Anda di halaman 1dari 2

Contoh Kasus

Bu Lince mengajar di kelas 1 SD Sekarharum yang terletak di ibukota sebuah


kecamatan. Suatu hari Bu Lince mengajak anak-anak berbincang-bincang
mengenai sayur-sayuran yang banyak dijual di pasar. Anak-anak diminta
menyebutkan sayur yang paling disukainya dan menuliskannya di buku masing-
masing. Anak-anak kelihatan gembira dan berlomba menyebutkan dan menuliskan
sayur yang disukainya. Pada akhir perbincangan Bu Lince meminta seorang anak
menuliskan nama sayur yang sudah disebutkan, sedangkan anak-anak lain
mencocokkan pekerjaannya dengan tulisan di papan.

Setelah selesai anak-anak diminta membuat kalimat dengan menggunakan kata-


kata yang ditulis di papan tulis.
Bu Lince:  
"Anak-anak, lihat kata-kata ini. Ini nama sayur-sayuran. Baca baik-baik, buat
kalimat dengan kata-kata itu ya."
Anak-ank menjawab serentak: 
"Ya, Bu."

Kemudian Bu Lince pergi ke mejanya dan memperhatikan apa yang dilakukan


anak-anak. Karena tak seorangpun yang mulai bekerja, Bu Lince kelihatan tidak
sabar.

"Cepat bekerja, dan angkat tangan jika sudah punya kalimat." kata Bu Lince
dengan suara keras. Anak-anak kelihatan bingung, namun Bu Lince diam saja dan
tetap duduk di kursinya. Perhatian anak-anak menjadi berkurang, bahkan ada yang
mulai mengantuk, dan sebagian mulai bermain-main. Mendengar suara gaduh, Bu
Lince dengan keras menyuruh anak-anak diam dan menunjuk seorang anak untuk
membacakan kalimatnya. Anak yang ditunjuk diam karena tidak punya kalimat
yang akan dibacakan. Bu Lince memanggil kembali dengan suara keras agar
semua anak membuat kalimat.

Pertanyaan:

1. Sebutkan keunggulan dan kelemahan pembelajaran Bu Lince!


2. Pendekatan apa yang cocok untuk pembelajaran Bu Lince?
3. Berikan alas an mengapa pendekatan tersebut cocok untuk pembelajaran Bu
Lince!
Jawaban

1. Pada Paragraf 1, tampak Bu Lince dan semua siswa sangat menikmati


pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini terlihat dari bagaimana Bu Lince dengan
bagusnya mengajak siswa-siswa tersebut untuk berbincang-bincang mengenai
sayur-sayuran yang dijual dipasar dan sayuran mana yang paling mereka sukai.
Dengan baik sekali Bu Lince melakukan pembelajaran di bagian awal. Anak-
anakpun dengan mudah mengikutinya dengan senang dan gembira. Berbeda
dengan paragraf berikutnya, ketika Bu Lince mulai meminta anak-anak kelas 1 itu
untuk membuat kalimat dari kata-kata yang telah ditulis mereka di buku catatan
masing-masing. Tentu saja pelajaran berikutnya ini lebih rumit dibanding sesi
pertama yang hanya meminta mereka menuliskan sayuran yang disukai. Lebih-
lebih anak-anak tidak diberikan contoh atau cara bagaimana membuat dan menulis
kalimat yang berhubungan dengan sayur-sayuran tersebut, dan tanpa
pembimbingan sama sekali. Anak-anak menjadi bingung, ribut, dan frustasi.

2. Pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh Bu Lince untuk anak-anak kelas 1


ini adalah pembelajaran terpadu (tematik), karena pemikiran anak-anak kelas 1
masih bersifat holistik. Selain itu pembelajaran tematik membuat siswa lebih aktif
(terlibat aktif dalam pembelajaran), fleksibel dan sesuai dengan minat dan
perkembangan siswa.

3. Apabila kita mengajarkan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan tema sayur-


sayuran, maka tema ini dapat dikembangkan untuk membelajarkan siswa pada
berbagai mata pelajaran yang terkait dengan tema itu, misalnya: untuk mata
pelajaran bahasa, siswa dapat diminta menuliskan jenis-jenis sayuran yang biasa
mereka jumpai di pasar, untuk mata pelajaran IPA siswa dapat diajak untuk
mengenal bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sayuran seperti daun,
batang, bunga, buah, atau umbi. Pada mata pelajaran PKn misalnya, guru dapat
mengajarkan perilaku jujur dalam kegiatan jual beli di pasar, serta untuk pelajaran
Penjaskes, bahwa untuk tumbuh sehat, kita membutuhkan zat-zat bergizi berupa
vitamin yang terdapat dalam sayur-sayuran yang kita konsumsi.

Anda mungkin juga menyukai