P E N U L I S
T I M P E N I N J A U
T I M P E N Y E L I A
P E N A T A S A M P U L D A N I S I
Diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak
dan Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK TK dan PLB)
Copywright © 2020
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan
Luar Biasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dari tahun ke tahun, nilai PISA Indonesia menunjukkan Peserta Didik (PKB – BPD) melalui dengan modul-
penurunan angka dan hal ini mengindikasikan bahwa modul yang telah siap sebagai salah satu sumber
siswa di indonesia memiliki masalah dengan literasi, belajar disamping sumber belajar yang akan
numerasi dan pengetahuan sains. Saat ini disajikan oleh para pengajarpaklet.
pembelajaran lebih menekankan pada Low Order
Thinking Skill (LOTS) dan belum ke arah High Order Ke delapan diklat dimaksud terdiri dari 4 (empat)
Thinking (HOTS), dan hal ini menjadi perhatian paket diklat bidang Taman Kanak-Kanak, 2 (dua)
pemerhati pendidikan. Tidak terkecuali Direktur paket diklat Bidang Pendidikan Luar Biasa dan 2
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. (dua) paket diklat Bidang Pendidikan Inklusi. Kami
berharap Modul Pembelajaran ini dapat membantu
Untuk mengetahui hal ini, sesuai arahan beliau guru dan tenaga kependidikan mengembangkan
dilakukan survey Identifikasi Permasalahan Peserta kompetensi dan ketrampilannya dalam
Didik dalam upaya melakukan peningkatan kompetensi melaksanakan kegiatan pembelajaran bagi peserta
pendidik dan tenaga kependidikan bagi guru dan tenaga didik dengan optimal.
kependidikan (GTK) taman kanak-kanak dan pendidikan
luar biasa. Hasil pemetaan data dan analisisnya Penggunaan modul ini sebagai sumber belajar
menjadi rekomendasi tepat untuk diimplementasikan diklat akan dievaluasi dan terus dikembangkan
dalam bentuk program pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan problematika
(Diklat) GTK bidang taman kanak-kanak, pendidikan pembelajaran yang dinamis. Kepada semua pihak
luar biasa dan pendidikan inklusi melalui diklat dalam yang telah berperan aktif dalam penyusunan modul
jaringan. ini, diucapkan terima kasih.
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Sistem Pendidikan Nasional memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan Peratuan Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor:10/D/KR/2017 tentang Struktur
Kurikulum, Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar, dan Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan
Khusus dijelaskan bahwa yang menjadi penekanan pada peserta didik dalam hal akademik salah satunya
adalah kemampuan numerasi. Kemampuan numerasi sebelumnya dikenal sebagai kemampuan berhitung.
Di dalam modul ini Anda akan diajak untuk mengenal lebih dalam apa yang disebut dengan nemerasi dan
kemampuan nemurasi serta bagaimana strategi pengajaran yang tepat bagi peserta didik berkebutuhan
khusus. Tentu saja dalam pengajaran akan ada evaluasi dan penilaian yang menjadi tolak ukur
keberhasilan pengajaran yang telah dilakukan.
Modul ini juga menyajikan beberapa contoh strategi pengajaran kemampuan numerasi yang dapat
dijadikan bahan acuan untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya diharapkan akan
muncul kreatifitas pendidik dalam merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta
didiknya masing-masing. Modul dikembangkan dengan prinsip berpusat pada peserta didik dan berusaha
memfasilitasi kemampuan berpikir tingkat tinggi. Bahan pembelajaran ini berisikan rincian aktivitas
pembelajaran, lembar kegiatan peserta didik yang digunakan, dan bahan bacaannya.
A. Deskripsi Modul
Pada modul Strategi Pengembangan Kemampuan Numerasi PDBK ini, akan dijelaskan tentang
strategi pembelajaran numerasi bagi PDBK. Secara umum materi pada modul ini akan dibagi ke
dalam dua kegiatan belajar. Kegiatan belajar pertama fokus pada strategi pembelajaran kemampuan
numerasi awal bagi PDBK, dengan rincian sebagai berikut: memahami secara komprehensif
pengertian numerasi, strategi pengembangan kemampuan numerasi, dan penilaian kemampuan
numerasi bagi PDBK. Sedangkan pada kegiatan pembelajaran kedua fokus kajian pada strategi
pembelajaran kemampuan numerasi lanjut bagi PDBK. Seperti modul-modul pada umumnya, pada
modul ini pun akan dilengkapi beberapa soal latihan dan tugas-tugas penyelesaian kasus terkait
dengan fokus kajian di setiap kegiatan pembelajaran.
