Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK KOMUNITAS 4

MAKALAH ANEMIA PADA POPULASI IBU HAMIL

Disusun Oleh:

1. Diah Ummul Nafisa 30901800045


2. Diana Mufida 30901800046
3. Diana Sismi Alfi Nurani 30901800047
4. Dian Lestari 30901800048
5. Dian Pratiwi 30901800049
6. Dian Puji Astuti 30901800050
7. Durrotun Anisah 30901800052
8. Dwi Nanik Indraini 30901800054
9. Dyki Maharani Hyatunnufus GP 30901800055
10. Elimunisa 30901800056
11. Elma Safitri 30901800057
12. Elsa Rosyana 30901800058
13. Erma Esti Mukholifah 30901800059

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan kondisi kurangnya kadar hemoglobin darah
sehingga proses pengikatan oksigen terganggu yang mengakibatkan suplai
oksigen ke seluruh tubuh menurun. lbu hamiI dapat dikategorikan dalam
kelompok yang berisiko mengalami anemia, meskipun umumnya bersifat
‘fisiologis’. Anemia akan terjadi di ibu hamil jika kadar hemoglobinnya
kurang dari 11,0 g/dL. Anemia pada masa kehamilan merupakan masalah
kesehatan terkait kesehatan ibu dan anak yang penting dan perlu ditangani
yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil
disebut “potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu
dan anak). Anemia merupakan kelanjutan dari dampak kurang vitamin dan
mineral yang sering menimbulkan gejala lemah, letih, lesu, pusing. Terkhusus
di Indonesia prevalensi anemia ibu hamil adalah 70% atau 7 dari 10 wanita
hamil menderita anemia serta salah satu negara dengan jumlah penderita
anemia kehamilan terbanyak.Tingginya pravalensinya anemia pada ibu hamil
merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Akmila et
al., 2020).

Anemia pada ibu hamil berpengaruh terhadap kualitas manusia yang


akan dilahirkan dan kualitas sumber berpengaruh kualitas daya manusia
(SDM) generasi yang akan datang. Selain itu, anemia pada ibu hamil dapat
meningkatkan kejadian abortus, prematus, berat badan lahir rendah (BBLR),
serta dapat menyebabkan kematian pada ibu hamil pada waktu dan sesudah
melahirkan. Anemia merupakan masalah yang dialami oleh 41,8% ibu hamil
di dunia. Sekitar setengah dari kejadian anemia tersebut disebabkan karena
defisiensi besi. Adapun prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia yaitu
diperkirakan Afrika sebesar 57,1%, Asia 48,2% , Eropa 25,1% dan Amerika
24,1%. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sekitar 37,1%.yaitu ibu hamil
dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir
sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%) Infodatin
Gizi (Syarfaini et al., 2019).

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu dari indikator dalam
mengukur derajat kesehatan pada perempuan. AKI di Indonesia masih tinggi,
jauh di bawah target yaitu sebanyak 305/100.000 Kelahiran hidup (KH),
padahal target dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu
menurunkan AKI sebanyak kurang dari 70/100.000 Kelahiran Hidup (KH).
AKI di Provinsi Jawa Tengah cenderung menurun dari tahun ke tahun, yaitu
pada tahun 2017 sebesar 475 kasus (88,05/100.000 KH), mengalami
penurunan dibandingkan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 602 kasus
(109,65/100.000 KH) dan pada tahun 2015 sebanyak 619 kasus. Kesehatan
keluarga dan Gizi bahwasanya angka kematian Ibu atau AKI pada periode
tahun 2019 ada sebanyak 15 kasus. Sedangkan jumlah kematian bayi atau
AKB mencapai 155 kasus. Salah satu penyebab AKI terbesar adalah
perdarahan. Penyebab perdarahan antara lain adalah anemia pada kehamilan
(Yunadi et al., 2020)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018


menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-
75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
adalah 12-28% angka kematian janin, 30% kematian perinatal dan 7-10%
angka kematian Neonatal. Proporsi anemia pada ibu hamil tahun 2018
sebanyak 48,9%. Diperkirakan bahwa angka kejadian anemia mencapai
12,8% kematian ibu hamil di Asia, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 % dan Eropa
25,1 %.(3) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018,
prevalensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia sebesar 37,1%.Angka
Kematian Ibu (AKI) Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan negara-
negara lain di ASEAN. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup mengalami
peningkatan dari survey sebelumnya pada tahun 2007 yaitu sebesar 228 per
100 ribu kelahiran hidup.(5) AKI di daerah Sumatera Utara pada tahun
2014,328/100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun 2013 dan di
tahun 2015 penurunan jumlah kematian ibu sangat signifikan yaitu sebesar 29
kasus (Hutahaean et al., 2020).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan suatu


permasalahan :

a. Apa Definisi Anemia ?

b. Apa Penyebab Terjadinya Anemia ?

c. Apa saja gejala klinis anemia kehamilan ?

d. Apa Anemia Fisiologi pada ibu hamil ?

e. Bagaimana Patofisiologi Anemia dalam kehamilan ?

f. Apa saja Faktor-faktor yang Memengaruhi Anemia pada Kehamilan ?


g. Bagaimana Dampak Anemia dalam kehamilan ?

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui definisi dari anemia

b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya anemia

c. Untuk mengetahui gejala klinis fari animia pada kehamilan

d. Untuk mengetahui anemia fisiologi anemia pada ibu hamil

e. Untuk mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan

f. Untuk mengetahui faktor yang mempengaryhi anemia pada kehamilan

f. Untuk mengetahui dampak anemia dalam kehamilan


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. DEFINISI
1. Anemia
Anemia adalah jumlah hemoglobin dalam darah kurang dari 12gr/100
ml . Anemia adalah penyakit yang terjadi karena konsumsi zat besi (Fe)
pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Anemia
adalah suatu keadaan dimana jumlah kadar Hb (Hemoglobin), hematokrit,
dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau bisa disebut juga
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah kadar
hemoglobin (Hb) dibawah batas normal [ CITATION wid20 \l 1033 ]
Menurut American Society of Hematology, anemia adalah
menurunnya jumlah hemoglobin dari batas normal sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam jumlah yang cukup
ke jaringan perifer. Anemia ditandai dengan beberapa gejala yaitu sering
lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang dan wajah pucat. Hal ini
dapat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah
terserang penyakit dan mengakibatkan menurunnya aktivitas dan kurang
konsentrasi.
2. Anemia pada kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
(Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II kadar
hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia kehamilan di sebut “potentional danger
to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah
anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan [ CITATION Man10 \l 1033 ]
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
ekonomi utama di seluruh dunia dan berkontribusi terhadap morbiditas
dan mortalitas ibu dan janin. Anemia kehamilan juga bisa memiliki
sekuele jangka pendek dan jauh yang mendalam untuk bayi baru lahir.
B. PENYEBAB
Penyebab anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi dalam
tubuh. Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan
produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah
merah (eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam
proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi
[ CITATION Har19 \l 1033 ]

