Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kelompok 6 Usaha Perjalanan Wisata

MAKALAH BUDAYA MELAYU

SEJARAH DAN DIAPORA MASYARAKAT MELAYU

Disusun oleh :

Al Fedri 2101126237

Aulia Putri Angelita Harahap 2101126541

Dinda Pratiska Putri 2101112426

Resty Adhitia 2101126380

Winda Aulia 2101111211

Zahratul Aini Bediona 2101113495

Dosen Pengampu :

Diah Anugrah Dipuja, M.Pd

PROGRAM STUDI USAHA PERJALANAN WISATA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang ”Sejarah dan Diapora Masyarakat
Melayu” dengan tepat waktu. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Usaha
Perjalanan Wisata. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi
harapan berbagai pihak. Harapan dengan penulisan makalah ini agar setelah dapat
diselesaikan dapat menjadi referensi dalam melaksanakan perkuliahan Usaha Perjalanan
Wisata

Pekanbaru, 4 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................... 2

2.1 Proto-Deutro Melayu......................................................................................... 2


2.2 Kerajaan-Kerajaan Melayu Kuno................................................................... 2
2.3 Sejarah Melayu Islam dan Era Kolonial......................................................... 5
2.4 Perjuangan Rakyat Riau Masa Kemerdekaan............................................... 10
2.5 Diaspora Masyarakat Melayu.......................................................................... 14

BAB III : PENUTUP........................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 16
3.2 Saran................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah adalah perisitiwa yang terjadi pada masa lampau. Begitu pula dengan sejarah
Melayu adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga terjadinya suku Melayu.
Suku Melayu secara suku bangsa merupakan suku terbesar populasinya dalam Provinsi Riau.
Jumlah penduduknya di Riau pada tahun 1971 adalah 1.423.289 juta jiwa dan 967.395 jiwa
adalah suku Melayu. Melayu Riau tidak pernah berhenti melawan penjajah asing dalam
rentang waktu 430 tahun, bermula dari upaya mengusir portugis dari Melaka 1512 sampai
agresi Belanda II.

Diaspora adalah bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong
untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka. Orang Melayu ber-diaspora ke
pelosok Nusantara dengan ciri budayanya sendiri. Diaspora orang Melayu ini berawal dari
keinginan untuk membangun negeri supaya masyarakatnya memperoleh kesejahteraan yang
wajar dan manusiawi.

Sejarah dan Diaspora Melayu jelas berperan sangat penting dalam tiap-tiap
kehidupan. Dengan demikian, kita dapat mengetahui dan mempelajari hal-hal tentang Suku
Melayu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan


sebagai berikut:

1. Apa saja sejarah masyarakat Melayu?


2. Dimana saja terjadi penjajahan dalam suku Melayu?
3. Apa pengertian Diaspora Masyarakat Melayu?
4. Dimana saja Diapora Masyarakat Melayu terjadi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sejarah awal mula Melayu masuk ke tanah Riau
2. Mengetahui sejarah-sejarah Melayu yang terjadi di Riau
3. Mengetahui Diaspora Melayu
4. Mengetahui letak-letak Diaspora Melayu

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Proto-Deutro Melayu

Kedatangan pertama manusia di Riau bersamaan dengan kedatangan awal manusia di


Indonesia secara umum sampai saat ini kedatangan manusia tersebut berasal dari daratan Asia
yang salah satu wilayahnya lintasan pertama namanya adalah selat Malaka sebelum mencapai
Sumatera. Sementara di sisi lain provinsi Riau terletak di kawasan selat Malaka dan pantai
timur Sumatera atau pantai yang berhadapan langsung dengan selat Malaka.

Mereka selalu disebut dengan suku bangsa Weddoide yaitu bangsa yang berpindah-
pindah karena sumber mata pencaharian mereka tergantung pada hasil buruan. Di Riau kini
mereka diidentifikasi sebagai orang asli Sakai dan hutan. Dalam kehidupan sehari-hari
mereka di masa lampau menggunakan kapak batu sebagaimana layaknya masyarakat zaman
mesolitikum dan kemudian mengembangkan diri untuk menetap di suatu kawasan dan mulai
mengenal bercocok tanam.

Mulai dari tahun 2500 SM sampai tahun 300 SM, terjadi di 2 gelombang kedatangan
manusia yang disebut Proto- Melayu dan Deutro- Melayu. Keduanya memiliki kelebihan
dibandingkan Weddoide.

1. Proto Melayu sudah memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam bercocok tanam
tetapi Proto Melayu tidak berpindah-pindah, karena itu menyebabkan munculnya
pemukiman yang baru.
2. Deutro Melayu sudah dapat mengembangkan dirinya pada tahap yang belum tercapai
oleh Proto Melayu. Meskipun begitu itu tidak sedikit manusia dari kalangan Proto-
Melayu harus mengasingkan diri. Jejak Deutro-melayu ini antara lain dapat ditemui di
Bangkinang, Kuantan Mudik, dan Rokan melalui penemuan arca serta perhiasan dari
bahan perunggu. Sekilas dapat dibayangkan, perhiasan dan arca yang ditemukan di
sejumlah tempat di atas merupakan bagian dari sikap individu dalam berinteraksi
sesamanya.

2.2 Kerajaan-Kerajaan Melayu Kuno


1. Kandis dan Koto Alang

Kerajaan Kandis merupakan salah satu kerajaan tua yang pernah ada di Riau. Belum
dapat diketahui secara pasti tahun berapa kerajaan ini didirikan. Catatan kerajaan tentang
Kandis ditemukan dalam kitab Negara Kartagama yang menyebutkan bahwa Kandis
merupakan salah satu kerajaan yang berada dalam taklukan Majapahit.

Daerah kawasan Kandis diperkirakan meliputi daerah Kuantan sekarang ini yaitu
mulai dari hulu batang kuantan Negeri Lubuk Ambacang sampai ke Cerenti. Ibu kota

2
kerajaan Kandis adalah Padang Candi, yaitu suatu tempat dipinggir Batang Kuantan.
Dinamakan Padang Candi karena disitu terdapat gugusan candi.

Dalam kawasan yang sama, ditemui pula beberapa kerajaan. Diantara beberapa
kerajaan yang dimaksud adalah Koto Alang. Kerajaan ini diperkirakan berdiri sebelum
masehi sampai abad ke-2. Diperlukan waktu dua hari berjalan kaki untuk menempuh
pusatnya yang sudah tertimbun tanah. Diduga, Koto Alang memiliki peradaban tinggi,
sehingga sampai ada yang mengaitkannya dengan kerajaan Atlantis yang dikemukakan
filosof dan sejarawan terkemuka dunia, Plato, sebagai negara adidaya masa lalu. Sebaliknya,
ada juga yang mengatakan pada akhirnya Koto Alang dikenang sebagai bagian dari Kandis.