B. Peta Kompetensi
Kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta setelah mengikuti pembelajaran pada mata latih konsep
identifikasi dan asesmen adalah mampu memahami secara komprehensif pengertian numerasi,
strategi pengembangan kemampuan numerasi, dan penilaian kemampuan numerasi bagi PDBK. Peta
kompetensi mata latih ini digambarkan sebagai berikut.
Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mempelajari:
Gambaran umum dan ruang lingkup materi pelatihan.
Tujuan kegiatan pembelajaran setiap kegiatan pembelajaran.
Kompetensi dan indikator yang akan dicapai melalui kegiatan belajar pada modul ini.
Langkah-langkah pelatihan, khusus pada materi ini.
Mengkaji materi
Pada kegiatan mengkaji materi fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mempelajari
materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil pelatihan. Peserta
mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan
kepada fasilitator seandainya menemuai kesulitan dalam mempelajari modul ini.
Melakukan aktifitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi
yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Aktivitas pembelajaran ini menggunakan
pendekatan dimana fasilitator dapat berinteraksi dengan peserta dan peserta dengan peserta lainnya.
Interaksi yang disarankan meliputi diskusi, praktik, dan atau latihan kasus dengan menggunakan lembar
kerja yang disediakan. Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat membuat kesimpulan
kegiatan pembelajaran.
Untuk mengoptimalkan penggunaan modul ini, beberapa langkah berikut perlu menjadi perhatian para
peserta pelatihan, antara lain:
1. Bacalah petunjuk penggunaan modul mulai dari bagian pendahuluan hingga pembahasan materi
pokok, tugas/latihan, atau stuki kasus.
2. Pelajarilah modul ini secara bertahap dimulai awal hingga akhir, termasuk di dalamnya mempelajari
latihan, kasus, dan tindak lanjut.
3. Buatlah catatan-catatan kecil jika ditemukan hal-hal yang perlu pengkajian lebih lanjut atau
disampaikan dalam sesi vicon. Anda juga diperkenankan untuk belajar dengan cara yang lain yang
lebih kreatif sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang lebih bermakna.
4. Lakukanlah berbagai latihan sesuai dengan petunjuk yang disajikan pada masing-masing materi
pokok. Demikian pula dengan kegiatan evaluasi dan tindak lanjutnya.
Penutup
Pada bagian penutup, narasumber akan mengakhiri pembelajaran dengan merewiew keseluruhan proses
pelatihan sekaligus menyampaikan rangkuman materi yang disajikan.
SELAMAT BELAJAR!
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
A. Tujuan
Melalui diskusi, paparan, dan tayangan informasi dan contoh-contoh, peserta pelatihan diharapkan mampu
memahami secara komprehensif pengertian numerasi, strategi pengembangan kemampuan numerasi, dan
penilaian kemampuan numerasi bagi PDBK.
B. Kompetensi Dasar
Memahami secara komprehensif pengertian numerasi, strategi pengembangan kemampuan numerasi, dan
penilaian kemampuan numerasi PDBK.
Keterampilan dasar ini sebetulnya merupakan perkembangan anak yang seharusnya ada sesuai dengan
pertumbuhan usia mereka dari tinjauan psikologi. Tetapi berbagai kekhususan yang ada di anak seringkali
memyebabkan pertumbuhan mereka tidak sesuai dengan pencapaian yang seharusnya. Hal ini bisa
disebabkan kesulitan mereka mengakses lingkungan seperti yang dialami anak-anak tunanetra maupun
tunarungu. Sehingga kesempatan mereka belajar dari lingkungan menjadi sangat terbatas. Atau bisa juga
disebabkan keterbatasan dalam kemampuan mereka memahami apa yang terjadi disekitar mereka seperti
yang dialami oleh anak tunagrahita atau autis. Karenanya mereka perlu dikenalkan dengan keterampilan-
keterampilan dasar tersebut secara khusus.
