Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Filsafat Ilmu Dalam Kaitan Dengan Ilmu Psikologi


Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan ridho-nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam proses pengumpulan materi
dan juga proses pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari kerja keras kami. Makalah
yang kami buat ini membahas tentang Filsafat Ilmu dalam kaitan dengan Ilmu
Psikologi.
Selain daripada itu, kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi susunan, kalimat maupun tata bahasa
atau bahkan sumber yang kami masukkan kurang akurat. Oleh karena itu dengan tangan
dan hati terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kita mengenai materi yang telah di paparkan di dalam
makalah ini.

……, 26 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Filsafat Ilmu.......................................................................3

B. Penelitian Psikologi................................................................................3

C. Peran Filsafat Ilmu Dalam Ilmu Psikologi..........................................4

D. Hubungan filsafat ilmu dan ilmu psikologi.........................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

A. Kesimpulan.............................................................................................13

B. Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang diketahui bersama bahwa baik psikologi maupun berbagai ilmu
lainnya, merupakan pecahan dari filsafat. Di dalam filsafat, juga bisa menemukan
refleksi-refleksi yang cukup mendalam tentang konsep jiwa dan perilaku manusia.
Refleksi-refleksi semacam itu dapat ditemukan baik di dalam teks-teks kuno filsafat,
maupun teks-teks filsafat modern. Dari temuan tersebut, para psikolog tentunya bisa
melihat dan semakin memahami akar historis dari ilmu mereka, serta pergulatan-
pergulatan seperti apa yang terjadi di dalamnya. Hanya saja, belum banyak orang
yang mengetahui bahwa ilmu psikologi memiliki hubungan yang erat dengan ilmu
filsafat dan logika padahal dengan memahami akar historis serta hal hal yang berperan
di dalamnya maka seoraln ilmuwan dapat semakin memahami ilmu secara lebih
menyeluruh baik dari segi karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan
kebenaran dan keyakinan. Tulisan ini bermaksud untuk menguraikan secara singkat
bagaimana peran dari filsafat ilmu dan logika terhadap perkembangan ilmu psikologi
secara umum dan penelitian psikologi secara khusus.
Tulisan ini mengajukan tentang filsafat ilmu dengan kaitan ilmu psikologi
yang merupakan landasan holistis dalam pengembangan ilmu psikologi secara umum,
dan ada hubungan yang erat antara filsafat ilmu terhadap penelitian psikologi. Filsafat
ilmu diperlukan untuk: (1) membantu membedakan ilmu dengan saintisme (2)
memberi jawab atas pertanyaan”makna” dan ”nilai”, dalam hal mana ilmu membatasi
diri pada penjelasan mekanisme saja, (3) merefleksi, menguji, mengritik asumsi dan
metode keilmuan, serta (4) dari hubungan historisnya dengan ilmu, filsafat
menginspirasikan masalah-masalah yang akan dikaji oleh ilmu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat Ilmu
2. Apa itu penelitian psikologi
3. Bagaimana peran filsafat ilmu dalam ilmu psikologi
4. Hubungan filsafat ilmu dan ilmu psikologi

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian filsafat Ilmu

1
2. Untuk mengetahui apa itu penelitian psikologi
3. Untuk mengetahui bagaimana peran filsafat ilmu dalam ilmu psikologi
4. Untuk mengetahui hubungan filsafat ilmu dan ilmu psikologi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Pengertian filsafat ilmu menurut beberapa ahli :
 Robert Ackerman : “philosophy of science in one aspect as a critique of current
scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of
science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”.
(Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-
pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang
dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas
bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual).
 Lewis White Beck : “Philosophy of science questions and evaluates the methods
of scientific thinking and tries to determine the value and significance of
scientific enterprise as a whole”. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya
upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan).
 A. Cornelius Benjamin : “That philosopic disipline which is the systematic study
of the nature of science, especially of its methods, its concepts and
presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual
discipines.” (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis
mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual).

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu


merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat
ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan
kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu.

B. Penelitian Psikologi
a. Penelitian

3
Penelitian didefinisikan sebagai pertimbangan studi yang cermat tentang suatu
masalah tertentu atau masalah menggunakan metode ilmiah. Menurut sosiolog
Amerika, Earl Robert Babbie, “Penelitian adalah penyelidikan sistematis untuk
menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan fenomena yang
diamati. Penelitian melibatkan metode induktif dan deduktif. ” Metode penelitian
induktif (sering juga disebut penelitian kualitatif) digunakan untuk menganalisis
fenomena yang diamati sedangkan metode deduktif (sering juga disebut penelitian
kuantitatif) digunakan untuk memverifikasi fenomena yang diamati.
b. Psikologi
Psikologi adalah salah satu bagian dari berbagai ilmu ilmu sosial perilaku
yang ada. Psikologi termasuk dalam kelompok ilmu termuda dalam dunia ilmu
secara umum dan dalam limu ilmu sosial secara khusus. Psikologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu tentang aktivitas mental dan perilaku, baik yang
bersifat teramati secara inderawi dan dapat diukur maupun yang tidak dapat
diamati secara inderawi dan tidak dapat diukur (Hanurawan, 2012).
c. Penelitian Psikologi
Berdasarkan definisi di atas, maka penelitian psikologi dapat diartikan sebagai
suatu penyelidikan yang sistematis untuk menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi, dan mengendalikan aktivitas mental dan perilaku manusia, baik
dapat teramati secara inderawi dan dapat diukur maupun yang tidak dapat diamati
secara inderawi dan tidak dapat diukur.

C. Peran Filsafat Ilmu Dalam Ilmu Psikologi


Sebelum masuk lebih dalam untuk membahas lebih dalam mengenai peran
dari filsafat ilmu, maka sebelumya, baik bila kita mengetahui terlebih dahulu
pengertian dari filsafat itu sendiri. Filsafat adalah disiplin yang mempelajari objek
-objek kemanusiaan secara menyeluruh (komprehensif), merangkum, spekulatif
rasional, dan mendalam sapai ke akarnya (radiks), sehingga diperoleh inti hakiki dari
objek yang dipelajari (Hanurawan, 2012). Objek objek kemanusiaan tersebut meliputi
3 relasi penting manusia di dalam kehidupannya, antara lain yaitu :
a. Hubungan manusia dengan keberadaan Tuhan
b. Hubungan manusia dengan keberadaan alam semesta
c. Hubungan manusia dengan manusia

4
Seorang tokoh pendidikan Indonesia, Prof. H. Imam Barnadib, dalam tulisannya
(Barnadib, 1994) menjelaskan filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan
sistematis. Filsafat dianggap bersifat menyeluruh karena pada dasarnya filsafat bukan
hanya sekedar pengetahuan melainkan juga merupakan suatu pandangan yang jauh
menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Filsafat juga dianggap bersifat
sistematis karena dalam penerapannya, filsafat menggunakan proses proses berpikir
yang dilakukan secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan kaidah atau hukum yang
ada.
1. Filsafat Ilmu
Psillos & Curd (2008) menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang filosofis dan mendasar/fundamental
yang terdapat dalam ilmu. Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam
dan filsafat ilmuilmu sosial, namun tidak terdapat perbedaan yang secara prinsip
antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dimana keduanya memiliki ciri-ciri
keilmuan yang sama.
2. Pilar Filsafat Ilmu
Pembahasan pilar filsafat ilmu terkait proses bagaimana keterkaitan antara
aspek aspek yang mempengaruhi ilmu dan sebaliknya. Pada dasarnya, pilar
filsafat ilmu dibedakan atas tiga pilar menjadi pilar pada aspek ontologis,
epistimologis dan aksiologis yang satu sama lain mempunyai fungsi atau karakter
pembahasan yang berbeda, akan tetapi saling melengkapi satu sama lain. Pilar
ontologis berbicara tentang apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan/
hakikat apa yang dikaji; pilar epistomologis berbicara tentang bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan yang benar; dan pilar aksiologis berbicara tentang apa
nilai kegunaan ilmu bagi manusia itu sendiri.
3. Peran Filsafat
Ilmu Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan atau
epistemologi, yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk
pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi. Berdasar pada
definisi filsafat ilmu itu sendiri, maka kemudian dapat dibuat aplikasi pengertian
filsafat ilmu ke dalam bidang filsafat ilmu psikologi. Filsafat ilmu psikologi
adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat pengetahuan (epistemologi),
yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif mempelajari tentang
hakekat ilmu psikologi (Hanurawan, 2012).

5
Apabila ruang lingkup filsafat ilmu itu diterapkan dalam ilmu psikologi maka
diperoleh rumusan ruang lingkup filsafat ilmu dalam ilmu psikologi adalah
sebagai berikut:
 Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan
dengan keberadaan ilmu psikologi.
 Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang
berhubungan dengan ilmu psikologi
 Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas
pencapaian ilmu dan penerapan ilmu psikologi dalam kehidupan
masyarakat.
 Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu
psikologi.

Selain itu, ruang lingkup filsafat ilmu yang diterapkan dalam ilmu psikologi
juga dapat dirumuskan sebagai sebagai berikut:
a. Pengertian ilmu psikologi
b. Tujuan ilmu psikologi
c. Masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan psikologi
d. Penggolongan dalam ilmu psikologi
e. Pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam ilmu psikologi
f. Hubungan ilmu psikologi dan kesejahteraan manusia
g. Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu psikologi.

Filsafat ilmu diperlukan untuk: (1) membantu membedakan ilmu dengan


saintisme (yang memutlakkan berlakunya ilmu dan tidak menerima cara
pengenalan lain selain cara pengenalan yang dijalankan ilmu), (2) memberi jawab
atas pertanyaan”makna” dan ”nilai”, dalam hal mana ilmu membatasi diri pada
penjelasan mekanisme saja (Bertens, 2005), (3) merefleksi, menguji, mengritik
asumsi dan metode keilmuan, sebab ada kecenderungan penerapan metode ilmiah
tanpa memperhatikan struktur ilmu itu sendiri (Mustansyir & Munir, 2010), serta
(4) dari hubungan historisnya dengan ilmu, filsafat menginspirasikan masalah-
masalah yang akan dikaji oleh ilmu.

6
D. Hubugan Filsafat Ilmu dan Psikologi
Filsafat sebagai ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu tersebut secara hakiki
terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua
ilmu membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Dengan demikian ilmu-ilmu
khusus tidak menggarap pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai
keseluruhan, sebagai suatu kesatuan yang dinamis. Dalam hal ini, peranan filsafat
terhadap semua disiplin ilmu termasuk psikologi, hanya sebagai penggagas dan
peletak dasar, dan selanjutnya ilmu-ilmu itulah yang berkembang sesuai dengan
objek kajianya masing-masing. K. Bertens memberikan lima hal yang menyangkut
peranan dari filsafat bagi perkembangan ilmu-ilmu yang lain :
1) Filsafat dapat menyumbang untuk memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu
yang sangat dibutuhkan, yang disinyalir kecondongan ilmu pengetahuan
untuk berkembang ke arah spesialisasi yang akhirnya menimbulkan
kebuntuan. Tetapi pada filsafat tidak ada spesialisasi khusus, filsafat bertugas
untuk memperhatikan keseluruhan dan tidak berhenti pada detail-detailnya.
2) Filsafat dapat membantu dalam membedakan antara ilmu pengetahuan
dan scientisme. Dengan scientisme dimaksudkan pendirian yang tidak
mengakui kebenaran lain daripada kebenaran yang disingkapkan oleh ilmu
pengetahuan dan tidak menerima cara pengenalan lain daripada cara
pengenalan yang dijalankan oleh ilmu pengetahuan, dengan demikian ilmu
pengetahuan melewati batas-batasnya dan menjadi suatu filsafat.
3) Tidak dapat disangkal bahwa hubungan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan lebih erat dalam bidang pengetahuan manusia daripada bidang
ilmu pengetahuan alam.
4) Salah satu cabang filsafat yang tumbuh subur sekarang ini adalah apa yang
disebut “foundational research“ suatu penelitian kritis tentang metode-
metode, pengandaian-pengandaian dan hasil ilmu pengetahuan positif.
5) Peranan filsafat dalam kerja sama interdisipliner pasti tidak dapat
dibayangkan sebagai semacam “pengetahuan absolu t“.

Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan objek dari filsafat yang antara
lain membicarakan soal hakikat kodrat manusia, tujuan hidup manusia, dan
sebagainya. Sekalipun psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari filsafat, karena

7
metode yang ditempuh sebagai salah satu sebabnya, tetapi psikologi masih tetap
mempunyai hubungan dengan filsafat. Bahkan sebetulnya dapat dikemukakan bahwa
ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itupun tetap masih ada hubungan
dengan filsafat terutama mengenai hal-hal yang menyangkut sifat hakikat dan tujuan
dari ilmu pengetahuan.
Seperti telah dikemukakan diatas, psikologi mempunyai hubungan antara lain
dengan biologi, sosiologi, filsafat, ilmu pengetahuan, tetapi ini tidak berarti bahwa
psikologi tidak mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain diluar ilmu-ilmu
tersebut. Justru karena psikologi memilki mempelajari manusia sebagai makhluk
bersegi banyak, makhluk yang bersifat kompleks maka psikologi harus bekerjasama
dengan ilmu-ilmu lain. Tetapi sebaliknya setiap cabang ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan manusia akan kurang sempurna bila tidak mengambil pelajaran
dari psikologi. Dengan demikian, akan terdapat hubungan yang timbal balik.
Setelah psikologi berpisah dengan filsafat dan berdiri sendiri sebagai sebuah
cabang ilmu yang baru; nampaknya psikologi, melalui berbagai penelitiannya
berusaha memberikan gambaran bahwa psikologi mengikuti aturan-aturan penelitian
yang berlaku dengan menggunakan cara yang sistematik dan metodologis sehingga
hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan secara empirik.
Kebutuhan keilmiahan psikologi tersebut nampaknya baru terpecahkan ketika
Wilhelm Wundt (1832-1920) dan kawan-kawannya memulai menerapkan metode
yang baru dalam bidang psikologi eksperimen. Dalam laboratorium eksperimen
pertama yang didirikannya pada tahun 1879 di Universitas Leipzig (Jerman), Wundt
kemudian mulai melakukan serangkaian eksperimen untuk menguji fenomena-
fenomena yang dulunya merupakan bagian dari filsafat.
Namun demikian, meskipun pengaruh filsafat bagi perkembangan ilmu psikologi
masih dapat dirasakan dalam setiap penelitian yang dihasilkan, hal ini tentunya tidak
terlepas dari bidang garapan yang lebih banyak mempunyai kesamaan dengan filsafat
itu sendiri. Dengan diakuinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha
menempatkan metode penelitian yang sistematis dan ilmiah, psikologi menunjukkan
jati dirinya sebagai salah satu cabang ilmu yang mampu menempatkan metode-
metode ilmiah sebagai bagian dari penelitiannya.
Filsafat ilmu, sebagai salah satu cabang filsafat, memberikan sumbangan besar
bagi perkembangan ilmu psikologi. Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang hendak
merefleksikan konsep-konsep yang diandaikan begitu saja oleh para ilmuwan, seperti

8
konsep metode, obyektivitas, penarikan kesimpulan, dan konsep standar kebenaran
suatu pernyataan ilmiah. Hal ini penting, supaya ilmuwan dapat semakin kritis
terhadap pola kegiatan ilmiahnya sendiri, dan mengembangkannya sesuai kebutuhan
masyarakat. Psikolog sebagai seorang ilmuwan tentunya juga memerlukan
kemampuan berpikir yang ditawarkan oleh filsafat ilmu ini. Tujuannya adalah,
supaya para psikolog tetap sadar bahwa ilmu pada dasarnya tidak pernah bisa
mencapai kepastian mutlak, melainkan hanya pada level probabilitas. Dengan begitu,
para psikolog bisa menjadi ilmuwan yang rendah hati, yang sadar betul akan batas-
batas ilmunya, dan terhindar dari sikap saintisme, yakni sikap memuja ilmu
pengetahuan sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
Sebagai cabang ilmu, psikologi termasuk dalam ilmu-ilmu kemanusiaan,
khususnya ilmu-ilmu sosial. Ciri ilmu-ilmu kemanusiaan adalah memandang manusia
secara keseluruhan sebagai objek dan subjek ilmu. Ciri lainnya terletak pada titik
pandang dan kriterium kebenaran yang berbeda dari ilmu-ilmu alam. Ciri lain lagi
muncul sebagai akibat ciri tersebut yaitu bahwa antara subjek dan objek ilmu -ilmu
kemanusiaan terdapat proses saling mempengaruhi. Psikologi sebagai bagian dari
ilmu kemanusiaan juga memiki ciri-ciri tersebut . Berhadapan dengan ilmu-ilmu itu
salah satu tugas pokok filsafat ilmu adalah menilai hasil ilmu-ilmu pemngetahuan
dilihat dari sudut pandang pengetahuan manusia seutuhnya. Ada dua bidang
sehubungan dengan masalah pengetahuan yang benar, yaitu (1) ikut menilai apa yang
dianggap tepat atau benar dalam ilmu-ilmu; (2) memberi penilaian terhadap
sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan manusia guna mencapai pengetahuan
yang benar.
Dengan demikian, filsafat ilmu dapat berperan dalam menilai secara kritis apa
yang dianggap sebagai pengetahuan yang benar dalam ilmu psikologi. Sebagaimana
telah diungkapkan, ilmu-ilmu mempunyai sumbangan yang sangat besar bagi
manusia. Sumbangan-sumbangan itu mendukung peradaban manusia, karena itu patut
dihargai. Namun demikian kadang terdapat kelemahan yang perlu dicermati, yakni
apabila para pelaku ilmu berpendapat bahwa di luar ilmu-ilmu mereka tidak terdapat
pengetahuan yang benar. Kelemahan lainnya adanya anggapan tentang kebenaran
dikemukakan secara eksplisit dengan mengabaikan bidang filsafat yang dengan
demikian sebenarnya sudah dimasuki oleh para pelaku ilmu yang bersangkutan.
Filsafat itu mempertanyakan jawaban, sedangkan psikologi menjawab pertanyaan
(masalah).  Jadi dengan berfilsafat, psikolog mendapatkan solusi dari

9
permasalahan kliennya, karena terus diberikan pertanyaan, kenapa, mengapa,
alasannya apa, terus begitu sampai akhirnya ada kesimpulan dari pertanyaan (dari
permasalahan) itu. Ketika seseorang sudah mampu mempertanyakan siapa dirinya,
bagaimana dirinya terbentuk, bagaimana posisi dirinya di alam semesta ini, itu
berarti orang tersebut sudah berfilsafat ke taraf yang paling tinggi. Untuk itu
dibutuhkan perenungan, karena apabila didiskusikan, bisa jadi orang lain
menganggap kita gila, karena itu adalah insight, dan tidak semua orang bisa
mendapatkan insight.
Filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya filsafat berangkat
dari apa yang dialami manusia. Ilmu psikologi menolong filsafat dalam
penelitiannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan ‘pincang’ dan jauh
dari kebenaran jika tidak mempertimbangkan hasil psikologi.
Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Seperti kita tahu,
psikologi, dan semua ilmu lainnya, merupakan pecahan dari filsafat. Di dalam
filsafat, kita juga bisa menemukan refleksi-refleksi yang cukup mendalam tentang
konsep jiwa dan perilaku manusia. Refleksi-refleksi semacam itu dapat ditemukan
baik di dalam teks-teks kuno filsafat, maupun teks-teks filsafat modern. Dengan
mempelajari ini, para psikolog akan semakin memahami akar historis dari ilmu
mereka, serta pergulatan-pergulatan macam apa yang terjadi di dalamnya. Saya
pernah menawarkan kuliah membaca teks-teks kuno Aristoteles dan Thomas
Aquinas tentang konsep jiwa dan manusia. Menurut saya, teks-teks kuno tersebut
menawarkan sudut pandang dan pemikiran baru yang berguna bagi perkembangan
ilmu psikologi.
Filsafat juga memiliki cabang yang kiranya cukup penting bagi perkembangan
ilmu psikologi, yakni etika. Yang dimaksud etika disini adalah ilmu tentang
moral. Sementara, moral sendiri berarti segala sesuatu yang terkait dengan baik
dan buruk. Di dalam praktek ilmiah, para ilmuwan membutuhkan etika sebagai
panduan, sehingga penelitiannya tidak melanggar nilai-nilai moral dasar, seperti
kebebasan dan hak-hak asasi manusia. Sebagai praktisi, seorang psikolog
membutuhkan panduan etis di dalam kerja-kerja mereka. Panduan etis ini
biasanya diterjemahkan dalam bentuk kode etik profesi psikologi. Etika, atau yang
banyak dikenal sebagai filsafat moral, hendak memberikan konsep berpikir yang
jelas dan sistematis bagi kode etik tersebut, sehingga bisa diterima secara masuk

10
akal. Perkembangan ilmu, termasuk psikologi, haruslah bergerak sejalan dengan
perkembangan kesadaran etis para ilmuwan dan praktisi. Jika tidak, ilmu akan
menjadi penjajah manusia. Sesuatu yang tentunya tidak kita inginkan.
Salah satu cabang filsafat yang kiranya sangat mempengaruhi psikologi adalah
eksistensialisme. Tokoh-tokohnya adalah Soren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche,
Viktor Frankl, Jean-Paul Sartre, dan Rollo May. Eksistensialisme sendiri adalah
cabang filsafat yang merefleksikan manusia yang selalu bereksistensi di dalam
hidupnya. Jadi, manusia dipandang sebagai individu yang terus menjadi, yang
berproses mencari makna dan tujuan di dalam hidupnya. Eksistensialisme
merefleksikan problem-problem manusia sebagai individu, seperti tentang makna,
kecemasan, otentisitas, dan tujuan hidup. Dalam konteks psikologi,
eksistensialisme mengental menjadi pendekatan psikologi eksistensial, atau yang
banyak dikenal sebagai terapi eksistensial. Berbeda dengan behaviorisme, terapi
eksistensial memandang manusia sebagai subyek yang memiliki kesadaran dan
kebebasan. Jadi, terapinya pun disusun dengan berdasarkan pada pengandaian itu.
Saya pernah memberikan kuliah psikologi eksistensial, dan menurut saya,
temanya sangat relevan, supaya ilmu psikologi menjadi lebih manusiawi. Ini
adalah pendekatan alternatif bagi psikologi klinis.
Dalam metode, filsafat bisa menyumbangkan metode fenomenologi sebagai
alternatif pendekatan di dalam ilmu psikologi. Fenomenologi sendiri memang
berkembang di dalam filsafat. Tokoh yang berpengaruh adalah Edmund Husserl,
Martin Heidegger, Alfred Schultz, dan Jean-Paul Sartre. Ciri khas fenomenologi
adalah pendekatannya yang mau secara radikal memahami hakekat dari realitas
tanpa terjatuh pada asumsi-asumsi yang telah dimiliki terlebih dahulu oleh
seorang ilmuwan. Fenomenologi ingin memahami benda sebagai mana adanya.
Slogan fenomenologi adalah kembalilah kepada obyek itu sendiri. Semua asumsi
ditunda terlebih dahulu, supaya obyek bisa tampil apa adanya kepada peneliti.
Metode fenomenologi dapat dijadikan alternatif dari pendekatan kuantitatif, yang
memang masih dominan di dalam dunia ilmu psikologi di Indonesia. Dengan
menggunakan metode ini, penelitian psikologi akan menjadi semakin manusiawi,
dan akan semakin mampu menangkap apa yang sesungguhnya terjadi di dalam
realitas.
Filsafat juga bisa mengangkat asumsi-asumsi yang terdapat di dalam ilmu
psikologi. Selain mengangkat asumsi, filsafat juga bisa berperan sebagai fungsi

11
kritik terhadap asumsi tersebut. Kritik disini bukan diartikan sebagai suatu kritik
menghancurkan, tetapi sebagai kritik konstruktif, supaya ilmu psikologi bisa
berkembang ke arah yang lebih manusiawi, dan semakin mampu memahami
realitas kehidupan manusia. Asumsi itu biasanya dibagi menjadi tiga, yakni
asumsi antropologis, asumsi metafisis, dan asumsi epistemologis. Filsafat dapat
menjadi pisau analisis yang mampu mengangkat sekaligus menjernihkan ketiga
asumsi tersebut secara sistematis dan rasional. Fungsi kritik terhadap asumsi ini
penting, supaya ilmu psikologi bisa tetap kritis terhadap dirinya sendiri, dan
semakin berkembang ke arah yang lebih manusiawi.
Dalam konteks perkembangan psikologi sosial, filsafat juga bisa memberikan
wacana maupun sudut pandang baru dalam bentuk refleksi teori-teori sosial
kontemporer. Di dalam filsafat sosial, yang merupakan salah satu cabang filsafat,
para filsuf diperkaya dengan berbagai cara memandang fenomena sosial-politik,
seperti kekuasaan, massa, masyarakat, negara, legitimasi, hukum, ekonomi,
maupun budaya. Dengan teori-teori yang membahas semua itu, filsafat sosial bisa
memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan psikologi sosial,
sekaligus sebagai bentuk dialog antar ilmu yang komprehensif.
Terakhir, filsafat bisa menawarkan cara berpikir yang radikal, sistematis, dan
rasional terhadap ilmu psikologi, bagi para psikolog, baik praktisi maupun
akademisi, sehingga ilmu psikologi bisa menjelajah ke lahan-lahan yang tadinya
belum tersentuh. Dengan ilmu logika, yang merupakan salah satu cabang filsafat,
para psikolog dibekali kerangka berpikir yang kiranya sangat berguna di dalam
kerja-kerja mereka. Seluruh ilmu pengetahuan dibangun di atas dasar logika, dan
begitu pula psikologi. Metode pendekatan serta penarikan kesimpulan seluruhnya
didasarkan pada prinsip-prinsip logika. Dengan mempelajari logika secara
sistematis, para psikolog bisa mulai mengembangkan ilmu psikologi secara
sistematis, logis, dan rasional. Dalam hal ini, logika klasik dan logika
kontemporer dapat menjadi sumbangan cara berpikir yang besar bagi ilmu
psikologi.Teori psikologi tradisional masih percaya, bahwa manusia bisa
diperlakukan sebagai individu mutlak. Teori psikologi tradisional juga masih
percaya, bahwa manusia bisa diperlakukan sebagai obyek. Dengan cara berpikir
yang terdapat di dalam displin filsafat, ‘kepercayaan-kepercayaan’ teori psikologi
tradisional tersebut bisa ditelaah kembali, sekaligus dicarikan kemungkinan-
kemungkinan pendekatan baru yang lebih tepat. Salah satu contohnya adalah,

12
bagaimana paradigma positivisme di dalam psikologi kini sudah mulai digugat,
dan dicarikan alternatifnya yang lebih memadai, seperti teori aktivitas yang
berbasis pada pemikiran Marxis, psikologi budaya yang menempatkan manusia di
dalam konteks, dan teori-teori lainnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baik logika maupun filsafat ilmu, yang juga merupakan cabang dari filsafat,
memberikan sumbangan besar bagi perkembangan ilmu psikologi. Filsafat ilmu adalah
cabang filsafat yang hendak merefleksikan konsep-konsep yang diandaikan begitu saja
oleh para ilmuwan, seperti konsep metode, obyektivitas, penarikan kesimpulan, dan
konsep standar kebenaran suatu pernyataan ilmiah. Hal ini penting, supaya ilmuwan
dapat semakin kritis terhadap pola kegiatan ilmiahnya sendiri, dan mengembangkannya
sesuai kebutuhan masyarakat. Psikolog sebagai seorang ilmuwan tentunya juga
memerlukan kemampuan berpikir yang ditawarkan oleh filsafat ilmu ini. Tujuannya
adalah, supaya para psikolog tetap sadar bahwa ilmu pada dasarnya tidak pernah bisa
mencapai kepastian mutlak, melainkan hanya pada level probabilitas. Dengan begitu,
para psikolog bisa menjadi ilmuwan yang rendah hati, yang sadar betul akan batas-batas
ilmunya, dan terhindar dari sikap saintisme, yakni sikap memuja ilmu pengetahuan
sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Psikologi sebagai suatu ilmu memiliki hubungan
yang erat dengan filsafat. Dalam memahami psikologi sebagai ilmu maka sangat perlu
untuk memahami aspek ontologi, epistimologi dan aksiologinya.
Berdasarkan landasan ontologisnya maka psikologi adalah ilmu yang mengkaji
tentang tingkah laku manusia dan proses-proses mental yang melatarbelakanginya.
Perbedaan aliran-aliran filsafat (ontologi) dan perspektif dalam memandang tingkah laku
manusia tentu akan memunculkan berbagai macam aliran-aliran dalam psikologi yang
memengaruhi ontologi psikologi itu sendiri dan kemudian memengaruhi
epistimologinya. Dari kajian aspek epistimologinya, psikologi sendiri merupakan ilmu
yang banyak dipengaruhi oleh pendekatan empirisme dan filsafat fenomenologi.
Psikologi terus mengembangkan berbagai metode dalam mengkaji tingkah laku,
misalnya melalui survey, eksperimen, studi kasus dan sebagainya. Dalam ranah

13
aksiologisnya, ilmu psikologi telah dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan
manusia, seperti pendidikan, industri, ekonomi, politik, keluarga, kesehatan, dan lain
sebagainya.
Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan
mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun
aksiologisnya. Dan psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Hubungan antara filsafat ilmu dengan psikologi, diantaranya :
 filsafat ilmu dapat berperan dalam menilai secara kritis apa yang dianggap sebagai
pengetahuan yang benar dalam ilmu psikologi;
 filsafat itu mempertanyakan jawaban, sedangkan psikologi menjawab pertanyaan
(masalah).  Jadi dengan berfilsafat, psikolog mendapatkan solusi dari permasalahan
kliennya;
 ilmu psikologi menolong filsafat dalam penelitiannya;
 filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi;
 dalam metode, filsafat bisa menyumbangkan metode fenomenologi sebagai alternatif
pendekatan di dalam ilmu psikologi;
 filsafat juga bisa mengangkat asumsi-asumsi yang terdapat di dalam ilmu psikologi.
Selain mengangkat asumsi, filsafat juga bisa berperan sebagai fungsi kritik terhadap
asumsi tersebut;
 dalam konteks perkembangan psikologi sosial, filsafat juga bisa memberikan wacana
maupun sudut pandang baru dalam bentuk refleksi teori-teori sosial kontemporer;
 filsafat bisa memberikan kerangka berpikir yang radikal, sistematis, logis, dan
rasional bagi para psikolog, baik praktisi maupun akademisi, sehingga ilmu
psikologi bisa menjelajah ke lahan-lahan yang tadinya belum tersentuh.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan akan
memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami
memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Imam. 1994. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi
Offset. Berteens, Kees. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: PT Mizan Publika.
Pradipto, Yosef Dedy. 2013. Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Holistis Pengembangan
Ilmu Psikologi. Humaniora Vol. 4 No.1 April 2013: 539-546.
Rizal Mustansyir, Misnal Munir. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uriasumantri, Jujun S.. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hillgard & Atkinson. (2007). Pengantar Psikologi. Edisi ke-11. Jakarta: Interaksara.
Wattimena, Reza A.A.. (2005). Peranan Filsafat bagi Perkembangan Ilmu Psikologi .
Tersedia : http://www.rezaantonius.wordpress.com. 

15

Anda mungkin juga menyukai