2. Katangka

Dekat Muara Takus, Kabupaten Kampar sekarang, besar kemungkinan pernah


berdiri sebuah kerajaan bernama Katangka. Sebutan “Katangka” itu sendiri dapat bermakna
sebagai bangunan yang berbentuk stupa, berasal dari kata “katanko”atau “kelangko”. Dari
kata “Kelangko” dapat juga bermakna tempat suci. Masih ada dua lagi pemakna terhadap
sebutan Katangka yang patut disebutkan. Pertama “katangka” disebut berasal dari kata
“kalangka”, gabungan dari dua kata yakni “kala” dan “anka”. Kata “kala” mengacu
pengertian pada waktu tengah hari, sedangkan “anka” setidak-tidaknya mengacu kepada
makna liku, ukiran dan tanda.

Pemakna ketiga,”katangka” disebut berasal dari kata “karangko”, artinya tempat


tinggi sebagai tempat pengintaian. Ini sejalan dengan keberadaan Katangka di suatu tempat
yang tinggi dibandingkan dengan sekitarnya. Dari tempat ini, jelas terlihat tempat-tempat lain
seperti Batu Bersurat, Tanjung Alai, Muara Mahat, Koto Dalam, Shindu dan Koto Tengah.
Selain itu nama Koto Tuo dan Muara Takus paling menyeramkan, disamping Katangka
terdapat banyak gundukan tanah yang disebut sebagai kuburan jin.

3. Sriwijaya

Salah seorang pakar yakni J.I Moens, menyebutkan semula Sriwijaya berada di
Pantai Timur Semenanjung Melayu (Malaysia sekarang), kemudian pindah ke Muara Takus
(ibid). Dua faktor utama yang memperkuat Muara Takus sebagai pusat Sriwijaya adalah :

a. Posisinya yang terletak dipinggir sungai yakni sungai Kampar yang pada waktu
dahulu dapat dilayarkan kapal sampai ke hulu, dengan muaranya di Selat Malaka.
b. Banyak ditemui bangunan besar dan peninggalan-peninggalan lain. Hal terakhir ini
sulit ditemui di kawasan yang juga disebut-sebut sebagai pusat Sriwijaya semacam
Palembang yang hanya ditemui stupa kecil, meskipun daerah inilah yang paling
gencar menyebutkan wilayahnya sebagai pusat Sriwijaya.

Peninggalan di Muara takus dapat digambarkan tentang setidak-tidaknya ada


sepuluh tempat yang memperlihatkan bukti pencapaian peradaban pada abad ke-7.
Peninggalan tersebut antara lain :

a. Yang paling terkenal adalah Muara Takus

3
b. Di sungai Takus, terdapat Perahu Bergerai dan Lubuk Tempayan.
c. Prasasti Batu Bersurat dan Prasasti Muara Mahat.
d. Bukti-bukti pemukiman ditemui di Pongkai dan Minawa Tamwan.
e. Kota Barat, Kota Dalam dan Gulamo banyak ditemukan pecah-pecahan keramik dari
zaman dinasti Sung. Di Balai Hyang Kemala Kewi ditemukan keramik maupun
porselin, dan sejumlah senjata kuno.

4. Keritang

Kerajaan Keritang terpusat dipinggir sungai Gangsal. Kata Keritang diperkirakan


berasal dai kata “itang”. Itang adalah sejenis tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat
disekitar sungai Gangsal. Seperti Kandis, nama kerajaan Keritang juga termasuk kedalam
kitab Negara Kartagama. Keritang merupakan sebuah kerajaan yang cukup besar, sehingga
Majapahit sangat menganggap penting kerajaan tersebut.

5. Gasib

Kerajaan Gasib atau Siak Gasib diperkirakan telah berdiri pada abad ke-14 atau 15
masehi. Pusat kerajaan Gasib terletak di tepi sebuah anak sungai yang bernama Gasib.
Tempat ini berada di Hulu Kuala Mandau sekarang ini. Kerajaan Gasib menguasai wilayah
sepanjang sungai Siak, mulai dari paling hulu yaitu Bukit Langa, Tapung Kanan.

Hanya ada dua catatan singkat yang menyebut tentang Raja Gasib. Catatan pertama
menyebutkan bahwa berdasarkan cina pada tahun 1433, Raja Bedagai dari Gasib bersama-
sama dengan Raja Indragiri dan Siantan datang untuk meminta perlindungan kepada Cina.
Catatan kedua menyebutkan bahwa pada tahun 1444-1447 Melaka mengalahkan Gasib dan
menawan rajanya yaitu Permaisuri.

6. Segati

Kerajaan ini terletak di Hulu Sungai Segati di tepi sungai Kampar. Kerajaan Segati
didirikan oleh Tuk Jayo Sati, keturunan Maharaja Olang. Pusat kerajaan pertama kali terletak
di Tanjung Bungo, tapi kemudian atas prakarsa putranya yang bernama Tuk Jayo Tunggal,
pusat kerajaan dipindahkan ke Ranah Gunung Setawar, di hulu Sungai Segati. Setelah Tuk
Jayo Tunggal meninggal dunia, diangkatlah Tuk Jayo Alam puteranya sebagai Raja.

7. Pekantua

Kerajaan ini berlokasi di hulu sungai Pekantua Pelalawan. Kerajaan ini didirikan oleh
Maharaja Indra dari Kerajaan Tumasik (Singapura). Diperkirakan kerajaan Pekantua
didirikan pada penghujung abad ke-14 M lebih kurang sezaman dengan kerajaan Melaka.
Setelah Maharaja Indera mangkat, ia digantikan oleh puteranya Maharaja Pura. Setelah era
Maharaja Pura, pemerintahan dilanjutkan oleh Mahara Laka dan kemudian dilanjutkan oleh
Maharaja Syaisya. Pada masa Mahara Syaisya ini dibangun sebuah bandar baru diseberang
Pekantua. Yang dinamakan bandar Nasi. Setelah memerintah beberapa lama Maharaja
Syaisya kemudian digantikan oleh puteranya Maharaja Jaya.

