Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRATIKUM KIMIA ANORGANIK

KIMIA TEMBAGA

OLEH:
I PUTU TESA PUTRAWAN (1913081003)
RESTU TYAS PRAMESWARI (1913081008)
DILLA ROSITA DEVI (1913081006)

PRODI KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
I. TUJUAN

Membuat dan mengidentifikasi tembaga (I) klorida, tembaga (II) klorida,


tembaga (II) oksida dari produk tujuan (2) dan (3) praktikum sebelumnya dan
selanjutnya menjadi tembaga (II) sulfat pentahidrat kembali dalam suatu percobaan
bersiklus tertutup yang selain hemat juga ramah lingkungan.

II. DASAR TEORI


Logam tembaga adalah salah satu jenis logam yang sering kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Di alam tembaga (Cu) umumnya diperoleh dari bijihnya
seperti pirit tembaga (CuFeS2) dan copper glance (Cu2S). Sifat kimia tembaga
(dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d10 4s1 ) sangat berkaitan dengan energi ionisasi
yang besar, yaitu : energi ionisasi pertama 745 kJ/mol dan energi ionisasi kedua
1956 kJ.mol ; kalor atomisasi yang besar, energi hidrasi yang relatif rendah i.e -
2240 kJ/mol untuk Cu2+ dan – 481 kJ/mol untuk Cu2+; harga potensial elektroda
yang positif dan umunya mempunyai kereaktifan yang rendah.
Tembaga digunakan dalam alloys seperti dalam kuningan dan dapat larut
secara baik dalam emas. Tembaga sangat lambat teroksidasi dan terjadi hanya pada
permukaan dalam udara yang lembab, sering memberikan lapisan hijau dari
hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat (dari CO2 dan SO2 di udara). Tembaga larut
dalam asam nitat dan dalam asam sulfat dengan kehadiran oksigen. Tembaga larut
dalam asam nitrat menghasilkan tembaga (II) dimana asam nitat sebagai oksidator.
Tembaga juga larut dalam KCN atau dalam larutan amionia dalam kehadiran
oksigen, yang diindikasikan oleh potensialnya.

-0,12V -0,01V
+
Cu(s) + 2 NH3(aq) [Cu(NH3)2] (aq) [Cu(NH3)4]2+(aq)
Senyawa-senyawa tembaga pada umumnya bersifat racun bagi kebanyakan
makhluk hidup sehingga banyak diantaranya digunakan sebagai insektisida,
fungisida dan algisida. Contohnya adalah senyawa tembaga (II) sulfat, CuSO 4.
Tembaga (II) sulfat secara komersial dibuat dengan mengoksidasi logam tembaga
dengan H2SO4.
2 Cu(s) + 2 H2SO4(aq) → 2CuSO4(aq) + 2H2O(l)
atau mengoksidasi tembaga (II) sulfida di udara
2 CuS(s) + 2O2(g) → CuSO4(s)
Logam tembaga umumnya digunakan dalam berbagai macam peralatan listrik
seperti dalam kabel listrik, instalasi listrik rumah, kendaraan bermotor, karena dapat
menghantarkan arus listrik akibat sifat konduktivitas yang baik.
Senyawa Kompleks Tembaga
Suatu ion (atau molekul) komplek terdiri dari satu atom (ion pusat) dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat tersebut. Atom pusat ini
ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah
ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom
pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom
atau ion pusat, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (monodentat). Ion-
ion tembaga seperti Cu2+ dan Cu+ memiliki bilangan koordinasi 4. Suatu kompleks
dengan satu atom pusat dengan bilangan koordinasi 4 biasanya menunjukkan suatu
susunan simetris yang berbentuk tetrahedron, meskipun susunan yang datar (atau
hampi datar), dimana ion pusat berada di pusat suatu bujur sangkar dan keempat
ion menempati keempat sudut bujur sangkar itu.
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH3, CN-, Cl-,
H2O membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah
satu ruang yang tersedia sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi. Ligan yang
mengandung dua atau lebih atom yang masing-masing secara serempak membentuk
ikatan dua donor- elektron kepada ion logam yang sama disebut ligan polidentat.
Ligan ini juga disebut ligan khelat. Salah satu kompleks yang dihasilkan dalam
percobaan ini adalah ion tetraaminakuprat (II).
Dalam rumus bangun ion tetraamina
kuprat (II), anak panah menunjukkan
bahwa sepasang elektron
disumbangkan oleh setiap ion nitrogen
kepada ion tembaga.