C. Gejala klinis anemia kehamilan


[ CITATION Dho20 \l 1033 ] Untuk menegakkan diagnosis anemia
kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual
muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan dengan Sahli
dapat digolongkan sebagai berikut.
Hb 11 g% : tidak anemia
Hb 9-10g% : anemia ringan
Hb 7-8% : anemia sedang
Hb < 7g% : anemia berat
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan
paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode
cyanmethemoglobin. Hasil pembacaan metode Sahli dipengaruhi subjektivitas
karena yang membandingkan warna adalah mata telanjang. Di samping faktor
mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran, dan sebagainya dapat
memengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di
daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di
lapangan, metode Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telah
terlatih maka hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah
metode cyanmethemoglobin. Prinsip pembacaan hasil sama dengan metode
Sahli tetapi menggunakan alat elektronik (fotometer) sehingga lebih objektif.
Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal sehingga belum semua
laboratorium memilikinya. Mengingat hal di atas, percobaan dengan metode
Sahli masih digunakan di samping metode cyanmethemoglobin yang lebih
canggih.
D. Anemia Fisiologi pada Ibu Hamil
Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan
memengaruhi jumlah sel darah merah normal pada kehamilan. Peningkatan
volume darah ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat
peningkatan sel darah merah. Walaupun ada peningkatan jumlah sel darah
merah di dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan
peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam
bentuk penurunan kadar Hb (hemoglobin) [ CITATION Rim18 \l 1033 ].
Peningkatan jumlah eritrosit ini juga merupakan salah satu faktor
penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan sekaligus
untuk janin. Ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai
puncaknya pada trimester kedua sebab peningkatan volume plasma terhenti
menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus
meningkat. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah
atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah.Pada
kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi
(pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya
pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18%
sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%.
E. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan
Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai
kurang lebih 95%. Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi
karena pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel
darah merah (eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
Cadangan zat besi pada wanita yang hamil dapat rendah karena menstruasi dan
diet yang buruk. Kehamilan dapat meningkatkan kebutuhan zat besi sebanyak dua
atau tiga kali lipat. Zat besi diperlukan untuk produksi sel darah merah ekstra,
untuk enzim tertentu yang dibutuhkan untuk jaringan, janin dan plasenta, dan
untuk mengganti peningkatan kehilangan harian yang norma [ CITATION Dho20 \l
1033 ].
Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi selama empat minggu
terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan terpenuhi dengan
mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi
sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari
diet oleh mukosa usus walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu.
Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi kurang dari 10%, dan
diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil. Kebutuhan zat besi
yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan konsekuensi anemia
defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada ibu maupun janin,
hal ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan.
F. . Faktor-faktor yang Memengaruhi Anemia pada Kehamilan
[ CITATION Fad19 \l 1033 ] Anemia pada kehamilan yang terjadi pada
trimester pertama sampai ketiga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Umur ibu hamil
Anemia pada kehamilan berhubungan signifikan dengan umur ibu
hamil. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang
hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Kurangnya pemenuhan zat-zat gizi selama hamil terutama pada usia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko
terjadinya anemia.
2. Umur Kehamilan
Umur kehamilan dihitung menggunakan Rumus Naegele, yaitu
jangka waktu dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sampai hari
dilakukan perhitungan umur kehamilan. Umur kehamilan dinyatakan
dalam minggu, kemudian dapat dikategorikan menjadi:
Trimester I : 0-12 minggu
Trimester II : 13-27 minggu
Trimester III : 28-40 minggu
Ibu hamil pada trimester pertama dua kali lebih mungkin untuk
mengalami anemia dibandingkan pada trimester kedua. Demikian pula ibu
hamil di trimester ketiga hampir tiga kali lipat cenderung mengalami
anemia dibandingkan pada trimester kedua. Anemia pada trimester
pertama bisa disebabkan karena kehilangan nafsu makan, morning
sickness, dan dimulainya hemodilusi pada kehamilan 8 minggu. Sementara
di trimester ke-3 bisa disebabkan karena kebutuhan nutrisi tinggi untuk
pertumbuhan janin dan berbagi zat besi dalam darah ke janin yang akan
mengurangi cadangan zat besi ibu.
3. Paritas
Penelitian oleh Abriha [ CITATION Abr15 \l 1033 ] menunjukkan
bahwa ibu dengan paritas dua atau lebih, berisiko 2,3 kali lebih besar
mengalami anemia daripada ibu dengan paritas kurang dari dua. Hal ini
dapat dijelaskan karena wanita yang memiliki paritas tinggi umumnya
dapat meningkatkan kerentanan untuk perdarahan dan deplesi gizi ibu.
Dalam kehamilan yang sehat, perubahan hormonal menyebabkan
peningkatan volume plasma yang menyebabkan penurunan kadar
hemoglobin namun tidak turun di bawah tingkat tertentu (misalnya 11,0 g /
dl).
Dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, setiap kehamilan
meningkatkan risiko perdarahan sebelum, selama, dan setelah melahirkan.
Paritas yang lebih tinggi memperparah risiko perdarahan. Di sisi lain,
seorang wanita dengan paritas.
4. Pekerjaan
Penelitian [ CITATION Oba16 \l 1033 ] tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan anemia pada ibu hamil yang melakukan ANC di
Rumah Sakit Daerah Gulu dan Hoima, Uganda menunjukkan bahwa
terdapat hubungan signifikan antara faktor pekerjaan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil. Ibu hamil yang menjadi ibu rumah tangga
merupakan faktor risiko anemia. Kebanyakan ibu rumah tangga hanya
bergantung pada pendapatan suami mereka dalam kaitannya dengan
kebutuhan finansial. Penelitian lain yaitu oleh Idowu et al (2005) tentang
anemia dalam kehamilan di Afrika menunjukkan bahwa ibu hamil yang
tidak bekerja berhubungan signifikan dengan anemia karena ibu hamil
yang tidak bekerja tidak dapat melakukan kunjungan ANC lebih awal dan
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi.
5. Status KEK (Kekurangan Energi Kronis)
Anemia lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan Kurang Energi
Kronis (LLA< 23,5 cm) dibandingkan dengan ibu hamil yang bergizi baik.
Hal tersebut mungkin terkait dengan efek 26 negatif kekurangan energi
protein dan kekurangan nutrisi mikronutrien lainnya dalam gangguan
bioavailabilitas dan penyimpanan zat besi dan nutrisi hematopoietik
lainnya (asam folat dan vitamin B12)
G. Dampak Anemia dalam Kehamilan
[ CITATION Dho20 \l 1033 ] Anemia dalam kehamilan dapat
menyebabkan abortus, partus prematurus, partus lama, retensio plasenta,
perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum maupun
postpartum. Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl dapat
menyebabkan dekompensasi kordis. Akibat anemia terhadap janin dapat
menyebabkan terjadinya kematian janin intrauterin, kelahiran dengan anemia,
dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
perinatal. Ibu hamil dengan kadar hemoglobin (Hb).
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan risiko kematian ibu dan anak
dan memiliki konsekuensi negatif pada kognitif dan fisik 29 pengembangan
anak-anak dan produktivitas kerja. Anemia pada kehamilan dikaitkan dengan
hasil kehamilan yang merugikan. Manifestasi klinisnya meliputi pembatasan
pertumbuhan janin, persalinan prematur, berat lahir rendah, gangguan laktasi,
interaksi yang buruk ibu atau bayi, depresi post partum, dan meningkatkan
kematian janin dan neonatal.
ASUHAN KEPERAWATAN