4
2.3 Sejarah Melayu Islam dan Era Kolonial

Islam masuk ke Tanah Riau pada abad ke-7 namun pada abad awal keislaman yang
dibawa Nabi Muhammad SAW belum banyak dianut di kawasan ini karena pengaruh kuat
Buddha dan dihadang dinasti tang di Cina dengan dominasi perdagangan. Meskipun
demikian Islam makin merasuk ke tanah Melayu dan menjadi pengaruh besar dalam
pengembangan peradaban Melayu.

Hasbullah menulis kehadiran Islam di dunia Melayu merupakan pertanda dimulainya


babak baru, karena agama ini menjadi sumber bagi adat melayu dan dijadikan sebagai pelurus
berbagai segi kebudayaan Melayu yang dianggap bersalahan dengan ajaran Islam sehingga
demikian An-Nizham menjadi aspek kehidupan orang Melayu menggantikan berbagai
sebutan untuk yang berkuasa menjadi Allah dan menggantikan berbagai simbol keagamaan
yang dipandang menyalahi ajaran Islam. Memuncaknya pengaruh Islam dengan kejayaan
Malaka pada abad ke-14 diiringi oleh pengaruh kolonial asing yang mencengkram.

2.3.1 Kedaulatan Melayu Islam di Riau


1. Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh

Pada suatu masa kemudian kehidupan masyarakat di Kuantan dan seni dikendalikan
oleh konfederasi negeri atau koto yang dinamakan Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh
meskipun begitu mereka memiliki otonomi tersendiri permasalahan antar koto dilaksanakan
melalui musyawarah orang gedang di Teluk Kuantan yang dipimpin oleh Datuk Bisai.

2. Andiko Nan 44

Pemerintahan Andiko 44 meliputi negeri-negeri yang terdapat di Kampar yang


berjumlah 44 negeri pemerintahan Andiko Nan 44 negeri diperkirakan berdiri pada tahun
1349 pusat pemerintahannya berada di Muara Takus awal pemerintahan pertama di pegang
oleh Datuk Simarajo di Balai dari Suku Domo untuk kepala pemerintahan di tiap-tiap negeri
ditunjuk oleh penghulu pucuk sebagai kepala kerapatan. Penghulu inilah yang meneruskan
setiap perintah tugas penghulu pucuk dibantu oleh seorang monti dan pendito.

3. Gunung Sahilan

Kerajaan Gunung Sahilan diperkirakan berdiri pada abad ke-16. Wilayahnya dibagi
menjadi 3 rantau yang pertama Rantau Daulat, Rantau Indo Ajo dan Rantau Andiko. Rantau
Daulat yaitu dari Muara Langgai sampai ke Muara Singingi dengan kampung-kampung nya
yaitu Mentuli, Sungai Pagar, Jawi-Jawi, Gunung Sahilan, Subara, Kototuo Lipat Kain.
Kemudian Rantau Ide Ijo mulai dari Muara Singingi sampai ke Muara Sawah dikatakan Indo
Ijo karena berasal dari negerinya yaitu Lubuk Simpur dan yang ketiga Rantau Andiko yaitu
dari Muara Sawah sampai ke Pangkalan Dua Laras dengan negeri-negeri Kuntu, Padang
Sawah, Domo, Pulau Pencong.

Secara garis besar kerajaan Gunung Sahilan terbagi dalam dua wilayah besar yaitu
Rantau Daulat adalah daerah pusat kerajaan. Rantau Daulat berpusat di ke negerian Gunung
Sahilan sedangkan Rantau Andiko adalah daerah kekuasaan khalifah yang bertempat di

5
mudik. Kerajaan Gunung Sahilan berdiri kurang lebih 300 tahun dan selama itu diperintah
oleh 9 orang raja atau Sultan dan 1 putra mahkota yang akan dinobatkan menjadi Sultan
apabila raja yang terakhir wafat.

4. Kerajaan Tambusai

Salah satu kerajaan yang tua yang berada di tanah Rokan Ibu negerinya terletak di
Dalu-Dalu. Belum diperkirakan berapa tahun berdirinya namun diperkirakan setelah
masuknya Islam di daerah ini. Raja pertama Tambusai adalah Sultan Mahyudin. Dalam
pemerintahannya, ia dibantu oleh orang besar kerajaan yang terdiri dari Datuk Sri Maharaja,
Datuk Paduko Tuan, Datuk Temenggung dan Datuk Paduko Rajo. Setelah Sultan Mahyudin
wafat digantikan oleh putranya yang bernama Zainal kemudian bergelar Sultan Zainal
pemerintah tidak terdapat perubahan yang penting kecuali perubahan gelar Datuk Seri
Paduka Datuk Setia Raja, Datuk Mangkuto Majalelo, dan Datuk Majo Indo.

Pada masa Sultan Abdullah atau Sultan keempat, diadakan perpindahan pusat
pemerintah dari karang besar ke Kuala Tambusai diadakan perubahan karena pusat
pemerintahan tidak ada begitu juga struktur orang besar tetap seperti pada masa Sultan Zainal
dalam pegangan raja Tambusai dijelaskan bahwa Kerajaan Tambusai sejak berdiri telah
diperintahkan oleh 19 raja.

5. Indragiri

Kerajaan Indragiri dapat dikatakan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Keritang.


Raja pertama kerajaan Indragiri adalah Narasinga ia adalah anak dari Raja Keritang terakhir
yang ditawan oleh Malaka, yaitu Raja Merlang. Sebagai ibukota, dipilih suatu tempat yang
terletak di tepi sungai di wilayah Pekan Tua titik menurut 1 pendapat Indragiri berasal dari
nama anak sungai tempat didirikannya kerajaan ini yaitu Sungai Pengandalan diri titik
kekuasaan kerajaan Indragiri dimulai dari Baturijal, sepanjang Sungai Indragiri, Sungai
Sangsal dan Keritang. Pendapat lain mengatakan kata "Indragiri" berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti Kerajaan Negeri Mahligai. Sultan yang terakhir yaitu Sultan Mahmud
Syah kemudian bergabung dengan Indonesia oleh pemerintah Indonesia, melalui TNI, yang
diberikan pangkat Mayor Honorair tahun 1947.

6. Rambah

Kerajaan Rambah didirikan di daerah Pasir Pangaraian yaitu di negeri Ramba daerah
ini termasuk kedalam daerah kekuasaan kerajaan Tambusai bahkan raja rambah pertama
adalah saudara Sultan Tambusai sendiri yaitu Raja Tengku Muda. Untuk menjaga masa
depan diadakan ikrar bersama antara raja Tambusai dengan Raja Ramba yaitu Tengku Muda
yang dipertuan Jumadil Alam Sari Muhammad Syarif yang dipertuan besar.

