Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN MENOPAUSE


DI PUSKESMAS PERAK TIMUR

ENDAH PUSPADINA
P27824420024

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KELAS ALIH JENJANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Menopause Ini Dilaksanakan Di


Puskesmas Perak Timur
Periode Praktikum Tanggal 19 April s.d. 7 Mei 2021

Surabaya, April 2021

Ttd
Nama Mahasiswa

(Endah Puspadina)
NIM. P27824420024

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan Pembimbing Pendidikan

(Natrini Widyastuti S.ST) (Ervi Husni, S.Kep.Ns., M.Kes) (Novita Eka K.W.,S.ST,M.Keb)
NIP.198102232006042019 NIP.197003181990012001 NIP.198411302009122001

Mengeahui,
Ka Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.,M.Kes


NIP.196702061990032003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat
kasih yang dianugrahkanNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Asuhan
Kebidanan pada Wanita Menopause, sebagai salah satu syarat menyelesaikan
praktik D4 Kebidanan pada Program Studi D4 Kebidanan Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Dalam penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya
2. Astuti Setyani, SST., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya
3. Dwi Purwanti, SST., S.Kp., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D4
Kebidanan
4. dr. Nurul Hidayah selaku Kepala Puskesmas Perak Timur
5. Ervi Husni, S.Kep.Ns., M.Kes selaku pembimbing pendidikan atas masukan
dan bimbingannya
6. Novita Eka Kusuma W., S.ST, M.Keb selaku pembimbing pendidikan atas
masukan dan bimbingannya
7. Natrini Widyastuti, S.ST selaku pembimbing lahan atas masukan dan
bimbingannya
8. Serta pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga proposal ini berguna bagi semua pihak
yang memanfaatkan.

Surabaya, April 2021


Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perjalanan hidupnya,wanita mengalami banyak proses pertumbuhan
dan perkembangan,sampai suatu saat pertumbuhan dan perkembangan akan
terhenti pada suatu tahapan sehingga banyak perubahan yang terjadi pada fungsi
tubuh wanita.Perubahan ini akan terjadi seiring peningkatan usia sampai akhirnya
wanita akan mencapai titik yang dinamakan menopause (Mulyani, 2013).
Menopause dipersepsikan sebagai suatu kehilangan dan menimbulkan
perasaan tidak berharga. Wanita memiliki keyakinan dalam diri bahwa sebagai
wanita sudah merasa tidak sempurna dengan berakhirnya proses menstruasi, dan
merasa tidak subur lagi. Pandangan budaya dan individual memengaruhi persepsi
wanita berhubungan dengan proses menopause dan gejala-gejala yang
ditimbulkan dari menopause (Kusmiran,2011) serta terdapat peningkatan hormon
FSH dan LH yang menyebabkan berbagai perubahan pada fisik dan psikis
(Manuaba, I. 2012).
Menopause disebabkan karena pembentukan hormone estrogen dan
progesterone dari ovarium wanita berkurang, ovarium berhenti “melepaskan” sel
telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali.
Pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormone estrogen yang sangat penting
untuk mempertahankan fisiologi tubuh.Seorang wanita yang menopause tidak
mempunyai lagi sel telur yang dapat dibuahi, bahkan siklus anovulasi ini telah
berlangsung sejak fase pre menopause (Proverawati, 2010). Hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan seperti hot flushes, kesulitan tidur/ insomnia, kenaikan
berat badan, ketidakteraturan haid, perubahan kulit, penurunan libido, kerapuhan
tulang, inkontinensia urin dan kekeringan vagina. [ CITATION Lin19 \l 1057 ].
Wanita menopause dapat mengalami gangguan pada kualitas tidurnya atau
insomnia. Penelitian yang dilakukan Dijk (2014) mengatakan bahwa 50% dari
wanita menopause mengalami ganguan tidur. Gangguan tidur ini dapat
mengakibatkan penurunan kualitas hidup, penurunan konsentrasi, perubahan
mood dan fungsi fisiologis, termasuk fleksibilitas metabolisme dan resistensi
insulin, dan menyebabkan peningkatan risiko CVD dan PJK. Kualitas tidur
penting untuk diukur pada wanita yang sudah memasuki masa menopause, agar
dapat diupayakan tindakan peningkatan kualitas tidur pada wanita yang sudah
memasuki masa menopause.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan melakukan asuhan kebidanan menopause secara
komprehensif dengan gangguan pola tidur dengan pendekatan manajemen varney,
dan dokumentasi dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengumpulan data dan menganalisa data subjektif dan
objektif pada menopause dengan gangguan pola tidur.
2. Mampu menganalisa interpretasi data yang telah dikumpulkan untuk
menentukan diagnosa pada menopause.
3. Mampu menganalisa identifikasi diagnosa dan masalah potensial yang
ditemukan serta melakukan antisipasi terhadap masalah potensial pada
menopause dengan gangguan pola tidur.
4. Mampu menetapkan kebutuhan tindakan segera pada menopause dengan
gangguan pola tidur.
5. Mampu menganalisa perencanaan asuhan kebidanan pada menopause dengan
gangguan pola tidur.
6. Mampu menganalisa penatalaksanaan dari perencanaan Asuhan Kebidanan
pada menopause dengan gangguan pola tidur.
7. Mampu menganalisa evaluasi untuk menilai keefektifan dari pemberian
Asuhan Kebidanan pada menopause dengan gangguan pola tidur.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu
kebidanan, khususnya Asuhan Kebidanan pada menopause dengan gangguan pola
tidur.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai tambahan masukkan dalam meningkatkan
wawasan mahasiswa untuk mengetahui asuhan kebidanan pada
menopause dengan gangguan pola tidur.
2. Bagi Institusi
Sebagai literatur/bahan kepustakaan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan kebidanan dan terkhususnya dalam penanganan pada
menopause dengan gangguan pola tidur.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori Menopause