Muatan suatu ion kompleks


merupakan jumlah muatan ion-ion
yang membentuk kompleks itu, misalnya : Cu 2+ + 4 CN- → [ Cu (CN)4 ]2+. Jika
molekul-molekul netral yang terlibat sebagai ligan dalam membentuk kompleks,
muatan pada ion kompleks tetap sama seperti muatan pada atom pusatnya,
misalnya: Cu2+ + 4 NH3 → [ Cu (NH3)4 ]2+.

Pembentukan kompleks dapat diamati dari perubahan warna dalam larutan.


Contohnya:

Cu2+ + 4 NH3 → [ Cu (NH3)4 ]2+


biru biru tua gelap

Dalam larutan air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru, yang
karakteristik dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2+. perkecualian
yang terkenal yaitu tembaga (II) klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion
kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral tau bujur
sangkar bergantung pada kation pasangannya. Dalam larutan encer ia menjadi
berwarna biru oleh karena pendesakan ligan Cl - oleh ligan H2O. oleh karena itu,
juka warna hijau ingin dipertahankan, ke dalam arutan pekat CuCl 2 dalam air
ditambahkan ion senama Cl- dengan penambahan padatan NaCl atau HCl pekat atau
gas.
[CuCl4]2-(aq) + 6H2O(l) [Cu(H2O)6]2+(aq) + 4Cl-(aq)

hijau biru

Jika larutan ammonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru
berubah menjadi biru tua karena terjadi pendesakan ligan air oleh ligan ammonia
menurut reaksi;
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 5NH3 → [Cu(NH3)(4-5)(H2O)(2-1)]2+ + 5H2O(l)
biru biru tua

Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1-0,5


M) secara bertetes dengan kcepatan ~ 1 mL/ menit mengakibatkan terjadinya
endapan gelatin biru muda garam tembaga (II) hidroksi sulfat, [CuSO 4.ncu(OH)]2,
bukan Cu(OH)2 menurut persamaan reaksi :
[Cu(H2O)6]2+(aq) + SO42-(aq) + OH-(aq) → [CuSO4.nCu(OH)]2(s) + H2O(l)
Biru muda

Ion tembaga (I) jika direaksikan dengan ion klorida segera membentuk ion
kompleks tak berwarna diklorokuprat (I), [CuCl 2]-. Tahap reaksi ini diduga
berlangsung sangat cepat sehingga memicu terjadinya tahap reaksi pertama seperti
berikut ini :
Cu(s) + H3O+(aq) Cu+(aq) + H2(g) + 2H2O

Cu+(aq) + 2Cl-(aq) [CuCl2]-(aq)


Jika larutan ini dituangkan ke dalam air suling bebas udara, diperoleh endapan
putih tembaga (I) klorida menurut persamaan reaksi :
[CuCl2]-(aq) → CuCl(s) + Cl-(aq)
Dalam kimia organik, diklorokuprat (I), [CuCl2]- digunakan untuk mengubah
benzene diazonium klorida menjadi klorobenzena menurut reaksi Sandmeyer :
[C6H5N2] + Cl-(aq) → C6H5Cl(l) + N2(g)
Dalam praktikum bersiklus ini dilakukan serangkaian percobaan terkait
dengan kimia tembaga dengan menggunakan 1 bahan awal saja yakni tembaga (II)
sulfat pentahidrat. Terdapat lima reaksi kimia tembaga yang melibatkan tembaga
(II) sulfat (tembaga vitriol), yaitu :
Jika percobaan-percobaan tersebut dirancang dalam rantai tertutup, maka tembaga
vitriol akan jauh lebih sedikit diperlukan dan limbah juga dapat diminimalkan.
Lingkaran rantai tertutup pada kimia tembaga dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar. Rangkaian proses bersiklus kimia tembaga

III. ALAT DAN BAHAN


 Tabel Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah Keterangan
1 Kaca arloji - 3 buah Meletakkan zat padatan
2 Spatula - 1 buah Mengambil zat padat
3 Neraca analitik - 1 buah Menimbang zat
4 Gelas ukur 10 mL 1 buah Mengukur volume suatu
cairan
5 Batang pengaduk - 1 buah Mengaduk suatu campuran
6 Gelas kimia 50 mL, 1 buah Tempat suatu larutan atau
100 mL, cairan
1000 mL
7 Heater - 1 buah Tempat memanaskan suatu
zat, campuran, dll
8 Pipet volumetri 25 mL 1 buah Mengambil suatu cairan
9 Corong - 1 buah Alas kertas saring dalam
proses penyaringan
10 Cawan penguap - 1 buah Tempat untuk menguapkan
suatu cairan
11 Pipet tetes - 2 buah Untuk mengambil cairan
dan meneteskan caiaran ke
dalam suatu wadah
12 Desikator - 1 buah Untuk tempat
mengeringkan suatu
campuran agar pelarutnya
menjadi
berkurang
13. Pipa pengalir gas - 1 buah Untuk mengalirkan gas
hasil reaksi

 Tabel Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah Keterangan
1 H2O2 30% Secukupnya Berwujud cairan sangat
berbahaya karena bersifat
oksidator dan digunakan
dalam proses daur ulang
tembaga vitriol
2 Aquades - secukupnya Berupa cairan transparan
digunakan sebagai pelarut
3 Amoniak pekat 20 mL Larutan amoniak beruap,
karena wujud NH3 berupa
gas bersifat iritatif
4 Na2CO3 - Secukupnya Wujud padatan berfungsi
menghasilkan gas CO2
5 NaOH 30% Secukupnya Berwujud cairan bening,
bersifat basa dan korosif
6. Etanol 70% 45 mL Berwujud cairan
digunakan sebagai media
non polar

7 Air es - Secukupnya Digunakan sebagai


penangas dalam
mempercepat
terbentuknya kristal
8 Larutan CuCl2 - Secukupnya Digunakan sebagai bahan
preparasi CUCl
9 HCl - 100 mL Wujud cairan beruap,
berbau menyengat,
digunakan dalam
preparasi tembaga
10 Asam sulfat pekat Secukupnya Cairan bersifat oksidator
dan korosif terhadap
logam
11. Silika gel - Secukupnya Digunakan sebagai bahan
pengering dalam
desikator
IV. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN
Preparasi CuCl
No. Prosedur Kerja Bahaya Reaktan Pengamatan Teoritis Hasil Pengamatan Eksperiment
dan Produk
1. Larutan CuCl2 diperoleh 2HCl(aq) + Na2CO3(s) → 2NaCl(aq) + CO2(g) + H2O(l) Pemanasan bertujuan
dari melarutkan padatan [CuCl4]2-(aq) + 6H2O(l) ⇌ [Cu(H2O)6]2+(aq)(aq) + 4Cl-(aq) menghilangkan oksigen terlarut
CuCl2 pada air kemudian [CuCl4]2-(aq) + Cu(s) → 2[CuCl2]-(aq) dalam larutan
dipanaskan dalam sebuah [CuCl2]-(aq) → CuCl(s) + Cl-(aq)
gelas beaker untuk
menghilangkan gas
oksigen yang terlarut.
2. Diteteskan larutan asam HCl : bersifat Penambahan HCl dilakukan
klorida pekat secara iritatif dan berbau untuk mencapai pH = 2
perlahanlahan ke dalam menyengat
larutan CuCl2 tersebut
sampai pH mencapai 1-
3.
3. Ditambahkan soda Penambahan Natrium karbonat
(natrium karbonat) ke pada larutan menghasilkan
dalam larutan tersebut gelembung-gelembung gas
seujung spatula untuk namun dapat bertahan hanya
menghasilkan suatu CO2 sebentar
pelindung atmosfer.
4. Semua serbuk tembaga Penambahan serbuk tembaga
yang dihasilkan pada hasil sedimentasi pada proses
sebelumnya ditambahkan sebelumnya menyebabkan warna
ke dalam larutan tersebut, campuran menjadi hijau tua
kemudian diaduk pelan-
pelan sambil dipanaskan
selama 30-35 menit (atur
nyala api atau suhu agar
menghasilkan panas kira-
kira suam-suam kuku).
5. Ditambahkan (bila Penambahan natrium karbonat
diperlukan) sedikit soda menyebabkan terbentuknya
dan asam klorida untuk gelembung gas dan penambahan
mempertahankan pH 1-3 HCl untuk mempertahankan pH
dan untuk
mempertahankan CO2
pelindung atmosfer.
Gelas beaker ditutup
dengan kaca arloji.
6. Selama pemanasan, Setelah pemanasan, pendinginan,
uapkan 75 ml air dari dan penambahan asam sulfat
larutan, kemudian maka terbentuk larutan berwarna
dinginkan sisa larutan hijau tua
pada suhu 0oC dan
ditambahkan 3 ml
larutan asam sulfat
(untuk menstabilkan
CuCl dari oksidasi oleh
oksigen dalam udara).
7. Larutan tersebut disaring Penyaringan dalam air es, dimana
dalam air es (akan filtrat dimasukkan ke dalam air es
terpisah CuCl yang tak menyebabkan terbentuk endapan
terlarut dari larutan putih dan larutan berwarna hijau.
[CuCl2]-) dan dekantasi
endapan putih yang
terbentuk dengan segera,
kemudian cuci endapan
tersebut dengan sedikit
etanol. Padatan yang
didapat dikeringkan di
dalam desikator.
8. Jika sisa larutan sudah Filtrat hasil pencucian tidak
tidak berwarna, buang ke berwarna
bak cuci. Jika masih
berwarna biru, berarti
masih mengandung ion
Cu2+ dan perlu ditangani
lebih lanjut.
Nb. Simpan larutan
berwarna biru
tersebut untuk
pengolahan lebih
lanjut pada
selanjutnya.

Daur Ulang untuk Menghasilkan Tembaga Vitriol


No. Prosedur Kerja Bahaya Reaktan Pengamatan Teoritis Hasil Pengamatan Eksperiment
dan Produk
1. Seluruh CuCl hasil 2CuCl(s)+2HCl(aq) + 1/2O2(g)→ CuCl2(s)+ H2O(l)+ Cl-(aq) Endapan CuCl hasil preparasi
preparasi diletakkan 2CuCl(s) + H2O2(aq) + 2HCl(aq)→ 2CuCl2(s) + 2H2O(l) berubah warna menjadi hijau
ditempat terbuka sampai CuCl2(s) + NaOH(aq) + Na2CO3(s) → CuO(s) + CO2(g) + setelah diletakkan ditempat
berwarna hijau, NaCl(aq) + H2O(l) terbuka
kemudian disuspensikan CuO(s) + H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + H2O(l) Penambahan HCl encer
dengan 20 ml asam membentuk suspensi berwarna
klorida encer. kehijauan
2. Ditambahkan beberapa HCl : bersifat Penambahan hidrogen peroksida
tetes hidrogen peroksida iritatif dan berbau menyebabkan suspensi tetap
30% ke dalam menyengat berwarna kehijauan
campuran. Kemudian Penambahan NaOH
diteteskan larutan menyebabkan terbentuk
natrium hidroksida 30%
sampai pH larutan gelembung gas dan
berkisar 4-5. endapan berwarna hitam
3. Panaskan larutan Penambahan serbuk natrium
tersebut dengan api yang karbonat menyebabkan pH = 11
kecil, kemudian dan larutan menjadi berwarna
ditambahkan sedikit coklat gelap
serbuk Na2CO3 sampai Dengan bantuan pemanasan,
tercapai pH larutan 11- endapan coklat kehitaman
12. dengan pemanasan semakin banyak
akan terbentuk endapan Setelah proses penyaringan maka
hitam CuO. Endapan diperoleh residu atau endapan
yang terbentuk disaring berwarna coklat kehitaman dan
dan dicuci dengan filtrat tak berwarna
aquades. Filtrat yang tak
berwarna dapat dibuang
ke tempat pembuangan
untuk larutan sisa yang
mengandung halogen.
4. Endapan hitam CuO Penambahan H2SO4 50% ke
dimasukkan dalam gelas dalam endapan hitam
beaker, kemudian menyebabkan terbentuknya
diteteskan larutan asam larutan berwarna biru muda
sulfat 50% sampai
endapan CuO masih
tinggal sedikit dan
didekantasi dengan
segera.
5. Larutan didingingkan Proses pendinginan larutan di
pada suhu kamar dalam kulkas menyebabkan
sehingga terjadi proses terjadi kristalisasi yakni
kristalisasi. Untuk membentuk kristal berwarna biru
menyempurnakan muda
kristalisasi, letakkan
larutan dalam lemari
pendingin (kulkas)
selama semalam.
6. Kristal yang terbentuk Diperoleh endapan kristal dan
dan sisa larutan filtrat yang berwarma biru muda
didekantasi. Kristal
dicuci dengan sedikit air
es dan disaring.
Kemudian kristal
dikeringkan dalam
desikator.
7. Kristal tembaga vitriol Akan diperoleh kristal tembaga
yang terbentuk vitriol
ditimbang dan
dibandingkan dengan
tembaga vitriol yang
telah digunakan dalam
siklus percobaan ini.
8. Jika sisa larutan masih Sisa filtrat yang diperoleh
mengandung ion-ion disimpan untuk didaur ulang.
tembaga, sisa larutan
tersebut disimpan untuk
percobaan daur ulang
yang akan datang.
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Preparasi CuCl
Dalam percobaan ini, larutan CuCl2 diperoleh dengan membuat
larutannya dari padatan CuCl2 yang kemudian dipanaskan dalam gelas beaker.
Pemanasan ini dilakukan agar gas oksigen yang terlarut didalamnya dapat
menghilang, sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya. Larutan tersebut
kemudian diukur pH-nya dengan menggunakan indikator universal. Jika pH
larutan tidak diantara 1-3 maka larutan dilakukan penambahan HCl pekat.
Karena tujuan dari penambahan HCl pekat ini adalah untuk membuat kondisi
larutan tersebut menjadi asam (pH = 1-3).
Penambahan Na2CO3 dilakukan pada larutan CuCl2 untuk mencegah
masuknya oksigen dari udara ke dalam sistem yang mengoksidasi tembaga I
menjadi tembaga II. Pada saat penambahan natrium karbonat ini, terbentuk
gelembung – gelembung gas dalam larutan tersebut. Gelembung – gelembung
tersebut merupakan CO2 pelindung atmosfir yang dihasilkan dari penguraian
Na2CO3 sebagai berikut :
Na2CO3(s) → 2Na+(aq) + CO32-(aq)

Ion CO32- akan bereaksi dengan Cu+ untuk menghasilkan Cu2CO3 yang
kemudian bereaksi dengan H+ dari penambahan HCl untuk membentuk H2O
dan CO2. reaksi yang etrjadi adalah sebagai berikut :
2Cu+(aq) + CO32-(aq) → Cu2CO3(s)

Cu2CO3(s) + 2H+(aq) → 2Cu+(aq) + H2O(l) + CO2(g)


Selanjutnya ke dalam larutan tersebut ditambahkan semua serbuk Cu
yang dihasilkan pada percobaan sebelumnya. Setelah ditambahkan serbuk
tembaga, larutan kemudian dipanaskan selama beberapa menit. Penambahan
serbuk tembaga menyebabkan larutan menjadi berwarna coklat. Pemanasan
dilakukan agar semua serbuk dapat terlarut dengan baik atau sempurna (tidak
ada endapan serbuk Cu yang belum terlarut). Pemanasan ini dijaga, agar tetap
suam –suam kuku agar Cu+ yang telah terbentuk tidak teroksidasi lagi menjadi
Cu2+.

Reaksi yang terjadi adalah :

Cu2+(aq) + Cu(s) 2Cu+(aq)


Jika pH larutan tersebut diluar 1-3 dilakukan penambahan HCl dan
ditambahkan soda kue untuk membentuk CO2 pelindung atmosfir. Larutan
kemudian dipanaskan dan ditutup dengan kaca arloji, agar tidak ada oksigen
yang masuk ke dalam larutan. Karena hal tersebut, dapat mengoksidasi Cu +
menjadi Cu2+ kembali. Selain itu, bertujuan untuk menguapkan airnya. Selama
pemanasan diuapkan 75 mL air dari larutan. Penguapan bertujuan untuk
menjaga larutan CuCl2 dari pendesakan ligan Cl- oleh ligan air menurut
persamaan berikut:

[CuCl4]2-(aq) + 6 H2O(l) ⇌ [Cu(H2O)6]2+(aq) + 4 Cl-(aq)


Setelah penguapan dihentikan, larutan yang berwarna hijau tersebut
dimasukkan ke dalam penangas es kemudian ditambahkan asam sulfat pekat.
Pada saat penambahan asam sulfat pekat ini, terbentuk larutan kuning muda
sedikit kehijauan. Tujuan dari penambahan H2SO4 ini adalah untuk
menstabilkan CuCl yang terbentuk dari oksidasi oleh oksigen dari udara.

Setelah didinginkan terbentuk endapan berwarna putih dan larutan yang


berwarna kuning muda kehijauan. Larutan yang berwarna kuning muda
kehijauan ini, kemungkinan mengandung CuCl 2, karena sesuai dengan teori
larutan yang dihasilkan seharusnya berwarna kuning muda. Selanjutnya,
endapan yang diperoleh dipisahkan dengan cara dekantasi dan dipisahkan
dengan filtratnya.
Filtrat hasil dekantasi dipanaskan kembali agar airnya teruapkan
sehingga larutan akan lebih jenuh. Endapan putih ini merupakan CuCl, yang
selanjutnya dicuci dengan sedikit etanol dan didekantasi. Setelah didekantasi
dan dicuci dengan sedikit etanol didapat endapan putih CuCl yang tidak larut
dalam [CuCl2]- menurut reaksi berikut:
[CuCl2]-(aq) → CuCl(s) + Cl-(aq)
Daur Ulang Tembaga Vitriol
Hasil preparasi dari percobaan sebelumnya akan didaur ulang untuk
mendapat tembaga vitriol. Padatan CuCl yang diperoleh pada percobaan
sebelumnya diletakkan di tempat yang terbuka. Setelah beberapa saat padatan
tersebut berubah warna menjadi hijau. Hal ini disebabkan karena di tempat
terbuka terdapat oksigen yang mampu mengoksidasi Cu + menjadi Cu2+
kembali, sehingga terbentuk senyawa CuCl2. Kemudian disuspensikan dengan
20 mL HCl encer, akan terbentuk suspensi yang berwarna hijau. Selanjutnya
ditambahkan sisa reaksi dari percobaan sebelumnya yang berwarna kuning
muda kehijauan sehingga terbentuk campuran berwarna lebih hijau tua.
Larutan ini kemudian ditambahkan H2O2 30% sebanyak 4 tetes. Tujuan
dari penambahan H2O2 30% adalah untuk menyempurnakan reaksi CuCl
menjadi CuCl2, artinya agar semua Cu+ dapat teroksidasi menjadi Cu2+. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
CuCl(s) + H2O2(aq) → CuCl2(s) + H2O(l)
Setelah penambahan hidrogen peroksida ini. Larutan masih tetap
berwarna hijau. Kemudian larutan ini ditambahkan larutan NaOH 30% sampai
pH berkisar 4-5. Tujuan dari penambahan NaOH ini adalah untuk menetralkan
asam yang berlebihan dalam larutan tersebut.
Larutan tersebut kemudian dipanaskan dengan api kecil, yang
selanjutnya ditambahkan serbuk natrium karbonat (berupa serbuk yang
berwarna putih) sambil tetap dipanaskan. Dengan penambahan natrium
karbonat ini , larutan berubah warna menjadi coklat dan terbentuk gelembung-
gelembung gas pada permukaan larutan. Gelembung gas ini merupakan gas
CO2 yang dihasilkan dari reaksi sebagai berikut :
CuCl2(aq) + Na2CO3(s) CuO(s) + NaCl(aq) + CO2(g)

Penambahan Na2CO3 dilakukan sampai pH berkisar 11-12. Oleh karena


itu, penambahan Na2CO3 tetap dilakukan sambil larutan tetap dipanaskan
dengan api kecil. Setelah beberapa kali penambahan Na 2CO3, pH larutan
diukur kembali dengan menggunakan indikator universal dan sudah diperoleh
pH sekitar 11-12 maka akan terbentuk larutan berwarna coklat. Kemudian
larutan tetap dipanaskan agar terbentuk endapan hitam CuO. Pada saat
pemanasan ini, larutan yang mula-mula berwarna coklat, lama kelamaan
berubah menjadi hitam dan terbentuk endapan hitam yang merupakan endapan
CuO.
Endapan hitam tersebut kemudian dipisahkan dengan cara disaring.
Filtrat yang tak berwarna, dapat dibuang dengan aman ke bak cucian.
Selanjutnya endapan yang masih tertinggal dikertas saring di cuci dengan
aquades untuk menghilangkan pengotornya. Selanjutnya, endapan hitam
tersebut dipindahkan ke gelas kimia dan ditambahkan asam sulfat 50%. Tujuan
penambahan asam sulfat ini adalah untuk membentuk tembaga sulfat dengan
reaksi :
CuO(s) + H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + H2O(l)
Setelah ditambahkan asam sulfat, terbentuk larutan berwarna biru.
Kemudian larutan ini didinginkan dalam lemari pendingin selama satu minggu
untuk memperoleh kristal CuSO4 (tembaga vitriol). Setelah melewati proses
pendinginan selama satu minggu diperoleh kristal tembaga vitriol, yang
selanjutnya didekantasi.

VI. SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan uraian pembahasan yang telah
dijabarkan, dapat diberikan beberapa simpulan sebagai berikut.

1. CuCl merupakan endapan yang berwana putih yang mudah dioksidasi


oleh oksigen dari udara menjadi Cu2+
2. Kristal tembaga vitriol terbentuk setelah didinginkan selama satu
minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton and Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas
Indonesia
Fitrony., Rizqy Fauzi, Lailatul Qadariyah, dan Mahfud. 2013. Pembuatan Kristal
Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas
Kumparan. Surabaya: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Gould, Edwin S. 1995. Inorganic Reaction and structure. New York : Holt,
Rinehart and Winston, Inc.
Greenwood, NN and A. Earshou. 1997. Chemistry of the Elements 2nd Edition.
Greet Bretonian : Elseuies Utd.

Sudria, IB dan Manimpan Siregar. 2002. Kimia Anorganik II. Singaraja : IKIP Neeri
Singaraja
Svehla. 1990. Buku teks Analisis Anorganik Makro dan Semimakro. Jakarta : PT
Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai