Anda di halaman 1dari 13

Strategi Perimbangan

Kekuatan/Ancaman
 Realisme > interaksi anarki antar negara, neorealisme > struktur internasional yang anarki.
 Perimbangan kekuatan = respon terhadap kondisi anarki dalam interaksi antar negara
(hubungan internasional) > berusaha mencari keseimbangan, upaya untuk menghindarkan
diri dari ancaman kekuatan yang lebih besar.
 Perimbangan kekuatan : Bilpolar (era perang dingin) atau Multipolar (saat ini?).
Morgenthau = Bipolar lebih stabil, sementara Waltz = Multipolar lebih stabil.
Perimbangan Kekuatan (Balance of
Power/BoP)
 Morgenthau (1978) perimbangan kekuatan sebagai kondisi dimana terjadi kondisi
asimentris dalam konteks kekuatan dimana negara akan senantiasa berusaha untuk
melakukan perimbangan dengan kecenderungan menggabungkan kekuatan.
 Waltz (1979), perimbangan kekuatan mengemuka dua kelompok kekuatan terbentuk dalam
sistem internasional, dimana negara yang tidak termasuk didalamnya, jika dimungkinkan
memilih akan bergabung dengan sesame negara lemah untuk menghindarkan diekspoitasi
oleh negara kuat.
 Perimbangan kekuatan merupakan sebuah situasi interaktif yang bisa bersifat equilibrium
(kondisi dimana benar-benar seimbang) (Claude, 1962).
Lanjutan………..

 Walt (1987, p. 149) melihat terdapat dua jenis tipe perimbangan kekuatan yakni : pertama,
perimbangan kekuatan yang bersifat militer untuk tujuan militer dan kedua, yang didorong
oleh tujuan politik untuk ditujukan terhadap citra dan legitimasi lawan.
 Schweller (2016) perimbangan kekuatan akan didasarkan pada : kapabilitas militer,
kapasitas politik (untuk memobilisasi kekuatan), kapabilitas dan keandalan dari aliansi
atau calon aliansi dan aspek geografi politik.
 Waltz (1979) dua upaya perimbangan yakni : External dan Internal Balancing
Perimbangan Ancaman (Balance of
Threat/BoT)
 Stephen Walt (1987) menyempurnakan melalui teori mengenai Balance of Threat.
 Apa yang baru dari Walt? Tidak menitik beratkan pada power, namun pada persepsi
ancaman kepada/terhadap lawan.
 Persepsi Ancaman Walt (1987) : kekuatan lawan, kedekatan geografis, kemampuan
melakukan serangan dan niat untuk melakukan serangan.
External Balancing

 External balancing : meningkatkan agregat kekuatan melalui upaya menggabungkan diri


dengan negara lain (super power maupun negara lain yang setara) = Ct: aliansi.
 Aliansi sebagai bentuk upaya untuk melakukan perimbangan, lihat di era perang dingin ct :
NATO vs Pakta Warsawa.
 Aliansi dalam bentuk institionalized alliance = komitmen penggabungan kekuatan untuk
melawan ancaman ct : pasal 5 piagam pembentukan NATO.
Internal Balancing?

 Internal balancing : meningkatkan kapabilitas kekuatan secara mandiri = negara


superpower (industri pertahanan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi) ct : AS, Uni
Soviet, Tiongkok.
 Negara bukan super power > sulit terkait dengan sumber daya yang dimiliki (kondisi
inhan, anggaran belanja).
Bandwagoning

 Walt (1987) bandwagoning merupakan perilaku yang ditunjukan dengan merapat atau
bergabung bersama dengan sumber ancaman.
 Bandwagoning = mengalah/menyerah > mengakomodasi apa yang menjadi tuntutan dari
pihak lawan dalam bentuk perilaku atau penyerahan sumber daya.
 Perilaku bandwagoning dimaknai penyerahan otonomi untuk bertindak dalam ranah
internasional kepada negara yang lebih kuat sebagai pengganti dari keamanan yang
diberikan.
 Bandwagoning yang dimaknai sebagai upaya untuk menempatkan diri tidak sebagai
ancaman kepada negara atau kelompok negara yang tengah dihadapi
 Pertimbangan keamanan dapat menjadi dasar strategi bandwagoning (Schweller : 1994) =
perilaku-perilaku yang ditunjukan dalam bandwagoning seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya sebagai upaya untuk mengubah persepsi ancaman dari oponen terhadap
negaranya
 Pilihan bandwagoning adalah ketika Balancing = cost tinggi (politik maupun ekonomi)
 Kesadaran atas kondisi sumber daya yang dimiliki serta perannya dalam sistem
internasional = akomodatif dengan negara besar, bertahanan dalam sistem internasional.
Apakah ada Opsi Lain?

 Hedging (Cheng-Chwee, 2010, Munn, 1991, Thomas, 2007)


 Bargaining (Montratama, 2015)
Hedging

 Hedging = pengembangan balancing, dimana sebuah negara berusaha untuk memelihara


kesempatan memihak pada kekuatan mana saja yang tersedia dan dianggap memberikan
keuntungan secara strategis saat berada dalam kondisi tertentu (Cheng-Chwee, 2010).
 Pragmatisme = politik dua kaki, mendekatkan diri pada kekuatan-kekuatan yang tersedia
dengan menjalin hubungan yang positif dengan negara yang dianggap potensial.
 Hedging dilakukan dalam suasana kompetitif diantara kekuatan-kekuatan yang tersedia.
 Kelemahan : persepsi mendua dari kekuatan yang didekati, sulit untuk mendapatkan
jaminan komitmen, upaya memelihara komitmen dan daya tawar berakhir pada
pembentukan aliansi.
Bargaining

 Bargaining sendiri tidak mengharapkan adanya aliansi sebagai hasil dari upaya menjalin
hubungan dengan negara-negara besar, dimana orientasi yang dimiliki adalah pada proses
bukan pada hasil.
 Bargaining, tidak memihak (tidak ada kecenderungan pembentukan aliansi)
 Bargaining didasarkan pada skema prioritas hubungan kerja sama dengan negara-negara
besar dalam rangka menjamin keamanan yang akan terbagi kedalam dua kelompok besar
yakni : kerja sama politik dan ekonomi (Yani & Montratama, 2017, p. 115).
 Upaya memanfaatkan rivalitas kekuatan negara besar, memanfaatkan jalinan kerja sama
dalam rangka meningkatkan posisi daya tawar (bargaining position) = kuasi aliansi
(meningkatkan deterrence atau menurunkan kredibilitas lawan).
 Sekian dan Terimakasih………………

Anda mungkin juga menyukai