Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH


”PENGUKURAN KADAR AIR TANAH, BOBOT ISI DAN
POROSITAS TOTAL TANAH”
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah

Disusun oleh
Nama : Reza Maulana Muhammad
NIM : 4442160006
Kelas : IIIA
Kelompok : 1 (Satu)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kitaingat.Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas hasil laporan Praktikum ini.
Laporan yang berjudul “Pengukuran Kadar Air Tanah, Bobot Isi dan
Porositas Total Tanah” Meskipun saya berharap isi dari laporan praktikum saya
ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas
Laporan praktikum ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga hasil laporan
praktikum saya ini bermanfaat.

Serang, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah 2
2.2 Kadar Air Tanah 3
2.3 Bobot Isi Tanah 5
2.4 Porositas Tanah 8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat 12
3.2 Alat dan Bahan 12
3.3 Cara Kerja 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 14
4.2 Pembahasan 14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 19
5.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.4.1. Kelas Porositas Tanah 9


Table 4.1 Hasil Perhitungan Kadar Air, Bobot Isi dan Ruang Pori Total 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan bagian permukaan bumi, yang digunakan untuk berbagai
hal. Tempat berdirinya bangunan, hingga kematian, semua itu dilakukan di tanah.
Dalam dunia pertanian sendiri, tanah digunakan sebagai media tumbuh tanaman,
penyedia unsur hara tanaman, penyedia air dan lai-lain. Untuk mempelajari
tentang tanah harus dimulai satu persatu dari yang sederhana hingga yang
kompleks.
Tanah merupakan aspek penting dalam media tumbuh pada tumbuh –
tumbuhan. Mengingat tempat dan kegunaannya bagi tumbuhan, tanah dapat
disamakan dengan rumah tumbuhan. Oleh karena itu untuk mempertahankan
fungsinya kita perlu mempelajari,memperhatikan,dan mengolahnya dengan baik.
Maka dari itu kita harus memperhatikan kadar air tanah, bobot isi dan
porositas total tanah untuk mengetahui seberapa banyak kadar air tanah, bobot isi
dan prosias yang dimiliki tanah yang akan diamati

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah kali ini yaitu:
1. Agar mahasiswa mengetahui cara perhitungan kadar air, bobot isi dan
porositas tanah.
2. Agar mahasiswa memahami sifat fisik tanah.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara
satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga
diantara bagian-bagian tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).
Menurut Craig (1991), tanah adalah akumulasi mineral yang tidak
mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan
dari batuan.
Tanah didefinisikan oleh Das (1995) sebagai material yang terdiri dari
agregat mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara
partikel-partikel padat tersebut.
Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250
mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150
mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5
mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai
bahan halus yang berukuran < 1 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai
0,0074 mm.
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih
kecil dari 0,001 mm.

2
Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan
mekanis atau kimiawi. Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi
fragmen yang lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi, yaitu pengaruh iklim, eksfoliasi, erosi oleh angin dan
hujan, abrasi, serta kegiatan organik. Sedangkan pelapukan kimiawi meliputi
perubahan mineral batuan menjadi senyawa mineral yang baru dengan proses
yang terjadi antara lain seperti oksidasi, larutan (solution), pelarut (leaching)
(hardiyatmo, 2002).

2.2 Kadar Air Tanah


Kadar air dalam tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan
karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah
tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk
waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut (Wirosoedarmo,2005).
Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang
terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak
melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan
berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh.
Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya
gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, 1986).
Setiap tanah memiliki kadar air yang berbeda, selain itu kedalaman tanah
dan perlakuan juga akan membedakannya, tanah yang tidak diolah pada
kedalaman 0-10 cm memiliki kadar air yeng lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah yang diolah, karena tanah yang diolah terbuka pori-pori di lapisan atasnya
sehingga drainase berjalan dengan baik (Hermawan, 2005).
Koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi
ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.

3
2. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-
pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat
hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
3. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman
untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
4. Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat
kuat oleh gaya matrik tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah
(Hanafiah, 2007).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang
dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik
layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan
pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik
layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman, 1982).
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai
istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang
tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan
yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori
belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air

4
yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat
tanah kering yang tetap (Saridevi, 2013).

2.3 Bobot Isi Tanah


Bulk density atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan perbandingan
antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah
makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau
menembus akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1 – 1,6 g/cc
beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya
tanah Andisol), bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cc(misalnya tanah gambut).
Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap
hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah perhektar (Hardjowigeno, 1992).
Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi
partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi
bergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat
digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan
akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut
(Hanafiah, 2010).
Berat isi merupakan suatu sifat tanah yang menggambarkan taraf
kemampatan tanah. Tanah dengan kemampatan tinggi dapat mempersulit
perkembangan perakaran tanaman, pori makro terbatas dan penetrasi air
terhambat. Bulk density (berat isi) adalah perbandingan berat tanah kering dengan
satuan volume tanah termasuk volume pori–pori tanah, umumya dinyatakan
dalam gram/cm3 (Hanafiah, 2010).
Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padat pada tanah,
pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya
menggenang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar. Besaran ini
menyatakan bobot tanah, yaitu padatan air persatuan isi. Yang paling sering di
pakai adalah bobot isi kering yang umumnya disebut bobot isi saja. Nilai bobot isi
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan
organik, pemadatan alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah.

5
Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitangan seperti dalam
penentuan kebutuhan air irigasi pemupukan dan, pengolahan tanah (Hakim,
1986).
Bobot isi tanah bervariasi bergantung pada kerekatan partkel-partikel tanah
itu. Bobot isi tanah dapat digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam
membatasi kemampuan akar untuk menembus (penetrasi) tanah,dan untuk
pertumbuhan akar tersebut (Buckman, 1982).
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah
makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulut meneruskan air atau ditembus
akar tanaman. Tanah yang lebih padat memilki bulk density yang lebih besar dari
tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas pada
tanah mineral mempunyai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan
tanah dibawahnya. Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1-0,7 gr/cm3,
sedangkan tanah organik umumnya memiliki bulk density antara 0,1-0,9
gram/cm3 (Islami, 1995).
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bulk Density
Faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density adalah :
Tekstur, tanah, yang memiliki tekstur berliat mempunyai bulk density
yang kecil dan tanah yang bertekstur pasir mempunyai nilai bulk density
besar. Semakin baik tekstur tanah (tekstur berliat) maka tanah tersebut baik
digunakan sebagai lahan pertanian. Ini dikarenakan air akan mudah
meneruskan air dan tanah akan mudah ditembus oleh akar tanaman
(Saifuddin, 1988).
Kerapatan volume ditetapkan dalam g/cm maka kerapatan isi lapisan
berstruktur halus biasanya berkisar 1,0 – 1,3, sedangkan jika tekstur tanah itu
kasar, maka kisaran itu selalu diantara 1,3 – 1,8. Semakin berkembang
struktur tanah lapisan oleh yang bertekstur biasanya memiliki nilai berat jenis
palsu yang rendah, dibandingkan pada tanah-tanah berpasir. Semakin remah
struktur tanah maka semakin rendah presentasi bulk density tanah tersebut
(Pairunan, 1985).
Bahan organik juga dapat memperkecil kerapatan isi berat isi tanah.
Presentasi bulkdensity akan besar apabila bahan organik yang terdapat pada

6
tanah tersebut sedikit,dan begitupun sebaliknya. Tanah-tanah organik
memiliki kerapatan massa yang sangat rendah dibanding dengan tanah-tanah
mineral. Variasi-variasi yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan
organik dan kelembaban tanah. Berat isi menggambarkan keadaan, struktur
dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut dapat dinilai dari
kaitan-kaitan pertumbuhan tanaman dengan berat isi tanah. Bahan organik
memperkecil berat isi karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada
mineral, dan bahan organik memperbesar porositas tanah (Rafidi, 1982).
Timbulnya proses pembentukan struktur di horizon bagian atas dari
bahan induk ini mengakibatkan Bulk Density bagian permukaan tanah lebih
rendah dari batuan induk itu sendiri. Tanah-tanah organik memiliki nilai Bulk
Density yang rendah dibandingkan dengan tanah mineral. Tergantung dari
sifat-sifat bahan organik yang menyusun tanah organik itu, dan kandungan air
pada saat pengambilan contoh, maka biasanya Bulk Density itu berkisar
antara 0,2–0,6 gr/cm3. Bahan organik memperkecil berat isi tanah karena
bahan organik jauh lebih ringan daripada mineral. Berat isi ditentukan oleh
porositas dan padatan tanah.Tanah yang bertekstur halus mempunyai berat isi
yang lebih rendah daripada tanah berpasir..(Saifuddin, 1988).
B. Pengaruh Bulk Density Terhadap Produktivitas Tanaman
Bulk density merupakan petunjuk kerapatan tanah. Makin padat suatu
tanah makin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit meneruskan air
atau di tembus akar tanaman. Bulk density penting untuk menghitung
kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang di dasarkan pada
berat tanah per hektar (Hardjowigeno, 1992).
Bulk density sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman karena
berhubungan bahan organik di dalam tanah. Dimana semakin banyak bahan
organik di dalam tanah maka semakin tinggi bulk densitynya dan semakin
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Selain itu, kita ketahui
bahwa bulk density mempunyai hubungan timbal balik dengan porositas
(Islami, 1995).
Dimana semakin tinggi bulk density di dalam tanah maka semakin
rendah porositas di dalam tanah maka semakin baik pula dijadikan media

7
yang baik untuk melangsungkan kehidupan tanaman untuk mencapai
produktivitas yang tinggi. Semakin tinggi porositas tanaman maka semakin
kecil kemungkinan tanaman untuk hidup lama karena akar tidak dapat
menahan batang (Islami,1995).
Kandungan bahan organik yang tinggi dapat meningkatkan kualitas sifat
fisik tanah, melalui perangsangan aktivitas biologi tanah hingga pembentukan
struktur tanah yang mantap. Bahan organik tanah membantu proses granulasi
tanah dapat mengakibatkan penurunan berat isi tanah dan mengurangi tingkat
pemadatan tanah. Semakin banyak granulasi tanah yang terbentuk, maka
ruang pori yang tersedia juga akan semakin banyak (Hanafiah, 2007).

2.4 Porositas Tanah


Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang
ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso,
maupun mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori
meso terisi oleh udara. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran
aerasi dan drainase tanah (Foth, 1994).
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam
satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan
indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Porositas dapat ditentukan melalui 2
cara, yaitu menghitung selisih bobot tanah jenuh dengan bobot tanah kering dan
menghitung ukuran volume tanah yang ditempati bahan padat. Komposisi pori-
pori tanah ideal terbentuk dari kombinasi fraksi debu, pasir, dan lempung.
Porositas itu sendiri mencerminkan tingkat kesarangan untuk dilalui aliran massa
air (permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati
massa tanah (perkolasi, waktu per jarak). Kedua indikator ini ditentukan oleh
semacam pipa berukuran non kapiler (yang terbentuk dari pori–porimakro dan
meso yang berhubungan secara kontinu) di dalam tanah. Hal tersebut menekankan
bahwa tanah permukaan yang berpasir memiliki porositas lebih kecil daripada
tanah liat. Sebab tanah pasir memiliki ruang pori total yang mungkin rendah tetapi
mempunyai proporsi yang besar yang disusun oleh komposisi pori-poriyang besar
yang efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Ini berarti karena persentase

8
volume yang terisi pori-porikecil pada tanah pasir menyebabkan kapasitas
menahan airnya rendah. Maka tanah–tanahyang memiliki tekstur halus, memiliki
ruang pori lebih banyak dan disusun oleh pori–porikecil karena proporsinya relatif
besar (Susanto, 1994).
Porositas menunjukkan indeks dari volume pori relatif dalam tanah. Nilai
porositas umumnya berkisar antara 0,3 – 0,6 (30 – 60 %). Porositas juga
berhubungan dengan kerapatan massa tanah (bulk density) sesuai dengan
persamaan sebagai berikut:
f =¿ ) x 100%
di mana : f = porositas (%)
ρb = kerapatan massa tanah (g/cm3)
ρs = kerapatan partikel tanah (g/cm3)
(Hillel, 1981).
Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang biasanya diisi air
atau udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin
besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah
tersebut (Hanafiah, 2005).
Tanah bertekstur kasar mempunyai persentase ruang pori total lebih rendah
dari pada tanah bertekstur halus, meskipun rataan ukuran pori bertekstur kasar
lebih besar dari pada ukuran pori tanah bertekstur halus (Arsyad,1989). Arsyad
(1989) menyajikan kelas porositas tanah yang terlihat pada Tabel 2.4.1.
Tabel 2.4.1. Kelas Porositas Tanah

Porositas (%) Kelas


100 Sangat porous
80-60 Porous
60-50 Baik
50-40 Kurang baik
40-30 Buruk
< 30 Sangat buruk
(Arsyad, 1989).

A. Pengaruh Porositas Terhadap Produktivitas Tanaman

9
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur
tanah, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi.
Tanah-tanah dengan struktur granular atau remah, mempunyai porositas yang
lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah
dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit
menahan air (Hardjowigeno, 2007).
Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah
dengan volume total tanah, yaitu menunjukkan kombinasi atau susunan
partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel
sekunder disebut juga agregat. Struktur dapat mengubah pengaruh tekstur
dengan memperlihatkan hubungan kelembaban dengan udara(Suhaidi, 1996).
Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung udara dan airnya dalam
jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal ini hanya terdapat pada
struktur tanah yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan yang
sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan pukulan tetes-tetes air
hujan. Dikatakan pula yang paling baik adalah bila perbandingan sama antara
padatan air dan udara (Suhaidi, 1996).
Pengembalian residu atau sisa panen yang dikombinasikan dengan pupuk
kandang, dapat memperbaiki kondisi fisik tanah seperti tingkat agregasi tanah
menjadi baik, permeabilitas tanah menjadi meningkat, mengurangi tingkat
kepadatan tanah, porositas tanah menjadi baik yang berakibat pada
peningkatan perkembangan akar (Johandre, 2017).
B. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Porositas Tanah
Adapun hal–hal yang mempengaruhi porositas adalah iklim, kelembaban
dan struktur tanah. Iklim, suhu, kelembaban, sifat mengembang dan
mengerut sangat mempengaruhi porositas. Misalnya saja wilayah yang
beriklim hujan tropis maka tingkat curah hujan pada tanah tersebut akan
tinggi pada saat tanah tersebut basah maka tanah tersebut akan mengalami
pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut akan banyak terisi oleh air
juga akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut yang nantinya akan
berpengaruh pada porositasnya. Sebaliknya pada musim kemarau atau kering
tanah akan mengerut dan pori tanah akan semakin besar tetapi kebanyakan

10
akan diisi oleh udara, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap porositas
tanah tersebut. Selain itu, struktur tanah juga akan sangat berpengaruh, karena
sangat bergantung pada kadar liat , pasir, dan debu yang dikandung tanah
tresebut apabila struktur tanah dirusak maka porositas tanah tersebut akan
berubah (Pairunan, 1997).
Penentuan Porositas tertuju pada partikel-partikel yang ada di dalam
lapisan tanah. Jadi Porositas tiap jenis tanah adalah konstan dan tidak
bervariasi dengan jumlah ruang dan antara partikel-partikel. Untuk
kebanyakan tanah-tanah mineral rata-rata kerapatan zahranya adalah 2,6
gr/cm3. Perbedaan kerapatan dengan zahra diantara jenis-jenis tanah tidak
begitu besar, kecuali terdapat variasi di dalam kandungan bahan organik dan
komposisi mineral tanah (Sarwono, 2003).
Salah satu pentingnya dilakukan pengolahan tanah adalah untuk
memperbesar porositas tanah. Selain pengolahan tanah, adapun cara lain yang
dilakukan untuk memperbesar porositas tanah yaitu dengan penambahan
bahan organik dan pengolahan tanah secara minimum. Karena tanah
pertanian dengan pengolahan yang intensif cenderung mempunyai ruang pori
rendah, apabila terjadi penanaman secara terus-menerus tanpa adanya
pengolahan tanah maka akan mengurangi pori-pori mikro dan kandungan
bahan organik dalam tanah (Tjahyono, 2005).

BAB III

11
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum yang berjudul Pengukuran Kadar Air Tanah, Bobot Isi dan
Porositas Total Tanah dilaksanakan pada tanggal 14 November 2017 pukul 15.00-
17.00WIB. Bertempat di Laboratorium Bioteknologi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu desikator, saringan, timbangan,
ring sampel, plastik, alumunium foil, toples, pisau, cawan porselen, oven, tang
penjepit. Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu sampel tanah.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja dari praktikum kali ini adalah
3.3.1 Cara kerja Pengujian Kadar Air Tanah
1. Cawan petri yang sudah bersih dikeringkan di dalam oven
pengering pada suhu 105°C selama 1 jam dengan tutup dilepas.
2. Diambil cawan petri dengan menggunakan tang penjepit dan
didinginkan di dalam desikator dengan tutup di lepas selama 1 jam.
3. Ditimbang sampel tanah 10 gr kemudian dimasukkan dalam cawan
porselen.
4. Di oven cawan porselen yang berisikan sampel pada suhu 105°C
selama 24 jam atau sampai beratnya konstan dengan tutup di lepas.
5. Ditutup cawan porselen dengan tang penjepit, kemudian
didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dengan tutup
dilepas. Setelah dingin, cawan porselen ditutup kembali dan
ditimbang.
6. Dihitung %KA = BKU – BKM x 100%
BKM
3.3.2 Cara kerja Pengujian Bobot Isi
1. Ring sampel yang sudah bersih diukur volumenya ( π r 2 t )

12
2. Ring sampel dan tutup ditimbang dan dicatat
3. Ring sampel diletakkan pada tanah dengan bagian yang runcing di
bawah, kemudian dibuat lingkaran dengan pusat yang sama dengan
ring sampel dimana garis tengah lebih besar
4. Ring sampel dan tutup yang sudah berisi tanah ditimbang, untuk
mengukur berat tanah udara (BTU = sampel tanah + ring sampel +
tutup) – (ring sampel + tutup)
5. Dihitung bobot tanah kering mutlak BKM = BTU x 100%
100% + KA
6. Dihitung bobot isi BI = BKM
Volume ring

BAB IV

13
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Table 4.1 Hasil Perhitungan Kadar Air, Bobot Isi dan Ruang Pori Total
Bobot Isi Ruang Pori Total
Kadar Air (%)
Sampel tanah (g/cm3) (RPT)%
0-5 5-10 0-5 5-10 0-5 5-10
34,14 1,06 1,11
Horizon A 32,11% 6,1 % 58,20%
% g/cm3 g/cm3
42,85 1,29 1,28
Horizon B 38,88% 51,32 % 51,70%
% g/cm3 g/cm3
1,29 1,44
Horizon C 32,5% 31% 51% 46%
g/cm3 g/cm3

4.2 Pembahasan
Pada praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang “Pengukuran Kadar Air
Tanah, Bobot Isi dan Porositas Total Tanah” ini Agar mahasiswa mengetahuo
cara perhitungan kadar air, bobot isi dan porositas tanah, Agar mahasiswa
memahami sifat fisik tanah.
Praktikum kali ini Menggunakan Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu
desikator, saringan, timbangan, ring sampel, plastik, alumunium foil, toples,
pisau, cawan porselen, oven, tang penjepit. Bahan yang digunakan dalam
praktikum yaitu sampel tanah.
Tanah merupakan media tanam yang digunakan oleh para petani untuk
menanam dan merupakan aspek terpenting yang harus di perhatikan, tanah seperti
yang dikemukakan oleh Verhoef (1994), Tanah adalah kumpulan dari bagian-
bagian padat yang tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin
material organik) dan rongga-rongga diantara bagian-bagian tersebut berisi udara
dan air.
Pada table diatas kita menghitung kadar air tanah, bobot isi tanah dan
porositas tanah, karena 3 hal tersebut sangat penting bagi dunia pertanian, karena
kita harus mengetahui hal tersebut untuk mengetahui apakah tanah itu cocok
untuk dijadikan media tanam.

14
Kadar air tanah seperti yang dikemukakan oleh Wirosoedarmo (2005), Kadar
air dalam tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu.
Pertama kita akan membahas table tentang kadar air, pada horizon A di
kedalaman 0-5 cm kadar air yang terdapat pada tanah yang diambil di lahan
percobaan fakultas pertanian di baros yaitu menunjukan angka 34,14% dan pada
kedalaman 5-10 cm yaitu 32,11%, kadar air pada kedalaman 0-5 cm lebih banyak
dibandingkan pada kedalaman 5-10 cm. Pada horizon B kadar air pada tanah di
kedalaman 0-5 cm kadar air yang terdapat yaitu 42,85% dan pada kedalaman 5-10
yaitu 38,88% , kadar air pada kedalaman 0-5 cm lebih banyak dibandingkan pada
kedalaman5-10 cm. Pada horizon C kadar air pada kedalaman 0-5 cm yaitu 32,5%
dan pada kedalaman 5-10 cm yaitu 46% , kadar air pada kedalaman 0-5 cm lebih
banyak dibandingkan pada kedalaman5-10 cm. pada hasil data diatas dapat
diketahui bahwa pada horizon A,B dan C kadar air pada kedalaman 0-5 cm lebih
banyak dibandingkan 5-10 cm. Hal tersebut bisa dikarenakan kemampuan tanah
dalam menampung air seperti pendapat Hanafiah (2007), Kemampuan tanah
menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur
kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.
Dan hal lain bisa juga berpengaruh dalam kadar air tanah yaitu tanahnya
tersebut, tanah yang sudah diolah dan belum diolah memiliki kemampuan
penyerapan air tanah yang berbeda, hal tersebut sama seperti pendapat Hermawan
(2005), Setiap tanah memiliki kadar air yang berbeda, selain itu kedalaman tanah
dan perlakuan juga akan membedakannya, tanah yang tidak diolah pada
kedalaman 0-10 cm memiliki kadar air yeng lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah yang diolah, karena tanah yang diolah terbuka pori-pori di lapisan atasnya
sehingga drainase berjalan dengan baik.
Kedua kita akan membahas bobot isi tanah, bobot isi tanah seperti pendapat
Hanafiah (2010), Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau
kompresi partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat).

15
Pada horizon A dikedalaman 0-5 cm bobot isi tanah yaitu 1,06 g/cm3 dan pada
kedalaman 5-10 cm yaitu 1,11 g/cm3, jadi bobot isi pada kedalaman 5-10 cm lebih
besar dibandingkan pada kedalaman 0-5cm. Pada horizon B dikedalaman 0-5 cm
bobot isi tanah yaitu 1,29 g/cm 3 dan pada kedalaman 5-10 cm yaitu 1,28 g/cm 3,
jadi bobot isi pada kedalaman 0-5 cm lebih besar dibandingkan pada kedalaman
5-10cm. Pada horizon C dikedalaman 0-5 cm bobot isi tanah yaitu 1,29 g/cm 3 dan
pada kedalaman 5-10 cm yaitu 1,44 g/cm 3, jadi bobot isi pada kedalaman 5-10 cm
lebih besar dibandingkan pada kedalaman 0-5cm. dari data bobot isi diatas dapat
diketahui bahwa pada horizon A dan C bobot isi pada kedalaman 5-10 cm lebih
besar dibandingkan pada kedalaman 0-5cm tidak seperti pada horizon B bobot isi
pada kedalaman 0-5 cm lebih besar dibandingkan pada kedalaman 5-10cm,
terdapat variasi bobot isi tanah pada data di atas hal tersebut sama seperti
pendapat Buckman (1982), Bobot isi tanah bervariasi bergantung pada kerekatan
partkel-partikel tanah itu.
Dan kedalaman tanah pun menjadi hal yang sangat berpengaruh bisa dilihat
pada data diatas bahwa pada horizon c dikedalaman 5-10 cm memiliki bobot yang
lebih banayak dibandingkan tanah pada horizon A pada kedalaman 0-5 cm hal
tersebut sama seperti pendapat Islami (1995), Makin padat suatu tanah makin
tinggi bulk density, yang berarti makin sulut meneruskan air atau ditembus akar
tanaman. Tanah yang lebih padat memilki bulk density yang lebih besar dari tanah
yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah
mineral mempunyai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah
dibawahnya. Bulk density diatas adalah nama lain dari bobot isi. Jadi kedalaman
dan horizon tanah sangat berpengaruh dalam menghitung bobot isi suatu tanah.
Terakhir kita akan membahas ruang pori tanah atau porositas tanah, porositas
tanah seperti pendapat Foth (1994), Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu
ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara.
Pada Horizon A di kedalaman 0-5 cm ruang pori tanah yang terdapat yaitu
60,10% dan pada kedalaman 5-10 cm yaitu 58,20%, ruang pori tanah pada
kedalaman 0-5 cm lebih besar dibandingkan pada kedalaman 5-10 cm. Pada
Horizon B di kedalaman 0-5 cm ruang pori tanah yang terdapat yaitu 51,32% dan
pada kedalaman 5-10 cm yaitu 51,70%, ruang pori tanah pada kedalaman 0-5 cm

16
lebih kecil dibandingkan pada kedalaman 5-10 cm. Pada Horizon C di kedalaman
0-5 cm ruang pori tanah yang terdapat yaitu 51% dan pada kedalaman 5-10 cm
yaitu 46%, ruang pori tanah pada kedalaman 0-5 cm lebih besar dibandingkan
pada kedalaman 5-10 cm. dari data diatas dapat diketahui bahwa pada horizon A
dan C memiliki ruang pori tanah yang besar pada kedalaman 0-5 cm dibandingkan
pada kedalaman 5-10 cm. dari data diatas dapat diketahui bahwa pada horizon A
dan C ruang pori tanah pada kedalaman 0-5 cm lebih besar dibandingkan pada
kedalaman 5-10 cm tidak seperti pada horizon B ruang pori tanah pada kedalaman
0-5 cm lebih kecil dibandingkan pada kedalaman 5-10 cm. perbedaan angka di
atas dapat berpengaruh dari struk tanah itu sendiri karena jika tanah itu padat
maka porositas tanahnya semakin kecil karena porositas sendiri adalah ruang
antara udara dan air sehingga sehingga tanah yang padat memiliki ruang udara
dan air yang kecil dibandingkan tanah yang sudah diolah hal tersebut sama seperti
pendapat Arsyad (1989), Tanah bertekstur kasar mempunyai persentase ruang pori
total lebih rendah dari pada tanah bertekstur halus, meskipun rataan ukuran pori
bertekstur kasar lebih besar dari pada ukuran pori tanah bertekstur halus.Jadi
tekstur tanah sangat berpengaruh pada perhitungan porositas tanah.
Seperti table yang dikemukakan oleh Arsyad (1989),

Porositas (%) Kelas


100 Sangat porous
80-60 Porous
60-50 Baik
50-40 Kurang baik
40-30 Buruk
< 30 Sangat buruk

Dari data porositas diatas dapat diketahui bahwa Pada horizon A kedalaman
0-5 cm yaitu 60,10% termasuk dalam kelas Porous.Pada horizon A kedalaman 5-
10 cm yaitu 58,20%, Horizon B kedalaman 0-5 cm yaitu 51,32%, Horizon B
kedalaman 5-10 cm yaitu 51,70%, Horizon C kedalaman 0-5 cm yaitu 51%
termasuk kedalam kelas Baik dan pada horizon C kedalaman 5-10 cm yaitu 46%
termasuk kedalam kelas kurang baik

17
Dari tiga data diatas dapat di ketahui bahwa kedalaman tanah berpengaruh
dalam menghitung kadar air, bobot isi dan porositas tanah dan yang saya amati
adalah tekstur tanah pun berpengaruh karena tekstur tanah yang padat akan
mempunya berat yang lebih besar dibandingkan tekstur tanah yang halus dan
tekstur tanah yang padat pun berpengaruh dalam menentukan porositas tanah
karena jika tanah itu padat maka porositas tanah itu akan kecil dibandingkan tanah
yang halus.

BAB V
PENUTUP

18
5.1 Simpulan
Simpulan dari praktikum yang sudah dilakukan yaitu Tanah adalah kumpulan
dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara satu dengan yang lain
(diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga diantara bagian-
bagian tersebut berisi udara dan air yang disebut porositas tanah atau ruang pori
tanah.
Dalam melakukan pengukuran kadar air tanah, bobot isi tanah dan porositas
tanah tidaklah  rumit tetapi harus memilki ketelitian dan kesabaran dalam
melakukan kegiatan dengan sampel tanah. Pada praktikum ini terdapat 3 lapisan
horison, yaitu horizon A, horizon B, Horizon C. tiap-tiap lapisan horison tersebut
kita hitung kadar air tanah, bobot isi tanah dan porositas tanah di tiap-tiap horizon

5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini adalah sebaiknya
dalam pengovenan harus tepat waktu dakam pengambilan sample agar waktu
yang seharusnya pas 24 jam tidak lebih ataupun kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.

19
Bowles, Joseph E. Johan K. Helnim. 1991. Analisis dan Desain Pondasi I. PT.
Erlangga. Jakarta.
Buckman, H. O,Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Dielektrik pada lahan jagung. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol. 7 No. 1
Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. PT. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I .
PT. Erlangga. Jakarta.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: UNILA.
Hanafiah, A.K., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Aka Press.
Hermawan, Bandi. 2005. Monitoring kadar air tanah melalui pengukuran sifat
Dielektrik pada lahan jagung. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol. 7 No. 1
Hillel, D., 1981. Soil and Water. Academis Press, New York
Islami, T., 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press :
Semarang..
Johandre Arpindra Surya, Yulia Nuraini, Widianto.2017. Kajian Porositas Tanah
Pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik Di Perkebunan Kopi
Robusta. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1
Jurnal Teknologi Pertanian.Vol. 6 No.1 Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk
Teknik Sipil. PT. Erlangga. Jakarta.
Pairunan, 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Timur : Makassar.
Rafidi, S., 1982, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Saifuddin, S., 1988. Kimia Fisika Pertanian. CV. Buana : Bandung.
Saridevi, et all. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe
Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. Vol. 2 No. 4

20
Susanto, E., 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. USU Press, Medan.
Wirosoedarmo, Ruslan. 2005. Pngaruh kandungan air terhadap kegemburan tanah.
Jurnal Teknologi Pertanian.Vol. 6 No.1

LAMPIRAN

21
Lampiran 5 . ditimbang
Lampiran 4. Diambil keseluruhan (tanah +
menggunakan tang ring + tutup) dengan
penjepit menggunakan
timbangan duduk

22

Anda mungkin juga menyukai