7. Kunto Darussalam

Kerajaan ini berdiri setelah kerajaan Tambusai yaitu ketika Tambusai diperintah oleh
Sultan Saifudin. Kerajaan ini terletak di kota lama dan merupakan pusat penyebaran Islam di

6
daerah Rokan menurut silsilah raja kerajaan Kunto Darussalam sejak berdiri sampai berakhir
tahun 1942 tercatat 8 orang raja yang pernah memerintah.

8. Kepenuhan

Kerajaan Kepenuhan didirikan setelah kerajaan Tambusai berkembang dengan pesat


Ibu negerinya terletak di Kota Tengah belum tahu kapan tentang waktu berdirinya Kerajaan
Kepenuhan. Tapi tentang Kerajaan Tambusai disebutkan bahwa kerajaan kepenuhan berdiri
ketika Tambusai dipimpin oleh sultan yang ke-7 yaitu Sultan Duli yang dipertuan-tuan.

Maka diperkirakan Kerajaan Kepenuhan berdiri pada penghujung abad ke-19 menurut
silsilah Kerajaan Kepenuhan, tercatat beberapa raja yang pernah memerintah di Kepenuhan
antara lain Sultan Sulaiman yang dipertuan muda.

9. Rokan IV Koto

Pada sekitar abad ke-14 terdapat sebuah kerajaan yang yang berpusat di Kota Lama
yaitu Kerajaan Rokan ada pendapat yang mengatakan bahwa perkataan Rokan berasal dari
"rokana" yang berarti rukun dan damai dan melambangkan kerajaan Rokan yang besar karena
kerukunan warga masyarakatnya. Rokan memiliki sumber daya alam yang menjadikannya
kerajaan yang makmur dan membangun hubungan erat dengan kerajaan lain sayangnya
kerajaan Rokan mengalami kemunduran pada abad ke-16 disebabkan oleh kekalahan Malaka
melawan Portugis. Adapun raja-raja yang pernah memerintah Rokan 4 koto diantaranya yang
di-pertuan Sakti Ahmad.

10. Siak Sri Indrapura

Siak Sri Indrapura merupakan sebutan bagi sebuah kerajaan yang terletak di tepi
sungai jantan yang bertepatan di Kabupaten Siak kerajaan ini didirikan oleh Raja Kecik pada
tahun 1723. Raja kecik adalah anak dari Sultan Johor yaitu Sultan Mahmudsyah II dan
istrinya yang bernama Encik Pong. Kerajaan Siak Sri Indrapura berdiri pada tahun 1723 dan
pada masa inilah Pekanbaru mulai dikembangkan dan Sultan terakhir Siak Sri Indrapura
bernama Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syaifuddin yang lebih dikenal
dengan nama Sultan Syarif Kasim II memerintah dari tahun 1908 sampai 1945 beliau
seorang yang berpendidikan dan sangat peduli dengan kaum perempuan dan mendirikan
lembaga pendidikan dan beliau mangkat pada tahun 1968 di Rumbai, dan bergelar Marhum
Mangkat di Rumbai.

11. Pelalawan

Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Pekan Tua dinamakan Pelalawan
diambil dari kata “lalu” yang berarti tempat yang sudah dicadangkan. Sekitar tahun 1725
Raja Pekantua Kampar mengumumkan pemindahan pusat pemerintahan setelah pemindahan
itu secara resmi nama Pelalawan menggantikan nama Pekan Tua Kampar dan setelah berubah
nama Raja Pelalawan yang semula bergelar Maharaja Dinda II berganti dengan Maharaja
Dinda perkasa atau Maharajalela Dipati dan digantikan putranya Maharajalela bungsu 1750-
1775 M.

7
12. Batu Hampar, Pekaitan Kemuning, Cerenti

Kerajaan tersebut disebut-sebut memiliki kedaulatan tersendiri tetapi semuanya belum


teridentifikasi secara memadai.

2.3.2 Riau Menentang Penjajah


1. Melawan Portugis

Orang Riau termasuk orang awal dalam menentang penjajahan asing dimulai dari
perlawanan terhadap Portugis disebabkan bahwa bangsa asing pertama kali menguasai
nusantara sampai-terdiri atas Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam
sekarang adalah bangsa Portugis yang merebut Malaka tahun 1511 dan kerajaan ini sedang
berada di puncak dan pada saat itu sebagian besar wilayah yang kini bernama Riau berada
dalam kekuasaan Malaka. Masyarakat melayu dipimpin oleh Sultan Melaka terakhir yaitu
Sultan Mahmud bersatu padu mengusir Portugis dan menyusun kekuatan dari Bintan yang
sekarang masuk ke dalam wilayah administratif provinsi kepulauan Riau. Lasykar lasykar
Melayu tak pernah berhenti menyerang Portugis dengan panglima bernama hang Nadim.
Sultan Mahmud mengirim Hang Nadim ke Gasib, Bukit Batu, dan Bengkalis, tahun 1512
untuk setahun setelah kejatuhan Malaka ke tangan Portugis. Dan Portugis dipimpin oleh
fernao peres de andrade dari Melaka tahun 1512 setelah melalui pertempuran yang banyak
menelan korban dari kedua pihak.

Walaupun begitu pada tahun 1526 Ras Singa II dari Indragiri bahkan memimpin
Armada Melayu menyerang Portugis di Malaka narasinga mengepung Melaka yang disambut
Portugis dengan perlawanan sengit berhari-hari perang yang disebut dengan perang sosok ini
terjadi yang menimbulkan korban yang tidak sedikit namun kembalinya narasinya menjadi
dampak negatif bagi pendudukan sipil yang juga kebanyakan Melayu pasalnya bahan-bahan
makanan tidak dapat masuk ke Malaka sehingga penduduk di kota itu kelaparan. Berbagai
serangan dilakukan orang Melayu Riau terhadap Malaka akhirnya membuat Portugis
mengambil tindakan khusus di wilayah Melayu Riau pada tahun 1537 mereka mengadakan
pembersihan di selat Rupat dan Bengkalis yang disambut penduduk setempat dengan
perlawanan sengit pada tahun 1547 Portugis menyerang Aceh Siak bukit batu dan Bengkalis
karena penyerahan tersebut daerah Siak bukit batu, dan Bengkalis menggabungkan diri ke
dalam pasukan Aceh untuk mempertahankan hak sesama saudara mereka atas tanah marah
dan tumpah darah.