B. Pengkajian

1. Identintas Diri Klien


Nama : Ny. J.Y.P

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Kristen Protestan

Suku : Rote

Pendidikan : SMA

Alamat : Bakunase

Keluhan Hamil: pasien mengeluh pusing, sakit kepala, mual, muntah pada
waktu pagi sebelum makan dan sore hari, pasien juga mengeluh badan terasa
lemah saat melakukan aktivitas seperti mencuci dan membersihkan rumah. Ibu
mengatakan belum pernah menyakit kurang darah dan sebelumnya dan pasien
rutin control kehamilan di fasilitas kesehatan setiap 1 sebulan.

Anggota keluarga yang menderita penyakit kurang darah tidak ada, demikian
juga yang menderita penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes
mellitus.Haid pertama dialami oleh Ny. J.T.P pada umur 13 tahun dengan siklus
28 hari teratur, dan lamanya 5 hari. Dalam sehari pasien ganti pembalut 3x ganti
dalam sehari dengan konsistensi encer, warna merah. Pasien menikah sah pada
tahun 2011 dengan usia perkawinan saat ini 8 tahun. Riwayat kehamilan lalu
yakni, anak ke satu umur kehamilan anak pertama 9 bulan 5 hari, tidak ada
penyulit dalam kehamilan, jenis persalinan normal di tolong oleh bidan, tidak ada
penyulitan dalam persalinan, tidak ada laserasi dan sekarang anak pertama umur 7
tahun. Anak kedua umur kehamilan anak ke dua 9 bulan, tidak ada penyulit dalam
kehamilan, jenis persalinan normal ditolong oleh bidan, tidak ada penyulitan
dalam persalinan, tidak ada laserasi dan sekarang umur anak kedua 4 tahun.

Data keluarga berencana yang diikuti oleh ibu yakni anak pertama lahir ibu
pakai KB suntik dan anak ke dua ibu pakai KB pil dan ada rencana setelah
melahirkan anak ke tiga ibu mau steril, alasan ibu steril karena tiga anak
sudahcukup.

Haid pertama hari terakhir (HTHP) pada tanggal 3 Oktober 2018, sesuai
dengan HPHT pasien dapat tafsiran persalinan (TP) pasien adalah tanggal 30
Juni 2019. Ibu mengatakan saat hamil muda kemarin ibu sering pusing, mual dan
muntah, dan saat hamil tua yang sering dirasakan pusing, sakit kepala, mual,
muntah pada waktu pagi sebelum makan dan sore hari, pasien juga mengeluh
badan terasa lemah saat melakukan aktivitas seperti mencuci dan membersihkan
rumah dengan tekanan darah 110/70 mmHg, berat badan 54 kg, tinggi badan
156cm, linggar lengan atas 23,5 cm.

Secara psiokologi, ibu mengatakan kehamilan sekarang adalah kehamilan


yang diinginkan, ibu siap memberikan ASI ekskusif selama 6 bulan. Selain itu,
Suamipun mendukung sepenuhnya selama kehamilan dan setelah kelahiran bayi
nanti.

Pasien beragama Kristen Protestan. Pasien selalu mengikuti ibadah setiap


hari minggu dan juga selalu ikut ibadat rumah tangga, ibadah kaum ibu.

Ekonomi keluarga cukup, setiap bulan penghasilan suami Rp 1.500,0000


perbulan. Pasien sudah mempunyai rumah sendiri dan tinggal bersama saumi dan
anak-anak

1. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 2019 pukul
09.00 WITA didapatkan pasien keadaan umum baik, tinggi badan 156 cm,
berat badan 54 kg, tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5 0C, nadi
80x/menit, respirasi 18x/menit, lingkar lengan atas ( LILA) 23,5cm.

Pemeriksaan kepala. Rambut bersih, tidak ada benjolan atau lesi,


tidak ada rambut rontok. Muka. Wajah tampak pucat, tidak tampak bintik
–bintik hitam pada wajah. Mata. Konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik,
hidung simetris kiri dan kanan dan tidak ada pernapasan cuping hidung.

Selanjutnya pemeriksaan mulut. Bibir tampak pucat, mukosa mulut


bibir lembab, lidah merah muda berpapila. Telinga simetris kiri dan kanan,
tidak ada keluar cairan dari telinga. Leher tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan teraba vena jugularis.

Pemeriksaan dada. Payudara semetris kiri dan kanan, papilla


mamae menonjol, tidak lecet, tidak ada pembengkakan dan tampak bersih.
Abdomen. Inspeksi perut membesar, tidak ada linea dan striae, tidak ada
luka operasi. Palpasi leopold 1 yaitu Tinggi fundus uteri (TFU) 3 jari di
bawah pusat, teraba bundar, keras, tidak melenting kemungkinan bokong
janin. Leopold 2 letak punggung ke janin sebelah kanan, teraba keras
seperti papan. Leopold 3 kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP),
pada perut ibu bagian bawah teraba bulat, keras dan masih digoyangkan.

Leopold 4 tidak dilakukan karena kepala belum masuk pintu atas


panggul (PAP), pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, melenting dan
belum masuk pintu atas panggul (PAP).

Dari pemeriksaan tersebut didapatkan letak janin ibu di punggung


sebelah kanan terdengar detak jantung janin (DJJ) 150 x/ menit / dopler.

Ekstremitas bawah didapatkan perkusi reflek patella positif kiri dan


kanan sehingga pasien bisa dapat melahirkan dengan normal.

2. Pemeriksaan penunjang

Ny. J.T.P melakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 25 Mei 2019


dengan pemeriksaan darah hemoglobin 6 g/dl.
3. Therapy yang diberikan oleh dokter:
 -Sulfate Ferrous (Sf)
 -Vitamin C
 -Kalak
C. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


Data subjektif : -Ibu mengatakan sering pusing dan sakit Penuruna kadar Risiko Perdarahan
kepala. Data objektifnya : -Pasien tampak pucat,konjungtiva HB Intapartal
anemis - TTV : T: 11O/70 MmHg, N: 80x/ mnt,-R:
18x/mnt, S: 36 0C -Hb 6 gr/dl

Data subjektif :-Ibu mengatakan badan terasa lemah saat Kele Intoleransi aktivitas
melakukan aktivitas seperti mencuci dan membersihkan rumah. mah
Data objektifnya : -Ibu terlihat susah untuk beraktivitas karena an
kehamilan suadah mulai tua, - Hb 6 gr/dl, wajah terlihat pucat, fisik
konjutiva anemis

D. Diagnosa

1. Resiko perdarahan intrapartal berhubungan dengan


penurunan kadar hemoglobin
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

E. Intervensi

Dx 1 : Risiko perdarahan Intrapartal b.d penurunan kadar


hemoglobin

Observasi
 Monitor tanda dan gejala perdarahan
 Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan setelah
kehilangan darah
 Monitor tanda-tanda vital ortostatik
 Monitor koagulasi (mls, prothrombin time (PT), partial
thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin
dan/platelet)

Terapeutik

 Pertahankan bed rest selama perdarahan


 Batasi tindakan invasive, jika perlu
 Gunakan kasur pencegah decubitus
 Hindari pengukuran suhu rektal

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan


 Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
 Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
 Anjurkan ,meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
 Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdaraha, jika perlu


2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

Dx 2 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,


suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasiliotasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan


makanan

F. Implementasi
1. Dx 1
o Memoonitor tanda dan gejala perdarahan
o Memonitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan setelah
kehilangan darah
o Menjelaskan tanda dan gejala perdarahan
o melakukan peningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
2. Dx 2

 Melakukan peningkatan pola dan jam tidur


 melakukan monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
 melakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
 melakukan pembemberian aktivitas distraksi
yang menenangkan
G. Evaluasi
Dx 1 : Resiko perdarahan intrapartal b.d penurunan kadar hemoglobin

Tujuan: pendarahan vagina pada klien menurun dan


kadar hemoglobin normal
S= pasien mengatakan pendarahanya sudah menurun
dan sudah merasa enakan tidak terlalu lemas
O= pada saat pemeriksaan TTV semua normal,
pendarahan pada vagina menuru atau sudah berhenti,
wajah pasien sudah tidak pucat, warna kulit mulai
normal, dalam pengecekan kadar hemoglobin sudah
kembali normal
A= pendarahan pevagina sudah berhenti dan
hemoglobin kembali normal (tujuan tercapai )
P= pasien di pulangkan

Dx 2 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik


Tujuan : pada pengkajian vital signs mulai normal, keluhan lelah pasien
menurun

S= pasien mengatakan sudah mulai melakukan sedikit aktifitas visik


ringan dan merasa tidak terlalu lelah dalam beraktivitas

O= dalam pengkajian vital signs mulai membaik dan normal, pasien


sudah merasakan tenang, wajah pasien sudah tidak pucat, pasien
sudah bisa beraktivitas ringan, pola tidur juga sudah bagus

A= intoleransi aktivitas pasien sufdah membaik ( tujuan tercapai)

P= pasien di pulangkan

H. Kriteria Hasil

Dx 1 Resiko perdarahan intrapartal b.d penurunan kadar hemoglobin

 Kelembaban membrane mukosa meningkat


 Kelembaban kulit meningkat
 Kognitif meningkat
 Hemoptysis menurun
 Hematemesis menurun
 Hematuria menurun
 Distensi abdomen menurun
 Perdarahan vagina menurun
 Perdarahan pasca operasi menurun
 Hemoglobin membaik
 Hematocrit membaik

Dx 2 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

 Frekuensi nadi meningkat


 Saturasi oksigen meningkat
 Keluhan lelah menurun
 Dyspnea saat aktivitas menurun
 Dyspnea setelah aktivitas menurun
 Perasaan lemah menurun
 Sianosis menurun
 Warna kulit membaik
 Tekanan darah membaik
 Frekuensi napas membaik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah


berkurang dari 12 g/100 ml

b. Frekuensi terjadinya anemia adalah 10 % dan 20 %

c. pengaruh anemia dalam kehamilan bagi ibu seperti ; abortus,


partus prematurus, partus lama karena inertia uteri, perdarahan
postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi dan dekompesasi
kordis.

d. Pengaruh anemia dalam kehamilan bagi janin seperti; kematian


mudigah, kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat
bawaan, cadangan besi kurang.

e. pembagian anemia dalam kehamilan yaitu ; 1) anemia


defisiensi besi, 2) anemia megaliblastik, 3) anemia hipoplastik,
4) anemia hemolitik.

f. anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebakan karena


kekurangan besi. Ini dapat disebabklan karena kurang
masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan
absorbsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyak
besi yang keluar dari badan, misalnya perdarahan.

g. Ciri-ciri anemia yaitu ; pusing, tekanan darah rendah, terlihat


pucat terutama pada selaput lendir kelopak mata, bibir juga
kuku. Selain itu tubuh terrasa lesu, lemah dan mudah lelah.

h. Anemia zat besi pada umumnya disebabkan karena kurangnya


asupan nutrisi dalam tubuh sehingga zat besi yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk berikatan dengan plasma juga berkurang.
Sehingga jumlah darah yang mengalir ke seluruh tubuh juga
berkurang, maka terjadilah anemia.

B. Saran
Adapun saran yang bisa kami sampaikan adalah sebaiknya anemia
dalam kehamilan bisa mendapat perhatian yang lebih dari kita semua
karena memiliki dampak yang buruk baik bagi ibu maupun janinnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dhonna, A. (2020). hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil
trimester 1 dan 3 di puskesmas gayaman kabupaten mojokerto. hospital
majapahit, Vol 12 No 1.
Fadli, & Fatmawati. (2019). Analisis faktor penyebab kejadian anemia pada ibu
hamil. jurnal kebidanan dan keperawatan 'Aisyiyah, 15 (2) ,137-146.

Hariati, Alim, A., & Thamrin, I. A. (2019). kejadian anemia pada ibu hamil studi
analitik di puskesmas pertiwi kota makssar provinsi sulawesi selatan) .
JIKA (jurnal ilmiah kesehatan), Vol 1 No 1 pp 8-17..

Rimawati, E., Kusumawati, E., Gamelia, E., Sumarah, & Nugraheni, A. S. (2018).
intervensi suplemen makanan untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada
ibu hamil. jurnal ilmu kesehatan masyarakat, 9(3): 161-170.

widoyoko, p. A., & Septianto, R. (2020). pengaruh anemia terhadap kematian


maternal. jurnal penelitian perawat profesional, Vol 2 NO 1 p-ISSN 2714-
9757.

Akmila, G., Arifin, S., Hayatie, L., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F.,
Mangkurat, U. L., Ilmu, D., Masyarakat, K., Kedokteran, F., Mangkurat, U.
L., & Mangkurat, U. L. (2020). Hubungan faktor sosiodemografi dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kelayan Timur. Jurnal
Homeostasis, 3(1), 201–208.

Hutahaean, N., Asriwati, A., & Hadi, A. J. (2020). Analisis Faktor Risiko Anemia
pada Ibu Hamil di Klinik Pratama Martua Sudarlis Medan. PROMOTIF:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 185–192.

Syarfaini, Alam, S., Aeni, S., Habibi, & Noviani, N. A. (2019). Faktor Risiko
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang
Raya Kota Makassar. Al-Sihah: Public Health Science Journal, 11(2), 143–
155. http://103.55.216.56/index.php/Al-Sihah/article/view/11923/7755

Yunadi, F. D., Faizal, I. agus, & Septiyaningsih, R. (2020). Pemberdayaan Kader


Dalam Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Ibu Hamil. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad (JPMA), 2(2), 144–153.
https://doi.org/10.36760/jpma.v2i2.144

Anda mungkin juga menyukai