Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR 

KECELAKAAN LALU LINTAS

OLEH

KELOMPOK :

SRI RAHAYU

SRI JUNIATI

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
AL – INSYIRAH
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat


Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Kecelakaan Lalu Lintas“, yang merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi salah satu mata kuliah di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang yaitu Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
dosen dalam mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular dan kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat dan
menambah pengetahuan bagi semua pihak.

Tembilahan, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................1

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

2.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas.................................................................3

2.2 Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas........................................................4

2.3 Klasifikasi Kecelakaan lalu Lintas..............................................................6

2.4 Faktor Risiko Kecelakaan Lalu lintas.........................................................7

2.5 Dampak Kecelakaan Lalu Lintas................................................................9

2.6 Upaya Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas...............................................9

BAB 3 : KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................15

3.1 Kesimpulan................................................................................................15

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.......................15

3.2 Saran..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB 1:PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tidak menular (PTM) dan pengendalian faktor risikonya berhubungan
erat dengan determinan kualitas hidup, yaitu tingkat pendidikan dan sosial ekonomi.
Memasuki abad ke-21 pola penyakit di Indonesia menunjukkan perubahan pada transisi
epidemiologi, yaitu dari pola penyakit dan kematian yang semula didominasi oleh
penyakit infeksi bergeser ke penyebab kematian karena penyakit non infeksi (Non
Communicable Disease). (Yusherman, 2008)
Jumlah orang yang berpergian secara internasional meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data statistik dari World Tourism Organization, turis pendatang internasional
pada tahun 2006 melampaui 840 juta orang. Pada tahun 2006, mayoritas turis
internasional (sekitar 410 juta orang) mempunyai tujuan untuk berwisata, rekreasi dan
liburan (51%). Sedangkan untuk keperluan bisnis ialah 13% (131 juta orang) dan 27%
(225 juta orang) berpergian dengan tujuan lain seperti mengunjungi keluarga, urusan
ibadah, dan urusan kesehatan. Sisanya

sebanyak 8% mempunyai tujuan yang tidak dapat diklasifikasikan. (WHO, 2008)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari kecelakaan lalu lintas ?
2. Apakah epidemiologi dari kecelakaan lalu lintas ?
3. Apa saja klasifikasi kecelakaan lalu lintas ?
4. Apa saja faktor risiko dari kecelakan lalu lintas ?
5. Apakah dampak dari kecelakaan lalu lintas ?
6. Bagaimana cara mencegah kecelakaan lalu lintas ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari kecelakaan lalu lintas
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari kecelakaan lalu lintas
3. Untuk mengetahui klasifikasi kecelakaan lalu lintas

1
4. Untuk mengetahui faktor risiko dari kecelakan lalu lintas
5. Untuk mengetahui dampak dari kecelakaan lalu lintas

6. Untuk mengetahui cara mencegah kecelakaan lalu lintas

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada
penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis dan ditemukan, agar tindakan korektif
kepada penyebab itu dapat dilakukan serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan
dapat dicegah. Kecelakaan merupakan tindakan tidak direncanakan dan tidak terkendali,
ketika aksi dan reaksi objek, bahan, atau radiasi menyebabkan cedera atau kemungkinan
cedera (Heinrich, 1980). Menurut D.A. Colling (1990) yang dikutip oleh Bhaswata (2009)
kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol
yang dapat disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-
kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan
cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan property ataupun kejadian yang
tidak diinginkan lainnya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan
satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya
(korban) (WHO, 1984). Menurut F.D. Hobbs (1995) yang dikutip Kartika (2009)
mengungkapkan kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit diprediksi kapan
dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi
juga kematian. Kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring
pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan.
Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan
lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak diduga dan tidak
diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu

2
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma,
kecacatan, kematian dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).

2.2 Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta
orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari
kematian global, dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan. (Yusherman,
2008)
Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat 9 (WHA) penyebab
utama faktor resiko, penyakit dan kematian dan meliputi 2,6% dari kehilangan kualitas
hidup secara global. Selain itu pada tahun 2020 diperkirakan angka kecelakaan lalu lintas
menduduki urutan ke-3 di atas masalah kesehatan lain seperti malaria, TB paru, dan
HIV/AIDS berdasarkan proyeksi penyakit secara global. (Yusherman, 2008)
Pada tahun 2002, 90% dari kematian global karena kecelakaan lalu lintas terjadi di
negara-negara dengan penghasilan rendah sampai sedang. Cedera karena kecelakaan lalu
lintas secara tidak seimbang menimpa golongan miskin di negara- negara tersebut, dengan
sebagian besar korban ialah pemakai jalan yang rentan seperti pejalan kaki, pengendara
sepeda, anak-anak, dan penumpang. (Yusherman, 2008)
Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut wilayah
secara geografi. Lebih dari separuh kematian karena kecelakaan lalu lintas jalan terjadi di
Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat dan angka tertinggi

kecelakaan terjadi di wilayah Afrika. (Yusherman, 2008) Risiko kecelakaan lalu lintas
bervariasi menurut tingkat ekonomi negara. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi
tinggi, mayoritas korban kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi dan penumpang,
sedangkan di negara dengan tingkat ekonomi rendah sampai sedang, sebagaian besar
kematian terjadi pada pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan pemakai kendaraan
umum. Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah
pengendara sepeda motor dengan golongan umur 1555 tahun dan berpenghasilan rendah,
dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami
korban kecelakaan. Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena
kecelakaan masih cukup tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya

3
dapat dilakukan melalui tatalaksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian
kecelakaan maupun setelah sampai di sarana pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)
Dampak ekonomi karena kecelakaan lalu lintas meliputi biaya perawatan
kesehatan yang lama, kehilangan pencari nafkah, kehilangan pendapatan karena
kecacatan yang secara bersama menyebabkan keluarga korban menjadi miskin dan hal ini
biasanya terjadi di negara-negara yang tingkat ekonominya rendah sampai sedang. Secara
ekonomi kerugian karena kecelakaan lalu lintas tersebut sekitar 1-2,5% dari pendapatan
domestik bruto. Sedangkan di Indonesia, kerugian ekonomi karena kecelakaan pada tahun
2002 diperkirakan sebesar 2,91%. (Yusherman, 2008)
Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan, sepanjang tahun itu terjadi sedikitnya
57.726 kasus kecelakaan di jalan raya. Artinya, dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu
kasus kecelakaan.(Departemen Perhubungan, 2010)
Jika dihitung dari pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia tahun itu, kerugian
ekonominya mencapai lebih dari Rp 81 triliun. Jumlah tersebut meliputi perhitungan
potensi kehilangan pendapatan para korban kecelakaan, perbaikan fasilitas infrastruktur
yang rusak akibat kecelakaan, rusaknya sarana transportasi yang terlibat kecelakaan, serta
unsur lainnya. (Departemen Perhubungan, 2010)
Badan kesehatan dunia WHO mencatat, hingga saat ini lebih dari 1,2 juta nyawa
hilang di jalan raya dalam setahun, dan sebanyak 50 juta orang lainnya menderita luka
berat. Dari seluruh kasus kecelakaan yang ada, 90% di antaranya

terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kerugian materiil yang


ditimbulkan mencapai sekitar 3 % dari PDB tiap-tiap negara. (Departemen Perhubungan,
2010)

Kondisi inilah yang memicu PBB untuk mengeluarkan resolusi dengan membentuk
Global Road Safety Partnership (GRSP) di bawah pengawasan WHO pada tahun 2006,
dengan tujuan utama menekan angka kecelakaan dan tingkat fatalitas yang ditimbulkan
terhadap korban-korbannya. PBB meminta negara- negara anggotanya untuk membuat
kebijakan-kebijakan strategis baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk
meminimalisasi jumlah maupun akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan jalan raya.
(Departemen Perhubungan, 2010)
Kemudian di Indonesia diterjemahkan dengan membentuk suatu kelompok
partnership yang namanya juga Global Road Safety Partnership (GRSP) Indonesia

4
atau dengan falsafahnya yang dikenal sebagai Gotong Royong Selamatkan Pengguna
Jalan. (Departemen Perhubungan, 2010), (Departemen Komunikasi dan Informatika,
2008)
Sebagai gambaran, angka korban tewas akibat peristiwa kecelakaan lalu- lintas di
Jawa Barat setahun terakhir ini mencapai 15.965 orang, luka berat sebanyak 43.458
orang, dan yang mengalami luka ringan tercatat sebanyak 24.355 orang.(Nanang
Sutisna, 2010)
Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi kapan saja. Namun terdapat saat-saat dimana
jumlah dapat meningkat seperti pada saat menjelang Idul fitri dimana terjadi arus
mudik besar-besaran. Seperti yang disebutkan Posko Mudik Lebaran Departemen
Perhubungan pada seluruh akses jalan tol di Pulau Jawa Tahun 2009, mencatat
jumlah kecelakaan yang meningkat 54% dari rentang waktu yang sama pada tahun
lalu.(Kompas, 2009)

Sekitar 70% kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di jalan raya di Indonesia


disebabkan oleh para pengendara sepeda motor, kata pakar transportasi, Djoko
Setyowarno.(Antara News, 2008)

2.3 Klasifikasi Kecelakaan lalu Lintas


Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas

dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:


1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang.
2) Kecelakaan Lalu Lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
3) Kecelakaan Lalu Lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.

2.4 Faktor Risiko Kecelakaan Lalu lintas


Dari seluruh kecelakaan yang terjadi di jalan raya, faktor kelalaian manusia
(human error) memiliki kontribusi paling tinggi. Yaitu mencapai antara 80-90%
dibandingkan faktor ketidaklaikan sarana kendaraan yang berkisar antara 5-10%,
maupun akibat kerusakan infrastruktur jalan (10-20 persen).(Departemen

5
Perhubungan, 2010)

Ada beberapa faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan yaitu manusia,


kendaraan, jalanan dan lingkungan (lingkungan fisik dan ekonomi).
1. Faktor manusia: pejalanan kaki, penumpang sampai pengemudi.
Faktor manusia ini menyangkut disiplin berlalu lintas.
a. Faktor pengemudi: dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menentukan
KLL. Faktor pengemudi ditemukan memberikan kontribusi 75-80% terhadap
KLL. Faktor manusia yang berada di belakang kemudi ini memegang peranan
penting. Karakteristik pengemudi berkaitan dengan:
- Keterampilan mengemudi
- Gangguan kesehatan (mabuk, ngantuk, letih)
- SIM: tidak semua pengemudi tidak memiliki SIM. Jika ada pemeriksaan “tilang”,
maka tidak jarang alasan tilang berhubungan dengan ketidaklengkapan
administrasi, termasuk izin mengemudi.
Secara khusus faktor-faktor pengemudi yang perna diteliti (al. Oleh Boediharto
dkk) adalah:
1) Perilaku pengemudi: ngebut, tidak disiplin/melanggar rambu
2) Kecakapan mengemudi: pengemudi baru/ pengemudi belum
berpengalaman melalui jalanan
3) Mengantuk pada waktu mengemudi
4) Mabuk pada waktu mengemudi
5) Umur pada waktu mengemudi
6) Umur pengemudi 20 tahun atau kurang dan 55 tahum atau lebih

Besar resiko KLL Bermotor (Hanlon, 309):


- Pemakain alkohol: 4,80%
- Bermotot kencang: 4,40%
- Tidak menggunakan sabuk pengaman: 0,60%
KLL dapat mengakibatkan berbagai cedera sampai kematian seperti: cedera
kepala, fraktura, pecah limpa. Cedera kepala merupakan bentuk cedera yang
paling sering dan berbaha dan menjadi penyebab utama kematian. Keadaan ini
umumnya terjadi pada pengemudi motor.
b. Faktor penumpang: misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun

6
barangnya) yang berlebihan. Secara psikologis ada juga kemungkinan penumpang
mengganggu pengemudi.
c. Faktor pemakai jalanan: pemakai jalan di Indonesia bukan saja terjadi dari
kendaraan. Di sana ada pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu jalan raja
dapat menjadi tempat numpang pedagang kaki lima, peminta-minta dan
semacamnya. Hal ini membuat semakin sempitnya keadaan dijalan. Jalan umu
juga dipakai juga sebagai sarana perparkiran.
2. Faktor kendaraan

Jenis-jenis kendaraan: jalan raya penuh dengan berbagai jenis kendaraan, berupa:
a) Kendaraan tidak bermotor: sepeda, becak, gerobak, delman
b) Kendaraan bermotor: sepeda motor, roda tiga/bemo, mobil, bus, truk.
Di antara jenis kendaraan, KLL paling sering kendaraan sepeda motor. Dan juga
jika kondisi motor tidaklah dalam keadaaan yang baik maka dapat memperbesar
resiko terjadinya suatu kecelakaan.
3. Faktor jalanan: keadaan fisik jalanan, rambu-rambu jalanan.
a) Kelayakan jalan: antara lain dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu
lintas.
b) Sarana jalanan:
- Panjang jalan yang tersedia dengan jumlah kendaraan yang sangat banyak. Di
kota-kota besar tampak kemacetan terjadi dimana-mana, memancing terjadinya
kecelakaan. Dan sebaliknya jalan raya yang mulus memancing pengemudi untuk
berugal-ugalan di jalan sehingga dapat memancing terjadinya kecelakaan.
- Keadaan fisik jalanan: pengerjaan jalan yang fisiknya kurang memadai, misalnya
berlubang-lubang dapat memicu terjadinya kecelakaan.

Keadaan jalan yang berkaitan dengan kemungkunan KLL berupa:


- Struktur: datar/mendaki/menurun; lurus/berkelok-kelok
- Kondisi: baik/berlobang-lobang
- Luas: lorong, jalan tol
- Status: jalan desa, jalan provinsi/Negara

4. Faktor lingkungan: cuaca dan geografik, dapat diduga dengan adanya adanya kabut,
hujan, jalan licin akan membawa resiko KLL.

7
2.5 Dampak Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang
Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat
diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga, yaitu:
a. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal
dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling
lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
b. Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya
menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam
jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian
digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau
tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih
untuk selama-lamanya.
c. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang
tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit dari
30 hari.

2.6 Upaya Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas


Untuk mengurangi risiko terjadi kecelakaan, tidak mungkin dilakukan
dengan cara mengurangi keinginan untuk melakukan perjalanan. Sesuatu yang
mungkin adalah mengurangi lama dan intensitas kemungkinan para pengguna
jalan raya terkena risiko kecelakaan.
Tiga aspek yang harus diketahui oleh pengendara kendaraan bermotor;
a. bahaya apa saja yang mengacam tiap saat dari segala arah di jalan raya,
yang bisa membahayakan pengendara/pengemudi.
b. cara mengoperasikan kendaraan dengan baik dan benar, dan fungsi
operasional peralatan kendali kendaraan.
c. membaca dan menginterpretasikan secara cepat dan tepat situasi kondisi
dan peristiwa di jalan raya.
Jadi untuk menghindari kecelakaan lalu lintas, sebaiknya:
a. Jangan paksakan mengemudikan kendaraan bila secara fisik dan atau psikis
tidak nyaman.

8
b. Jangan paksakan mengemudikan kendaraan bila kendaraan kurang beres.
c. Hindari jalan yang rawan kecelakaan atau mengundang bahaya, kecuali anda
sesangat mahir dalam prediksi dan penanganan resiko alias manajemen
resiko.
d. Jangan mengendarai kendaraan dalam cuaca yang tidak mendukung.
Pengemudi kendaraan bermotor pada waktu mengemudi kendaraan bermotor
dijalan, wajib:
a. Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar secara normal, tidak
sembrono atau ugal-ugalan.
b. Mengutamakan keselamatan pejalan kaki, penunggang sepeda, dan
pengendara kendaraan lainnya.
c. Memiliki SIM dan STNK, sebagai tanda bukti lulus uji atau tanda bukti
lain yang sah dalam hal ini dilakukan pemeriksaan.
d. Mematuhi peraturan lalu lintas dan ketentuan tentang rambu-rambu lalu
lintas, mempergunakan helm bagi pengemudi dan penumpang kendaraan
bermotor roda 2 (dua) atau kendaraan roda empat atau lebih yang tidak
dilengkapi dengan rumah-rumah.

e. Mengenakan sabuk keselamatan (safety belt) bagi pengemudi dan


penumpang kendaraan roda 4 (empat) atau lebih.

Kemampuan Fisik, Stamina Pengendara


Ada beberapa hal penting yang didapat dari kursus mengemudi secara
aman. Misalnya, agar tetap berada dalam kondisi fit atau siap-siaga, seorang
pengendara harus beristirahat setelah melajukan kendaraannya dengan kelajuan
diatas 80 kmjam selama dua jam tanpa jeda. Jika ia tidak mau beristirahat dan
terus melajukan kendaraannya diatas 80 km/jam, maka bisa dipastikan kondisi
fisiknya akan menurun. Jika keadaannya baik-baik saja, maka pengendara itu bisa
selamat sampai ke tujuan. Namun, jika tiba-tiba terjadi keadaan darurat, dapat
dipastikan bahwa ia tidak bisa bereaksi secara benar karena staminanya sudah
menurun.

9
Jarak Aman Antar Kendaraan Bermotor
Karena sulitnya menemukan jarak aman ideal saat berkendaraan didalam
kota, jika memang kendaraan yang kita kendarai kelajuannya diatas batas jarak
aman, misalnya kelajuan 80 kmjam dan jarak dengan kendaraan di depan kurang
dari 5 m, atau kendaraan kita lebih laju dari yang berada di depan, maka sebaiknya
kita memberikan isyarat berupa lampu atau klakson kepada pengendara di depan
kalau kita ingin mendahuluinya.
Helm dan Kecelakaan lalu lintas
Helm (helmet) adalah salah satu alat proteksi cidera kepala yang
kemungkinan besar terjadi pada pengemudi kendaraan bermotor. Jumlah sepeda
motor adalah mendominasi 75%, jumlah kendaraan di jalanan. Dan karena itu,
pengendara motor menjadi korban terbanyak kecelakaan dijalanan. Misalnya 55%
(1986) kecelakaan di Bali melibatkan pengendara motor. Dan dari mereka yang
cidera, 80% merupakan trauma kepala. Dan dari mereka yang trauma kepala, 90%
meninggal dunia. Peraturan wajib helm ini ditetapkan dalam peraturan SK Menteri
Perhubungan No.188/Aj. 403/PHB/86. Helm dianggap dapat memberikan proteksi
sebesar 29% terhadap cidera kepala. Pemakaian helm dapat menurunkan cidera
kepala dan kematian.
Kecelakaan lalu lintas adalah sesuatu yang sangat sering terjadi di sekitar kita.
Kecelakaan tidak hanya dapat terjadi akibat kelalaian kita saja, namun bisa juga
karena kelalaian orang lain yang sama-sama menggunakan jalanan umum yang sama
dengan kita. Itulah sebabnya mengapa kita harus berusaha mencegah terjadinya
kecelakaan yang mungkin disebabkan oleh kelalaian diri kita serta mengajak orang
lain untuk turut serta menciptakan kondisi berlalu lintas yang aman demi kebaikan
bersama.
Beberapa Upaya / Cara Untuk Mengurangi Resiko Kecelakaan Lalu Lintas Mobil &
Sepeda Motor :

1. Berdoa sebelum melakukan bepergian ke mana-mana


2. Melakukan pengecekan kendaraan sebelum digunakan

3. Melakukan service rutin secara berkala di bengkel terpercaya


4. Tidak menggunakan suku cadang yang tidak jelas kualitasnya

10
5. Tidak mengendarai kendaraan pada saat mengantuk atau kurang kesadaran
6. Membawa kendaraan tidak dengan kecepatan tinggi
7. Selalu mentaati segala rambu lalu lintas yang berlaku selama perjalanan

8. Menjadi orang yang sabar tingkat tinggi selama di perjalanan


9. Tidak mengambil resiko apa pun saat berkendara
10. Menahan diri untuk menggunakan handphone dan alat komunikasi lainnya
11. Tidak melakukan aktivitas lain selain mengemudi dengan baik dan benar
12. Mengalah kepada orang yang ugal-ugalan di jalan umum
13. Menunda kepergian ketika sedang dalam kondisi yang tidak mendukung
14. Tidak mengatakan kata-kata kasar dan kotor pada pengguna jalan lain
15. Berhati-hati dan waspada ketika melewati jalan yang jarang dilewati
16. Mengutamakan sepeda motor ketika bermobil di jalan padat merayap
17. Selalu memakai sabuk pengaman dan helm sebelum menjalankan kendaraan
18. Menambah fasilitas keamanan pada kendaraan yang digunakan
19. Memasang segitiga merah saat kendaraan berhenti di pinggir jalan
20. Segera menepi ketika kendaraan mengalami masalah teknis
Tanpa terciptanya suasana tertib berlalu lintas yang baik antar sesama
pengguna jalan, mustahil untuk mengurangi angka terjadinya kecelakaan lalu lintas
di jalan raya secara signifikan. Langkah-langkah kegiatan untuk

mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas adalah : (Yusherman, 2008)


A. Faktor Manusia

Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa perubahan dapat terjadi apabila


terjadi motivasi untuk berubah. Salah satu cara untuk menimbulkan motivasi pada
seseorang ialah dengan melibatkannya ke dalam suatu aktivitas. Aktivitas demikian
disebut sebagai keadaan anteseden. Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga
terjadi partisipasi. Partisipasi selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota
masyarakat sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sehingga timbul
kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut, atau terjadi realisasi.

Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan ataupun


dorongan untuk berubah, yakni merubah keadaannya yang jelek menjadi baik;
keadaan inilah yang menunjukkan motif pada diri seseorang telah terbentuk. Atas
dasar perubahan inilah akan terjadi perubahan perilaku. Dengan demikian usaha

11
kesehatan lingkungan pun perlu didukung oleh usaha pendidikan kesehatan. (Bank
Dunia, 1989;Juli Soemirat Slamet, 2006; WHO, 1985)

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor resiko


kecelakaan lalu lintas dari faktor manusia, yaitu :

1) Melakukan advokasi baik perorangan maupun kelompok

2) Melakukan pelatihan baik terhadap lintas program dan lintas sektor maupun
terhadap masyarakat

3) Studi banding

4) Melakukan kegiatan reward dan punishment, dengan cara melakukan


identifikasi lokasi rawan kecelakaan dan waktu pelaksanaan, kemudian
melaksanakan operasi patuh lalu lintas. Pemberian sanksi bagi pengendara
yang melanggar p eraturan lalu lintas, sebaliknya memb erikan pengahargaan
bagi pengendara yang mematuhi peraturan lalu lintas, secara acak

5) Kegiatan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

6) Kegiatan pemeriksaan kesehatan. (Yusherman, 2008)

B. Faktor Kendaraan
1) Kegiatan pemeriksaan rutin kondisi kendaraan sebelum pemakaian, seperti
melakukan pemeriksaan ban, rem, lampu, bahan bakar, mesin dan radiator
2) Pemakaian kendaraan sesuai dengan peruntukannya, seperti melakukan pembatasan
kapasitas angkut dan melakukan kesesuaian angkutan
3) Kesesuaian antara kendaraan dan pengemudi, seperti melakukan pemeriksaan
kesehatan, melakukan peningkatan sistem pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM),
dan melakukan/menerapkan sertifikasi pengemudi angkutan umum
4) Pemeliharaan kendaraan secara rutin, seperti melakukan pemeliharaan secara berkala
5) Uji kelayakan dan keamanan kendaraan, dengan cara melakukan pemeriksaan
kelengkapan fasilitas keselamatan dan kelayakan secara berkala

C. Faktor risiko lingkungan


1) Mendesain jalan dan jembatan sesuai dengan peruntukannya
2) Pemeriksaan dan pemeliharaan jalan dan jembatan yang aman untuk berkendara

12
3) Pemasangan dan pengaturan penempatan rambu-rambu lalu lintas dan marka jala
sesuai dengan standar keselamatan
4) Menginformasikan kondisi cuaca dan jalanan yang tiba-tiba berubah secara ekstrim
oleh petugas pemakai jalan, dengan cara menginventariassi karakteristik alam (cuaca,
daerah patahan, suhu, dan lain-lain), melakukan penyesuaian disain dengan
meninggikan faktor keamanan, dan melakukan pemantauan secara berkala

13
BAB 3 : KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan
lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002
diperkirakan sebanyak 1,18 juta orang meninggal karena kecelakaan. Angka
kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian global, dan merupakan indikator
penting dalam status kesehatan. (Yusherman, 2008)

3.2 Saran
Semoga melalui makalah ini pembaca dapat memahami dan menyadari arti
penting keselamatan saat mengendarai kendaraan. Oleh karena itu, pengemudi
harus memperhatikan beberapa hal sebelum berkendara agar tidak terjadi
kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Bustan. M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34939/4ZChapter%20TT.pdf
diakses pada tanggal 12 April 2016
http://milikyusry.blogspot.co.id/2013/10/epidemiologi-kecelakaan-lalu-lintas.html
diakses pada tanggal 12 April 2016
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34773/5/Chapter%20I.pdf diakses
pada tanggal 12 April 2016
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122547-S%205441-Kecelakaan%20lalu-tinjauan
%20literatur.pdf diakses pada tanggal 12 April 2016 nasional-m@polarhome.com
diakses pada tanggal 12 April 2016 detik.com diakses pada tanggal 12 April 2016
http://www.sinarharapan.co.id/feature/otomotif/2005/0331/otol.jpg diakses pada
tanggal 12 April 2016
http://bankdata.depkes.go.id/Profil/Indo98/Contens/5Image58.gif diakses pada
tanggal 12 April 2016

ltttp://w w w .stiarapenibartiaii.coni/iniagt!s/12niasl diakses pada tanggal 12


April 2016

https://www.academia.edu/l 1548417/PENCEGAHAN_KECET.AK A
ANJ.AT.T J_ LINTAS diakses pada tanggal 12 April 2016
http://www.organisasi.org/1970/01/cara-mengurangi-resiko-kecelakaan-di-jalan-
raya-umum.html diakses pada tanggal 12 April 2016

Anda mungkin juga menyukai