2. Melawan Belanda

Perlawanan terhadap penjajah berikutnya, juga diperlihatkan Melayu Riau ketika


Belanda menguasai kawasan ini ditandai kekalahan Portugis dari Belanda di Melaka tahun
1945. Suku asli yakni suku akit di kecamatan Merbau, sekarang masuk dalam wilayah
administratif kabupaten Meranti tahun 1930 menciutkan Belanda akibat serangan mereka
secara gigih berani yang dipimpin oleh koyan titik dan pada tahun 1759 raja Mahmud di Siak
yang didampingi oleh panglimanya Said Umar menyerang Guntung mereka berhasil
merampas benteng Belanda dan mengusir mereka dari daerah itu dan tak lama kemudian
penguasa sia mengusir Belanda sampai ke Malaka. Puncaknya nya pengusiran Belanda pada

8
tahun 1782 dengan mengumpulkan orang-orang di pesisir timur Sumatera selain di kepulauan
Riau sendiri menurut sejarawan kemenangan ini adalah kemenangan bangsa Asia tenggara
terhadap satu dari empat bangsa di dunia yaitu yang memiliki armada laut terkuat yakni
Belanda.

Meskipun perang Riau sudah padam perlawanan masyarakat melayu Riau masih saja
panas berbagai pertempuran muncul setelah itu tetapi secara mengejutkan Belanda harus
menghadapi penyerangan yang dilakukan oleh tuanku Tambusai yaitu anak jati Melayu Riau
dari Rokan di benteng Fort Amerogen, Rao yang kini di Sumatera barat peperangan ini
dipimpin membuat Belanda baik di kawasan yang sekarang masuk ke dalam wilayah
administratif Sumatera Utara Sumatera barat dan Riau sendiri kalang kabut.

Perlawanan yang mengerikan diperlihatkan juga oleh Datuk Tabano dari Bangkinang
Kampar sebagai pemimpin perlawanan rakyat limo koto meskipun melawan pasukan Belanda
yang berjumlah 1000 orang pada tahun 1898 an Tabano tidak mau menyerah, ketika musuh
mau menangkapnya iya persilahkan masuk kedalam rumahnya dengan senjata terhunus tetapi
sebelumnya dengan takzim ia melantunkan adzan dan dengan berakhir mengucap
"lailahailallah". Dalam pertempuran yang diperlihatkan 5 kota dengan kepintaran
mewujudkan bagaimana tidak untuk menyerang limo koto, Belanda yang datang dari
pangkalan harus melintasi sungai Mahakam yang mengalir ke pulau gadang masyarakat
membangun benteng di sebuah bukit yang bernama batu dinding dan menggelindingkan kayu
dalam jumlah besar ke arah sungai yang dilewati pasukan Belanda.

Setelah menguasai limo koto, Belanda menuju teluk kuantan melewati gunung
sahilan, lipat kain komandan kuntu namun saat di perjalanan mereka mendapat perlawanan
dari masyarakat setempat dan menewaskan ratusan pihak penjajah pada saat itu Belanda baru
dapat menguasai kuantan pada tahun 1905.

Cukup besar pula perjuangan Sultan Zainal Abidin di Rokan yang terus menggempur
Belanda tahun 1901-1904 ia menolak apapun bentuk yang berhubungan dengan Belanda.
Sampai mengirim utusan ke Ipoh atau Malaysia dan Turki untuk mengenyahkan Belanda dari
tanah kelahirannya namun kemudian ia dapat ditangkap Belanda di pasirpangaraian,
kemudian dibuang ke Sukamiskin sebelum akhirnya dipenjara di Madiun lalu beliau wafat di
salah satu wilayah penting di Jawa.

3. Melawan Inggris dan Jepang

Perlawanan masyarakat melayu Riau terhadap Jepang terjadi di Indragiri Hilir dan
Labuhan Tangga yang kini disebut Rokan Hilir. Di Enok pertempuran diawali dengan
ketidakmampuan masyarakat menyerahkan hasil tanaman mereka kepada Jepang sementara
di Labuhan Tangga, dipicu oleh larangan Jepang terhadap pelaksanaan takbir dan salat idul
Fitri tahun 1944. Perlawanan terhadap Jepang dilakukan dengan berbagai cara tidak hanya
dengan senjata di antaranya adalah mogok kerja dan pemboikotan mogok kerja ini misalnya
diperlihatkan buru-buru kerja paksa yang membuat jalan Pekanbaru-Bangkinang. Peristiwa
ini berakhir tragis ketika Jepang justru menyiksa buruh yang ternyata menewaskan ribuan

9
orang. Orang Sakai, juga sempat melawan Jepang dengan gagah berani, yang menyebabkan
bangsa asing tersebut kalangkabut.

2.4 Perjuangan Rakyat Riau Masa Kemerdekaan


1. Pengibaran Awal Merah Putih

Berita Proklamasi kemerdekaan i daerah ini diterima dalam waktu berbeda-beda.


Cuma pasti, berita tersebut bergulir yang disambut sebagian besar masyarakat dengan suka
cita. Pernyataan kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agusutus 1945, disambut antusias
masyarakat melayu Riau yang secara otomatis bergabung dengan negara baru ini. Pasalnya,
hanya kawasan yang berada dalam pengaruh Belanda di kawasan Selat Malaka, Hanyalah
Riau baik di kepulauan maupun di daratan.

Tak hanya gembira, pada bulan September 1946, Sultan Syarif Kasim II, bahkan
meninggalkan Siak untuk menyerahkan Siak ke pangkuan NKRI melalui tangan Presiden
Soekarno di Yogyakarta. Tidak saja wilayah dengan kekayaan alam nya, waktu itu minyak
sudah ditimbang dikerajaan Siak-Syarif Kasim juga menyerahkan harta pribadi senilai 13 juta
gulden. Atas pengabdiannya pula pemerintah Indonesia telah mengangkat Sultan Syarif
Kasim II sebagai pahlawan nasional.

Pertemuan besar menyikapi kemerdekaan Indonesia itu terlaksana di Bengkalis, 14


Oktober 1945, dihadiri ribuan orang. Tokoh bengkalis Datuk Ahmad memberi arahan agar
pemuda berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan hasil menempatkan M.Nurdin
Yusuf sebagai ketua pengurus Badan Perjuangan. Ia didampingi wakil Ahmad Maulana.
Sedangkan para anggotanya adalah M. Syafrief Harun, Wan Abdurrahman Syamsir Badrun,
Mr. Syafrief Harahap, Yusman. Haruhaya dan M. Tasrief. Kelak nada ini bernama Angkatan
Pemberontak Indonesia (api). Diantara kegiatan mereka yang terkenal adalah menggerakkan
perjuangan rakyat dari kota sampai ke kampung-kampung dengan dukungan ulama.

