Anda di halaman 1dari 3

Alliances: Balancing and Bandwagoning

Stephen M. Walt

Balancing dan Bandwagoning menjadi pilihan sebuah negara ketika negaranya

menghadapi ancaman, dimana balancing menggambarkan pandangan yang berbeda dengan

bandwagoning. Balancing terjadi ketika sebuah negara beraliansi dengan negara lain untuk sama-

sama melawan ancaman yang ada, sedangkan Bandwagoning terjadi ketika sebuah negara

beraliansi dengan kekuatan yang dianggap paling mengancam. Bab ini menjelaskan kapan

sebuah negara sebaiknya melakukan balancing ataupun bandwagoning, dimana secara garis

besar merujuk pada tiga faktor. Yang pertama, kondisi dari negara itu sendiri apakah negara

tersebut kuat atau lemah, karena negara lemah cenderung akan melakukan bandwagoning yang

akan memberikan keuntungan bagi negara tersebut. Yang kedua, ketersediaan pilihan aliansi.

Apabila ketersediaan aliansi sangat sedikit, negara cenderung akan melakukan bandwagoning.

Dan yang terakhir, kondisi perang dan damai. Ketika negara sedang dalam kondisi yang damai,

mereka cenderung melakukan balancing untuk mengalahkan kekuatan yang dapat mengancam

negaranya, juga untuk menghentikan upaya-upaya hegemon yang dilakukan. Sebaliknya, ketika

negara sedang berada dalam konteks perang, maka negara tersebut cenderung akan melakukan

bandwagoning.

Penting untuk membahas hal ini karena dunia hubungan internasional kini semakin

kompleks sehingga penting bagi kita untuk mempelajari bagaimana negara menghadapi

kompleksitas dinamika sistem internasional yang terjadi yang dapat menjadi ancaman bagi

negaranya. Sehingga bermula dari sana juga, kita dapat menganalisis apa yang negara tersebut

akan lakukan dan langkah mana yang paling menguntungkan bagi negaranya. Penulis

merefleksikan tulisannya dengan baik dan pembahasan mengenai balancing dan bandwagoning
ini menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk dibahas, karena aliansi dapat menjadi sebuah

langkah untuk mempertahankan kepentingan negara. Tinggal bagaimana negara tersebut memilih

kepada siapa ia akan bersekutu, apakah ke negara yang sama-sama memiliki keinginan untuk

melawan ancaman yang ada, disebut dengan balancing atau dengan negara yang dianggap paling

mengancam bagi negaranya sendiri, disebut dengan bandwagoning.

Sebagaimana dikatakan (Walt, 1985) dalam sebuah kondisi, sebuah negara memilih

untuk ‘balancing’ untuk melawan ancaman yang ada, dibanding untuk ikut kepada pihak yang

lebih kuat. Hal ini juga untuk mencegah negara-negara tersebut lebih kuat dan dapat

mendominasi sistem yang ada. Tetapi bagaimanapun juga, ketika negara memilih untuk

balancing dalam aliansinya, hal itu tetap memiliki resiko bagi negaranya. Seperti yang

dikemukakan (Jervis, 2007), bahwa keuntungan yang didapat bisa saja tidak seimbang dan upaya

untuk mencapai perdamaian tidak akan bertahan selamanya. Perang dapat terjadi kapan saja

apabila dalam aliansinya, salah satu negara berupaya untuk memperoleh dan mempertahankan

apa yang mereka inginkan, sekalipun harus meninggalkan aliansi. Bahkan dalam balancing

tersebut, negara-negara lemah dapat tersingkirkan oleh negara-negara tetangga mereka yang

lebih kuat. Bandwagoning menjadi salah satu pilihan yang sering digunakan karena dianggap

dapat menguntungkan bagi negara, terutama bagi negara-negara yang lemah. Hal ini didukung

oleh pernyataan (Waltz, 2001) yang mengatakan bahwa sistem internasional akan dipegang oleh

negara-negara dengan kekuatan atau power yang lebih besar. Namun juga, bandwagoning

memiliki resiko seperti yang dikemukakan (Walt, 1985) bahwa bandwagoning dapat

meningkatkan kebutuhan sumberdaya untuk kekuatan yang mengancam dan juga membutuhkan

kepercayaan yang tinggi untuk tetap berlanjut. Karena setiap waktu, niat negara yang menjadi

ancaman tersebut dapat berubah. Tetapi bagaimanapun juga, bandwagoning juga balancing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga kembali lagi pada bagaimana negara menanggapi

sistem internasional yang terjadi dan memilih langkah terbaik bagi negaranya.

Balancing dan bandwagoning ini kemudian menjadi langkah bagaimana negara

menghadapi ancaman yang ada. Apakah negara tersebut akan beraliansi untuk menciptakan

keseimbangan dalam aliansinya atau ia akan beraliansi pada kekuatan besar yang menjadi

ancamannya. Baik balancing dan bandwagoning tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing untuk menghadapi ancaman yang ada, dan sebuah negara akan lebih baik apabila

ia dapat menganalisa kondisi sistem internasional yang terjadi dan memilih langkah apa yang

akan ia ambil dalam menanggapi hal tersbut. Namun juga bukan menjadi hal yang tidak mungkin

apabila sebuah negara yang awalnya memilih balancing menjadi bandwagoning, karena

mengingat kondisi internasional akan selalu berubah dan kompleks. Pembahasan ini menarik

untuk dibahas sehingga kita bisa menganalisa apakah sebuah negara mengambil langkah

balancing atau bandwagoning dalam menghadapi ancaman yang ada.

Daftar Pustaka

Art, R. J., Jervis, R., & Jervis, R. (2007). International politics: enduring concepts and

contemporary issues. Pearson/Longman.

Walt, S. M. (1985). Alliance formation and the balance of world power. International

security, 9(4), 3-43.

Waltz, K. N. (2001). Man, the state, and war: A theoretical analysis. Columbia University Press.

Anda mungkin juga menyukai