Kelompok 3
ARS UNIVERSITY
BANDUNG
2021
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Nama lengkap : Tn.S
Tempat/tgl lahir : 23-08-1952 Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Sunda
Alamat : Islamic Centre III
RT : 04 RW : 04
Telp : 087739851260
Kelurahan : Cikadut
Kecamatan : Cimenyan
Tanggal masuk RS : 31 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian : 06 November 2021
Golongan darah :O
Diagnosa Utama : Status epiliptikus ec toxic metabolic ec elektrolit
Diagnosa Sekunder: Imbalance+Sepsis+Stroke Infark+Hidrosefalus+Hipokalemia
Pasien datang dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran setelah mengalami kejang
pada tanggal 31 oktober 2021, keluarga mengatakan pasien terlihat kejang pada bagian
tangan kiri dan mata yang melihat ke atas. Pada saat pindah dari ruangan igd ke icu pasien
masih mengalami penurunan kesadaran, kemudian pasien dipindahkan ke ruangan anggrek b
dan pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 November 2021 pasien masih
mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E 1 M 3 V1 jumlah 5 kategori Stupor (Soporos
koma) dengan kontraktur pada kedua ekstermitas bawah dan kelemahan pada sisi sebelah kiri
dan juga bagian mulut yang mencong ke sebelah kiri.
Keluarga mengatakan pasien memiliki Riwayat penyakit hipertensi tetapi tidak terkontrol
obat, pasien juga pernah mengalami penyakit stroke pada tahun 2018 tetapi tidak membuat
pasien mengalami kelemahan, pasien beberapa kali terjatuh di motor dan di rumah, pada awal
tahun pasien baru memberitahu keluarga mengenai keluhannya dan keluarga baru menyadari
pasien mengalami stroke kembali pada saat memegang sendok selalu terjatuh, sejak awal
tahun 2021 pasien selalu dalam posisi yang sama saat berada di rumah yaitu terduduk dalam
posisi miring kea rah kiri, pasien mengalami kontraktur pada ekstermitas bawah. Sebelum
sakit pasien mempunyai riwayat merokok dan minum kopi, klien tidak pernah melakukan
operasi.
KETERANGAN
Laki-laki :
Perempuan :
Sakit (Klien) :
Meninggal :
Bumil (Ibu Hamil) :
Buteki (Ibu Meneteki) :
Buta Warna :
Cerai/ berpisah :
Tinggal se-rumah :
4. KEBERSIHAN DIRI
1. Pemeliharaan badan (mandi) 2x 1 hari 1x 1 hari
2. Pemeliharaan mulut/gigi 2x1 hari 1x1 hari
3. Pemeliharaan kuku 2 minggu 1 kali Belum pernah
4. Pemeliharaan rambut 2 hari 1x Belum pernah
5. Cara melakukan (sendiri/dibantu) Sendiri Dibantu
Klien tinggal dirumah dengan bentuk permanen dan lingkungan rumah dengan padat
penduduk, saluran irigasi bagus dan lingkungan rumah sekitar terawat.
Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi dan palpasi
Konjungtiva pasien dalam kondisi tidak anemis, kulit pasien lembab pada bagian
ekstermitas atas tetapi mengering pada bagian ekstermitas bawah, tidak adanya
peningkatan JVP, pada kuku dilihat tidak ada tanda sianosis dan clubbing finger, CRT <3
detik, pada pasien terpasang monitor pada bagian dada.
b. Perkusi
Batas jantung dengan terdapat pada ics 3-5 terdapat suara dullness pada jantung pasien,
tidak ada abnormalitas pada batas jantung dan suara pasien.
c. Auskultasi
Pada saat auskultasi bunyi jantung terdengar samar dan lebih dominan terdengar ronchi
kering dari bagian paru paru, bunyi S1 terletak pada ICS ke 4 dan 5, bunyi S2 terletak di
ICS 1&2.
MASALAH : Kulit tidak lembab
Sistem Pencernaan
a. Inspeksi
Pasien tidak mengalami distensi dan tidak ada pembesaran pembuluh darah, tidak adanya
ascites dan striae, bagian lidah terlipat kebagian dalam dan adanya bekas gigitan pada
saat kejang terjadi. Pada bagian hidung sebelah kiri terpasang NGT.
b. Palpasi
Pada bagian abdomen tidak terdapat masa, dan tidak terdapat penumpukan cairan juga
tidak terdapat nyeri tekan ditandai dengan pasien tidak menunjukan wajah meringis dan
menghindari penekanan yang dilakukan.
c. Perkusi
Kuadran kanan atas terdapat suara dullnes karena terdapat hepar dengan tanpa
pembesaran, di kuadran kiri atas terdapat suara timpani karena terdapat lambung, pada
bagian kuadran bawah terdengar suara timpani tidak terlalu nyaring.
d. Auskultasi
Diperdengarkannya bising usus pada kuadran kanan dan kiri atas sebanyak 8x/menit dan
bising usus kuadran kanan dan kiri bawah sebanyak 11x/menit.
MASALAH : Tidak ada masalah keperawatan
Sistem Musckuloskeletal
a. Inspeksi
Pada saat di inspeksi pasien memiliki luka decubitus derajat 2 ±3,5 cm, ditutup
menggunakan plester putih dan kasa kering, luka decubitus terdapat pada bagian
sacrum dan tulang panggul kiri, luka sudah tampak ada granulasi pada bagian sacrum.
Pada kulit ekstermitas bawah kering dan kehitaman (psoriasis), Pada bagian lengan
kanan terpasang infus dengan cairan ring as, kontraktur terjadi pada bagian ekstermitas
bawah dengan posisi menghadap ke arah kiri dan telah terjadi pemendekan otot pada
bagian biceps femoralis muscle di kedua ekstermitas bawah.
b. Perkusi
Pada ekstermitas atas sebelah kanan refleks biscep (+) dan disebelah kiri (-) karena
terjadinya kelemahan tungkai, pada bagian ekstermitas bawah refleks biscep dan
tricep (-) karena kedua ekstermitas bawah mengalami kontraktir, untuk refleks plantar
pasien (-).
c. Palpasi
Pada saat dipalpasi pasien mengalami nyeri tekan dibagian luka dekubitus, terdapat
atropi pada bagian kedua esktermitas bawah, tonus otot saat istirahat terdapat
resistensi dimana bagian otot di biceps femoralis muscle terdapat pengendoran bagian
otot. Pasien mengalami edema derajat 1 pada bagian ekstermitas bawah dan lengan
bagian kanan, untuk hasil uji kekuatan otot.
0000 2222
0000 0000
MASALAH : Adanya luka, kelemahan umum, edema ekstermitas bawah, penurunan
kekuatan otot, Luka dekubitus
Sistem Persarafan
a. Pemeriksaan saraf kranial
N I (Nervus olfaktorius)
Pasien tidak mengalami sumbatan dibagian dua lubang hidung, hanta terpasang
oksigen dan juga nasal camul, kedua lubang hidung memiliki hembusan yang sama,
untuk kemampuan penghidu tidak terkaji karena pasien mengalami penurunan
kesadaran.
N II (Nervus optikus)
Lapang pandang pasien tidak terkaji, keluarga mengatakan pasien sebelum sakit
menggunakan kaca mat abaca (+), kemampuan membaca dan melihat tidak terkaji.
N III (Nervus okulomotorius) N IV (trochlearis) N VI (abdusen)
Kekuatan otot mata pasien tidak terkaji pasien belum membuka mata semenjak
mengalami kejang dan masuk ke ruangan icu kemudian pindah ke ruangan anggrek
pada saat pengkajian dilakukan, pupil mata isokor dengan respon cahaya (+).
Nervus trigeminus (Sensasi kornea, kulit wajah, otot mastikasi)
Nervus trigeminus tidak terkaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran.
Nervus fasialis (Ekspresi wajah dan pengecapan)
Pada bagian bibir klien mencong ke arah kiri dengan wajah tidak simetris, pada saat
diberi rangsangan nyeri wajah pasien meringis.
Nervus auditori (pendengaran) dan keseimbangan
Tidak terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran
Nervus glossofaringeus (pengecapan, kemampuan menelan, pergerakan lidah)
Pasien memiliki adanya refleks muntah
Nervus vagus (sensasi pada faring, pergerakan pita suara)
Tidak terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran
Nervus assesorius (pergerakan kepala dan bahu)
Tidak terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran dan mengalami
kelemahan umum.
Nervus hipoglosal
Tidak terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran
MASALAH : Mulut mencong ke arah kiri
b.Pemeriksaan Refleks
Pada saat dilakukan pemeriksaan refleks babinski dibagian kaki hasilnya negatif pada
kedua ekstermitas, refleks biceps dan triceps ekstermitas bawah negative terlebih pasien
mengalami kontraktur, pada bagian ekstermitas kanan pemeriksaan refleks triscep (+),
refleks plantar negatif.
Sistem reproduksi
a. Inspeksi
Tidak ada masa, tidak ada lesi, terpasang kateter dan tersambung ke urin bag.
MASALAH : Tidak ada masalah Kesehatan yang dikeluhkan
Lain lain
Keluarga menyatakan bahwa klien mengalami demam sejak semalam dengan pemeriksaan
teraba akral yang hangat, tingkat kertegantungan aktivitas pada skala 4 yaitu sangat
bergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
STATUS PSIKOLOGIS
Keluarga mengatakan pasien memilik perilaku yang sesuai anatar verbal dan non
verbal.
2. Emosi (Stabil/tidak)
Keluarga mengatakan bahwa pasien memiliki emosi yang stabil, tetapi keluarga
menyatakan bahwa pasien seringkalii memendam perasaannya dan tidak
menceritakan apa yang dialaminya.
Keluarga menyatakan bahwa pasien menerima penyakitnya saat ini sebagai suatu
cobaan dan pemberian dari tuhan.
5. Konsep diri
a. Gambaran diri :
Keluarga menyatakan bahwa pasien memiliki pribadi yang tertutup dan tidak pernah
mengeluh dengan keadaan dirinya, pasien meskipun sudah mengalami stroke tetap
memaksakan untuk beraktivitas dengan melihat bahwa tubuhnya masih bisa
melakukan hal tersebut dengan paksaan dari dirinya sendiri.
b. Ideal diri :
c. Harga diri :
Harga diri klien tinggi, keluarga menyatakan klien memiliki harga diri tinggi
dibarengi dengan gengsi, dibuktikan dengan tidak bisa berbagi masalah dengan orang
lain.
d. Identitas diri :
Keluarga menyatakan bahwa klien menyadari perannya sebagai seorang laki laki,
yaitu untuk menjadi pemimpin bagi keluarganya.
e. Peran diri :
Klien berperan sebagai ayah dan kakek, karena klien telah mengalami perceraian
dengan istrinya.
STATUS SOSIAL
a. Komunikasi
1. Bicara (kooperatif/tidak/lancar) : Tidak, pasien penurunan kesadaran
2. Bahasa yang digunakan : pada saat sadar, pasien menggunakan Bahasa
Indonesia dan daerah
b. Kehidupan keluarga/masyarakat
1. Orang yang paling berharga bagi klien : Anak anaknya
2. Hubungan klien dengan keluarga : Baik
3. Peran klien dalam keluarga dan masyarakat : Sebagai ayah dan kakek
4. Hubungan dengan petugas dan klien lain : keluarga berhubungan baik
Keluarga menyatakan kasihan melihat kondisi pasien dalam kondisi terbaring lemas dengan
penurunan kesadaran, keluarga menyatakan kesedihannya dan kecemasan dengan kondisi
pasien saat ini, keluarga mengetahui kondisi status pasien yang kritis
DATA PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal : 31/10-21
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI INTERPRETASI
NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.8 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 40.2 % 35.0-47.0
Eritrosit 4.8 10^6/ul 3.8-5.2
MCV 83.6 um^3 80-100
MCH L 28.7 Pg/cell 32-36 Anemia defisiensi zat
besi
MCHC H 34.3 g/dl 26-34 Peningkatan mean
corpuscular hemoglobin
concentration
(hiperkromia) hb di darah
tinggi anemia zat besi
Tanggal : 03/11-2021
Hasil
Jenis
Pemeriksaa Satuan Nilai normal Interpretasi
Pemeriksaan
n
KIMIA
>=90 Normal
60-89:Midly decreased
45-59:Mildly to
moderately
30-44 Moderately to
severely decreased
<15 kidney failure
AGD-
ELEKTROLIT
Elektrolit
(Na,K,Cl)
mEq/L 95-110
*Hasil kritis telah dialporkan kepada Rika pada tanggal 05/11/2021 08:10 dilaporkan oleh
Sinta Dewi Kurnia,Amd.AK
Pemeriksaan Thoraks AP
Diafragma normal
Hilli Normal
Kesimpulan :
Pelebaran bronkopneummonia bilateral belum tampak perbaikan
Aterosklerosis aorta
Pemeriksaan EEG
PSWY : posterior slow wave of the youth POSTS :Positive Occipital Sharp Transient
Klasifikasi EEG :
1.Perlambatan menyeluruh
10.EEG bangkitan dimulai dari hemisphere kanan menyebar ke seluruh hemisphere, terjadi
beberapa kali selama perekaman dengan durasi 10-15 detik
Retraksi dada
DO : Parenkim paru
Suhu tubuh 38,5 ˚C
Adanya Riwayat kejang Pneumonia
Nadi 114x/menit (kejang)
Kulit teraba hangat Masuk ke alveoli
dibagian ekstermitas atas
bagian kanan dan bagian Sel darah merah, leukosit mengisi
dahi alveoli
Klien terlihat kesulitan
bernafas Leukosit, fibrin, mengalami
Leukosit H 16.87 konsolidasi
Eosinofil L 0.4
Neutrofil H 89.6 Leukositosis
Total netrofil H 15.10
Merangsang hipotalamus
Total Limfosit L 0.73
Tota; monosit H 0.93 Suhu tubuh meningkat
Pasien mengalami sepsis
EEG Abnormal III Hipertermi
(bangun)
-Perlambatan menyeluruh
-EEG bangkitan dimulai
dari hemisphere kanan
menyebar ke seluruh
hemisphere, terjadi
beberapa kali selama
perekaman dengan durasi
DS : Hipertensi Gangguan
Keluarga mengatakan mobilitas fisik
pasien tidak bisa berjalan Stroke non hemoragic
sejak awal tahun 2021
DO : Trombus/emboli di serebral
Pada saat di inspeksi
pasien memiliki luka Suplai darah ke jaringan serebral tidak
decubitus derajat 2 ±3,5 adekuat
cm, ditutup menggunakan
plester putih dan kasa Defisit neurilogis
kering, luka decubitus
terdapat pada bagian Hemisfer kanan dan terjadi kontraktur
sacrum dan tulang panggul
kiri, luka sudah tampak Hemiparese kiri
ada granulasi pada bagian
sacrum Gangguan mobilitas fisik
Pada kulit ekstermitas
bawah kering dan
kehitaman (psoriasis)
Klien mengalami
kontraktur pada kedua
bagian ekstermitas bawah
Klien mengalami
penurunan kesadaran
Klien mengalami
kelemahan pada
ekstermitas atas kanan
Pasien mengalami
pemendekan dan atropi
otot ekstermitas bawah
refleks plantar negative
IMT 17,5 dibawah normal
Pasien mengalami stroke
infark
Ekstermitas atas bagian
kanan dapat digerakan
dengan gerakan lemah
Tingkat kertegantungan
aktivitas pada skala 4 yaitu
sangat bergantung dan
tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam
perawatan
DS : Faktor tekanan, toleransi jaringan Kerusakan
Keluarga menyatakan integritas kulit
bahwa pasien sering Gesekan
berada dalam kondisi
duduk miring kea rah kiri Adanya abrasi
pada saat dirumah
Keluarga menyatakan Lapisan kulit bergeser
pasien mengalami luka
DO : Aliran darah ke jaringan sekitar
Pada saat di inspeksi menurun
pasien memiliki luka
decubitus derajat 2 ±3,5 Jaringan hipoksia
cm, ditutup menggunakan
plester putih dan kasa Cidera iskemia
kering, luka decubitus
terdapat pada bagian Pembuluh darah kolaps
sacrum dan tulang panggul
kiri, luka sudah tampak Decubitus
ada granulasi pada bagian
sacrum Perubahan temperature kulit
Pada kulit ekstermitas
bawah kering dan Hilang sebagian lapisan kulit dan
kehitaman (psoriasis) terjadi luka
nyeri tekan dibagian luka
dekubitus Kerusakan integritas kulit
edema derajat 1 pada
bagian ekstermitas bawah
dan lengan bagian kanan
DO :
Keluarga terlihat cemas
Klien dinyatakan dalam
hasil kritis pada
05/11/2021 oleh Sinta
Dewi Kurnia,Amd.AK
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penurunan kesadaran, kelemahan
umum d.d ketidakmampuan mengeluarkan secret
2. Gangguan pola nafas b.d hiperventilasi
3. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
4. Resiko gangguan perfusi jaringan perifer b.d berkurangnya proses penyerapan
oksigen dan nutrisi kedalam darah
5. Hipervolemia b.d retensi natrium, edema
6. Hipertermi b.d proses infeksi penyakit
7. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, penurunan kesadaran, kontraktur
8. Kerusakan integritas kulit b.d penekanan pada area kulit
9. Ansietas keluarga b.d takut kehilangan
INTERVENSI DAN IMPLENTASI KEPERAWATAN
Pasien mengalami 24x/menit - Dokumentasikan hasil pemeriksaan - Sebagai acuan dan penetapan
RR 38x/menit Edukasi
- Jelaskan pemantauan dan Edukasi
Pola nafas berubah
prosedur pemantauan - Membantu pasien dan
Pemeriksaan thoraks AP
menunjukan pelebaran - Informasikan hasil jika perlu keluarga mengetahui kondisi
bronkopneummonia secara umum
bilateral belum tampak Penghisapan jalan napas :
perbaikan Observasi Penghisapan jalan napas :
Leukosit H 16.87 - Identifikasi Observasi
Limfosit L 0.4 kebutuhan dilakukan penghisapan - Membantu membersihkan
Edukasi
- Anjurkan melakukan teknik nafas dalam
sebelum melakukan penghisapan
- Anjurkan dalam dan pelan selama insensi
kateter suction
Gangguan pola nafas b.d Setelah dilakukan tinda Manajemen jalan nafas Observasi
- Melihat dan menentukan
hiperventilasi kan keperawatan 2x24 Observasi
tindakan perawatan
DS : jam di-harapkan pola - Monitor
- Adanya
polasumbatan
nafas (frekuensi,
/ cairan kedalaman, usaha
yang menghalangi jalan nafas
Keluarga menyatakan nafas pasien dalam nafas )
pasien sering bernafas kondisi normal de-ngan - Monitor
Terapeutik
bunyi nafas tambahan (mis wheezing)
- Memudahkan ventilasi pasien
dengan cepat kriteria hasil :
- Membuka jalan nafas
DO : 1. Klien bernafas Terapeutik - Membantu membersihkan
jalan nafas
Penggunaan otot bantu tanpa otot bantu - Posisikan semifowler atau fowler
- Memenuhi kebutuhan
pernafasan pernafasan - Pertahankan kepatenan jalan nafas oksigen sehingga proses
Pernafasan cepat dan 2. TD dalam rentang - Fisioterapi dada difusi berjalan dengan baik
dalam normal 120/90 - Lakukan suction 15 detik
Kolaborasi
RR 38X/menit mmHg - Berikan oksigen - Melebarkan bronkus (saluran
pernafasan) dan
Nadi 114x/menit RR dalam batas
merelaksasikan oot-otot pada
Peningkatan retraksi normal 16- Kolaborasi saluran pernafasan
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan posisi semifowler atau fowler
- Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tinda Manajemen peningkatan TIK Observasi
serebral b.d peningkatan TIK kan keperawatan 3x24 Observasi - Mendeteksi dini untuk
memperioritaskan intervensi
DS : jam di-harapkan - Identifikasi penyebab TIK
mengkaji status neurologi
Keluarga menyatakan gangguan perfusi - Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK atau tanda-tanda ntuk
setelah mengalami kejang jaringan serebral dapat - Monitor status pernafasan menentukan perawatan
kegawatan
pasien belum membuka teratasi dan dalam - Monitor intake dan output cairan - Mengetahui adanya tanda
mata dan sadar Kembali kondisi normal dengan - Monitor cairan serebrospinal kegagalan pernapasan
- Memantau masukan dan
DO : kriteria hasil :
keluaran
Penurunan kesadaran GCS 1. Tekanan systole dan Terapeutik - Untuk membantu penegakan
diastole dalam - Meminimalkan stimulus dengan menyediakan diagnose
E 1 M 3 V1 jumlah 5
kategori Stupor (Soporos rentang normal - lingkungan yang tenang
2. Tidak ada ortostatik - Berikan posisi semi fowler Terapeutik
koma).
- Mengurangi reseptor nyeri
Tekanan Darah : 168/98 hiper tensi - Cegah terjadinya kejang - Mengurangi atau mencegah
3. Tidak ada tanda - Pertahankan suhu tubuh normal peningkatan tekanan
Kelemahan umum
intrakrnanial
Mulut tidak simetris tanda peningkatan - Karena dapat mempengaruhi
bagian kiri tekanan intracranial Kolaborasi detak jantung dan TD
4. Tingkat kesadaran - Pemberian sedasi dan antikovulsan jika perlu
EEG Abnormal III Pemantauan Neurologis
mem baik - Kolaborasi pemberian diuretic osmosis - Mengindikasikan adanya
(bangun)
5. Tidak terjadi kejang - Kolaborasi pemberian pelunak tinja trauma di otak
- Perlambatan menyeluruh - Melihat status dan kondisi
- EEG bangkitan dimulai keseluruhan
Pemantauan Neurologis (perbaikan/perburukan)
dari hemisphere kanan - Mengetahui kondisi umum
Observasi - Menilai status pernafasan
menyebar ke seluruh
- Monitor ukuran, bentuk kesimetrisan dan - Memonitor gangguan di
hemisphere, terjadi reaktifitas pupil cidera otak sebelah mana
- Mengetahui apakah aktivitas
beberapa kali selama pe- - Monitor tingkat kesadaran
otak, respon neurologis, dan
rekaman dengan durasi - Monitor TTV aktivitas saraf dalam kondisi
10 - 15 detik - Monitor status pernafasan, AGD, oksimetri, normal
Terapeutik
- Peningkatan frekuensi pemantauan neurologis
jika perlu
- Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan TIK
- Atur waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan prosedur dan tujuan pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
Resiko gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tinda
perifer b.d berkurangnya proses kan keperawatan 2x24
penyerapan oksigen dan nutrisi jam di-harapkan
kedalam darah gangguan perfusi
DS : jaringan perifer tidak
Keluarga menyatakan terjadi dengan kriteria
bahwa terkadang pasien hasil :
teraba dingin 1. Tekanan systole
DO : dan di- astole dalam
Akral ekstermitas atas kiri, rentang normal
dan kedua ekstermitas 2. Tidak ada tanda
bawah teraba dingin tanda penekanan
Kulit kering pada bagian intracranial
ekstermitas bawah 3. Menunjukan
kiri me-mbaik
Terapeutik
- Mengatur interval pemantauan respirasi
- Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
Edukasi
- Menjelaskan pemantauan dan prosedur
pemantauan
- Menginformasikan hasil jika perlu
Penghisapan jalan napas :
Observasi
- Mengidentifikasi kebutuhan dilakukan
penghisapan
- Memonitor saturasi oksigen, status
neurologis dan status hemodinamik sebelum, selama dan setelah
tindakan
- Memonitor dan catatat warna, jumlah dan
konsistensi secret
Terapeutik
- Menggunakan tindakan aseptic
- Menggunakan prosedur steril dan
disposibel
- Menggunakan teknik penghisapan
tertutup, sesuai indikasi
- Memberikan oksigen dengan
konsentrasi tinggi 100% paling sedikit 30 detik sebelum dan sesudah
tindakan
- Melakukan penghisapan kurang dari
15 detik
- Menghentikan penghisapan dan
berikan terapi oksigen jika mengalami kondisi-kondisi, bradikardi,
penurunan saturasi
Edukasi
- Menganjurkan melakukan teknik nafas dalam sebelum melakukan
penghisapan
- Menganjurkan dalam dan pelan selama insensi kateter suction
Manajemen jalan nafas S:
-
Observasi
O:
- Memonitor pola - RR dan TTV masih belum stabil
- Masih ada bunyi nafas tambahan
nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas )
- SPO2 dalam rentang normal
- Memonitor bunyi A :
- Masalah belum teratasi
nafas tambahan (mis wheezing)
P:
- Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
- Memposisikan semifowler atau fowler
- Mempertahankan kepatenan jalan nafas
- Melakukan fisioterapi dada
- Melakukan suction 15 detik
- Memberikan oksigen
Kolaborasi
- Melakukan kolaborasi pemberian bronkodilator
Dukungan ventilasi
Observasi
- Mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
- Mengidentifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
- Memonitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, dan keadaan
nafas, penggunaan otot bantu, bunyi nafas tambahan, SPO2 )
Terapeutik
- Mempertahankan kepatenan jalan nafas
- Memberikan posisi semifowler atau fowler
- Memfasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
- Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Manajemen peningkatan TIK S:
-
Observasi
O:
- Mengidentifikasi penyebab TIK - TTV masih belum stabil
- Pasien dalam posisi semi fowler
- Memonitor tanda atau gejala peningkatan TIK
- Pasien tidak mengalami kejang
- Memonitor status pernafasan - Pupil terhadap cahaya (+)
A:
- Memonitor intake dan output cairan
- Masalah belum teratasi
- Memonitor cairan serebrospinal P:
- Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
- Meminimalkan stimulus dengan menyediakan
- Menjaga lingkungan yang tenang
- Memberikan posisi semi fowler
- Mencegah terjadinya kejang
- Mempertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Memberikan sedasi dan antikovulsan jika perlu
- Melakukan kolaborasi pemberian diuretic osmosis
- Melakukan kolaborasi pemberian pelunak tinja
Pemantauan Neurologis
Observasi
- Memonitor ukuran, bentuk kesimetrisan dan reaktifitas pupil
- Memonitor tingkat kesadaran
- Memonitor TTV
- Memonitor status pernafasan, AGD, oksimetri, nadi, kedalaman nafas,
pola nafas, usaha napas
- Memonitor reflex kornea
- Memonitor kesimetrisan wajah
- Memonitor reflex Babinski
- Moemnitor respon terhadap pengobatan
Terapeutik
- Melakukan peningkatan frekuensi pemantauan neurologis jika perlu
- Menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan TIK
- Mengatur waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Mendokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Menjelaskan prosedur dan tujuan pemantauan
- Memberikan informasi hasil pemantauan
Observasi S:
-
- Memonitor TTV
O:
- Memonitor intake dan output cairan - Suhu tubuh >37.5 °C
- TTV masih belum stabil
- Memonitor komplikasi akibat demam
- Menggunakan pakaian tipis
- Pasien tirah baring
- Terpasang infus
Terapeutik
A:
- Menutupi badan dengan selimut / pakaian yang tepat - Masalah teratasi
- Melakukan tepid sponge jika perlu P:
- Intervensi dihentikan
- Memberikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Menganjurkan tirah baring
- Menganjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi
- Memberikan cairan dan elektrolit intravena
- Melakukan kolaborasi pemberian antipiretik
- Melakukan kolaborasi pemberian antibiotik
Dukungan mobilisasi S:
-
Observasi
O:
- Menidentifikasi intoleransi aktivitas fisik - Pasien masih penurunan kesadaran
- Pasien tirah baring
- Memonitor frekuensi jantung dan TD sebelum memulai mobilisasi
- Pasien belum mampu melakukan rentang pasif
- Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi A:
- Masalah belum teratasi
P:
Terapeutik - Intervensi dilanjutkan
- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan bantuan
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Menganjurkan keluarga melakukan mobilisasi dini
- Menganjarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (diatas
tempat tidur)
Observasi
- Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Tindakan
- Mengubah posisi klien setiap 2 jam
- Melakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Menggunakan pelembab atau minyak pada kulit yang kering
- Menghindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi
- Menganjurkan keluarga memberikan pelembab (mis, lotion)
- Menganjurkan keluarga memberikan air yang cukup
- Menganjurkan keluarga memberikan asupan nutrisi
- Menganjurkan keluarga memperhatikan personal hygiene nya
s
CATATAN PERKEMBANGAN
Setiyawan, 2019 40 Pasien stroke Quasi experiment Hidroterapi Kelima literatur review menyatakan
dengan air bahwa jurnal tersebut memiliki intervensi
pratiwi lina, responden dengan pendekatan
bersuhu 37,7˚C- non farmakologis dalam penanganan
noerma pre test dan post test 40,5 ˚C untuk gangguan mobilitas fisik pasien stroke
shopi rizqia intensitas waktu dapat dilakukan dalam penerapan terapi
selama 15-25 hidroterapi rendam kaki air hangat. Dengan
menit hasil adanya pengaruh hidroterapi terhadap
kekuatan otot pada ekstermitas atas pasien
stroke non hemoragic dimana kelompok
intervensi setelah dilakukan hidroterapi
rendam kaki air hangat pada ekstermitas
atas dimana nilai p-value 0,000<0,05 dan
ada perbedaan antara kelompok control
dengan kelompok intervensi. Kekuatan
otot menjadi meningkat gerakan penuh
dengan gravitasi sebanyak 35% sedangkan
kelompok intervensi kekuatan otot setelah
diberikan hidroterapi sebagian besar
kekuatan otot menjadi penuh, melawan
gravitasi, terdapat sedikit tahanan sebanyak
50%.
TABEL SINTESIS
Intervensi : Massage dengan olive oil
Tujuan : Menurunkan resiko terjadinya dekubitus atau luka tekan
Judul : 1. Efektivitas minyak zaitun terhadap pressure ulcers pada pasien dengan tirah baring lama
2. Aplikasi massage olive oil untuk mencegah dekubitus pada pasien kritis di ruangan ICU Rumah sakit umum pusat dr.Soeradji
Tirtonegoro Klaten
Penulis Tah Jumlah Usia/kategori Jenis penelitian Intervensi Hasil penelitian
un sampel
Yolanda, 2019 30 Pasien stroke Quasi experiment Posisi miring Diperoleh nilai p 0,017 maka dapat disimpulkan
kiri kanan, bahwa ada perbedaan signifikan antara skor ulkus
oktari responden dengan
dibalurkan 20 dekubitus setelah pemberian minyak zaitun, minyak
Utomo, pendekatan pre ml minyak zaitun bermanfaat untuk melembabkan dan
wasisto test dan post test zaitun di 15 menghaluskan kulit tanpa menyumbat pori pori,
titik area minyak zaitun juga bermanfaat untuk melepaskan
Sabrian, potensial ulkus lapisan sel sel kulit mati, karena terkandung asam
febriana dekubitus linoleate (7%) yang rendah dan asam oleat (80%)
dengan sekali yang tinggi, asam linoleate berfungsi membantu
usapan memperkuat lapisan pembatas pada kulit sehingga
mempersulit penetrasi air kedalam permukaan kulit,
sebaliknya asam loleat membantu menjaga
kelembaban.
Nisak, khoirun 2019 12 orang Pasien icu Quasi experiment 12 pasien yang dilakukan massage menggunakan
olive oil menunjukan hasil p value 0,04 yang berarti
Kristinawati, dengan
bahwa massage olive oil signifikan dalam
Beti pendekatan pre mencegah dekubitus, olive oil dapat berfungsi
Widiyati, Nur test dan post test meningkatkan aliran darah, merilekskan jaringan
kulit, menjaga kelembaban kulit dan sebagai
antiinflamasi. Berdampak bagus terhadap
pencegahan dekubitus dan menurunkan hari
perawatan pasien di ICU.