Dinamika terus bergulir,juga diperlihatkan dengan kemunculan berbagai organisasi


baik formal maupun nonformal seperti pembentukan Pemuda Republik Indonesia, Palang
Merah Indonesia (PMI), bahkan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), disusul pembentukan
sejumlah partai. Selain Bengkalis nama-nama kawasan yang selalu disebut dalam hal ini
adalah Baserah, Pasir Pengaraian, Pelalawan, Siak, Teluk Kuantan, dan juga Pekanbaru.

Di Bagansiapi-api perseteruan antara masyarakat setempat dengan Cina diawali oleh


tindakan kelompok Cina tidak menaikkan bendera merah putih disamping kanan bendera
Cina (Kuo Min Tang) sebagaimana perjanjian sebelumnya. Setelah peringatan tidak
diindahkan, pemuda merobek-robek bendera Kuo Min Tang. Suasana makin tidak terkendali
setelah beberapa hari kemudian, Kapitan Cina terbunuh di markas BKR akibat pedang
seorang pemuda bernama Rifa’i Abidin. Tetapi bentrok baru menyeruak besar-besaran pada
tanggal 12 maret 1946. Peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa “Bagansiapi-api I” selain di
bagan siapi-api pertempuran sosah terjadi di Parit Tangko dan Simpang Tukang.

Persisnya tanggal 19 September 1946, kelompok Cina melakukan serangan besar-


besaran dengan metode unik terhadap apa dan siapa saja yang menghalangi mereka,

10
sedangkan pemerintah tidak siap menghadapi mereka. Namun seiring perjalanan waktu,
masyarakat setempat juga tidak bisa menerima tindakan Cina tersebut, sehingga berkoodinasi
sesama mereka. Apalagi di berbagai kampung, masih terdapat sejumlah orang Cina yang
tidak tahu menahu dengan kejadian di Bagansiapi-api. Belum lagi keberadaan Tentara
Jambang yang memilih menyerang orang-orang Cina. Tak pelak lagi korban jiwa pun
berjatuhan, melebihi 1.000 orang dari semua pihak. Rentetan peristiwa ini dikenal dengan
sebutan peristiwa “Bagansiapi-api II”, baru pulih pada awal Oktober 1946.

2. Agresi Belanda I

Pada agresi Belanda I di Riau yakni suatu usaha Belanda untuk tetap menjajahi
Indonesia,terjadi tembak-menembak antara Indonesia dengan Belanda diperairan Inderagiri
Hilir,Bengkalis dan daerah pantai lainnya.Diantara pertempuran yang terkenal adalah
penyerangan ke Tanjung Kilang Pulau Durai.Tempat ini merupakan pos motor-motor patroli
belanda,berkekuatan tentara satu peleton yang bila-bila masa bisa menambah kekuatannya
dari Tanjung Batu,Kepulauan Riau.Dari pulau ini pula mereka senantiasa berpatroli yang
menghambat pelayaran di Inderagiri khususnya dari dan ke Singapura.

Penyerangan dilakukan pada 20 Juli 1946 dari lima regu.Dengan semangat yang
tinggi pasukan yang dipimpin Kapten Muchtar tersebut pada sebelah paginya sudah dapat
menguasai Tanjung Kilang.Tapi beberapa jam kemudian,musuh mampu menyerang pasukan
merah putih secara bertubi-tubi dengan kekuatan tentara dua peleton.Kapten Muchtar dan
empat prajuritnya gugur.Sekitar pukul 14.00 pasukan Letnan Sunipar mampu mengusir
musuh.

Berbagai perlawanan diperlihatkan masyarakat Riau,apalagi setelah 27 Juli


1947,Belanda memblokade muara-muara sungai penting seperti Siak dan
Inderagiri,disamping memperkuat patroli diperairan sepanjang pantai Timur terutama antara
Panipahan sampai Kuala Enok.

Di sisi lain,dalam rentang waktu awal kemerdekaan dan agresi Belanda I,berbagai
kekuatan militer di Riau sudah terbentuk.Pada bulan November 1945,berbagai elemen
kekuatan militer Riau sudah bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
sebagaimana terbentuk secara nasional.Untuk Riau,BKR dipimpin oleh Letnan II Hasan
Basri,terdiri atas tiga batalyon.Di pekanbaru batalyon BKR dipimpin oleh D.I Panjaitan
sedangkan batalyon Bengkalis dipimpin Arifin Achmad dan Thoha Hanafi memimpin
batalyon Inderagiri.

3. Agresi Belanda II
a. PDRI Berpusat di Bangkinang

Secara nasional, Agresi Belanda II ditandai dengan penyerangan kota Yogyakarta, 19


Desember 1948 yang menjadi salah satu dasar Panglima Besar Sudirman mengeluarkan
perintah harian. Persoalannya Yogyakarta yang waktu itu sebagai ibu kota Negara RI telah
dikuasai Belanda, bahkan Presiden Sukarno dan Wakil presiden Moh. Hatta ditangkap oleh
agresor tersebut.

11
Secara umum,disebutkan bahwa Riau diserang dari dua jurusan. Jurusan pertama
datang dari Tanjung Pinang sebanyak dua batalyon yang dipimpin oleh Kolonel Trebel.
Dilindungi pesawat-pesawat tempur Mustang, kota-kota yang menjadi sasaran mereka antara
lain adalah Bengkalis, Selat Panjang, Bagansiapi-api, Siak Sri Indrapura, Tembilahan, Rengat
dan Airmolek, Arah Darat, Riau diserang dari Sumatera Barat oleh Brigade V Erp, meliputi
Bangkinang dan Pekanbaru.

b. Menyelamatkan PDRI: Bangkinang dan Pekanbaru

Diluar dugaan karena semula yakin bahwa mereka tidak dapat menembusi pertahanan
RI di Sumatera Barat, pasukan Agresor ini telah masuk ke Riau tanggal 26 Desember 1948
tepatnya di Bnagkinang. Kota ini diserang dari darat dan udara. Meskipun tidak menimbulkan
korban jiwa, telah cukup memberi sinyal bahwa PDRI dalam keadaan genting, sebab Mr
Syafuruddin Prawiranegara sebagai ketuanya, masih berada di Bangkinang. PDRI akhirnya
meninggalkan Bangkinang, 30 Desember 1948, setelah memperoleh informasi bahwa
Belanda yang baru saja menguasai Payakumbuh bergerak ke Riau khususnya Bangkinang
pada 29 Desember 1948.

Didukung tentara terjun payung, Belanda memasuki Pekanbaru 1 Januari 1949. Selain
berhari-hari menyebarkan pamflet tentang tertangkapnya pemimpin Indonesia di Yogyakarta
melalui udara, mereka terus-menerus menambahkan kekuatan. Tanggal 4 Januari 1949
misalnya kapal-kapal Belanda tiba di Pekanbaru, membawa dua kompi pasukan KNIL.
Kekuatan Belanda di Pekanbaru menjadi dua kompi lebih terkonsentrasi di Rintis dan Tanah
Merah. Selain itu 1 peleton merinir di pelabuhan, 1 detasemen Inlichting Doents di tengah
kota, 1 detasemen MRD ditengah kota, 1 detasemen angkatan udara di Simpangtiga.

c. Serangan Balas ke Bengkalis

Dua hari sebelum menyerbu Pekanbaru,tepatnya 29 Desember 1948, Angkatan laut


Belanda telah menyerang Riau peisir terutama Bengkalis dan Selatpanjang. Tak hanya sekali,
serbuan agresor juga dilakukan tanggal 30 Desember 1948. Bengkalis dipertahankan satu
kompi dibawah pimpinan Letnan Masnur, satu kompi markas dibawah pimpinan Endut Gani,
serta satu detasemen polisi. Gempuran berjam-jam dari Belanda dengan kekuatan dua kapal
perang Fregat, tiga kapal pendarat dan satu kapal barang, dibantu pesawat udara,
menyebabkan pasukan Indonesia terpaksa menghindar. Mereka bertahan dikampung-
kampung sedangkan kota telah dikuasai musuh.

Tentara Indonesia memperoleh tambahan kekuatan, ketika Letnan II Soebrantas


dengan 87 anggotanya dari Rupat mendarat di Meskom. Konsolidasi segera dilaksanakan
antara lain melalui pertemuan pimpinan pasukan yang bertahan di Bengkalis dengan
Soebrantas yakni Letnan Masnur dan Letnan I Iskandar.

d. Diawali Serangan Udara di Tembilahan

Serangan Belanda ke Tembilahan digambarkan sebagai hal yang tiba-tiba. Pasalnya,


pada tanggal 30 Desember 1948, persis pada saat Pekanbaru diserang dari Bangkinang, langit
kota ini dibelah oleh sebuah pesawat udara musuh, malah menjatuhkan dua bom, setelah

12
memutari kota berkali-kali. Pimpinan tentara setempat Letnan Sunipahar memerintahkan
rakyat untuk bersiap-siap mengosongkan Tembilahan, bahkan bila perlu membumi
hanguskannya. Baru beberapa hari kemudian, 4 Januari 1949 Tembilahan diserang dari
sungai seiringan dengan munculnya empat kapal para musuh,beriringan dengan kemunculan
dua pesawat tempur yang melakukan penembakan keseluruh penjuru.

Setelah berhasil menguasai Tembilahan melalui pertempuran sengit, musuh


melakukan penyerangan ke Perigi Raja, Kuala Enok dan Pulau Kijang.

e. Sekitar 2.000 jiwa Korban di Rengat

Penyerbuan besar-besaran Belanda terhadap Riau terjadi di Rengat dengan kekuatan


lebih dari satu kompi, dibantu 2-7 pesawat udara. Hal ini disebabkan asumsi musuh yang
senantiasa dilayani pertemuan terbuka sejak 1946 dan ditemuinya beberapa kapal pribumi
yang membawa senjata di Sungai Inderagiri. Selama tiga hari langit rengat sampai airmolek
dan Teluk Kuantan seolah-olah dikoyak oleh pesawat musuh. Puncaknya tanggal 5 Januari
1949, ketika pagi sekitar pukul 07.00 dua pesawat Mustang Belanda muncul dari tenggara
kota. Pesawat-pesawat tersebut menembak dan melempar granat kekota. Selain Rengat, Air
Molek dan Teluk Kuantan juga diperlukan serupa oleh Belanda. Penyerangan udara diiringi
dengan penerjunan pasukan melalui tujuh pesawat Dakota.

f. Sungai Apit dan Siak

Sehari setelah Yogyakarta sebagai ibu kota negara RI diserang, 19 Desember 1949
berbagai peningkatan aktivitas Belanda di Kuala Sungai Siak sudah kelihatan. Biasanya
hanya satu kapal yang menjaga kawasan tersebut tetapi sejak saat itu kapal patroli ditambah
dengan dua kapal patroli sungai. Pos di Tanjung Layang diserang, malahan mengalami
puncaknya pada 29 Desember 1949. Tembak menembak acap kali terjadi antara Belanda
dengan tentara Indonesia disungai apit dibawah pimpinan Letnan Nasrun. Gerakan musuh
memasuki Siak dihadang tembakan TNI dibawah pimpinan Letnan Abbas Djamil. Tak lengah
lagi, hanya berselang sehari kemudian, kota ini diserang dari udara. Malahan sepekan
kemudian Belanda memperkuat militernya dengan mendatangkan dua kapal.

Serangan Belanda diiringi dengan pendaratan dan pendudukan di sungai Apit terjadi
pada Maret 1949.

4. Provinsi Sendiri

Dapat disebutkan bahwa ide pembentukan Provinsi Riau berangkat dari kesadaran
bahwa keresidenan ini memiliki kemampuan tersendiri dipandang dari berbagais udut baik
ekonomi maupun sejarah. Dalam bidang ekonomi misalnya, terlihat luas kebun kelapa di
Riau pada tahun 1951 adalah 291.331 sedangkan di Sumatera Barat hanya 28.000 hektar dan
Jambi 188.600 hektar. Begitu kebun karet di Riau yang pada tahun serupa adalah 182.572
hektar, sedangkan di Sumbar 25.000 hektar. Tanaman pinang di Riau sekitar 10.000 hektar
yang tidak dijumpai di Sumatera Barat dan hanya sedikit di Jambi sekitar 300 hektar. Apalagi
produksi laut Riau tahun 1952 yang di Bengkalis saja telah mencapai 43.000 barrel per hari.

13
Sebaliknya, pembangunan di Riau amat sedikit. Sebagai contoh adalah pendidikan.
Pada tahun 1950-an di provinsi Sumatera tengah terdapat 27 SMP Negeri (SMPN), tetapi
hanya empat SMPN saja yang berada di Keresidenan Riau, selebihnya yakni 21 SMPN
berada di Sumatera Barat dan dua SMPN lagi di Jambi. Begitu juga sekolah teknik (TK) dan
Sekolah Teknik Menengah (STM) yang se-Sumatera tengah berjumlah 14 sekolah, hanya
satu sekolah berada di Riau dan Jambi sedangkan selebihnya di Sumatera Barat (ibid).

Provinsi Riau terus berkembang, kini Riau memiliki 12 kabupaten/kota. Tetapi


sekarang Riau awal sudah tidak utuh lagi, menyususl dengan di kembangkan nya Kabupaten
Kepulauan Riau menjadi provinsi tersendiri tahun 2004. Adapun mereka yang menjadi
Gubernur Riau adalah sebagai berikut:

a. S.M Amin (1958-1960)


b. Kaharudin Nasution (1960-19660)
c. Arifin Achmad (1966-1978)
d. R. Subrantas Siswanto (1978-1980)
e. Prapto Prayitno (1980)
f. Imam Munandar (1988)
g. Baharuddin yusuf (1988)
h. Atar Sibero (1988)
i. Soeripto (1988-1998)
j. Saleh Djasit (1998-2003)
k. Rusli Zainal (2003-2008)
l. Wan Abu Bakar (2008)
m. Rusli Zainal (2008-2013)
n. Anas Maamun (2014-2016)
o. Arsyadjualiadi Rachmad (2016-2018).

2.5 Diaspora Masyarakat Melayu

Istilah Diaspora (bahasa Yunani kuno: διασπορά, "penyebaran atau penaburan benih")
digunakan (tanpa huruf besar) untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun
yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka
penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena
penyebaran dan budaya mereka.

Orang Melayu di Riau ber-diaspora (bersebar) ke pelosok Nusantara dengan ciri


budayanya sendiri. Kondisi tersebut membuktikan bahwa kini dan masa depan orang Melayu
merupakan khasanah umat manusia yang bernilai luhur. Khasanah tersebut perlu dipelihara,
dibina, dan dikukuhkan serta diperkuat supaya umat manusia penerus tidak kehilangan
pegangan dalam melanjutkan nilai-nilai kemanusia-an beradab dan luhur itu. Diaspora orang
Melayu ini berpangkal dari keinginan untuk membangun negeri supaya masyarakatnya
memperoleh ke-sejahteraan yang wajar dan manusiawi. Diaspora ini berpangkal dari berbagai
alasan seperti mengembangkan dan menyebarkan budaya Melayu, diteruskan mencari ibu

14
negeri baru, meneroka tanah-tanah untuk kehidupan yang lebih baik, melakukan
perdagangan, membangun negeri yang ditemukannya bersama penduduk tempatan. Sistem
penjajahan yang menyulitkan kehidupan masyarakat di tempat mereka hidup sehari-hari telah
membuka kesempatan mereka ke Semenanjung untuk pening-katan kesejahteraan hidup yang
lebih baik. Dengan tidak mengecilkan makna diaspora, perlu diangkat teori bahwa Riau
dengan Tanah Semenanjung berlangsung dengan alamiah, baik budaya dan genealogis
maupun sosiologis. Insan-insan itu merupakan satu keturunan darah dan jika diingat
ungkapan orang tua-tua hubungannya ibarat "mencencang air tidak akan pernah putus.

Bagian akademik dari studi diaspora terbentuk pada pengahabisan masa zaman ke-20,
sehubungan dengan bertambah lapangnya guna 'diaspora'. Jacob Riis, seorang penulis yang
tajam, menyimpulkan bahwa diaspora terbentuk pada pertengahan masa zaman ke-20, namun
pada kenyataannya ruang lingkup diaspora yang diperluas baru disediliki pada pengahabisan
masa zaman ke-20.

Pada masa zaman ke-20 khususnya telah terjadi krisis pengungsi etnis besar-besaran,
karena peperangan dan bentuknya nasionalisme, fasisme, komunisme dan rasisme, serta
karena beragam bencana dunia dan kehancuran ekonomi. Pada paruhan pertama dari masa
zaman ke-20 ratusan juta orang terpaksa mengungsi di seluruh Eropa, Asia, dan Afrika Utara.
Banyak dari para pengungsi ini tak meninggal karena kelaparan atau perang, pergi ke benua
Amerika.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Mempelajari sejarah bukan hanya
bertujuan untuk mengetahui kejadian atau peristiwa penting di masa lalu namun juga
mengajarkan berbagai bentuk pengalaman yang terjadi sepanjang sejarah manusia baik
keberhasilan maupun kegagalan. Sehingga mempelajari sejarah sangatlah penting bagi kita
agar dapat mengetahui dan mengenal akar sejarah diri kita, karena mau tidak mau, kita adalah
hasil dan pencapaian dari peristiwa sejarah tersebut. Melayu Riau tidak pernah berhenti
melawan penjajah asing, malahan dalam rentang waktu 430 tahun, bermula dari upaya
mengusir portugis dari Melaka 1512 sampai agresi Belanda II. Dari sisi ini dapat disimpulkan
bahwa sumbangan Riau terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tentulah
tidak kecil ditambah dengan kekayaan alam dan budidaya yang kini menjadi bagian NKRI.

3.2 Saran

Dari uraian di atas, secara singkat dapat dikemukakan bahwa kita dapat menanamkan
nilai dan norma yang terkandung dalam sejarah Melayu kepada masyarakat luas, supaya nilai
dan norma tersebut mampu memberikan pembelajaran bagi semua orang melalui pendidikan,
pelatihan maupun sosialisasi mengenai sejarah Melayu terutama di Riau.

16
DAFTAR PUSTAKA

D. S H. Al Azhar, D.S Syahril Abubakar, H. Taufik Ikram, M. Nasir, Elmustian, Khaidir,


Mosthamir, Derichard, Syaiful, Yahya Ikhsan. 2018. Pendidikan Budaya Melayu Riau Buku
Sumber Pegangan Guru. Riau: Lembaga Adat Melayu Riau

https://opac.isi.ac.id/index.php?p=show_detail&id=36826#gsc.tab=0 diakses pada 5


September 2021

https://id.wikipedia.org/wiki/Diaspora diakses pada 5 September 2021

17

Anda mungkin juga menyukai