Oleh :
Kelompok 5
Nur Dewiyanti 101611123009
Aisyah Fitria Susanti 101611123019
Siti Anisah 101611123029
Eka Putri Susyanti 101611123049
Riski Nanda Pratiwi 101611123069
Heru Saprudin 101611123089
Dengan memanjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan
Penulis menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang miliki sehingga dapat selesai
dengan baik, dan oleh karena itu dengan rendah hati, penulis berharap kepada pembaca
yang budiman untuk memberikan masukan, saran dan kiritik yang sifatnya membangun
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ...............................................................v
DAFTAR TABEL ...........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Metode Pelatihan dan Pengembangan ......................................................3
2.1.1 Definisi Metode..................................................................................3
2.1.2 Definisi pelatihan................................................................................3
2.1.3 Definisi Pengembangan......................................................................3
2.1.4 Metode Pelatihan................................................................................4
2.1.5 Metode Pengembangan.......................................................................14
2.1.6 Proses Penentuan dan Pelaksanaan Metode Pelatihan dan
Pengembangan...................................................................................16
2.2 Evaluasi Pelatihan dan pengembangan SDM......................................20
2.2.1 Definisi Evaluasi.................................................................................20
2.2.2 Tujuan Evaluasi..................................................................................20
2.2.3 Desain Evaluasi..................................................................................21
2.2.4 Proses Evaluasi...................................................................................21
2.2.5 Alat Instrumen Evaluasi.....................................................................23
2.2.6 Model Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan ..................................23
2.3 Upaya Meningkatkan Efektifitas Pelatihan dan Pengembangan.......26
Gambar 1..........................................................................................................17
DAFTAR TABEL
Tabel 1..............................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.
manusia.
Terdapat dua macam metode yaitu on the job training dan off the job training.
1. On the Job Training
a. Pengertian On the Job
On the jobadalah metode pelatihan yang dilaksanakan di tempat kerja yang
sebenarnya dan dilakukan sambil bekerja. Metode ini merupakan metode yang paling
banyak dilakukan. Kategori metode on the job diebdakan dalam 2 cara, yaitu :
1) Informal On The Job
Dalam metode ini tidak tersedia pelatih secara khusus. Peserta pelatihan harus
memperhatikan dan mencotoh pekerja lain yang sedang bekerja untuk kemudian
melakukan pekerjaan tersebut sendiri atau memptraktekkannya.
2) Formal On The Job
Peserta mempunyai pembimbing khusus. Pembimbing tersebut sambil
melaksanakan tugasnya, diberi tugas tambahan untuk membimbing peserta pelatihan
yang bekerja di tempat kerjanya atau supervisor menunjuk seseorang karyawan senior
untuk melakukan pekerjaan tersebut, selanjutnya para peserta latihan melakukan
pekerjaan sesuai dengan cara-cara yang dilakukan karyawan senior tersebut.
b. Kelebihan dan Kekurangan On the Job
Berikut beberapa kelebihan on the job :
1) Karyawan melakukan pekerjaan yang sesungguhnya, bukan tugas yang
disimulasikan.
2) Karyawan mendapat instruksi dari karyawan senior berpengalaman yang telah
melaksanakan tugas dengan baik.
3) Pelatihan dilaksanakan di dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya, dalam
kondisi normal tanpa membutuhkan fasilitas pelatihan khusus.
4) Bersifat informal, tidak mahal, dan mudah dijadwalkan.
5) Dapat menciptakan hubungan kerja sama langsung antara karyawan dan pelatih.
6) Pelatihan sangat relevan dengan pekerjaan dan membantu memotivasi kinerja
tinggi.
Adapun kelemahan on the jobadalah :
1) Sering tidak teratur (tidak simetris) dan kurang efektif jika pengawas kurang
pengalaman
2) Motivasi pelatih kurang untuk melatih, sehingga pelatihan jadi kurang serius.
3) Pelatih dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, namun kurang memiliki
kemampuan melatih orang lain agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.
4) Pelatih kurang/tidak memiliki waktu untuk melatih dan kemudian menghapus
elemen penting dalam proses pelatihan.
5) Karyawan yang tidak terlatih dengan baik mungkin memiliki dampak negatif pada
pekerjaan dan organisasional.
c. Tujuan On the Job
1) Memperoleh pengalaman langsung (karyawan baru) mengenal jenis-jenis
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
2) Mengamati secara langsung apa yang menjadi tanggung jawabnya, melihat apa
yang harus dikerjakan, mampu menunjukkan apa yang dikerjakan kemudian
mampu menjelaskan tentang apa yang dikerjakan.
3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan jelas, mengamati, melihat
dan mengerjakan sendiri di bawah bimbingan supervisor.
4) Meningkatkan kecepatan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan mengulang-ulang
jenis pekerjaan yang sama disertai kepercayaan diri
5) Meningkatkan diri mulai dari tingkat dasar, terampil dan akhirnya menjadi mahir.
d. Teknik On the Job
1) Rotation of Assignment/ Job Rotation/ Planned Progression/Rotasi Kerja
Tujuan rotasi kerja adalah memperluas latar belakang karyawan dalam berbagai
bidang pekerjaan. Karyawan berpindah dalam periode tertentu dan diberi
pengetahuan tentang bagian-bagian organisasi yang berbeda serta praktek berbagai
majam ketrampilan manajerial. Keuntungan menggunakan metode ini antara lain :
a) Memberi latar belakang umum tentang organisasi, dan memberi sudut pandang
bersifat organisasional.
b) Mendorong kerja sama antar departemen.
c) Memperkenalkan sudut pandang yang segar secara periodik kepada berbagai
unit.
d) Mendorong keluwesan organisasi melalui penciptaan sumber daya manusia
yang fleksibel.
e) Mampu melaksanakan penilaian presentasi secara komparatif dengan lebih
obyektif.
f) Memperoleh keunggulan dalam setiap situasi.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah:
a) Tidak memberikan tanggung jawab penuh terhadap karyawan yang sedang
dirotasi.
b) Waktu kerja singkat.
2) Coaching and Counseling / Bimbingan dan Penyuluhan
Coaching adalah suatu metode pendidikan dengan cara atasan mengajarkan
keahlian dan keterampilan kerja kepada bawahannya. Dalam metode ini, supervisor
diperlakukan sebagai petunjuk untuk memberitahukan kepada para peserta
mengenai tugas yang akan dilaksanakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
Counseling adalah suatu cara pendidikan dengan melakukan diskusi antara
pekerja dan manajer mengenai hal-hal yag sifatnya pribadi, sepertikeiinginannya,
ketakutannya, dan aspirasinya.
Kelebihan metode ini adalah memudahkan tranfer belajar kepada para
peserta/karyawan juga dapat menciptakan hubungan langsung antara karyawan
dengan pelatih. Sedangkan kelemahannya adalah tidak memberikan waktu kerja
penuh yang sesungguhnya.
Tabel 1. Perbedaan Coaching dan Counseling
Coaching Counseling
1. Dilakukan untuk pegawai langsung 1. Dilakukan untuk pejabat/manajer
2. Berhubungan dengan 2. Berhubungan dengan masalah
pekerjaan/jabatan-jabatan pribadi
3. Jangka waktunya panjang 3. Jangka waktu singkat
4. Sering dilakukan 4. Jarang dilakukan
5. Hubungan merupakan hubungan 5. Hubungan merupakan hubungan
lini atau perintah staf atau bukan perintah
6. Ditujukan kepada pegawai
6. Ditujukan kepada semua pegawai
tertentu.
3) Apparenticeship/ Understudy/ Magang
Under Study / Magang dilakukan dengan cara peserta mengikuti
kegiatan/pekerjaan yang dilakukan oleh pemangku jabatan tertentu yang sudah
berpengalaman, untuk mempelajari bagaimana cara melakukan sesuatu kegiatan.
Metode ini digunakan untuk mengembangkan keahlian perorangan sehingga para
karyawan dapat mempelajari segala aspek dari pekerjaannya. Metode magang tepat
digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tertentu
seperti kayawan pengrajin.
Kelebihan magang adalah peserta/karyawan tidak turut campur secara
langsung dalam pekerjaan sehingga tidak mempengaruhi pekerjaan pemangku
jabatan tertentu. Selain itu magang juga dapat memberikan pelatihan yang
ekstensif. Sedangkan kelemahan magang adalah waktunya yang relatif lama, biaya
yang cukup mahal, dan kemungkinan kurangnya motivasi dari pemangku jabatan
tertentu sehingga tidak menunjukkan pekerjaan yang benar.
5) PenugasanSementara
Penempatan peserta/karyawan pada posisi manajerial atau anggota panitia
tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan. Peserta terlibat dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah-masalah organisasional nyata. Kelebihan dari
metode penugasan sementara adalah peserta/karyawan diberikan tanggung jawab
secara langsung sehingga peserta/karyawan bekerja dengan serius. Kelemahnnya
adalah tentang pemberian waktu yang relatif singkat.
2) Kekurangan
a) Karyawantidak melakukan pekerjaan yang sesungguhnya
b) Pelatihantidak dilaksanakan di dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya
c) Pelatihan dilaksanakan dalam kondisi buatan dan membutuhkan fasilitas
pelatihan khusus.
d) Beberapa metode membutuhkan biaya yang mahal.
6) Simulation
Pengertian simulation menurut Sondang (1999), adalahsuatu bentuk pelatihan
dengan menggunakan suatu alat mekanikal yang identik betul dengan alat yang
akan digunakan oleh peserta pelatihan dalam tugasnya.
Metode simulasi berbeda dengan vestibule training karena metode simulasi
lebih menekankan pada penguasaan penggunaan alat mekanikal yang persis sama
dengan yang akan digunakan saat bekerja, sedangkan vestibule training
memusatkan tujuan pelatihan pada peningkatan keterampilan yang bersifat
teknikal.
Contoh dari penerapan metode simulasi ini adalah pelatihan yang ditujukan
bagi seorang pilot. Salah satu bagian penting dari pelatihan, misalnya adalah
bagaimana cara menerbangkan pesawat dalam ruangan simulasi. Hal-hal yang
harus dipahami contohnya tentang bagaimana cara menghidupkan mesin,
meminta ijin meninggalkan apron menuju landasan pacu, tinggal landas, terbang
dalam berbagai cuaca dan segala bentuk situasi yang nantinya mungkin akan
dihadapi saat bekerja.
Kekuatan dari metode ini adalah peserta pelatihan dapat menguasai dan
menyelesaikan masalah dalam berbagai keadaan, karena sebelumnya pernah
“mengalami” hal sama, meskipun dalam keadaan simulasi. Sedangkan
kelemahannya, karena mekanikal yang digunakan untuk pelatihan identik dengan
yang ada pada lapangan kerja, tentu saja membutuhkan biaya yang lebih mahal.
7) Self Study
Inti dari metode ini adalah pembelajaran terhadap informasi kerja yang
dilakukan secara mandiri oleh pegawai. Banyak organisasi yang mendorong
pegawainya untuk belajar sendiri, akan tetapi terkendali melalui proses belajar
yang terprogram. Organisasi dapat menyediakan bahan pelajaran yang beraneka
ragam bentuknya, seperti buku pedoman, buku petunjuk, rekaman video, slide
presentasi atau yang lainnya yang kesemuanya mengandung bahan-bahan
pelajaran yang dianggap penting dikuasai oleh pegawai.
Kekuatan dari metode pelatihan ini adalah penyesuaian kecepatan belajar
dapat disesuaikan dengan kecepatan pemahaman masing-masing pegawai, serta
penghematan biaya untuk perusahaan yang memiliki jumlah pekerja yang banyak
dan tersebar di beberapa daerah yang berbeda. Kelemahannya, dalam metode ini
susah dilakukan pemantauan secara merata dan umpan balik secara konsisten
antara penyelia dengan pegawai yang diberikan pelatihan.
8) Programmed Learning
Inti dari metode ini adalah penggunaan prinsip memberikan pertanyaan
kepada peserta pelatihan. Metode ini dilakukan secara otomatis dengan membuat
program khusus pada computer yang memungkinkan adanya umpan balik
penyelesaian secara langsung pada setiap pertanyaan yang telah dijawab.
Kekuatan dari program ini adalah adanya pengetahuan lebih yang dimiliki
pegawai terkait informasi-informasi perusahaan, atau pemecahan masalah tertentu
yang terdapat dalam pelatihan. Biaya yang dikeluarkan juga relative lebih murah,
karena sarana yang digunakan dapat ditekan seminimal mungkin, dengan hanya
menyediakan program khusus dalam computer. Kelemahannya, tidak semua
peserta pelaihan dapat menggunakan computer atau memiliki skill yang tinggi
dalam pengoperasian IT. Kejenuhan juga dapat terjadi karena efek melihat layar
monitor yang terlalu lama.
9) Laboratory Training
Metode ini dikembangkan dalam bentuk latihan kelompok. Latihan ini dapat
digunakan untuk mengembangkan sensitivitas antar anggota kelompok yang
nantinya dapat diterapkan pada lingkungan kerja. Metode ini hampir sama dengan
role playing, hanya saja dalam laboratory training dilakukan dengan jumlah orang
yang lebih banyak (berkelompok). Kekuatan dari metode ini adalah timbulnya
rasa saling memahami antar anggota kelompok, sedangkan kelemahannyaadalah
lamanya proses pelatihan yang tidak dapat diprediksi akurat penyelesaian
targetnya, karena setiap individu memiliki tingkat penyesuaian diri dan
pemahaman akan orang lain yang berbeda-beda.
Metode yang telah dipaparkan diatas memiliki karakteristik tersendiri dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga pemilihan penggunaan
metode yang paling baik adalah dengan memilih metode yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi sebuah organisasi.
2.1.5 Metode Pengembangan
Dalam program pengembangan telah ditetapkan sasaran, proses, waktu, dan metode
pelaksanaannya. Metode pengembangan harus didasarkan sasaran yang ingin dicapai,
yaitu;
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis menggerakkan pekerjaan atau
technical skills.
2. Meningkatkan keahlian atau kecakapan memimpin serta menggambil keputusan
atatu managerial skills dan conceptual skills.
Metode pengembangan terdiri atas metode latihan atau training dan metode pendidikan
atau educating.
1. Metode Latihan/training
Latihan/training diberikan kepada karyawan operasional. Maksudnya adalah karena
pada proses latihan/training merupakan proses mengasah keterampilan atau secara
technical. Metode latihan/training pada metode pengembangan sama dengan metode
pelatihan.
2. Metode Pendidikan/education
Pendidikan/education diberikan kepada karyawan menejerial. Maksudnya adalah
karena pada proses pendidikan/education merupakan proses mengasah
konsep/strategi, sehingga lebih menekankan pada menejerial. Metode
pendidikan/education pada pengembangan adalah;
a. Under Study
Under Study adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktek
langsung bagi seseorang yang dipersiapkan untuk menggantikan jabatan
atasannya. Di sini calon disiapkan untuk mengisi jabatan tempat ia berlatih
apabila pimpinannya berhenti. Jadi, merupakan on the job training, tetapi
under study biasanya untuk jabatan kepemimpinan.
b. Job rotation and Planned Progression
Job rotation adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan cara
memindahkan peserta dari suatu jabatan ke jabatan lainnya secara periodik
untuk menambah keahlian dan kecakapnnya pada setiap jabatan. Dengan
demikian, ia dapat mengetahui dan menyelesaikan pada setiap bagian. Jika ia
dipromosikan, ia telah mempunyai pengetahuan luas terhadap semua bagian
pada perusahaan bersangkutan, sehingga tidak canggung dalam
kepemimpinannya.
Teknik pelaksanaan planned progeression sama dengan job rotation.
Letak perbedaanya adalah setiap memindahan tidak diikuti dengan kenaikan
pangkat dan gaji, tetapi tugas serta tanggung jawab semakin besar.
c. Coaching and Counseling
Coaching adalah suatu metode pendidikan dengan cara atasan
mengajarkan keahlian dan keterampilan kerja kepada bawahannya. Dalam
metode ini, supervisor diperlukan sebagai petunjuk untuk memberitahukan
kepada para peserta mengenai tugas yang akan dilaksanakan dan bagaimana
cara mengerjakannya. Counseling adalah suatu cara pendidikan dengan
melakukan diskusi antara pekerja dan manajer mengenai hal-hal yag sifatnya
pribadi, sepertikeiinginannya, ketakutannya, dan aspirasinya.
d. Junior Board of Executive or Multiple Management
Merupakan suatu komite penasihat tetap yang terdiri dari calon-calon
menajer yang ikut memikirkan masalah-masalah perusahaan untuk kemudian
direkomendasikan kepada manajer lini (Top Management). Komite penasihat
ini hanya berperan sebagai staf.
Kelebihannya:
1) Biaya pendidikannya murah
2) Mempermudah mendapatkan pengalaman praktis
3) Membantu pencarian manajer yang berbobot
Kekurangan:
Pendidikan waktunya cukup lama
Perumusan maslaah sering bertele-tele
e. Committee Assignment
Komite yang dibentuk untuk menyeidiki, mempertimbangkan, menganalisis,
dan melaporkan suatu masalah kepada pimpinan. Ditentukan berbagai bentuk
komite, yaitu
1) Komite formal dan informal
2) Komite tetap dan sementara
3) Komite eksekutif dan staf
f. Business games
Business games (permainan bisnis) adalah pengembangan yang dilakukan
dengan diadu untuk bersaing memecahkan maslaah tertentu. Permainan
disusun dengan aturan-aturan tertentu yang diperoleh dari teori ekonomi atau
studi operasi-operasi bisnis. Contoh: kelompok-kelompok tersebut ditugaskan
mengambil keputusan yang tepat dan cepat tentang harga pokok produksi,
jumlah produksi, dan cara pemasaran barang. Tujuannya untuk melatih para
peserta dalam pengambilan keputusan yang baik pada situasi/kondisi dan
objek tertentu.
g. Sensitivity Training
Sensitivity Training dimaksudkan untuk membantu para karyawan agar
lebih mengerti tentang diri sendiri, menciptakan pengertian yang lebih
mendalam di antara para karyawan, dan mengembangkan keahlian setiap
karyawan yang spesifik. Dengan kata lain, para peserta diharapkan untuk
belajar bagaimana cara bekerja yang lebih efektif sebagai anggota tim dan
bagaimana melaksanakan perannya dengan baik.
Menurut Hani Handoko (2000: 110) tidak ada teknik atau metode yang
di nilai paling baik. Namun setidaknya dalam penggunaan metode tersebut
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Efektifitas biaya (cost-effectiveness).
2. Isi program yang dikehendaki (desired program content).
3. Kelayakan fasilitas-fasilitas (appropriateness of the facilities).
4. Prefensi dan kemampuan peserta (trainee preferences and capabilities).
5. Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih (trainer preferences and
capabilities).
6. Prinsip-prinsip belajar (learning principles).
b. Analisis pekerjaan/tugas
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003: 33) tujuan utama analisis tugas ialah untuk
memperoleh informasi tentang :
1) Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh karyawan.
2) Tugas-tugas yang telah dilakukan pada saat ini.
3) Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan, tetapi belum atautidak dilakukan
karyawan.
4) Sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukanuntuk melakukan
pekerjaan dengan baik dan sebagainya.
c. Analisis Individual
Analisis kebutuhan pegawai adalah menganalisis mengenai apakah ada pegawai yang
kurang dalam kesiapan tugas-tugas atau kurangnya kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan yang dapat diketahui dari penilaian kinerja, observasi ke lapangan,
kuesioner. Lebih lanjut disebutkan bahwa pendekatan paling umum dalam membuat
analisis individual tersebut adalah dengan menggunakan data penilaian kerja (Mathis dan
Jackson, 2006: 311).
2. Design
Design (Desain) merupakan tahap setelah proses analisis dimana tahap ini adalah
tidak lanjut atau kegiatan inti dari langkah analisis. Desain pembelajaran juga dikatakan
sebagai rancangan dalam proses pembelajaran. Desain disusun dengan mempelajari
masalah, kemudian mencari solusi melalui identifikasi dari tahap analisis kebutuhan pada
proses sebelumnya. Salah satu tujuan dari tahap ini adalah menentukan strategi
pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat mencapai tujuan dalam proses
pendidikan, khususnya dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan dalam
proses pembelajaran.
3. Development
Setelah terbentuknya desain pembelajaran pada tahap kedua, tahap selanjutnya adalah
development atau tahap pengembangan, dimana desain yang sudah tersusun atau sudah
terbuat kemudian ditindak lanjuti prosesnya melaui uji coba. Apakan desain yang sudah
dibuat tersebut layak untuk digunakan atau tidak. Jika memang desain yang sudah diuji
cobakan tersebut berhasil atau dapat digunakan, maka desain harus dikembangkan agar
lebih baik dan tentunya mendukung proses pembelajaran untuk mencapai tujuannya.
Tahap pengembangan ini juga harus dikombinasikan atau dipadukan dengan media –
media yang kiranya dapat mendukung pembelajaran. Selain itu, hal – hal yang berada
disekitarnya tentunya harus berhubungan dan mendukung satu dengan yang lainnya.
Oleh sebab itu, pembelajaran akan berjalan dengan baik jika hal yang satu dengan yang
lain berhubungn dengan baik.
4. Implementation
Suatu rencana pembelajaran yang telah dibuat tidak akan kita ketahui hasilnya apabila
tidak ada suatu tindakan yang dilakukan. Adanya tindakan tersebut sangat berarti karena
pembelajaran akan memunculkan hal baru berupa dampak yang dapat dijadikan
pengalaman atau bahkan acuan apabila telah membuahkan hasil, untuk itulah perlu
adanya implementasi yang berarti pelaksanaan atau penerapan dari suatu rencana dimana
ini merupakan salah satu model ADDIE yang menjadi satu kesatuan dengan tahap-tahap
sebelumnya sebagai penyempurna dan cukup berpengaruh dalam pelaksanaan
pembelajaran.
5. Evaluation
Perencanaan pembelajaran yang disiapkan secara matang akan melewati tahap-tahap
pengembangan model ADDIE ini dengan lancar dan berakhir pada tahap yang disebut
dengan evaluasi. Evaluasi merupakan tahap dimana tindakan yang dilakukan adalah
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan suatu rencana pembelajaran, hal-hal yang
dilakukan guna suksesnya tahap ini tidak semata-mata utuh pada tahap ini saja namun
evaluasi dapat terjadi pula pada tahap-tahap sebelumnya. Dalam pelaksanaan evaluasi
tersebut hendaklah memperhatikan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada awal
perencanaan karena suatu evaluasi atau penilaian memiliki kriteria guna mengetahui
ketercapaiannya sampai batas yang ditentukan atau tidak dan dari kegiatan tersebut
diperlukan adanya informasi dan data-data yang diperlukan dari obyek yang akan
dievaluasi guna kelancaran proses evaluasi.
2.2 Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
2.2.1 Definisi Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan
Komite Studi Nasional tentang evaluasi (National Study Commitee on
Evaluation) dari UCLA menyatakan bahwa “Evaluation is the process of
ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, collecting
and analyzing information in order to report summary data useful to decision
makers in selecting among alternatives”. Evaluasi merupakan suatu proses atau
kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program
selanjutnya. Schalok (2011) mendefinisikan evaluasi efektifitas sebagai penentuan
sejauh mana suatu program telah memenuhi tujuan kinerja yang ditetapkan. Evaluasi
pelatihan (Training Evolution) menurut Noe (2002), “Training Evaluation refers to
process of collecting the outcomes needed to determine if training is effective” yaitu
evaluasi pelatihan mengacu pada proses mengumpulkan hasil-hasil yang ingin
didapatkan untuk mengetahui apakah pelatihan tersebut efektif atau tidak. Menurut
Mathis dan Jackson (2002) evaluasi pelatihan adalah membadingkan hasil-hasil
setelah pelatihan denggan tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan definisi tersebut evaluasi adalah proses pengumpulan informasi
untuk mendapatkan gambaran apakah program pelatihan dan pengembangan yang
dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan melakukan
evaluasi kita bisa mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu program. Serta dapat
menentukan apa yang harus ditingkatkan atau bahkan dihapus pada program
selanjutnya. Evaluasi pelatihan lebih difokuskan pada peninjauan kembali proses
pelatihan dan menilai hasil pelatihan serta pengaruh pelatihan yang dikaitkan dengan
kinerja SDM.
Proses evaluasi :
1. Setting Objectives (Menentukan Tujuan)
Evaluasi merupakan suatu bentuk pengukuran, dimana pengukuran itu dapat
dilakukan apabila organisasi yang akan melakukan pengukuran sudah
memiliki suatu titik minimal tertentu untuk suatu nilai, sebagai standar
organisasi.
2. Gathering Reactions to The Training Programme (Mengumpulkan Reaksi saat
Program Pelatihan)
Pengukuran yang dapat dilakukan saat program pelatihan ini berjalan adalah
dengan melihat reaksi peserta terhadap kegiatan dan stimulus yang diberikan
pada mereka. Cara melihat reaksi ini bermacam-macam, tergantung metode
pelatihan yang digunakan.Salah satu contoh bentuk evaluasi dengan melihat
reaksi peserta adalah dengan menggunakan diskusi sederhana.Stimulus yang
diberikan pun berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya,
yang telah disesuaikan dengan tujuan serta hasil yang diharapkan.
3. Validation How effective was the training and development (Seberapa efektif
validasi pelatihan dan pengembangan yang dilakukan).
Program pelatihan dan pengembangan yang dilakukan oleh suatu organisasi
diharapkan dapat memberikan perubahan pada kualitas pekerja dan kepuasan
bagi semua pihak yang ada dalam perusahaan atau organisasi. Selain itu,
melalui pelatihan dan pengembangan, diharapkan peserta mampu dan mau
untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam menjalankan
pekerjaan mereka. Teknik yang digunakan dapat berupa pertanyaan-
pertanyaan, mengamati, dan sebagainya.
4. Reviewing the benefits and future requirements for training and development
(Meneliti kembali keuntungan dan masa depan yang diinginkan pada pelatihan
dan pengembangan yang telah dilakukan)
Proses terakhir adalah melihat, meneliti, dan menyesuaikan keuntungan yang
diperoleh perusahaan atau organisasi setelah pelatihan tersebut dilakukan. Dari
sini dapat dilihat keuntungan yang diperoleh apakah dapat menguntungkan
pihak individu sebagai pekerja dan organisasi atau perusahaan. Apabila
ternyata tidak menguntungkan, maka perlu dilakukan tindakan khusus kepada
pekerja yang bermasalah atau melakukan perencanaan ulang mengenai
pelatihan dan pengembangan yang akan diberikan selanjutnya. Pada tahap ini
dimungkinkan adanya analisis serta perencanaan lebih lanjut terkait pelatihan
dan pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi.
5. Make it Real
Upaya untuk membuat contoh – contoh pada saat pelatihan yang mirip dengan
situasi yang terjadi di lingkungan pekerjaan agar peserta training dapat mudah
mengaplikasikannya saat berada di dunia kerja.
6. Tell it like it is
Upaya untuk menguji apakah suatu program dapat dipakai sebagai alat untuk
mengontrol perusahaan/pelaksanaan atau tidak.Sebagai alat perubahan,
program training dapat menolong karyawan/peserta training untuk membuat
keputusan berdasarkan informasi yang cukup.
7. Spread the Program Over Time
Upaya membagi program dalam satuan-satuan waktu dengan
mempertimbangkan tuntutan dan jadwal kerja peserta.
8. Get the Boss Involved
Upaya melibatkan atasan pada saat penugasan sehingga atasan dapat melihat
perubahan yang terjadi.
9. Use the Program to Sense New
Upaya untuk mendeteksi masalah atau keluhan baik hubungan antar karyawan
maupun dengan atasan.
BAB III
PEMBAHASAN
Sebuah Klinik Mata Pratama “Cahaya Gotong Royong” memiliki karyawan atau
sumber daya manusia berjumlah 35 orang, perinciannya adalah sebagai berikut: dokter
umum 2 orang, dokter spesialis mata 3 orang, apoteker 2 orang, Perawat Mata 5 orang,
Perawat D III 10 orang, perawat S1 3 orang, nutrision/ gizi dari DIII 1 orang, admin 3
orang, admin keuangan, 1 admin kesehatan 2 dan umum 1 orang dan petugas kebersihan 2
diadakannya program BPJS. Pimpinan juga membuat kebijakan pembukaan unit baru di
klinik, yaitu Unit Gawat Darurat. Oleh karna itu, akan diadakan pelatihan PPGD untuk
tenaga perawat yang akan ditempatkan di UGD. Pilih metode yang digunakan adalah
Program ini bertujuan meningkatkan mutu dan ketrampilan pekerja dalam rangka
pembinaan serta kepada pekerja diberikan kesempatan untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan melalui pelatihan. Dari hasil pelatihan yang dilaksanakan selama 3 hari,
dilakukan evaluasi setelah pelatihan oleh pimpinan klinik dengan memberikan kesioner
untuk mengetahui reaksi peseta dari pelatihan PPGD tersebut, lalu menilai pengetahuan
sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan dengan melakukan pemantauan keterampilan dan
perilaku petugas kesehatan setelah pelatihan, dan perubahan organisasi apakah berdampak
4.1 KESIMPULAN
1. Pelatihan dan pengembangan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian pegawai sehingga bisa memajukan suatu organisasi.
2. Dalam pelaksanaan pelatihan dan pengembangan harus menggunakan metode
yang tepat agar tujuan dari kegiatan bisa tercapai.
3. Evaluasi tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pelatihan dan pengembangan
karena dengan adanya evaluasi kita dapat mengetahui keefektifan program
pelatihan dan pengembangan.
4.2
SARAN
Supaya pelaksaan pelatihan dan pengembangan berjalan efektif diperlukan
pemahaman tentang metode apa saja yang dapat digunakan. Setelah itu perlu dilakukan
evaluasi untuk mengukur keberhasilan program, evaluasi tidak bias diabaikan karena
sangat penting untuk meningkatkan kualitas program pelatihan dan pengembangan
sehingga diharapkan tujuan organisasi dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu mangkunegoro, A.A. (2007).Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika Aditama.
Anwar Prabu mangkunegoro ,A.A. (2009). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia , Bandung: Refika Aditama.
Budi Cantika Yuli, Sri. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Malang : UMM Press.
Dessler, Gary. (2006) .Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta :PT Indeks
Handoko T. Hani, 2000, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi II, Cetakan
Keempat Belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Hardiansyah. (2011). Metode Latihan dan Pengembangan Karyawan. Tersedia:
http://hastagfire.wordpress.com/2011/12/04/metode-latihan-dan-pengembangan-
karyawan/[18 September 2016 ].
Hariandja, Marihot Tua Efendi (2002).Manajemen Sumber Daya Manusia :
Pengadaan,Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan Produktivitas
Pegawai, Jakarta : Grasindo Widiasarana Indonesia
I Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati dan I Wayan Mudiartha Utama. (2012). Manajemen
Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mondy, RW, Noe, RM & Mondy, JB . (2005). Human Resources Management, New Jersey:
Pearson Prentice-Hall.
Patrick, Donal, L. (2008). Evaluating Training Programs. The Four Level. (1sted), San Fransisco:
Berret – Koehler Publishers.
Samsudin, Sadili. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia, Badung: Pustaka Setia.
Sari, Kumala . (2007). Jurus Jitu Evaluasi Pelatihan.
Tersedia :http://www.portalhr.com/komunitas/opini/jurus-jitu-evaluasi-pelatihan/
[18 September 2016].
Simamora,Henry. (2001). Manajemen sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Bagian penerbit
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Umar, Husein. (2002). Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Raja Presentasi (2009). On the job & off the job training [online].
Tersedia :http://rajapresentasi.com/2009/04/jenis-jenis-training/ [19 September 2016].
Tritom, PB .(2009). Mengelola Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Oryza.