2.1.1 Pengertian Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata men yang berarti bulan
dan peuseis yang berarti ‘penghentian sementara’. Sebenarnya, secara linguistik
kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti ‘masa berhentinya
menstruasi’. Dalam pandangan medis, menopause didefinisikan sebagai masa
penghentian haid untuk selamanya. Menopause merupakan saat terjadinya haid
atau menstruasi terakhir (Prawirohardjo, 2007). Menopause juga bisa diartikan
masa berhentinya menstruasi untuk selamanya biasanya menopause terjadi pada
wanita 45–55 tahun. Diagnosis menopause dibuat setelah berhenti menstruasi
kurang lebih satu tahun, berhentinya menstruasi dapat didahului oleh siklus
menstruasi yang panjang dengan pendarahan yang berkurang. Umur waktu
terjadinya menopause bisa dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan, dan pola hidup
(Andira, 2010).
Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12 bulan haid tidak datang lagi,
maka ditetapkan menopause sebenarnya. Sebelum menghadapi masa menopause
secara alamiah, seseorang akan dihadapkan pada masa premenopause yang terjadi
3–5 tahun sebelum menopause sebenarnya. Pada tahap ini keluhan klimakterium
mulai berkembang. Selanjutnya diikuti pada tahap menopause sampai akhirnya
post menopause yaitu tahap awal setelah 12 bulan tidak haid. Tahap post
menopause akan dihadapi semua wanita menopause baik yang alamiah maupun
menopause dini karena insidensi tertentu. Gabungan premenopause dan
postmenopause disebut masa perimenopause. Pada masa inilah terjadi keluhan
yang memuncak (Reid, 2014).
2.1.2 Penyebab Menopause
Marettih (2012), mengatakan wanita pada usia 45 tahun akan mengalami
penuaan indung telur sehingga tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan akan
hormon estrogen dan progesterone yang berpengaruh pada siklus menstruasi.
Estrogen dikenal sebagai hormon wanita yang utama bersama dengan
progesteron, seperti vagina, uterus, dan organ wanita lainnya tergantung
keberadaan esterogen pada tubuh sampai usia dewasa. Pengaturan estrogen
membuat terjadinya perubahan setiap bulannya dan mempersiapkan uterus
untuk terjadinya kehamilan.
Menurut Rebecca dan Brown menyebutkan bahwa hormone yang
berperan dalam siklus menstruasi ialah hormone estrogen dan progesteron yang
diproduksi oleh ovarium, serta hormone FSH (Folicel Stimulating Hormone)
dan LH (Luteineizing Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis diotak,
berada dalam kadar yang tidak seimbang.Proses menstruasi terdapat dua faktor
yang berperan,pertamasedikitnya folikel yang matang mengakibatkan produksi
estrogen menurun selama dua minggu pertama siklus. Karena tidak ada sel telur
yang matang dalam folikel, maka sel telur tidak bisa dilepaskan. Jika ovulasi
tidak terjadi, maka tidak ada progesterone yang diproduksi oleh korpus luteum
pada paruh kedua siklus. Estrogen akan terus membentuk lapisan endometrium
tanpa diimbangi efek dari progesterone yang berdampak pada tidak terjadi
menstruasi. Faktor Kedua, ovarium yang tidak bisa mengeluarkan sel telur yang
matang akan mengakibatkan kadar estrogen turun menjadi sangat rendah,
sehingga lapisan endometrium tidak terstimulasi untuk menyiapkan sel telur
yang dibuahi. Hal ini juga berdampak pada tidak terjadinya siklus menstruasi
(Ismiati, 2010).
2.1.3 Periode Menopause
1. Pre-menopase
Fase ini merupakan fase dimana menstruasi mulai tidak teratur
antara usia 45-55 tahun, dengan pendarahan haid yang memanjang
dan relatif banyak (Prawirohardjo, 2006).Fase ini ditandai dengan
folikel dalam ovarium mulai berkurang dan berhenti memproduksi
estradirol, sehingga kelenjar hipofisa berusaha merangsang ovarium
untuk menghasilkan estrogen. Kemudia menyebabkan kadar FSH, LH
dan estrogen bervariasi meningkat dan menurun, kadar FSH, LH dan
estrogen yang bervariasi ini menyebabkan wanita mulai merasakan
geala vasomotor atau keluhan menopause (Baziad, 2003).
2. Menopause
Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya
menstruasi. Menopause biasanya terjadi antara usia 56-60 tahun.
Dikatakan menopause jika dalam 12 bulan terakhir tidak mengalami
menstruasi dan tidak disebabkan oleh hal patologis. jumlah folikel
yang mengalami atresia terus meningkat sampai tidak tersedia lagi
folikel yang cukup dan produksi estrogen berkurang dan tidak terjadi
haid lagi. Pada fase menopause kadar FSH akan tinggi dan kadar
estradirol rendah (Baziad, 2003).
3. Pasca menopause
Pascamenopause yaitu ketika seseorang wanita telah mampu
menyesuaikan dengan kondisinya, berlangsung kurang lebih 3-5
tahun setelah menopause, antara usia 60 tahun. Fase post menopause
ovarium tidak berfungsi lagi dan kadar gonadropin akan meningkat,
sehingga menyebabkan produksi inhibin berhenti akibat tidak
tersedianya jumlah folikel yang cukup (Baziad, 2003)
2.1.4 Tanda dan gejala klinis menopause
Menopause ternyata memberi pengaruh ketidaknyamanan. Gejala
menopause dapat dikelompokkan menjadi gejala vasomotor, gejala psikis, dan
gejala urogenital. Berikut dikemukakan beberapa gejala yang sering muncul pada
kondisi menopause, antara lain: (Aqila, 2010)
1. Gejala Vasomotor
1) Hot flashes
Hot flashes yaitu perasaan panas, gerah bahkan rasa seperti
terbakar pada area wajah, lengan, leher, dan tubuh bagian atas
serta munculnya keringat berlebih khususnya pada malam hari.
Kondisi ini adalah kondisi yang paling sering dikeluhkan dan
menjadi pemberat utama dalam menghadapi masa klimakterium.
Keadaan ini umumnya berlangsung selama 3 sampai 5 menit,
walaupun intesitas dan durasinya bisa bervariasi pada tiap
wanita. Pada beberapa orang keluhan ini bisa disertai oleh gejala
palpitasi, rasa berdenyut pada kepala dan leher, nyeri kepala,
kadang mual, dan ansietas. Perubahan fisiologis yang dapat
terlihat adalah peningkatan temperatur tubuh, denyut, nadi dan
nafas (Reid, 2014).
Hot flashes terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam
pembuluh darah wajah, leher, dada dan punggung. Kulit menjadi
merah dan hangat disertai keringat yang berlebihan. Sekitar 75 %
wanita mengalaminya selama 1 tahun, dan 25-50%
mengalaminya selama lebih dari 5 tahun. Hot flashes dapat
berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.Keluhan hot flush
mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen
yang rendah. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif
dalam meredakan keluhan hot flush pada 90% kasus (Suparni,
2016).
2) Kesulitan Tidur
Secara normal kebutuhan tidur orang dewasa pertengahan
adalah tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur Rapist Eye
Movement (REM), mungkin mengalami Insomnia dan sulit untuk
dapat tidur. Sedangkan kebutuhan tidur dewasa tua adalah sekitar
6 jam sehari, 20-25% tidur REM, mungkin mengalami insomnia
dan sering terbangun sewaktu tidur di malam hari. Gangguan
tidur atau dapat diistilahkan insomnia sering menjadi keluhan
pada wanita menopause (Sihombing, 2010).
Menurut Lumbantobing (2007), insomnia merupakan suatu
keadaan dimana seseorang yang ingin tidur, tetapi mengalami
kesulitan untuk memulai tidur (jatuh tidur), sulit
mempertahankan keadaan tidur dan bangun terlalu pagi. Keluhan
lain yang sering terjadi adalah sering terbangun dari tidur dan
sulit untuk tidur lagi setelah bangun malam.
Kurang nyenyak dalam tidur dapat menurunkan kualitas
hidup sesorang. estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur
dan reseptor estrogen ditemukan dalam otak yang mengatur tidur
(Baziad, 2003).
Gilly A, (2003) mengatakan insomnia yang menimpa rasa
menopause dapat diakibatkan juga karena adanya keringat yang
berlebih pada malam hari sehingga menimbulkan rasa panas dan
ketidaknyamanan, selain itu juga bisa diakibatkan oleh intensitas
buang air kecil yang sering.
3) Keringat Berlebih
keringat berlebih atau disebut juga hiperhidrosis nocturnal
sering terjadi pada malam hari meskipun kondisi tubuh sedang
rileks dan cuaca tidak panas. Penurunan hormon noradrenalin
menimbulkan vasodilitasi pembuluh darah kulit, temperatur kulit
sedikit meningkat dan menimbulan perasaan panas selain itu
pada malam hari akan keluar keringat yang berlebih. Vasodilatasi
dan pengeluaran keringat tersebut menyebakan pengelauarn
panas tubuh sehingga kadang-kadang beberapa wanita
menopause mengalami kedinginan (Reid, 2014).
4) Palpitasi
Palpitasi adalah suatu kondisi ketika jantung berdetak
cepat berulang kali tanpa ada tanda-tanda berhenti. Kontraksi
prematur menyebabkan jantung berdenyut dua kali dengan sangat
cepat sehingga mengakibatkan lebih banyak darah yang
memasuki jantung pada denyutan ketiga. peningkatan jumlah
darah ini mengakibatkan jantung lebih banyak berkontraksi dan
memiliki denyutan yang kuat. Palpitasi pada masa menopause
dapat disebabkan karean adanya penrunan hormon estrogen yang
memengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis (Reid, 2014).
5) Gangguan punggung dan tulang
Rendahnya kadar estrogen menjadi salah satu penyebab
proses osteoporosis pada wanita menopause. Kadar estrogen
yang berkurang pada saat menopause, akan diikuti dengan
penurunan penyerapan kalsium yang terdapat pada makanan.
Tubuh mengatasi masalah ini dengan menyerap kembali kalsium
yang terdapat dalam tulang. Akibatnya, tulang menjadi keropos
dan rapuh. Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause
berkaitan dengan pembahasan kurangnya penyerapan kalsium.
Berdasarkan literatur yang ada diketahui bahwa kita kehilangan
sekitar 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan. Tetapi
setelah menopause, terkadang wanita akan kehilangan 2% tulang
dalam setahun (Reid, 2014).
2. Gejala Psikologis
Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan diatas, terdapat pula
gejala psikis yang menonjol pada wanita menopause seperti mudah
tersinggung, susah tidur, kecemasan, gangguan daya ingat, stress,
depresi, tertekan, gugup dan kesepian. Ada juga wanita yang
kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual,
merasa tidak dibutuhkan. Semua tanda dan gejala diatas mulai datang
pada waktu yang lebih awal yaitu sekitar 3–5 tahun sebelum
menopause atau sebanding dengan usia 40–45 tahun (Reid, 2014).
Gejala ini merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada
aspek psikologis maupun kognitif wanita (Dita Andira, 2010, p.66)
diantaranya:
1) Perubahan Emosi
Perubahan emosi disini tampak pada kelelahan mental,
menjadi lekas marah, dan perubahan suasana hati yang begitu
cepat. Biasanya perubahan yang terjadi tidak disadari oleh
wanita tersebut. Maka diperlukan pendekatan khusus seperti
obrolan ringan dengan sahabat atau siapa saja yang pernah
mengalami hal yang sama sering kali dapat menjadi dukungan
emosi terbaik.
2) Mudah Lelah
Fatigue atau bisa diebut juga mudah lelah sering kali
muncul ketika menjelang masa premenopause karena terjadi
perubahan hormonal pada wanita, yaitu terutama hormon
estrogen (Proverawati, 2010).
3) Penurunan Daya Ingat dan Mudah Tersinggung
Penurunan kadar estrogen berpengaruh terhadap
neurotransmiter yang ada di otak. neurotransmiter yang terdapat
di otak antara lain: dopamin, serotonin, dan endorfin. dopamin
mempunyai fungsi untuk mempengaruhi emosi, sistem
kekebalan tubuh, dan seksual. kadar dopamin dipengaruhi oleh
estrogen, selain itu endorfin dapat merangsang terbentunya
dopamin. serotonin berfungsi untuk mempengaruhi suasana hati
dan aktivitas istirahat. sedangkan endorfin menjalankan fungsi
yang berhub ungan dengan ingatan dan persaan seperti rasa
nyeri, sakit. Penurunan kadar endorfin, dopamin, dan serotonin
tersebut dapat mengakibatkan gangguan yang berupa
menurunnya daya ingat dan suasana hati yang sering berubah
atau mudah tersinggung (Proverawati, 2010).
4) Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan dan kesedihan. Wanita menopause yang
mengalami depresi akan lebih sering merasa sedih karena
kehilangan kemampuan reproduksinya. Pada masa menopause,
anak-anak yang sudah tumbuh dewasa cenderung sibuk dengan
urusan masing-masing, saat itulah wanita menopause benar-
benar merasa kehilangan perannya.
Wanita menopause terjadi perubahan suasana
hatiatauemosional yangberlangsung drastis, merasatertekan,
terpuruk. Gejala depresi diantaranya murung atau letih, sulit
tidur pulas terutama menjelang dini hari, lelah terus- menerus,
sulit membuat keputusan, rasa bersalah, rasa sedih dan
dorongan untuk menangis, terkadang penderita depresi
cenderung suka makan, minum, merokok, dan terkadang bisa
pula kehilangan nafsu makan (Dita Andira,2010).
3. Gejala Urogenital
1) Vagina Kering
Vagina kering akibatnya sakit saat melakukan hubungan
seks. Keringnya vagina dapat terjadi karena penurunan produksi
hormon estrogen yang secara berangsur–angsur meminimalkan
pengeluaran cairan vagina. Selain itu otot– otot vagina juga
semakin kendur dan daya kontraksinya lebih rendah. Hal ini
secara tidak langsung nantinya berdampak pada menurunnya
libido (Reid, 2014).
Penurunan kadar estrogen menyebabkan vagina menjadi
kering dan kurang elastis. Oleh karena itu sebagian wanita
menopause akan merasakan sakit saat berhubungan seksual.
Biasanya wanita menopause juga akan merasakan gatal pada
daerah vagina. Kondisi tersebut menyebabkan wanita
menopause rentan terhadap infeksi vagina (Reid, 2014).
2) Masalah pada Kandung dan Saluran Kemih
Kadar estrogen yang rendah akan menimbulkan penipisan
pada jaringan kandung kemih dan saluran kemih. Menurunnya
kadar estrogen juga akan menyebabkan terjadinya penurunan
kontrol dari kandung kemih sehingga sulit untuk menahan
untuk buang air kecil. Adanya gejala lemahnya otot disekitar
kandung kemih, akan meningkatkan resiko terkena infeksi
saluran kemih (Reid, 2014).
2.2 Gangguan Pola Tidur
2.2.1 Pengertian Tidur
Tidur merupakan kebutuhan mental dan juga kebutuhan fisik bagi manusia,
karena pada saat tidur akan memberikan kesempatan bagi otot untuk beristirahat.
Tidur juga merupakan waktu saat segala pengalaman yang dirasakan oleh manusia
setiap harinya diproses dan diintegrasikan oleh pikiran. Hal ini benar-benar sangat
berpengaruh, namun segala sesuatunya tergantung pada seberapa nyenyak tidur.
2.2.2 Penyebab Gangguan Pola Tidur Pada Menopause
Gangguan tidur berkaitan dengan adanya fluktuasi hormon estrogen dan
progesteron yang terjadi pada masa perimenopause maupun menopause. Fluktuasi
hormon ini dapat mempengaruhi banyak hal, mulai dari tingkat stres, suasana hati
hingga suhu tubuh. Perubahan hormonal ini juga dapat menganggu jam biologis
tubuh sehingga perempuan sulit mendapatkan tidur nyenyak yang cukup. Salah
satu gangguan tidur yang mungkin dirasakan perempuan perimenopause atau
menopause adalah terbangun beberapa kali saat tidur malam.
2.2.3 Cara Mengatasi Gangguan Pola Tidur Pada Menopause
1. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola tidur secara teratur
2. Menganjurkan untuk menghindari cafein, alkohol dan kegiatan yang
membuat stress
3. Menganjurkan untuk mandi hangat di malam hari
4. Menganjurkan minum yogurt atau susu sebelum tidur
5. Mengelola emosi dengan baik
6. Menjaga Kesehatan fisik
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Manajemen Kebidanan dan langkah-langkah Asuhan Kebidanan. Menurut
Varney (2004), adalah sebagai berikut :
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan,
dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses periodik
dimulai dengan membentuk kerangka lengkap yang dapat menjadi langkah-
langkah tertentu dan dapat berubah sesuai dengan keadaan pasien. Adapun
pelaksanaan menggunakan manajemen kebidanan tujuh langkah Varney
tersebut adalah sebagai berikut :
2.2.1 Pengumpulan dan pengkajian data
1) Data Subyektif
(1) Biodata
Nama : Sabagai identitas, digunakan supaya dapat mengenal
atau memanggil nama ibu san untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama
Umur : digunakan untuk mengetahui klien dalam masa
reproduksi atu tidak. Usia menopause berkisar antara
45-55 tahun
Agama : Data ini digunakan untuk mengetahui kepercayaan ibu
terhadap agama yang dianutnya, mengenali hal-hal
yang berkaitan dengan masalah asuhan yang akan
diberikan, membimbing/mengarahkan ibu dalam
berdoa, dan dapat memberi motivasi sesuai agamanya,
serta untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kesehatan selama bersalin.
Pendidikan : pemberian konseling disesuaikan dengan tingkat
pendidikan ibu
Pekerjaan : Untuk mengetahui aktivitas dan tingkat sosial
ekonomi keluarga sehingga nasehat yang akan kita
berikan nanti sesuai
Alamat :Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua pasien
dengan nama yang sama     
(2) Keluhan Utama
Keluhan utama pasien meliputi apa yang ibu rasakan biasanya
mengalami kesulitan untuk tidur/ insomnia, sering terbangun waktu
tidur di malam hari, sulit mempertahankan waktu tidur, dan bangun
terlalu pagi.
(3) Riwayat Menstruasi
a. Menarche
Menarche pada wanita Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun
yang berhubungan dengan kesuburan wanita dan keluhan-keluhan
yang timbul saat menstruasi.
b. Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar
21-35 hari.
c. Lama Haid
Lama haid bervariasi tiap individu, ada yang mempunyai lama haid
kebanyakan berlangsung selama 7 – 8 hari.
d. Haid terakhir
Untuk mengetahui haid terakhir klien sehingga dapat menentukan
masa menopause
e. Keluhan
Beberapa wanita memiliki keluhan ketika mengalami menstruasi.
Keluhan yang biasanya dikeluhkan adalah dysmenorrheal/ nyeri
saat haid
(4) Riwayat Kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit menular
PMS, HIV/AIDS, penyakit kuning, TBC. Penyakit menurun seperti
hipertensi, jantung, asma dan kencing manis
(5) Riwayat Kesahatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita
penyakit menular PMS, HIV/AIDS, penyakit kuning, TBC. Penyakit
menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan kencing manis
(6) Riwayat Pernikahan
Adalah untuk mengetahui status perkawinan, jika menikah apakah
ini pernikahan yang pertama apakah pernikahan “bahagia” jika
belum menikah apakah terdapat hubungan yang bersifat
mendukung (Farrer, 2006).
(7) Riwayat KB
Yang perlu kaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB.
Kalau pernah, kontrasepsi apa yang pernah digunakan, berapa lama
keluhan pada saat ikut KB, alasan berhenti KB (Varney, 2004).
(8) Pola Kebiasaan
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari dalam
menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makanan sehari-
hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2006).
a. Pola Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan
mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada
pasien (Susilawati, 2008).
b. Pola Eliminasi
Untuk mengetahui BAB dan BAK berapa kali sehari warna dan
konsistensi (Susilawati, 2008).
c. Pola Istirahat
Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama
ibu tidur pada malam hari, apakah terdapat gangguan (Susilawati,
2008).
d. Pola Hygiene
Mengkaji berapa kali ibu mandi dalam sehari dan bagaimana
kebersihan gigi dan mulut karena ibu menopause mengalami
penururnan jumlah kalsium
(9) Pola Psikologis
Dengan menggunakan psikologi kesehatan maka akan diketahui
gaya hidup ibu dan pengaruh psikologi kesehatan terhadap
gangguan kesehatan (Susilawati, 2008).
Data psikologi ini untuk memperkuat data dari pasien terutama
secara psikologis, data meliputi dukungan suami dan keluarga
kepada ibu menopause dengan gangguan pola menstruasi
(Hartanto, 2008).
2) Data Obyektif
(1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Mengetahui keadaan umum ibu menopause yaitu
cukup (Varney, 2004).
Kesadaran : Menilai status kesadaran umum menopause yaitu
composmentis (Varney, 2004).
(2) Pemeriksaan tanda vital
a. Tekanan darah (Vital sign):
Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensidengan nilai
satuannya mmHg. Keadaan normal antara 120/80 mm/Hg
sampai 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari
30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg
dari keadaan pasien normal, keadaan pada ibu menopause
dengan gangguan pola menstruasi yaitu antara 140/90 mmHg.
b. Pengukuran Suhu :
Mengetahui suhu badan pasien, pada ibu dengan gangguan pola
tidur suhu badan normal adalah 36 0C sampai 370C.
c. Nadi :
Memberi gambaran kardiovaskuler. Pada ibu dengan gangguan
pola tidur denyut nadi normal 60-100x/menit.
d. Pernafasan :
Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit.
Pada ibu dengan gangguan pola tidur pernafasan normal 22-
24x/menit.
(3) Pemeriksaan fisik
a. Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah oedema
(Wiknjosastro, 2006).
b. Mata : Conjungtiva berwarna merah muda atau tidak, sklera
berwarna putih atau tidak, mata merah atau tidak, terdapat
kantung mata
c. Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak ada caries
atau tidak dan ada karang gigi atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
d. Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid,
tumor dan pembesaran getah bening (Farrer, 2008).
e. Payudara: Apakah ada benjolan tumor dan apakah ukurannya
simetris kanan dan kiri (Farrer, 2008)
f. Genital : Untuk mengetahui adakah kelainan (Alimul, 2006).
g. Ekstremitas : Apakah ada kelainan, lengkap atau tidak fungsi
biasa atau tidak ada oedema (Farrer, 2008).
(4) Data penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
2.2.2 Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar-benar atas data-data yang telah
terkumpul. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosa kebidanan dan masalah yang spesifik
(Ambarwati, 2008).
Diagnosa kebidanan, dengan:
Menopause umur.......tahun dengan gangguan pola tidur
Data dasar:
a. Data Subyektif
Ibu mengeluh kesulitan untuk tidur
b. Data Obyektif:
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Vital sign : TD : 130/90 mmHg, Suhu : 36-37°, Nadi : 80x/menit,
Respirasi : 20x/menit BB : 51 kg, TB : 158 cm, mata merah
memiliki kantung mata, terlihat lelah
4. Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai
dengan keadaan pasien (Nursalam, 2008). Masalah yang sering
ditemukan pada menopause dengan gangguan pola tidur adalah
ibu merasa cemas dengan keadaannya.
5. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang di butuhkan pasien dan yang
belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang di dapatkan
dengan melakukan analisis data (Verney, 2004).
Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu menopause dengan gangguan
pola tidur adalah memberikan konseling mengenai perubahan yang
terjadi selama menopause dan masalah yang sering muncul pada
masa menopause (Purwoastuti, 2008).
2.2.3 Diagnosa Potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentigikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi (Ambarwati,
2008). Pada kasus ibu menopause dengan gangguan pola tidur diagnosa
potensialnya terjadi resiko munculnya berbagai penyakit lain seperti
hipertensi dan jantung.
2.2.4 Tindakan Segera
Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya melakukan konsultasi atau
penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien (Soepardan, 2007).
2.2.5 Perencanaan
Rencana tindakan yang dapat dilakukan untuk asuhan kebidanan pada
ibu menopause dengan gangguan pola tidur adalah :
1. Memberitahukan ibu tentang menopause.
2. Memberitahukan ibu tentang gejala serta masalah yang muncul pada
menopause.
3. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola tidur secara teratur
4. Menganjurkan untuk menghindari cafein, alkohol dan kegiatan yang
membuat stress
5. Menganjurkan untuk mandi hangat di malam hari
6. Menganjurkan minum yogurt atau susu sebelum tidur
2.2.6 Pelaksanaan
Merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang telah direncanakan
secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan
pasien adalah tetap tanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama
yang menyeluruh (Varney, 2007).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada menopause dengan gangguan pola
tidur sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
2.2.7 Evaluasi
1. Ibu mengerti penjelasan menopause
2. Ibu mengetahui gejala-gejala pada menopause
3. Ibu bersedia mengatur pola tidurnya
4. Ibu bersedia menghindari cafein, alkohol dan kegiatan yang membuat
stress
5. Ibu bersedia mandi air hangat di malam hari
6. Ibu bersedia minum yogurt/ susu di malam hari
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Hari/tanggal : Rabu, 21 April 2021


Tempat Pengkajian : Puskesmas Perak Timur
Oleh : Endah Puspadina
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Bangsa/Suku : Indonesia/ jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : tidak bekerja
Alamat : semut baru
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kesulitan untuk tidur
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 24 tahun, dengan suami sekarang sudah
31 tahun 
4. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : Teratur
Lamanya : 7 hari
Dismenorhea : ya
Haid Terakhir : 2 tahun yang lalu
6. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menurun seperti hipertensi, DM,
asma, dan penyakit kronis seperti jantung, serta penyakit menular seperti hepatitis,
TBC, HIV dan AIDS.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga tidak menderita penyakit menurun seperti
hipertensi, DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung, serta penyakit menular
seperti hepatitis, TBC, HIV dan AIDS.
8. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan 2 kali sehari waktu berbuka dan sahur, minum 5 gelas perhari
b. Eliminasi
BAB 2 hari sekali, konsistensi lembek, warna kuning
BAK 3 kali sehari, spontan, warna kuning, bau khas
c. Istirahat
Ibu tidak tidur siang, ibu tidur malam 6 jam
d. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali
sehari
9. Pola Psikologis
Hubungan ibu dengan suami baik, ibu menerima keadaan ini karena sudah
memasuki masa menopause, suami dan keluarga juga mengerti keadaan ibu
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : composmentis
2. Pemeriksaan tanda vital
1) Tekanan darah (Vital sign): 140/90 mmHg
2) Pengukuran Suhu : 36,8oC
3) Nadi : 84x/menit
4) Pernafasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan fisik
1) Muka : muka tidak pucat, tidak oedem
2) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, mata merah,
terdapat kantung mata
3) Mulut : mulut bersih, terdapat karies gigi
4) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid,
tumor dan pembesaran getah bening
5) Payudara : tidak ada benjolan pada payudara
6) Genital : tidak ada kelainan
7) Ekstremitas :
Atas : tidak oedem
Bawah : tidak oedem
4. Data penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
C. Analisa Data
Wanita Menopause usia 55 tahun dengan gangguan pola tidur
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan ibu tentang menopause.
2. Memberitahukan ibu tentang gejala serta masalah yang muncul pada
menopause.
3. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola tidur secara teratur
4. Menganjurkan untuk menghindari cafein, alkohol dan kegiatan yang
membuat stress
5. Menganjurkan untuk mandi hangat di malam hari
6. Menganjurkan minum yogurt atau susu sebelum tidur
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa menopause merupakan masa dimana terjadi penurunan hormone-
hormon yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan fisik dan emosional
sehingga terjadi ketidaknyamanan pada saat menopause. Salah satu
ketidaknyamanan menopause yaitu gangguan pola tidur. Gangguan tidur berkaitan
dengan adanya fluktuasi hormon estrogen dan progesteron yang terjadi pada masa
perimenopause maupun menopause. Fluktuasi hormon ini dapat mempengaruhi
banyak hal, mulai dari tingkat stres, suasana hati hingga suhu tubuh. Perubahan
hormonal ini juga dapat menganggu jam biologis tubuh sehingga perempuan sulit
mendapatkan tidur nyenyak yang cukup. Pada Ibu menopause dengan gangguan
tidur dapat diberikan penjelasan tentang fisiologis dan masalah-masalah yang
sering muncul saat menopause.
4.2 Saran
Diharapkan klien dapat menerapkan KIE dan penanganan mengenai
masalah yang dikeluhkan yaitu gangguan pola tidur sehingga keluhan yang
dialami bisa diatasi dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2011.Kesehatan Dalam Usia Menopause, Dan Perubahan


Yang TerjadiPada Masa Menopause. Jakarta:Salemba Medika.
Ali.2013. Menopause Dan Andropause. Edisi1. Jakarta.
Atikah,P. 2011. Menopause dan Sindrom Pre Menopause. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Brick,Lynee. 2012. Gejala Menopause. Jakarta :PT.Rajagrafindo Persada Copra.
Lestary, D. 2010. Seluk Beluk Menopause.Yogyakarta :Garailmu
Manuaba IBG. 2010. llmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Proverawati & Sulistyawati. 2010. Menopause Dan Sindrom Premenopause.
Yogyakarta :
Nuha Medika
Purwoastuti, E. 2008. Menopause, Siapa Takut?. Yogyakarta : Kanisius
Smart, A. 2010. Bahagia Di Usia Menopause. Yogyakarta : A Plus Books
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai