Anda di halaman 1dari 15

Makalah

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KELUARGA PERSPEKTIF


ISLAM DI TENGAH PENDEMI COVID-19

( Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan )

Dosen pengampu :

Dr. Baso Tola, M. Sos.I

Oleh

Ayatullah ( 191022053 )

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI
GORONTALO
2021
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh...

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyusun makalah mata kuliah Sosiologi
Pendidikan tentang Model Pendidikan karakter berbasis keluarga perspektif islam ditengah
pandemi covid -19.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Waalaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Gorontalo 24 mei

Penyusun : Ayatullah
Daftar isi

Halaman judul................................................................................................................................i

Kata pengantar..............................................................................................................................ii

Daftar isi .......................................................................................................................................iii

Bab I pendahuluan.........................................................................................................................1

A. Latar belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan penulisan...............................................................................................................1

Bab II Pembahasan........................................................................................................................2

A. Dasar pengembangan pendidikan karakter.......................................................................2


B. Model pendidikan karakter dalam keluarga......................................................................3
C. Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga........................................................................6
D. Paradigma Profetik Islam dalam Menyikapi Wabah Penyakit (Epidemi)............................7
E. Objektivikasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga di Tengah Pandemi .................9
Covid-19 ?

Bab III Penutup............................................................................................................................11

A. Kesimpulan.....................................................................................................................11
B. Saran ..............................................................................................................................11

Daftar Pustaka.............................................................................................................................12
Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan moral, penanaman nilai, penanaman


watak, dan tingkah laku yang tujuannya untuk menumbuhkan kemampuan anak untuk
menjaga hal yang baik, menentukan baik-buruk, serta menerapkan hal tersebut dalam
kehidupan nyata. Maka, pendidikan karakter menerapkan kebiasaan (habituation) yang
berkaitan dengan hal baik sehingga anak paham (kognitif) mengenai hal benar ataupun yang
salah, bisa merasakan hal yang baik (afektif), dan mampu menerapkannya (psikomotor).
Arti lain menjelaskan, selain menyangkut aspek pengetahuan (moral knowing),
Dunia seperti tergoncang dengan adanya virus yang mewabah, yang merambah seluruh
aspek kehidupan. Manusia sebagai makhluk social yang selalu berkumpul yang selalu
berinteraksi dengan sesama, yang tidak bisa hidup sendiri dan sangat membutuhkan peran
orang lain, yang selalu membentuk pengelompokan sosial diantara sesama, yang
memerlukan adanya organisasi, yang tidak pernah bisa dipisahkan dari kelompok-kelompok
sosial kini harus dipaksakan untuk menutup diri bahkan mengasingkan diri dari lingkungan
masyarakat, tetangga, pertemanan bahkan lingkungan pengabdiannya hanya karena virus
yang menyerang.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Dasar pengembangan pendidikan karakter ?
2. Bagaimana Model pendidikan karakter dalam keluarga ?
3. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga ?
4. Bagaimana Paradigma Profetik Islam dalam Menyikapi Wabah Penyakit
(Epidemi) ?
5. Bagaimana Objektivikasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga di Tengah
Pandemi Covid-19 ?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui Dasar pengembangan pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui Model pendidikan karakter dalam keluarga
3. Untuk mengetahui Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga
4. Untuk mengetahui Paradigma Profetik Islam dalam Menyikapi Wabah Penyakit
(Epidemi)

Bab II
Pembahasan
A. Dasar pengembangan pendidikan karakter

Pandemi Covid-19 telah mengganggu kegiatan manusia sehari-hari yang terjadi selama
beberapa bulan terakhir di semua negara khususnya negara Indonesia. Membatasi aktivitas
anak di tempat umum dan belajar dari rumah menjadikan kegiatan peserta didik terganggu
dalam melakukan pembelajaran di sekolahnya serta tanpa disadari pandemi ini telah
mengancam hak-hak pendidikan merekan di masa depan. Penguatan pendidikan karakter
merupakan salah satu solusi untuk menumbuhkan serta membekali peserta didik supaya
memiliki karakter yang baik, religius, bertingkah laku luhur, serta sopan santun walaupun
harus belajar dari rumah. Secara rinci dasar pengembangan pendidikan karakter berpacu pada
perkembangan pengetahuan (kognitif), sosial, serta moral pengaruhnya sangat besar terhadap
pembentukan serta pengembangan karakter pada anak.

Berikut adalah penjelasan singkat mengenai dasar yang harus dikembangkan dalam
pendidikan karakter Pertama, Perkembangan Kognitif. Kata cognition adalah asal istilah dari
"cognitive" yang semakna dengan knowing, yang artinya mengetahui. Arti secara luasnya,
cognition (kognitif) adalah pemahaman serta penerapan pengetahuan. Selanjutnya, kata
kognitif menjadi sangat dikenal sebagai sebuah bagian pada psikologis manusia yang
mencakup tingkah laku mental yang hubungannya dengan menafsirkan mempertimbangkan,
proses mengolah informasi, proses penyelesaian persoalan, kesengajaan, serta kepercayaan.
1
Selain itu, ranah yang pusatnya di otak ini juga berkaitan dengan kemauan serta dan
perasaan yang berhubungan dengan bagian rasa.? Perkembangan pengetahuan/ kognitif pada
anak merupakan sebuah susunan yang terdiri atas tiga bagian yang meliputi: (a) Input,
merupakan proses informasi yang bersumber dari stimulus dan lingkungan; (b) Proses,
merupakan tugas otak yakni merubah bentuk stimulus/ informasi dengan sistem beragam; (3)
Output, merupakan bentuk perbuatan, seperti menulis, berbicara, interaksi sosial, dan lain
sebagainya, Kedua, perkembangan moral. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan

1
Https:// core.ac.uk / download / pdf / 333813561. pdf
moral setiap anak. Orang tua menjadi sumber untuk anak bisa mendapatkan nilai-nilai moral.
Selain dari orang tua, nilai-nilai tersebut juga bersumber dari lingkungannya. Maka anak akan
belajaruntuk mengetahui norma-norma serta berperilaku sesuai dengan hal yang telah
diketahui. 2 Dalam

pengembangan moral anak, khususnya pada waktu anak masih kecil peran yang sangat
penting adalah orang tua. Berikut ini adalah cara proses perkembangan moral pada anak:

(1) pendidikan langsung, poin terpenting dalam pengembangan moral ini, yaitu orang tua
harus menjadi teladan dalam bertindak yang sesuai dengan ajaran agama;

(2) identifikasi, dilakukan dengan cara meniru penampilan/ meniru perilaku orang yang
diidolakannya, seperti orang tua, kyai, guru, dan lain sebagainya;

(3) proses coba-coba, dilakukan melalui sistem mengembangkan perilaku yang mulia
menggunakan cara coba-coba. Perilaku yang akan terus dikembangkan adalah ketika
memperoleh penghargaan atau pujian, sementara perilaku yang mendapatkan hukuman atau
celaan akan dihilangkan. Ketiga, perkembangan sosial. Makna dari perkembangan sosial
yaitu pemerolehan kedewasaan dalam berhubungan sosial. Bisa dimaknai semacam proses
belajar guna menyelaraskan diri terhadap moral, aturanaturan, serta tradisi dalam
menyesuaikan diri, saling berkomunikasi serta saling bekerja sama. Ketika anak dilahirkan
pastinya sifat sosialnya belum ada. Maksudnya, dia belum mempunyai kecakapan untuk
berinteraksi terhadap orang lain. Keterampilan tersebut bisa didapatkan anak melalui
pengalaman-pengalaman atau kesempatan berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya,
yaitu seperti orang tua, teman sebaya, saudara, dan lain sebagainya. Cara memperlakukan
atau membimbing yang diberikan orang tua untuk anaknya tentang cara menerapkan aturan-
aturan dalam kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Proses
bimbingan orang tua ini yang dinamakan sosialisasi.3

B. Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga

Pandemi Covid-19 telah mengganggu kegiatan manusia sehari-hari yang terjadi selama
beberapa bulan terakhir di semua negara khususnya negara Indonesia. Membatasi aktivitas
anak di tempat umum dan belajar dari rumah menjadikan kegiatan peserta didik terganggu
dalam melakukan pembelajaran di sekolahnya serta tanpa disadari pandemi ini telah
mengancam hak-hak pendidikan merekan di masa depan. Penguatan pendidikan karakter
2
Amirullah Syarbini. Model Pendidikan karakter dalam keluarga. Hlm 2- 3
3
Ibid. hlm, 4
merupakan salah satu solusi untuk menumbuhkan serta membekali peserta didik supaya
memiliki karakter yang baik religius, bertingkah laku luhur, serta sopan santun walaupun
harus belajar dari rumah. Dalam penelelitian ini model yang digunakan adalah model
normatif. Model normatif merupakan model yang tepat digunakan karena model ini
menyiapkan jawaban terbaik terhadap permasalahan yang ada Model ini memberikan saran
beberapa tindakan yang4 perlu diambil khususnya dalam proses pembentukan karakter
berbasis keluarga ditengah pandemi Covid-19 seperti yang terjadi saat ini. Apabila
disandingkan dengan "pendidikan karakter dalam keluarga istilah model tersebut memiliki
arti kerangka konseptual dan prosedur sistematis yang diterapkan oleh orang tua untuk
menanamkan karakter kepada sang anak dalam keluarga, baik karakter terhadap Allah SWT,
terhadap dirinya sendiri, terhadap sesama manusia, serta juga lingkungan yang ada di
sekitarnya. Pendekatan yang digunakan pada tulisan ini adalah model pendidikan yang
diadaptasi dari Basic Teaching Model yang dikembangkan oleh Robert Glaser. Model ini
disebut basic karena menggambarkan model pendidikan hanya ada empat komponen yang
meliputi tujuan, program, proses, dan evaluasi.13 Penjelasan mengenai masing-masing
komponen dalam model pendidikan karakter tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, tujuan pendidikan karakter dalam keluarga. Tujuan terpenting dari pendidikan
karakter yaitu memberikan sarana wawasan serta mengelaborasi beberapa nilai sehingga
terlaksana dalam tingkah laku anak. Khususnya pada, pendidikan karakter di dalam keluarga
bertujuan guna membimbing anak-anak supaya berperilaku yang baik/ berakhlak terpuji.
Sedangkan tujuan pendidikan karakter secara umum yaitu untuk meregenerasi anak supaya
bisa memberikan manfaat, baik untuk pribadi. keluarga, masyarakat, serta agama dan
bangsanya. Kedua, Program pendidikan karakter dalam keluarga memiliki arti sebuah upaya
penerapan nilai-nilai moral dengan cara mendoktrin, memberikan motivasi, memberikan
keteladanan, menanamkan kebiasaan, serta memberikan penegakan hukuman guna
membentuk moral anak melalui berbagai bentuk, seperti:5

(1) Pengajaran, istilah lain dari pengajaran yaitu "pembelajaran" Pembelajaran merupakan
sebuah usaha untuk mendidik seseorang melalui berbagai strategi, metode.

pendekatan, serta berbagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah
direncanakan sejak awal. Pengajaran pendidikan karakter di dalam keluarga bisa beri arti
sebagai sebuah usaha yang dikerjakan oleh orang tua guna menyalurkan dan mengajarkan
4
Https ://books.google.com /books ?hi=id=hs2, model Pendidikan karakter berbasis keluarga prespektif Islam
5
Ibid
bimbingan wawasan kepada anak mengenai aturan moral tertentu dan juga memberinya
dorongan supaya bisa menerapkan aturan moral tersebut untuk diterapkan pada kehidupannya
sehari-hari. Kegiatan mendoktrin bisa teriadi melalui perencanaan dan bisa juga terjadi tanpa
adanya perencanaan. Dalam situasi kehidupan keluarga, aktivitas pengajaran kelihatannya 6

lebih banyak tanpa adanya perencanaan, yaitu biasanya melalui peristiwaperistiwa yang
terjadi di dalam rumah dan tentunya bisa berpengaruh terhadap karakter anak;

(2) Pemotivasian, pemotivasian merupakan cara kedua untuk menanamkan nilai-nilai moral
pada anak dalam keluarga. Jika dilihat dari sumbernya motivasi terbagi dua macam. Pertama
yaitu motivasi internal. Motivasi internal berasal dari dalam diri seseorang. Misalnya seorang
anak mau melakukan shalat tanpa disuruh orang tuanya karena ia menyadari bahwa shalat
adalah kewajiban setiap muslim. Selain itu sang anak juga telah merasakan manfaat dari
mengerjakan kewajiban shalat seperti ketenangan batin atau kesehatan jiwa. Kedua, motivasi
eksternal. Motivasi eksternal berasal dari luar diri seseorang. Misalnya, seorang anak mau
melakukan shalat karena diingatkan dan diperintahkan orang tuanya. Ia akan mendapatkan
hadiah setelah melakukan shalat, maka perintah orang tua dan mendapat hadiah merupakan
motivasi eksternal yang mendorong seorang anak melakukan shalat. Maka orang tua disini
dituntut agar bisa menjadi motivator/ pendorong untuk anakanaknya;

(3) Peneladanan, perilaku keseharian yang anak lakukan pada hakikatnya kebanyakan
mereka dapatkan dari cara meniru. Misalnya shalat berjamaah, mereka melakukan shalat
berjamaah sebagai hasil dari kebiasaan yang ada di lingkungannya dengan cara membiasakan
diri Maka, unsur keteladanan yang dilakukan oleh orang tua berada di tingkatan paling atas
dari pada semua hal yang ditanamkan kepada anak. Apapun yang anak lihat pasti akan mudah
untuk ditiru. Maka, apabila orang tua berperilaku terpuji dan berbicara dengan kata yang
halus, itu sudah termasuk awal pendidikan karakter yang diterapkan kepada anakanak.;

(4) Pembiasaan, peran yang sangat besar dalam membimbing karakter anak adalah keluarga,
salah satunya yaitu dengan pembiasaan. Melalui pembiasaan maka bisa mengarahkan anak ke
arah yanag lebih dewasa, supaya anak bisa mengendalikan dirinya, menyelesaikan masalah
serta bisa menghadapi tantangan kehidupannya. Untuk membimbing karakter tersebut, orang
tua harus menerapkan pola disiplin dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Maka dapat diambil
kesimpulan mengenai uraian tersebut bahwa dari kebiasaan-kebiasaan kita bisa menyaksikan
bagaimana kehidupan yang dialami oleh anak di waktu mendatang. Hal ini sama halnya

6
Hasanah, Aan. Pendidikan karakter prespektif Islam, Bandung : insan komunikasi 2012.
dengan pepatah yang berbunyi, "Orang-orang tidak bisa menentukan masa depan. Mereka
menentukan kebiasaan, dan kebiasaan menentukan masa depan.",

(5) Penegakan Aturan, memberikan penanaman kesadaran pada anak mengenai pentingnya
sebuah kebaikan adalah tujuan penegakan aturan dalam keluarga yang sesungguhnya. 7

C. Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga

Dalam ranah empirik, problem pendidikan yang sering muncul di lapangan yakni
pelbagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan tuntunan etika maupun
norma yang berlaku di masyarakat, bahkan ajaran agama. Sebagai contoh, maraknya kasus
kekerasan maupun tawuran yang dilakukan anak sekolah merupakan sebuah potret degradasi
moral di kalangan pelajar dalam segala tingkatanya. Fenomena di atas meniscayakan
pendidikan tidak hanya menekankan pembentukan kualitas kognitif semata, melainkan
penting penekanan holistik dalam memahami eksistensi manusia secara utuh meliputi aspek
intelektual, emosional, inderawi (fisik), dan spritual. Berbagai aspek manusia tersebut harus
diperhatikan dalam konteks pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun internal
keluarga.Sebelum jauh membicarakan urgensi pendidikan Islam dalam konteks kehidupan
keluarga, penting terlebih dahulu kita pahami esensi dari keluarga itu sendiri. Secara
etimologis, keluarga berasal dari dua kata yakni, kawula dan warga.

Kawula berarti hamba, dan warga berarti sebagai anggota. Sedangkan secara
terminologis, keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak dan
kerabat lainnya.Sementara itu, dalam konteks Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia sebagaimana yang dikutip oleh Amorisa wiratri juga mendefinisikan keluarga
sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa individu
yang tinggal bersama di suatu tempat dalam keadaan saling ketergantungan.Dengan demikian
dapat dipahami bahwa keluarga merupakan unit kelompok masyarakat terkecil yang memiliki
hubungan darah serta relasi hidup bersama di suatu tempat dan saling membutuhkan.
8
Selanjutnya, terkait penjelasan bagaimana konsep pendidikan Islam dalam kelurga. Nur
Hamzah menjelaskan bahwa konsep pendidikan Islam dalam kehidupan keluarga sejatinya
telah dideskripsikan dalam al-Qur'an Surat Lukman ayat 12-19, bahwa pendidikan Islam
dalam kehidupan keluarga memuat pendidikan keimanan, pendidikan ibadah, pendidikan
akhlak, dan pendidikan psikomotorik yang diorientasikan dalam pembentukan Insan
Kamil.Pada ranah praksisnya, konsep pendidikan di atas, sadar atau tidak, telah dimulai dari
7
Ibid.
8
Https://ejurnal.mercubuana-Yogya.ac,id/ index.plp /prosiding _kopen/article/view/1676
pembentukan awal dalam membina kehidupan keluarga itu sendiri. Seperti halnya anjuran
agar memilih calon pasangan yang sesuai dengan syariat Islam, baik dari segi keimanan
maupun akhlaknya.Proses awal tersebut, dapat dikatakan bahwa komitmen keimanan
merupakan hal yang ditekankan di awal pernikahan Kemudian ketika sudah menikah dan
menjalani kehidupan sepasang suami 9Istri, pada saat kehamilan isteri terdapat tradisi mapati
(istilah sebuah tradisi dalam Jawa dapat berbeda di daerah lain), yakni selamatan empat
bulanan yang didalamnya terdapat pembacaan ayat al-Qur'an maupun doa, seperti pembacaan
surat Maryam dan surat Lukman. Hal demikian didasarikan bahwa pada saat kehamilan
berusia empat bulan, Allah meniupkan ruh kepada janin dan telah menetapkan umur, rezeki,
jodoh dan kematiannya. Begitu juga dengan tradisi mitoni (tradisi jawa) yang dilakukan pada
saat kandungan berusia tujuh bulan. Tidak hanya membaca ayat al-Qur'an, melainkan juga
doa dipanjatkan agar diberikan kekuatan dan kelancaran saat persalinan,selanjutnya,
pendidikan Islam juga berlanjut setelah anak lahir yakni dengan membacakan adzan di
telinga kanan dan membacakan iqomat di telinga kiri. Hal ini bertujuan agar apa yang
pertama kalinya didengar adalah kalimat Allah. Kemudian, tradisi mencukur rambut pada
saat bayi berusia tujuh hari serta melaksanakan Aqiqah sebagai sunnah Rasul yang di
barengkan dengan memberikan nama yang baik. Begitu juga ketika anak sudah besar, bagi
anak lai-laki diwajibkan melakukan khitan sebagai salah satu ajaran Islam. Beranjak anak
sudah mulai besar, pendidikan Islam dalam keluarga juga masih berlanjut, terlebih dalam hal
pembentukan prilaku yang baik, seperti halnya penanaman nilai kesopanan, bijaksana, jujur
serta beradab. Pembentukan akhlak ini dapat dilakukan melalui keteladanan maupun bersikap
baik dari orang tuanya, seperti cara berbicara yang sopan, berperilaku santun dan tidak
bersikap diskriminatif terhadap orag lain.

Selain pendidikan karakter (akhlak), penekanan pendidikan spritual juga menjadi hal
yang tidak boleh terabaikan dalam konsep pendidikan Islam dalam keluarga. Secara teoritis,
Nurcholish Madjid sebagaimana yang dikutip oleh Muhassar menjelaskan bahwa penanaman
pendidikan slam dalam keluarga dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, mendidik dengan
keteladanan. Cara ini dapat dilakukan melalui pemberian keteladanan yang dapat berupa
pemberian contoh sifat dan tingkah laku yang baik. Kedua, membiasakan ritualitas secara
kolektif, seperti sholat berjamaah Berpijak pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
sejatinya pendidikan Islam dalam kehidupan keluarga sudah dapat ditanamkan sejak langkah
awal menuju pernikahan sampai berkeluarga dan memiliki keturunan. Pada ranah praksisnya,

9
Majid, Abdul. Belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya 2012
pendidikan Islam dalam keluarga memiliki orientasi besar dalam hal pembentukan moral
maupun spritual. Untuk merealisasikan orientasi tersebut, peran aktif orang tua menjadi aktor
utama dalam seluruh elemen pendidikan Islam dalam keluarga.10

D. tamadigma Profetik Islam dalam Menyikapi Wabah Penyakit (Epidemi)

Paradigma profetik Islam sejatinya merupakan proses saintifikasi (pengilmuan) ajaran


Islam yang bersumber dari al-Quran maupun Hadis. Paradigma profetik ini menggambarkan
upaya integrasi keilmuan (religious science dan non religious science) yang sudah ada dalam
perkembangan peradaban keilmuan Islam itu sendiri. Lahirnya paradigma profeti atau llmu
Sosial Profetik terinspirasi dari dua tokoh besar (Muhammad lqbal dan Roger Garaudy,
seorang filosof dari Prancis). Ketiga nilai dasar profetik Islam tersebut (humanisasi, liberasi,
dan transendensi) bukan lah hal yang dikotomis melainkan integral saling berkaitan dalam
membumikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan umat Islam, sebelum membahas lebih jauh
bagaimana nilai-nilai ajaran Islam dalam menyikapi wabah penyakit, penting terlebih dahulu
kita pahami bagaimana sejatinya eksistensi wabah penyakit dalam perspektif normatif Islam
itu sendiri.

Dalam pandangan Islam, istilah pandemi diartikan dalam dua makna Pertama, pandemi
yang diartikan sebagai musibah yang terjadi atas kuasa Allah Kedua, pandemi yang diartikan
sebagai sakit (azab) yang diberikan Allah kepada umat manusia karena terlalu sering berbuat
maksiat.Husnul Hakim melalui penelusuran interpretasi tematik (tafsir maudhu'j terhadap
pelbagai ayat dalam al-Qur'an menyimpulkan, bahwa setidaknya terdapat tiga jenis wabah
penyakit yang disebutkan dalam al-Quran, yakni Virus Sampar, Lintah Air, dan virus cacar.
Husnul menuturkan berdasarkan analisis interpretasi tematik dengan corak ilmi disimpulkan
bahwa berbagai wabah penyakit dalam alQuran yang mulanya dipahami sebagai bentuk azab
dari Allah, akan tetapi seiring berkembangnya ilmu dan peradaban manusia, akhirnya dapat
mengungkap bahwa epidemi menjalar bukan sebagai kutukan Allah atau dibawa makhluk
halus, melainkan karena tidak ditangani dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sejatinya pelbagai jenis epidemi sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur'an
merupakan hal yang dapat diatasi oleh sikap ihtiar manusia dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. 11Dalam perdaban umat Islam awal, fenomena pandemi juga
pernah terjad pada masa Nabi Muhammad SAW dan masa khalifah Umar bin Khattab yang
dikenal dengan istilah Tha'un. Pelbagai wabah yang terjadi baik pada masa Nabi maupun
10
Ibid.
11
Doni Koesoema A. Pendidikan karakter, PT Grasindo, Jakarta 2007
masa khalifah Umar diperlukannya penanganan husus. Nabi pernah melarang umatnya
memasuki wilayah yang terkena suatu wabah, dan melarang keluar rumah yang berada dalam
lingkungan wabah tersebut (HR. al-Bukhari & Muslim). Langkah yang diambil Nabi ini
merupakan suatu bentuk pencegahan untuk menghindari terjadinya wabah baru. Dibalik
larangan yang diajarkan Nabi, tentunya mengandung pesan tersirat, yakni untuk menghindari
suatu wabah baru dengan berbagai penyebabnya, memelihara kesehatan, memelihara tubuh
dan jiwa, serta menghindari 12kerumunan.Peristiwa lain pada masa Nabi yang dapat menjadi
ajaran Islam terkait menyikapi wabah, antara lain Nabi pernah menganjurkan tinggal di
rumah daripada ke masjid hanya karena hujan lebat yang menakutkan. Nabi pernah berujar
agar yang sakit tidak bercampur dengan yang sehat. Rasa takut dan sakit juga dinilai sebagai
uzur (alasan) untuk tidak melaksanakan shalat jamaah di masjid. Berbagai contoh Menurut
Muhammad Mahmud, dalam menyikapi terjadinya suatu wabah hendaknya bersikap seperti
yang diajarkan dalam Islam. Pertama, meminta perlindungan kepada Allah. Dalam hal ini,
tidak akan ada yang mampu dalam menciptakan suatu wabah dan menyebarkanya kecuali
Allah sehingga manusia diwajibkan berdoa dan memohon agar dijauhkan dari suatu wabah
yang menular. Kedua, selalu berihtiar dengan melakukan pencegahan. Cara yang dilakukan
dengan berihtiar ini dapat dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan protokol kesehatan yang
diberikan sehingga memungkinkan putusnya rantai penyebaran wabah. Ketiga, selalu
bertawakkal dan pasrah kepada Allah. Keempat, memiliki keyakinan kepada Allah bahwa
suatu wabah atau pandemi akan segera hilang dengan kekuasaanNya. Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam menekankan pentingnya kesadaraan spritual umat
Islam dalam menyikapi wabah penyakit dengan mendekatkan diri dan meminta pertolongan
kepada Allah disertai ihtiar lahir dalam pencegahan terjadinya penyebaran wabah penyakit.

E. Objektivikasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga di Tengah Pandemi


Covid-19

Merebaknya kasus virus Covid-19 yang pertama kali terjadi di Wuhan China menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara yang terkonfirmasi virus tersebut melakukan upaya untuk
memutus tali penularan dan penyebaran virus Covid-19. Hal demikian tentunya membuat
pemerintah turut serta berperan aktif dalam menangani wabah ini, salah satunya dengan
melaksanakan program sosiai distancing44 yang berarti menjaga jarak antara satu atau dua
meter dari satu individu dengan individu lain. Selain itu, pemerintah juga memberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan menutup berbagai fasilitas publik. Namun
12
Http://ejurnal. Mercubuana. Yogya.ac.id/index.php/prosiding_KopeN/article/view/1676
demikian penting disadari bahwa peran aktif dalam meminimalisir penyebaran wabah
Covid19 bukanlah tugas pemerintah semata, melainkan tugas bersama seluruh elemen
masyarakat, terlebih dimulai dari kehidupan keluarga.Amin Abdullah mengatakan dalam
menyikapi pandemi Covid-19, penting kesadaran umat Islam untuk mendialogkan nilai-nilai
ajaran Islam yang termaktub dalam ilmu fikih, tauhid, maupun akidah terhadap kajian sains.
Hal demikian menunjukan bahwa penting adanya integrasi nilai-nilai ke-Islaman dengan
perkembangan kemajuan sains dalam menyikapi problem pandemi Covid-19.13 Dalam
konteks kehidupan keluarga muslim, upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dapat
dimanifestasikan melalui berbagai strategi yang edukatif.48 Sebagaimana aktualisasi nilai-
nilai Islam dalam pendidikan keluarga. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat melalui
berbagai langkah yang mengacu pada fungsi peran keluarga itu sendiri. Oleh sebab itu,
strategi aktualisasi nilai-nilai Islam dapat diintegrasikan dengan delapan fungsi keluarga bagi
kehidupan anggotanya, antara lain, fungsi keagamaan, fungsi sosial dan budaya, fungsi cinta
kasih, fungsi proteksi, fungsi reproduksi, dan fungsi ekonomi. Penjelasan lebih lanjut, sebagai
berikut.

Pertama, fungsi keagamaan. Pada ranah praksisnya, keberadaan keluarga memiliki fungsi
keagamaan. Maksudnya keluarga diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai ajaran agama
sebagaimana dalam konteks Indonesia, Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 tahun 1994,
tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam Pasal 4 ayat 1 dan 2 juga
menyatakan bahwa fungsi keagamaan bagi keluarga merupakan fungsi dimana keluarga harus
dapat

memperkenalkan pelbagai nilai agama pada seluruh anggota keluarganya.Dalam konteks


pandemi Covid-19, sudah seharusnya peran orang tua menyadarkan kepada seluruh anggota
keluarganya agar menekankan nilai-nilai keimanan bahwa virus Covid-19 merupakan
makhluk Allah. Tidak akan ada yang mampu berkuasa menciptakannya, menyebarkanya, dan
menghilangkannya, kecuali Allah. Oleh sebab itu, manusia diwajibkan untuk senantiasa
berdoa dan memohon agar dijauhkan dari wabah Covid-19 dengan diiringi ihtiar mencegah
diri dari berbagai hal yang dapat menimbulkan terjangkitnya Covid-19. Setelah itu,
menekankan untuk berserah diri (tawakkal) kepada Allah dengan memiliki keyakinan bahwa
Allah maha segalanya dalam menghentikan pandemi Covid-19, Kedua, fungsi sosial dan
budaya. Sebagai mahluk sosial dan berbudaya, menjadi kewajiban orang tua untuk mengajak
seluruh anggota keluarganya agar membudayakan hidup bersih dan sehat. Untuk menguatkan
13
Ibid
penerimaan kesadaran bagi anggota keluarganya dalam hal membudayakan cara hidup bersih,
orang tua dapat mengingatkan kembali bahwa kebersihan dalam keberagamaan Islam
merupakan bagian dari pengejawantahan keimanan individu (al-nadhofat min alimaan).
Kebersihan dalam Islam meliputi berbagai aspek kehidupan umat Islam, baik pada aspek
ibadah maupun muamalah, baik kebersiahan aspek lahir maupun batin. Dalam hal ini, peran
orang tua dapat memberikan teladan yang kepada anak untuk rajin mencuci tangan, dan tidak
berkerumun dengan orang banyak sehingga anak akan meniru apa yang dilihatnya dalam
masa pandemi Covid-19.14

Bab III

Penutup

A. Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa dalam membentuk karakter peserta didik di tengah
pandemi Covid-19 dapat melalui keluarga. Pendidik yang berperan yaitu orang tua. Hal yang
harus diperhatikan dan ditinggalkan dalam pendidikan karakter berbasis keluarga ini yaitu
penggunaan model yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk mensukseskan pendidikan karakter
berbasis keluarga. Juga harus memperhatikan komponen-komponen yang terkait di dalamnya
seperti tujuan, program, proses, dan epenilaian pendidikan karakter yang diterapkan dalam
keluarga. Terdapat penurunan karakter bagi peserta didik dimasa pandemi, karena dalam
pendidikan karakter di masa pandemi covid 19 harus memperhatikan dasar pengembangan
karakter itu sendiri yaitu, perkembangan kognitif, perkembangan sosial, dan perkembangan
moral peserta didik.Pandemi Covid-19 membatasi aktivitas siswa dan menjadikan kegiatan
peserta didik terganggu dalam melakukan embelajaran di sekolahnya (Nafisah & Zafi, 2020).
Metode pembelajaran yang dilakukan di instansi pendidikan dari jenjang sekolah sampai
dengan perguruan tinggi menggunakan metode pembelajaran secara berani atau online dalam
situasi pandemi saat ini.
B. Saran

Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggung jawabkan dari
banyaknya sumber, penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis
harapkan kritik serta saranya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

14
Prof. Dr. F. Ridwan Sanjaya, Mas. Iec. 21 Refleksi pembelajaran daring dimasa darurat penerbit, Universitas
katolik soegijapranda, 2020
Daftar Pustaka

Https://core.ac.id.uk/download/pdf/333813561.pdf

Https://books.google.com /books?hi=id=hs2, model pendidikan karakter berbasis keluarga


prespektif Islam

Https://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id/index.plp/prosiding_KopeN/article/view/1676

Amirulloh Syarbini, model pendidikan karakter dalam keluarga

Hasanah, Aan. Pendidikan karakter prespektif Islam. Bandung: Insan komunika 2012

Majid, Abdul. Belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.2012

Doni Koesoema A. Pendidikan karakter,PT Grasindo, Jakarta 2007

Prof. Dr. F. Ridwan Sanjaya,Mas. Iec.21 Refleks pembelajaran daring dimasa darurat
penerbit Universitas katolik soegijapranda 2020

Anda mungkin juga menyukai