter menjadi tanggungjawab

dari pendidikan moral atau budi pekerti dan pendidikan Pancasila.

Lebih lanjut Nopan Omeri (2015) menyatakan Karakter merupakan perpaduan

antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih menitikberatkan pada kualitas

perbuatan, tindakan atau perilaku manusia atau apakah perbuatan itu bisa

dikatakan baik atau buruk, atau benar atau salah.

Sedangkan menurut Muslich (2011) dalam buku “Pendidikan Karakter Menjawab

Tantangan Krisis. Multidimensional” mengatakan bahwa pendidikan karakter

merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah

yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan

untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan

kamil.

Samani dan Hariyanto (2014) juga mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah

proses pemberian tuntutan kepada peserta didik untuk menjadi manusia

seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi

pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara

9
apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan

sepenuh hati.

Menurut ( Zubaidi,2011: 18) dalam artikel utama yang di review. Pendidikan

karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :

1. fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan karakter

membentuk dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik,

berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah Pancasila.

2. fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan

memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan

pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam

pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju

bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

3. fungsi penyaring. Pendidikan karakter memilah budaya bangsa sendiri dan

menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya

bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat.

Dalam mengembangkan materi pembelajaran guru harus mengananlisis materi

pembelajaran yang disesuaikan dengan masingmasing nilai karakter. Tujuannya

adalah :

1. antara materi pembelajaran dengan output yang di hasilkan sesuai dengan

kebutuhan di masyarakat.

2. Pembelajaran daring, atau dalam jaringan, adalah terjemahan dari istilah

online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan komputer. Dengan

kata lain merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara

guru dan siswa, tetapi dilakukan melalui jaringan internet (online) dari

tempat yang berdeda-beda.

3. Prinsip strategi Multiple Intelligences pada pendidikan karakter masih

menggunakan prinsip pendekatan pembelajaran kontruktivistik. Peserta

10
didik secara aktif mengembangan kedelapan potensi yang dimiliki

disesuaikan dengan kompetensi dasar yang diajarkan dan bagaimana

aktualisasinya terutama jika ada kaitan dalam menghadapi Covid-19.

Strategi implementasi pendidikan karakter melalui multiple intelligences

berbasis portofolio dengan diitegrasikan pada mata pelajaran merupakan

suatu upaya dalam proses pembelajaran untuk dapat mengembangkan life

skill atau kecakapan peserta didik

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI JURNAL

• KELEBIHAN ISI JURNAL

Dari segi aspek ruang lingkup jurnal ini sangat efisien dan akurat karena

disertai dengan rujukan-rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan, dan

banyak memuat pokok-pokok penting yang saling berkaitan mengenai

Pendidikan Karakter khususnya pada pembelajaran daring saat ini yang

dapat dengan mudah kita pahami dan kita jadikan wawasan pengetahuan.

Isi dalam jurnal juga sesuai dengan kata kunci yang tersedia. Dalam tata

bahasa jurnal ini sudah baik karena sudah sesuai dengan penulisan EYD

yang baik,bahasa yang dipakai penulis juga sangat mudah untuk

dipahami,dalam jurnal ini juga terdapat bahasa inggris dalam penulisannya.

• KEKURANGAN ISI JURNAL

Dalam segi aspek sendiri jurnal ini terlalu monotom karena terlalu banyak

pembahasan yang sangat mencakup luas materi meskipun inti dari jurnal ini

sudah tersampaikan sangat baik sehingga pembaca akan merasa bosan dan

jenuh. Sedangkan dari segi tata bahasa terdapat beberapa kosa kata yang

masih jarang didengar.

11
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisi saya terhadap jurnal yang direview dapat

disimpulkan beberapa hal :

1. fungsi pembentukan dan pengembangan potensi.

2. fungsi perbaikan dan penguatan.

3. fungsi penyaring.

Guru dalam megengbangkan materi pembelajaran harus mengananlisis

materi pembelajaran yang disesuaikan dengan masingmasing nilai

karakter. Tujuannya adalah

1. antara materi pembelajaran dengan output yang di hasilkan sesuai

dengan kebutuhan di masyarakat.

2. Pembelajaran daring, atau dalam jaringan, adalah terjemahan dari

istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan

komputer. Dengan kata lain merupakan pembelajaran tanpa tatap

muka secara langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan

melalui jaringan internet (online) dari tempat yang berdeda-beda.

3. Prinsip strategi Multiple Intelligences pada pendidikan karakter

masih menggunakan prinsip pendekatan pembelajaran

kontruktivistik.

12
Peserta didik secara aktif mengembangan kedelapan potensi yang

dimiliki disesuaikan dengan kompetensi dasar yang diajarkan dan

bagaimana aktualisasinya terutama jika ada kaitan dalam menghadapi

Covid-19. Strategi implementasi pendidikan karakter melalui multiple

intelligences berbasis portofolio dengan diitegrasikan pada mata

pelajaran merupakan suatu upaya dalam proses pembelajaran untuk

dapat mengembangkan life skill atau kecakapan peserta didik

B. SARAN

Saran saya pribadi yang telah meriview jurnal ini adalah sebaiknya

penulis lebih merangkum pembahasan pada jurnal ini karena terlalu

banyak meskipun intisari materi yang disampaikan sudah tersampaikan

dengan baik tetapi pembaca lebih cepat merasa bosan saat membacanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muslich, 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis.

Multidimensional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Pala, Aynur. The Need For Character

Education,

Santika, I. W. (2020). Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Daring. Indonesian

Values and Character Education Journal, Vol 3 No 1, p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN:

2615-6938 .

Samani, Muchlas & Hariyanto. 2014. Konsep dan model pendidikan karakter.

Bandung : Remaja Rosdakarya Offset

14
IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Daring


I Wayan Eka Santika
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Universitas Dwijendra, Denpasar
Email : ekasantika56@gmail.com

Abstrak

Pendidikan karakter adalah upaya mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dan baik
(smart and good citizenship) atau memiliki ahlak mulia dan berkepribadian Indonesia.
Keberhasilan pendidikan karakter mengisyaratkan pembelajaran tidak serta merta dilihat dari
pesepektif ranah kognitif saja melainkan bagaimana keseimbangan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang muaranya adalah mewujudkan manusia seutuhnya. Kondisi pandemi Covid-19
saat ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan formal dalam upaya
pendidikan karakter bangsa. Pembelajaran dominan tidak dilakukan dengan tatap muka,
sehingga menjadi tantangan guru dalam proses pendidikan karakter tersebut. Disisi lain akan
memberikan kesempatan bagai peserta didik dalam mengaktualisasikan nilai-nilai karakter di
masyarakat dalam upaya keikutsertaan pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Penelitian
ini bersifat deskriptif kualitatif dengan studi literatur yang berusaha memberikan solusi
bagaimana pendidikan karakter dilakukan ketika pembelajaran masih berlangsung dengan
metode daring pada sekolah menengah pertama. Strategi yang ditawarkan adalah strategi
pendidikan karakter multiplle intelligences berbasis portofolio..

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Pembelajaran Daring.

Abstract
Character education is an effort to create a generation of people who are smart and good
citizenship or have a noble character and personality of Indonesia. The success of character
education implies that learning is not necessarily seen from the perspective of the cognitive
domain only but rather how the balance of the cognitive, affective, and psychomotor domains
whose origins are to realize a whole person. The current condition of the covid-19 pandemic is a
challenge for the world of education, especially formal education in the effort to educate the
nation's character. Dominant learning is not done face to face, so it becomes a challenge for
teachers in the character education process. On the other hand will provide opportunities for
students to actualize the values of character in the community in an effort to participate in the
prevention and handling of covid-19. This research is a qualitative descriptive study of literature
that seeks to provide solutions to how character education is carried out when learning is still
ongoing through online methods at junior high schools. The strategy offered is a portfolio-based
multiple intelligences character education strategy

Keywords: Character Education, Online Learning.

Indonesian Values and Character Education Journal | 8


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

1. Pendahuluan

Keberhasilan proses pendidikan tidak terlepas dari bagaimana proses perencanaan,


implementasi serta kebijakan penunjang yang dilakukan secara berkesinambungan. Karena
pendidikan adalah modal dasar pembangunan maka setiap negara sudah barang tentu
menempatkannya pada tujuan utama. Hal ini juga sesuai dengan tujuan terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang akhirnya tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV,
diantaranya adalah “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Karena para founding fathers sadar
bahwa pendidikan adalah sarana utama dalam mengubah peradaban bangsa ke arah yang
lebih baik.
Sesuai UU No. 20 tahun 2003 dijelaskan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. Oleh karena itu keberhasilan suatu proses pembelajaran
ditentukan oleh faktor guru, sarana-prasarana,lingkungan dan sudah tentu peserta didik itu
sendiri, memiliki kemauan atau motivasi untuk dapat secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Sehingga tujuan pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi yang unggul
berdaya saing dan memiliki kepribadian atau karater bangsa dapat secara optimal dicapai
sesuai amanat undang-undang tersebut.
Tujuan pendidikan adalah bagaimana membentuk generasi yang seutuhnya artinya
memiliki kecerdasan intelektual,sikap yang baik dan dengan keterampilan yang diperlukan
dalam menjalani hidup di masyarakat. Hal inilah yang menjadi tugas guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan untuk dapat menghasilkan
pembelajaran yang outputnya adalah keseimbangan capaian kognitif, afektif atau sikap dan
psikomotor. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran kewajiban dan peran guru sangatlah
vital, guru harus mampu sebagai fasilitator maupu mengidentifikasi segala keunggulan dan
kelemahan model-model pembelajaran yang akan diterapkan sehingga benar-benar
menciptakan suatu pembelajaran yang efektif, karena guru “mengajar pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung
dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”(Sardiman, 2011:47)
Pada masa pandemi Covid-19 ini Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang
bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring dan luring. Dalam Kamus Besar Indonesia
diartikan dalam jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya.
Pembelajaran during dilaksanakan sebagai langkah tepat untuk dapat mencegah dan menekan
penularan virus Covid-19, pun peserta didik tidak akan ketinggalan pelajaran sebagaimana
yang telah direncanakan dalam kurikulum selama satu tahun ajaran. Walupun pemerintah
sudah mengeluarkan kebijakan New Normal yang tujuannya adalah mengidupkan kembali
sektor perekonomian yang sudah kurang lebih 3 bulan lumpuh akibat dampak Covid-19, akan
tetapi sektor pendidikan khususnya pembelajaran di sekolah belum sepenuhnya berani dibuka
oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan anak usia sekolah adalah anak yang cendrung masih labil
dan senang akan berkumpul dengan teman-temannya sehingga memungkinkan terjadinya
penyebaran virus tersebut. Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan saat ini bersifat during
yang sifatnya jarak jauh. Sudah barang tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam
rangka capaian hasil belajar terutama dalam usahan pendidikan karakter anak.
Pendidikan karakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah yang membantu siswa
dalam perkembangan etika, tanggung jawab melalui model, dan pengajaran karakter yang baik
melalui nilai-nilai universal (Berkowitz & Bier, 2005:7). Dengan pembelajaran yang dilakukan
diluar lingkungan sekolah dalam hal ini menggunakan pembelajaran daring yang sifatnya jarak
jauh, memberikan tugas dan tanggungjawab ekstra serta tantangan bagi guru untuk mampu
menciptakan lingkungan pembelajaran dalam upaya perkembangan etika, tanggungjawab dan
karakter peserta didik tersebut. Karena metode evaluasi dari pendidikan karakter salah satunya
dengan observasi langsung oleh guru, yang mengamati sikap atau perubahan sikap baru yang
muncul pada diri peserta didik. Belum lagi kendala yang dihadapi guru dalam penerapan
mebelajaran daring misalnya penguasaan teknologi, kendala jaringan internet dan inovasi
pengintegrasian pendidikan karakter pada pembelajran daring yang seolah baru booming ketika
pandemi Covid-19 terjadi.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berusaha memberikan gagasan strategi
dalam usaha pendidikan karakter bangsa pada masa pandemi Covid-19 dengan strategi
pendidikan karakter multiple intelligences berbasis portofolio pada Sekolah Menengah Atas.

Indonesian Values and Character Education Journal | 9


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

Dengan strategi multiple intelligences peserta didik diharapkan mampu mengembangkan


delapan kecerdasannya seperti yang di utarakan oleh pencetusnya Dr. Howard Gardnerd,
meliputi kecerdasan Pertama, cerdas bahasa (linguistic Intelligence) kecerdasan ini fokus pada
berpikir dalam kata-kata. Kedua, logika-matematika (logical-matematical intelligence) berfikir
dengan penalaran atau logika. Ketiga, visual-spasial (visual or spasial intelligence) berpikir
dalam cerita dan gambar. Keempat, musikal (musical iantelligence) berpikir dalam melodi.
Kelima, gerak-tubuh/kinestetik (body/kinesthetic intelligence) berpikir melalui sensasi dan
gambar gerak tubuh. Keenam, alam (natural intelligence) berpikir dalam alam, ketujuh, sosial
(interpersonal intelligence) berpikir melalui komunikasi dengan orang lain, kedelapan, cerdas
diri (intrapersonal in intelligence) berfikir secara reflektif. Mengingat anak usia SMA yang masih
labil tergolong remaja yang dirasa sangat mendesak dalam penanaman dan pengembangan
karakter bangsa. Gagasan hasil penelitian terdahulu seperti yang diungkapan oleh Nopan
Omeri (2015) Strategi Pendidikan Karakter bisa dilakukan melalui strategi Multiple Intelligences
(Multiple Talent Approach) dan temuan Adrianti (2019) menyatakan model pembelajaran
berbasis portofolio dapat meningkatkan Tanggung jawab mahasiswa dalam belajar.
. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran inovasi guru dalam mproses
pembelajaran di rumah agar tetap menyenangkan dan mempu mengakomodir tujuan
pembelajran terutama dalam pendidikan karakter bangsa. Karena pada dasarnya mengacu
pada prinsip pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) sesuai dengan Serat Edaran (SE)
Mendikbud No. 4 tahun 2020 diantaranya : Kegiatan Belajar Dari Rumah dilaksanakan untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa,tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Guru harus merancang mekanisme komunikasi
dengan orang tua dan peserta didik, menyusun rencana pembelajaran yang berkelanjutan dan
bermakna sesuai kondisi, konteks daerah, karakteristik peserta didik, berkolaborasi dengan
rekan sejawat atau pihak terkait lainya dalam upaya peningkatan kapasitas, memastikan
kelancaran proses pembelajaran. Karena guru yang hebat dan terampil dimasa pandemi
Coviod-19 sesuai dengan pendapat Lanny anggraini (2020) dalam Webminar Nasional PGSD
Universitas Dwijendra adalah guru yang mampu mengajar, mendidik, menginspirasi dan
menggerakkan.

2. Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi literatur
dari berbagai referensi yang relevan dengan gejala yang diamati yaitu pada pendidikan karakter
dalam pembelajaran daring untuk anak SMA yang saat ini sedang mengalamai usia peralihan.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif (Santika dkk, 2019:91, Santika,
2020:29). Tujuannya adalah dapat dilihat strategi pendidikan karakter bagi anak usia SMA
pada masa Pandemi covid- 19 atau saat ini New Normal. Menganalisis Strategi pengintegrasian
pendidikan karakter pada pembelajaran during yang saat ini sebagai alternatif supaya proses
bengajar mengajar dalam pemenuhan tuntutan kurikulum dapat tercapai..

3. Hasil dan Pembahasan

Pendidikan Karakter Bangsa


Pendidikan karakter adalah suatu hal yang mutlak harus dilaksanakan karena pada
dasarnya semua guru sebagai pendidik memiliki tujuan yang sama dalam membentuk karakter
bangsa. Tidak serta merta pendidikan karakter menjadi tanggungjawab dari pendidikan moral
atau budi pekerti dan pendidikan Pancasila (Santika, 2019:79), melainkan menjadi tanggung
jawab semua bidang studi. Oleh karena itu ketika pelaksanaan kurikulum 2013, keseimbangan
ranah pembelajaran antatar kognitif, afektif dan psikomotor menjadi ouput yang mutlak sebagai
bagian penidikan karakter bangsa.
Karakter adalah watak seseorang, atau ahlak yang diperoleh dari internalisasi dengan
lingkungannya. Karakter seseorang akan menjadi baik apabila didasarkan dengan nilai-nilai
moral dan etika yang berlaku dan disepakati di masyarakat. Lickona (1992) “menekankan
pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral
knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan
moral action atau perbuatan moral”. Karakter yang baik akan muncul setelah ketiga kompenen
karakter tersebut bisa terpenuhi dalam diri peserta didik. Lebih lanjut Nopan Omeri (2015)
menyatakan Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih
menitikberatkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau perilaku manusia atau apakah

Indonesian Values and Character Education Journal | 10


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, atau benar atau salah. Sebaliknya, etika
memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat tertentu, sedangkan akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya
dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana keduanya (baik dan buruk) itu ada.
Faktor-faktor ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lainnya dalam membentuk
kepribadian seorang anak (Santika dkk, 2019:58).
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi pembentukan dan
pengembangan potensi. Pendidikan karakter membentuk dan mengembangkan potensi siswa
agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah Pancasila. Kedua,
fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa
menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring. Pendidikan
karakter memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat (Zubaidi, 2011:18).
Dengan demikian pembentukan karakter bangsa ini harus melibatkan sinergitas ketiga
komponen pendidikan anatara lain pendidikan informal, formal dan non formal.
Mengahdapi tantangan jaman yang saat ini memasuki era revolusi industri 4.0 yang sarat
akan kemajuan teknologi digitalisasi, penanaman dan penguatan karakter bangsa sangat vital
dan mendesak. Berkembanganya nilai-nilai individualistis, hedonis, materialistis dan sebagainya
merupakan dampak buruk dari arus globalisasi dan revolusi industri 4.0 tersebut. Apabila ini
dibiarkan maka akan memberikan pengaruh buruk bagi kelangsuangan kehidupan berbangsa
yang tidak lagi mencerminkan nilai-nilai kepribadian bangsa.
Dijelaskan lebih lanjut ada empat alasan mendasar mengapa sistem pendidikan di
Indonesia perlu menekankan pada pendidikan karakter, alasan tersebut yaitu: 1. Karena
banyak keluarga (tradisional maupun non tradisional) yang tidak melaksanakan pendidikan
karakter; 2. Karena peran sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapi
juga anak yang baik; 3. Kecerdasan seorang anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan
kebaikan; 4. Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan hanya sekadar
tugas tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada perannya sebagai
guru (Akin,1995:1). Dengan pendidikan karakter yang teritegarasi dalam proses pembelajaran
ini menandakan pembelajaran yang bermakna yaitu kapabilitas yang berguna bagi kehidupan
peserta baik untuk kepentingan belajar lebih lanjut maupun disumbangkan dalam pemecahan
masalah di lingkungan masyarakat.
Kemendiknas (2011) telah mengidentifikasi delapan belas karakter yang harus mampu di
implementasikan oleh guru dalam proses pembelajaran diantaranya adalah :
1. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya,serta toleran terhadap agama lain, 2. Jujur adalah sikap yang dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan 3. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, ras, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain 4.disiplin adalah
tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
yang berlaku, 5.kerja keras adalah sikap dan prilaku yang pantang menyerah dalam upaya
mencapai tujuan 6. kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan hal baru
dari sesuatu yang telah dimiliki 7. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan 8, Demokratis
adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain 9. rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam atau mengetahui hal-hal baru,10. semangat kebangsaan adalah
cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi dan golongannya, 11.cinta tanah air adalah cara berpikir, bertindak,
dan berwawasan kebangsaan selalu setia pada tanah airnya, 12. Menghargai prestasi adalah
sikap dan tindakan yang berusaha menghasilkan prestasi atau mencapai kesuksesan dan
menghargai keberhasilan orang lain, 13. Bersahabat/komunikatif adalah sikap dan tindakan
yang terbuka dalam menjalin hububungan dan berkomunikasi dengan orang lain, 14. Cinta
damai adalah sikap dan tindakan yang mengutamakan perdamaian dan ketemtraman bersama,
15. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca atau menggali
informasi melalui media bacaan untuk kepentingan dirinya dan orang banyak, 16. Peduli
lingkungan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya, 17 peduli sosial adalah sikap
dan tindakan ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dan

Indonesian Values and Character Education Journal | 11


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

18. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
dengan sebaik-baiknya. Dari kedelapan belas nilai karakter tersebut bisa pengembangannya
sesuai dengan analisis konteks dan kebutuhan di masing-masing satuan pendidikan. Tentunya
juga bagi guru dalam megengbangkan materi pembelajaran harus juga mengananlisis materi
pembelajaran yang disesuaikan dengan masing-masing nilai karakter tersebut. Tujuannya
adalah anatara materi pembelajaran dengan output yang di hasilkan sesuai dengan kebutuhan
di masyarakat.

Konsep Pembelajaran Daring


Sesuai dengan ringkasan keputusan bersama 4 Mentri tahun 2020 diantaranya adalah
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) seperti yang dikatakan oleh Lanny Anggraini
(2020) dalam Webminar Nasional PGSD Universitas Dwijendra salah satunya adalah prinsip
kebijakan pendidikan di masa Covid-19 : kesehatan dan keselamatan seluruh pihak prioritas
utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran. Diantaranya meliputi, PAUD, Pendidikan
Dasar dan Menengah, perguruan Tinggi, pesantren dan pendidikan Keagamaan. Dengan
demikian pemerintah berupaya mengutamakan keselamatan semua pihak dalam proses
pendidikan dalam menanggulangi dan mencegaah Covid-19. Untuk itu diperlukan metode
pembelajaran yang dapat mengakomodir hal tersebut sehingga proses pembelajaran dapat
tetap berjalan dalam rangka mencerdaskan anak bangsa
Berdasarkan KB 4 Mentri, Sekeretaris Jendral kementrian pendidikan dan kebudayaan
mengeluarakan surat edaran no 15 tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan belajar dari
rumah dalam masa darurat penyebaran corona virus disase (covid-19) yang tujuannya adalah
memastikan pemenuhan hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat
Covid-19, dan mencegah serta melindungi warga satuan pendidikan dari dampak Covid-19
tersebut. Konsep belajar dari rumah ini direalisasikan dengan istilah belajar moda daring yang
memungkinkan tetap adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran daring menggunakan kemajuan teknologi informasi dan akses internet.
Pembelajaran daring, atau dalam jaringan, adalah terjemahan dari istilah online yang
bermakna tersambung ke dalam jaringan komputer. Dengan akata lain merupakan
pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan
melalui jaringan internet (online) dari tempat yang berdeda-beda. Menururt Astra Winaya (2020)
dalam Webminar Nasional PGSD Universitas Dwijendra, Pembelajaran dilakukan melalui video
conference, e-learning atau distance learning. Lebih lanjut Ditjen Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam guru pembelajaran petunjuk
teknis peningkatan program peningkatan kompetensi guru pembelajar moda dalam jaringan
tahun 2016 menjelaskan Pendekatan pembelajaran pada Guru Pembelajar moda daring
memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Menuntut pembelajar untuk membangun dan
menciptakan pengetahuan secara mandiri (constructivism); 2. Pembelajar akan berkolaborasi
dengan pembelajar lain dalam membangun pengetahuannya dan memecahkan masalah
secara bersama-sama (social constructivism); 3. Membentuk suatu komunitas pembelajar
(community of learners) yang inklusif; 4. Memanfaatkan media laman (website) yang bisa
diakses melalui internet, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan atau kelas digital;
5. Interaktivitas, kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan;
Kelebihan pembelajaran daring diantaranya adalah, 1. Pembelejaran tidak memerlukan
ruang kelas, karena proses pembelajaran berlangsung dari rumah atau jarak jauh. Siswa di
tempat atau lingkungan masing-masing yang dapat menciptakan suasana belajar dengan
fasilitas internet yanga ada., 2. Guru tidak perlu tatap muka secara langsung di depan kelas,
karena yang digunakan adalah fasilitas komputer yang dihubungkan dengan internet. 3. Tidak
terbatas waktu maksudnya adalah pembelajaran bisa dilakukan kapanpun, dimanapun sesuai
dengan kesepakatan selama lingkungan dan fasilitas mendukung untuk terlaksananya proses
pembelajaran moda daring tersebut. Oleh karena itu mode pembelajaran daring ini bisa
dikatakan lebih efisien dan efektif apabila suprastruktur dan infra struktur tersedia dengan baik.
Suprastruktur dapat diartika penulis sebagai kebijakan yang mengarah pada
pelaksanaan pembelajaran daring tersebut termasuk pemahaman dan kesiapan peserta didik
dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Kesiapan peserta didik diantaranya adalah
1. Keterampilan menggunakan teknologi dan informasi dan komunikasi, hal ini menjadi poin
dasar bagi peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran daring yang harus mampu
menggunakan teknologi sehingga bisa maksimal dalam proses pembelajaran. 2. Kemandirian
belajar tanpa harus diawasi oleh orang tua, 3. Sikap, yang di wujudkan dengan prilaku peserta
didik dalam keseriusan mengikuti setiap tahap dalam proses pembelajaran daring. 4. Tanggung

Indonesian Values and Character Education Journal | 12


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

jawab adalah sikap dan prilaku melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dalam
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan arahan guru.
Peran guru dalam proses pembelajaran daring juga sangat vital, yang pertama
menjadikan peserta didik sebagai aktivitas belajar karena guru harus menjadikan dasar
pendekatan kontruktivistik yang menjadikan peserta didik sebagai subjek pebelajar. Kedua,
menguasai TIK dan update akan informasi, ketiga, menciptakan suasana belajar yang interaktif,
inspiratif dan menyenangkan, keempat, memberikan evalusai dan umpan balik setelah proses
pembelajaran berlangsung. Secara garis besar komponen yang harus dipersiapkan oleh guru
sebagai infrastruktur adalah ketersediaan jaringan internet, menyiapkan strategi pembelajaran,
menyiapkan konten belajar (efek, gambar, audio, vidio dan simulasi), menyediakan learning
management system (google classroom, zoom, jitsi, webex, dll). Pada dasarnya keberhasilan
proses pembelajaran daring memerlukan sinergitas antara pemerintah, satuan pendidikan,
guru, peserta didik tentunya peran orang tua dan lingkungan peserta didik,untuk dapat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran daring tersebut.

Strategi Pendidikan Karakter dengan Multiple Intelligences Berbasis Portofolio


Strategi pendidikan karakter berbicara mengenai keseluruhan perencanaan, cara dalam
implementasi pendidikan karakter bangsa. Keberhasilan pendidikan karakter dievaluasi dengan
mengakomodir ketercapaian ketiga komponen karakter seperti yang diutarakan Thomas
Lickona (1992) “menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of
good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau
perasaan tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral”. Penanaman aspek moral
knowing ditanamkan melalui pembelajaran di kelas, sedangkan moral feeling dan moral action
ditanamkan baik di dalam kelas maupun luar kelas. Dari ketiga komponen, aspek moral action
harus dilakukan terus-menerus melalui pembiasaan atau habituasi setiap hari. Sehingga nilai-
nilai moral akan terus dipegang oleh peserta didik dalam pergaulan sebagai bagian
masyarakat, bangsa dan negara.
Fokus penelitian ini adalah peserta didik SMA yang masih tergolong usia remaja. Karena
usia remaja dari 15 sampai 17 tahun masih tergolong usia labil dengan emosi yang cepat
berubah. Dikatakan juga sebagai masa remaja adalah masa kritis dengan tingkat sensitifitas
yang tinggi baik pikiran dan perasaan. Dalam pendidikan karakter pada tahap ini peserta didik
cendrung mencari permodelan atau suritauladan yang dijadikan panutan atau karakter yang
baik dan dijadikan acuan untuk menjalani kehidupan kedepan. Pada perkembangan ini guru
harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan strategi pembelajaran yang digunakan terutama
dalam pendidikan karakter bangsa. Karena pada dasarnya selain components of good
character yang diutarakan likona, karakter berkaitan juga dengan sikap, perilaku, motivasi, dan
keterampilan yang harus dipahami oleh guru.
Multiplle Intelligences yang di cetuskan Dr. Howard Gardnerd, meliputi kecerdasan
Pertama, cerdas bahasa (linguistic Intelligence) kecerdasan ini fokus pada berpikir dalam
katakata. Kedua, logika-matematika (logical-matematical intelligence) berfikir dengan penalaran
atau logika. Ketiga, visual-spasial (visual or spasial intelligence) berpikir dalam cerita dan
gambar. Keempat, musikal (musical iantelligence) berpikir dalam melodi. Kelima, gerak-
tubuh/kinestetik (body/kinesthetic intelligence) berpikir melalui sensasi dan gambar gerak tubuh.
Keenam, alam (natural intelligence) berpikir dalam alam, ketujuh, sosial (interpersonal
intelligence) berpikir melalui komunikasi dengan orang lain, kedelapan, cerdas diri
(intrapersonal in intelligence) berfikir secara reflektif. Dengan strategi ini memberikan
pandangan bahwa semua peserta didik memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan bisa
berprestasi apabila diarahkan dan dilatih dengan baik. Penggunaan strategi multiplle
intelligences pada pendidikan karakter tujuan untuk merangsang tumbuh, otak atau kognitif
dalam berkembanganya, perubahan tingkah laku dan realisasi atau aktualisasinya yang
diwujudkan secara nyata.
Prinsip strategi Multiple Intelligences pada pendidikan karakter masih menggunakan
prinsip pendekatan pembelajaran kontruktivistik. Peserta didik secara aktif mengembangkan
kedelapan potensi yang dimiliki disesuaikan dengan Kompetensi Dasar yang diajarkan dan
bagaimana aktualisasinya terutama jika ada kaitan dalam menghadapi Covid-19. Sehingga
pembelajaran yang powerfull dan bermakna dengan melibatkan pengalaman belajar peserta
didik secara optimal dilakukan. Penerapan strategi Multiple Intelligences diperlukan kejelian
guru untuk dapat mengidentifikasi merancang, nilai-nilai karakter dengan kedelaapan
kecerdasan dan mengintegrasikan dengan Kompetensi Dasar yang diajarkan. Zuchdi,
Prasetya, dan Masruri (2010) juga berpendapat bahwa pembelajaran karakter tidak hanya

Indonesian Values and Character Education Journal | 13


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

melalui bidang studi tertentu, tetapi diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Metode dan
strategi yang digunakan bervariasi yang sedapat mungkin mencakup inkulkasi (lawan
indoktrinasi), keteladanan, fasilitasi nilai, dan pengembangan soft skills.
Kemendiknas (2011:14), menjelaskan strategi implementasi pendidikan karakter disatuan
pendidikan meliputi langkah-langkah sebagai berikut salah satunya adalah: Integrasi dalam
mata pelajaran. Setiap mata pelajaran terdapat muatan nilai-nilai karakter yang perlu
dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh
pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat. Pengembangan karakter-karakter bangsa dapat diintegrasikan dalam mata
pelajaran. Misalnya pada Kompetensi Dasar “Menunjukkan sikap gotong royong sebagai
bentuk penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara” pada mata
pelajaran PPKn kelas X. Peserta didik dapat diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia
yang yang cinta tanah air, demokratis, bertanggung jawab,warga negara yang cinta damai,jujur,
peduli sosial dan lingkungan,kerja keras, semangat kebangsaan, bersahabat yang didasari
dengan semangat gotong-royong terutama jika dikaitkan dengan konteks lingkungan dalam
penanggulanngan Covid-19. Sehingga lambat laun karakter tersebut akan tumbuh menjadi jati
diri atau identitasnya yang ditunjukan melalui perilaku dan pergaulannya sehari-sehari (Santika,
2019:986).
Melatih dan Mengembangkan 8 (Delapan) Nilai Kecerdasan (Multiplle Intelligences)
bedasarkan nilai karakter dengan Kompetensi Dasar diatas misalnya, pertama kecerdasan
linguistik, peserta didik bisa membaca dan menyebarkan informasi yang benar kepada
masyarakat dilingkungannya mengenai pencegahan Covid-19, atau membuat pamflet
himbauan, kedua, kecerdasan logis-matematis, peserta didik dihapkan bisa memberikan
informasi jumlah data yang benar berkaitan dengan grafik dan angka pasien Covid-19. ketiga
kecerdasan Visual atau Spasia,l belajar secara visual dan peserta didik berusaha
mengumpulkan ide-ide dalam upaya penanggulanangan dan pencegahan Covid-19. keempat,
kecerdasan Musikal, peserta didik bisa diaerahkan membuat musik atau lagu yang edukatif bagi
masyarakat terkait Covid-19, kelima Kecerdasan Tubuh/kinestetik misalnya peserta didik bisa
memberikan pesan edukatif cara membersihkan tanngan dan tubuh untuk mencegah Covid-19.
Keenam, kecerdasan interpersonal, yaitu peserta didik diharapkan mampu bekerja sama
dengan semangat gotong royong di masyarakat. Ketujuh, kecerdasan intrapersonal, hal ini
dapat dilihat bagaimana peserta didik mampu mengaktualisasikan sikap simpati dan empati
terhadap lingkungannya atau masyarakat yang terkena dampak Covid-19. Kedelapan,
kecerdasan alamiah, peserta didik harus mampu menunjukkan kepedulianya terhadap
lingkungan hidup dalam upaya mewujudkan kelestarian dan kesehatan lingkungan hidup.
Portofolio digunakan untuk peaporan hasil belajar peserta didik selama 1 satu
kompetendi Dasar yang telah di lewati sebagai bahan evaluasi. Portofolio berasal dari bahasa
Inggris ”portfolio” yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai
kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio dalam
konteks penelitian ini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan
terpadu serta diseleksi menurut panduan-panduan yang telah ditentukan (Fajar, 2002).
Kumpulan pekerjaan peserta didik bisa dalam bentuk dokumen surat-surat atau vidio,audio
yang telah mereka susun secara sistematis baik kelompok atau individu.
Pada pembelajaran menggunakan portofolio siswa diharapkan secara aktif
mengmebangkan potensi dirinya dengan merekonstruksi berbagai pengetahuan termasuk
menanamkan dan mengembang nilai-nilia karakter dimasyarakat dengan penuh tanggungjawab
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Birgin dan Baki dalam Adrianti (2019) menyatakan
hasil penelitiannya “The Use of Portfolio to Assess Student‟s Performance” yaitu, “It is
necessary to assess the students‟ performances as an individual or in a group during the
learning process rather than assessment with traditional methods or multiplechoice methods.
Portfolios are alternative assessment methods to observe students‟ developments and assess
their performances during learning process. Moreover, portfolios are assessment tool based on
contemporary learning approach such as constructivist learning theory, multiple-intelligences
theory and brainbased learning theory (Sangat perlu untuk menilai keahlian peserta didik
secara individual maupun berkelompok selama proses pembelajaran lebih dari sekedar
menggunakan penilaian klasik ataupun perpaduan penilaian lainnya. Portofolio adalah metode
untuk mengamati perkembangan kemampuan peserta didik selama proses pembelajaran.
Selebihnya, portofolio adalah instrumen penilaian berdasarkan pembelajaran kontemporer
seperti pembelajaran konstruktif, pembelajaran keahlian jamak, dan pembelajaran kognitif).

Indonesian Values and Character Education Journal | 14


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

Keberhasilan pembelajaran dengan portifolio ini keberhasilananya sangat ditentukan oleh


faktor guru memberikan arahan serta feedback, keatifan peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan tanggung jawab serta peran pengawasan orang tua dalam proses
penilaaian portofolio. Senada dengan Dophan dalam Supriadi (1997) mengemukakan ciri-ciri
portofolio adalah sebagai berikut: (1) Ada keterlibatan langsung hasil kerja/karya siswa secara
nyata; (2) Mengumpulkan beberapa kasil kerja/karya yang terbaik; (3) Mengumpulkan dan
menyimpan hasil kerja siswa; (4) Memilih kriteria untuk menilai portofolio hasil kerja siswa; (5)
Mengharuskan siswa untuk menilai dirinya secara terus menerus berdasarkan hasil
portofolionya; (6) Menentukan waktu untuk membahas portofolio; (7) Melibatkan orang tua dan
masyarakat dalam proses penilaian portofolio. Poin dasar dalam belajar menggunakan adalah
tanggungjawab sebagai salah satu karakter yang harus diutamakan dengan tugas-tugas yang
diberikan dalam pembelajaran. Senada sesuai temuan Adrianti (2019) menyatakan model
pembelajaran berbasis portofolio dengan mempertimbangkan kecocokan materi kuliah dan
tujuan perkuliahan, maka dapat meningkatkan tanggung jawab belajar mahasiswa di Sekolah
Tinggi Teologi.
Pengitegrasian nilai karakter dan Pengembangan materi pembelajaran menuntu
kreativitas guru dan harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip seperti yang dikemukakan oleh
Komalasari (2010:37), sebagai berikut: 1. Prinsip relevansi: materi pelajaran hendaknya relevan
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. 2. Prinsip konsistensi: jika
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam maka materi yang harus
diajarkan juga harus meliputi empat macam. 3. Prinsip kecukupan:artinya materi yang diajarkan
hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompeteensi dasar yang
diajarkan. Pembelajaran sebagai suatu kegiatan pendidikan dengan tujuan mencapai hasil atau
kompetensi lulusan merupakan suatu kegiatan yang terencana,dan terprogram yang sitematis
dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Seorang guru dituntut harus memiliki
kemampuan dalam merencanakan pembelajaran.
Strategi implementasi pendidikan karakter melalui multiple intelligence berbasis portofolio
dengan diitegrasikan pada mata pelajaran merupakan suatu upaya dalam proses pembelajaran
untuk dapat mengembangkan life skill atau kecakapan peserta didik . oleh karena itu perlunya
menekankan materi-materi pendidikan sebagai kecakapan hidup life skill diberdayakan kepada
generasi muda agar mereka tidak tercabut dari akar kehidupan sosial budaya mereka sendiri
(Suryadi,2002). Apalagi proses pendidikan dilakukan dengan moda daring yang lebih
memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk bergaul di masyarakat. Terlebih pada
pendidikan karakter yang merupakan pendidikan nilai. Karena pada dasarnya prinsip
“pendidikan nilai, dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari “(Mulyasa,
2014:07).
Lebih lanjut Terry Lovat (2007) menjelaskan bahwa internalisasi nilai dapat dilakukan
dengan berpilaku secara etis (behaving ethincally), membangun komunitas dalam rangka
penguatan hubungan (strengthening relationship), peningkatan aktualisasi diri ,semangat ilmiah
tanpa henti mencari pengetahuan baru (seeking knowledge), dan meningktakan responsibilitas
global sebagai penghargaan atas berbagai hak asasi manusi. Pendidikan karakter dengan
internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari pada pembelajaran daring
berusha menciptakan suasana pembelajaran yang mennyenangkan dan berkesan bagi peserta
didik terutama dalam menghadapi suasana Pandemi Covid-19 ini. Karena ada kecendrungan
belajar dari rumah akan membuat susana belajar peserta didik yang membosankan dan tidak
seperti belajara disekolah.
Kecakapan hidup atau life skil bisa diperoleh dengan ketika pembelajaran sudah
mengakomodir kapabilitas belajar. Diantaranya Gagne, misalnya menjelaskan bahwa dalam
program pendidikan, kapabilitas belajar yang perlu meliputi : kemampuan informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik (Sukadi, 2006).
Kemampuan informasi verbal berkaitan dengankemampua menyatakan kembali apa yang telah
dipelajari. keterampilan intelektual berkaitan dengan kemampuan mentranspormasikan
informasi ke berbagai sistem simbolik. Beda antara informasi verbal dan Intelektual adalah
beda mengetahui bahwa dan mengetahui bagaimana dengan mengetahui mengapa dan apa.
Kemampuan ini dimulai dari kemampuan memalukan analisis, sistesis, hingga pemikiran yang
kritis dan kreatif (pemecahan masalah), serta evaluatif. Kemampuan strategi kognitif,
selanjutnya adalah kemampuan untuk mengelola pikiran itu sendiri, seperti: bagaimana peserta
didik memeperhatikan stimulus, membentuk skema penyusunan sandi informasi, mengatur
besaran informasi yang harus disimpan dan disusun dalam struktur kognisi, serta menemukan

Indonesian Values and Character Education Journal | 15


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

kembali hal-hal yang disimpan dan dalam mengorganisasikan respon-respon belajar. Atau bisa
dikatakan sebagai berfikir relektif. Sikap dimaksud adalah kapabilitas yang mempengaruhi
pilihan tentang tindakan mana yang akan diambil dengan menentukan adanya kemungkinan
suatu kelas tindakan tertentu yang akan dilakukan. Terakhir adalah gerak motorik adalah
kapabilitas yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmaniahsecara mulus. Ciri utamanya
adalah ketepatan, kecepatan atau pengaturan waktu dan kemulusan gerak fisik (Gredler, 1992).
Strategi implementasi pendidikan karakter melalui multiple intelligence berbasis portofolio
dapat mengakomodir teori tentang empat pilar pendidikan yang memandang belajar sebagai
proses, how to know, how to do, how to be dan how to live together yang dijadikan dasar dalam
pengembangan kapabilitas belajar peserta didik (Kertih, 2014). Pendidikan karakter melalui
multiple intelligencces pada setiap mata pelajaran, pengalaman langsung serta internalisasi di
masyarkat dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna. Kapabilitas belajar yang
bermakna adalah kapablitas berguna bagi kehidupan peserta didik baik untuk kepentingan
belajar lebih lanjut maupun untuk disumbangkan dalam pemecahan masalah-masalah di
masyarakat. Kebermaknaan ini dimaksudkan dapat berguna bagi peserta didik dan masyarakat.
Sehingga terwujud karakter bangsa yang cerdas dan baik (smart and good citizenship) dengan
idikator Warga negara yang mampu “berfikir global,bertindak lokal, dan komit terhadap bangsa
dan negaranya (think globally, act locally, and commit nationality )” (somantri, 2001; Azis
Wahab, 2001, Winataputra,2001; Azis Wahab dan Sapriya, 2011).
Strategi pendidikan karakter yang dilakukan pada pembelajaran daring ini diharapkan
dapat mengakomodir sesuai dengan prinsip-prinsip Belajar Dari Rumah yang di jelaskan dalam
Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, No. 4 tahun 2020. Diantaranya.
Pertama, keselamatan dan kesehatan lahir batin siswa, guru, kepala sekolah, dan seluruh
wargasekolah menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaa BDR, kedua. Kegiatan BDR
dilakukan untuk memberikan pengelaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani
tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum, ketiga.BDR dapat difokuskan pada
pendidikan kecakapan hidup, anatar lain mengenai pandemi Covid-19. Keempat. Materi
pembelajaran bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan, kontek budaya,
karakter dan jenis kekususan peserta didik.

4. Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, Pendidikan


karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi pembentukan dan pengembangan potensi.
Pendidikan karakter membentuk dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik,
berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah pancasila. Kedua, fungsi perbaikan dan
penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang
maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring. Pendidikan karakter memilah budaya
bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilainilai budaya
bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat. Guru dalam megengbangkan materi
pembelajaran harus mengananlisis materi pembelajaran yang disesuaikan dengan masing-
masing nilai karakter. Tujuannya adalah antara materi pembelajaran dengan output yang di
hasilkan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Kedua, Pembelajaran daring, atau dalam
jaringan, adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan
komputer. Dengan kata lain merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung
antara guru dan siswa, tetapi dilakukan melalui jaringan internet (online) dari tempat yang
berdeda-beda. Ketiga, Prinsip strategi Multiple Intelligences pada pendidikan karakter masih
menggunakan prinsip pendekatan pembelajaran kontruktivistik. Peserta didik secara aktif
mengembangan kedelapan potensi yang dimiliki disesuaikan dengan kompetensi dasar yang
diajarkan dan bagaimana aktualisasinya terutama jika ada kaitan dalam menghadapi Covid-19.
Strategi implementasi pendidikan karakter melalui multiple intelligences berbasis portofolio
dengan diitegrasikan pada mata pelajaran merupakan suatu upaya dalam proses pembelajaran
untuk dapat mengembangkan life skill atau kecakapan peserta didik
Berdasarkan simpulan tersebut dapat dikemukakan saran yaitu, pertama, guru harus
diberikan pemahaman bagaimana teknik dan startegi dalam pendidikan karakter pada
pembelajaran daring yang merupakan pengejewanatahan belajar dari rumah. Guru harus
berusaha kreatif dalam menggali informasi dan karakteristik peserta didik dalam menentukan
model-model pembelajaran dengan hasil belajar yang diharapkan pada pembelejaran daring.

Indonesian Values and Character Education Journal | 16


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

Keberhasilan pendidikan karakter bangsa pada masa Covid-19 membutuhkan peran utama
orang tua siswa dan lingkungan rumah sebagai mitra sekolah dalam usaha Nation and
Character Building.

Daftar Pustaka

Akin, Terri.,dkk. 1995. Character Education in America‟s School. Califrornia: Innerchoice


Publishing.

Andrianti. S. (2019). Pendekatan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio dalam Meningkatkan


Tanggung Jawab Belajar Mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi. Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristiani.3, ( 2). 2541-3945 (online). http://www.sttintheos.ac.id/e-
journal/index.php/dunamis

Anggraini, L . (2020). Pendidikan Di sekolah dasar dalam Rangka menyongsong kenormalan


baru. Webminar Nasional. Program Studi pendidikan Sekolah Dasar Universitas
dwijendra, 19 Juni 2020, Denpasar

Berkowitz, M.W. & Bier, M.C. 2005. What Works In CharacterEducation: A Research-Driven
Guide for Educators, Washington DC: Univesity of Missouri-St Louis.

Fajar, A. (2002). Portofolio Dalam Pelajaran IPS .Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gardner, Howard, 2013, Multiple Intelligences: Memaksimalkan Potensi dan Kecerdasan


Individu dari Masa Kanak-kanak Hingga Dewasa, Penerjemah. Yelvi Andri Zaimur,
Jakarta: Daras Books

Gredler, M. E. (1992). Idiology, Culture, and The proscess of Schooling. Philadelpia: Temple
Unitversity Press.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan. Surat edaran no 4. Tahun 2020. Tentang


pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus disease
(covid- 1 9)

Kementrian pendidikan dan kebudayaan. Surat edaran sekretaris jendral no. 15 tahun 2020
tentang pedoman pei.iyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran
corona yirus d/sease (covid-19)

Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan


Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.(2016) guru pembelajaran petunjuk teknis


peningkatan program peningkatan kompetensi guru pembelajar moda dalam jaringan

Kertih. I. W. (2014). Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui Integrasi Pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Kearifan Lokal Bali (Studi Etnografi
Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singaraja, Kabupaten Buleleng-
Provinsi Bali).Disertasi.Sekolah Pascasarjana. Universitas pendidikan Indonesia.

Komalasari, K. (2010) Pembelajaran Kontekstual (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah).


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kusniati, e. (2016). Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences. Jurnal nuansa, 9 (2),
167-177.

Lickona,Thomas. (1992). Educating for Character, How Our School Can TeachRespect and
Responsibility. New York : Bantam Books.

Indonesian Values and Character Education Journal | 17


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

Maunah, b. (2015). implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan kepribadian holistik


siswa. jurnal pendidikan karakter. 5 (1), 90-101
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/download/8615/7107

Mulyasa, E. (2011). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Mulyasa, E. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Omeri, N. (2015) Pentingnya Pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. Manajer Pendidikan,
9(3) 464-468. https://media.neliti.com/media/publications/270930-pentingnya-pendidikan-
karakter-dalam-dun-f6628954.pdf

Samani, Muclas dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Santika, I. G. N., Kartika, I. M., & Wahyuni, N. W. R. (2019). Pendidikan Karakter: Studi Kasus
Peranan Keluarga Terhadap Pembentukan Karakter Anak Ibu Sunah Di Tanjung Benoa.
Widya Accarya. 10 (1), 54-66, https://doi.org/10.46650/wa.10.1.864.%25p

Santika, I. G. N., Sujana, G., & Winaya., M. A. (2019). Membangun Kesadaran Integratif
Bangsa Indonesia Melalui Refleksi Perjalanan Historis Pancasila Dalam Perspektif
Konflik Ideologis. Jurnal Etika Demokrasi (JED). 4 (2), 89-98.
https://doi.org/10.26618/jed.v4i2.2391

Santika, I. G. N. (2020). Menelisik Akar Kegaduhan Bangsa Indonesia Pasca Disetujuinya Hasil
Revisi UU KPK Dalam Perspektif Pancasila. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial. 6 (1), 6-36.
http://dx.doi.org/10.23887/jiis.v6i1.25001

Santika, I. G. N., Purnawijaya, I. P. E., & Sujana, I. G. (2019). Membangun Kualitas Sistem
Politik Demokrasi Indonesia Melalui Pemilu Dalam Perspektif Integrasi Bangsa Dengan
Berorientasikan Roh Ideologi Pancasila. Seminar Nasional 1 Hukum dan
Kewarganegaraan. 1 (1), 74-85.
https://eproceeding.undiksha.ac.id/index.php/semnashk/article/view/1665

Santika, I. G. N., Rindawan, I. K., & Sujana, I. G. (2019). Memperkuat Pancasila Melalui Pergub
No. 79 Tahun 2018 Dalam Menanggulangi Pengikisan Budaya Di Era Revolusi Industri
4.0. Prosiding Seminar Nasional Inobali 2019, 79, 981–990

Sardiman .(2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.jakarta : rajawali Pers

Sukadi (2006). Pendidikan IPS sebagai rekontruksi pengalaman Budaya berbasis Idiologi tri
Hita karana pada SMU Negeri 1 Ubud Gianyar bali. Sekolah pascasarjana UPI: Bandung.

Supriadi, A. 1997 Kemampuan Guru Memanfaatkan Asesmen Portofolio Dalam Meningkatkan


Mutu Belajar Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. Bandung: UPI

Supriadi, A. (1997). Kemampuan Guru menerapkan asesmen portopolio dalam meningkatkan


Mutu Belajar Pendndikan IPS di Sekolah Dasar. Tesis. (tidak diterbitkan). PPS Upi
Bandung.

Suryadi. (2002). Memahami „life skills‟. Media Indonesia (14 Pebruari 2002)

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Terry, L. And Ron, T. (2007). Values education and Quality Theaching:The Double Helix Effect.
David Barlow Publising Australia.

Indonesian Values and Character Education Journal | 18


IVCEJ, Vol 3 No 1, Tahun 2020
p-ISSN: 2615-4684 e-ISSN: 2615-6938

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Wahab, A. A. (2001). Rekonstruksi kurikulum PMPKN. Jurnal civicus (1). Bandung. Jurusan
PMPKN.UPI

Wahab, A. A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewraganegaraan.


Bandung: ALFABETA.

Wahyuni, D. E. dan Sitti Aliffatul Hasanah. (2016). Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan lokal
Pembentuk Karakter Bangsa. FKIP e-PROCEEDING,19 (24), 2527-5917. Available at:
<https://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip-epro/article/view/5828>. Date accessed: 27 july
2020

Winataputra, U. S. (2001). Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik


Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS).
Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Winaya, A. M. (2020). Pembelajaran Daring sebagai „New Normal‟ Sekolah di masa Pandemi
Webminar Nasional. Program Studi pendidikan Sekolah Dasar Universitas dwijendra, 19
Juni 2020, Denpasar

Yulia Citra. 2015. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Tersedia pada:
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/viewFile/795/666

Zuchdi, Darmiyati, Prasetya, Zuhdan Kun,dan Masruri Muhsinatun Siasah. 2010.


“Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Bidang
Studi di Sekolah Dasar,”. Cakrawala Pendidikan. 1 ( 3). 2010. Edisi Khusus Dies Natalis
UNY. http://journal.uny.ac.id/index..

Indonesian Values and Character Education Journal | 19

Anda mungkin juga menyukai