Perlu diingat bahwa keterampilan dasar seperti yang dicontohkan di atas merupakan keterampilan dasar
yang perlu dimiliki anak sebelum mereka muai belajar literasi dan numerasi. Jadi keterampilan tersebut
seharusnya diajarkan di awal mereka baru mulai sekolah. Guru dan orangtua perlu membuat target berapa
lama anak akan diajarkan keterampilan tersebut untuk kemudian berkembang menjadi pembelajaran literasi
atau numerasi.
1. PENGERTIAN NUMERASI
Beberapa tahun yang lalu dalam pengembangan kurikulum di Indonesia dikenal istilah calistung atau
membaca, menulis, dan berhitung. Ketiganya merupakan kemampuan dasar yang dijadikan arah atau tujuan
dalam pembelajaran. Karena ketiga kemampuan tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Oleh sebab itu memiliki kemampuan yang mencakup membaca, menulis, dan berhitung merupakan
keharusan bagi seseorang untuk dapat melangsungkan kehidupannya dengan baik.
Berdasarkan kebijakan terbaru istilah yang digunakan saat ini adalah kemampuan literasi dan kemampuan
numerasi. Numerasi adalah juga literasi tetapi dalam bentuk numerik. Dalam hal ini kemampuan berhitung
disejajarkan dengan kemampuan numerasi. Berdasarkan Numeracy Education Strategy Development
Conference yang diadakan pada Oktober 1997 kemampuan numerasi di sekolah didefinisikan sebagai
kemampuan:
Mendasari konsep dan keterampilan Matematika yang meliputi bilangan, spasial, grafik, stratistik, dan
aljabar;
Berpikir matematika dan strategi;
Berpikir secara umum; dan
Apresiasi mendasar mengenai konteks.
Untuk lebih sederhana kita gunakan definisi yang ditetapkan oleh NCTM (National Council of Teacher of
Mathematics) bahwa numerasi adalah:
“kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan bilangan”
Yang dimaksud dengan memahami dan bekerja dengan bilangan di sini tidak hanya di atas kertas. Yang
lebih penting, terutama untuk peserta didik berkebutuhan khusus, adalah kemampuan mereka untuk
memahami dan bekerja dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana seseorang dapat
memahami penggunaan bilangan akan mengantarnya untuk bisa berpikir lebih sistematis dan logis. Jadi
secara tidak langsung kemampuan seseorang dalam memahami dan bekerja dengan bilangan akan
membentuk caranya berpikir.
Sebelum berbicara bagaimana mengembangkan kemampuan numerasi pada peserta didik, perlu diingat
bahwa guru pun harus memiliki kemampuan numerasi. Guru harus memiliki pengetahuan cukup tentang
numerasi sehingga dia dapat membaca kebutuhan kemampuan numerasi peserta didiknya dikaitkan
dengan kondisinya yang berbeda dengan teman-teman sebayanya (pdbk).
George Polya, PhD dalam bukunya menyebutkan sepuluh langkah yang perlu dipersiapkan guru sebelum
mengajar numerasi:
1. Tertariklah dengan subjek yang akan diajarkan (numerasi). Jangan menunjukkan bahwa Anda tidak
menyukai numerasi (matematika).
2. Ketahui subjek tersebut.
3. Baca gambaran peserta didik Anda, coba untuk memahami harapan dan kesulitan mereka, tempatkan
diri Anda pada posisi peserta didik Anda.
4. Sadari bahwa cara terbaik dalam belajar adalah menemukan sendiri (beri kesempatan peserta didik
Anda untuk menemukan sendiri dengan bantuan arahan dari Anda).
5. Tidak hanya memberikan informasi yang cukup, tapi juga bagaimana mengetahui, sikap, dan
memancing mereka untuk bekerja dengan baik dan tidak mudah menyerah.
6. Biarkan mereka menduga, jangan terlalu cepat memberikan jawaban.
7. Biarkan mereka membuktikan, simpulkan bersama-sama.
8. Kaitkan permasalahan yang muncul dengan kondisi nyata yang mungkin dialami peserta didik. Berikan
contoh-contoh yang nyata dalam kehidupan peserta didik.
9. Beri kesempatan peserta didik untuk mengemukakan pendapat mereka. Jangan terlalu cepat memberi
tahu jawaban atau kesimpulan.
10. Beri waktu pada peserta didik untuk memahami, berikan petunjuk bukan langsung memberikan
jawaban.
Dalam pengajaran numerasi perlu ditanamkan dalam benak guru bahwa memahami konsep berbeda dengan
menghapal. Jadi memahami konsep bilangan berbeda dengan menghapal bilangan, memahami konsep
perkalian berbeda dengan menghapal perkalian, memahami konsep penjumlahan berbeda dengan
menghapal perkalian.
Penting untuk mengawali semua pengajaran dengan mengasesmen kemampuan peserta didik dalam
memahami konsep. Konsep apa yang sudah mereka ketahui dan seberapa cepat mereka dapat memahami
konsep baru. Hal ini penting dilakukan agar guru tidak salah dalam menentukan kurikulum yang akan
diberikan pada peserta didik, sesuai dengan kemampuannya. Sehingga peserta didik dapat mengikuti
proses dengan baik tanpa dipaksakan untuk menerima pembelajaran yang melebihi kemampuannya atau
pun sebaliknya, tidak terbuang waktunya secara percuma karena mereka mempelajari hal-hal yang jauh
dibawah kemampuan mereka.
Yang dimaksud dengan konsep adalah pengetahuan dan keterampilan. Untuk menanamkan konsep bagi
peserta didik berkebutuhan khusus perlu diingat prinsip-prinsip sebagai berikut:
• Konkrit
Ketika memberikan konsep baru usahakan untuk dimulai dengan sesuatu yang konkrit. Sangat baik jika
bisa menggunakan benda-benda yang dapat dipegang anak, bukan hanya gambar. Karena dengan
demikian lebih banyak indera yang digunakan anak ketika belajar.
Misalnya ketika mengajarkan bilangan, menggunakan potongan lidi akan lebih baik daripada hanya
menggunakan gambar. Karena dengan menggunakan potongan lidi anak dapat memegang,
memindahkan, merasakan dengan jari tangannya tumpukan potongan lidi tersebut. Jadi indera sensori
yang digunakan adalah penglihatan, pendengaran, perabaan, (bahkan dengan menggunakan benda yang
memiliki bau tertentu indera penciuman bisa juga digunakan).
Prinsip konkrit ini bisa dilakukan untuk semua peserta didik dengan berbagai kondisi. Tetapi dalam
pemilihan benda yang akan digunakan perlu diperhatikan juga faktor keamanan dan kenyamanan
peserta didik dalam menggunakan benda tersebut.
• Sederhana
Prinsip sederhana sangat penting diperhatikan, semakin sederhana cara konsep disampaiikan akan
semakin baik. Jika ada konsep yang memerlukan lebih dari satu pemahaman konsep sebelumnya
(mengingat numerasi bersifat bertingkat dalam pemahaman konsepnya) maka pecahlah menjadi
beberapa langkah untuk memahamkan konsep tersebut pada peserta didik. Tentunya disesuaikan
kemampuan peserta didik.
Penanaman konsep bilangan bisa diawali dengan bernyanyi. Pilih lagu-lagu yang menggunakan angka-
angka atau pola-pola sebagai syairnya seperti:
Satu-satu Aku Sayang Ibu.
Balonku ada Lima.
dan lain-lain
Selain bernyanyi, penanaman konsep bilangan lebih lanjut dilakukan melalui pengenalan konsep
pengurutan dan ini bisa dilakukan dengan permainan. Sebagai contoh:
1. Lakukan perbandingan bentuk tubuh mana yang lebih tinggi di dalam keluarga mereka antara ayah,
ibu, kakak, atau adik. Bisa juga dilakukan diantara teman-teman di kelas jika memungkinkan.
2. Masing-masing menjiplak gambar telapak mereka kemudian dibandingkan dan diurutkan mulai dari
yang paling kecil hingga yang paling besar.
3. Anak juga bisa bisa diajak bermain langkah kaki. Masing-masing anak berdiri membentuk barisan.
Kemudian melangkah sesuai dengan bulan kelahirannya. Setelah itu bisa dibandingkan bahwa anak
yang lahir bulan April melangkah lebih jauh daripada anak yang lahir bulan Pebruari. Dari sini bisa
dibahas bahwa empat (4) lebih banyak daripada dua (2).
4. Untuk gerak badan peserta didik juga bisa diminta merentangkan tangannya. Kemudian mereka
membandingkan siapa rentangan tangan yang paling panjang, siapa yang rentangannya sama, dan
siapa rentangan tangan yang paling pendek. Dorong mereka untuk menghubungkan antara rentangan
tangan dengan tinggi badan. Adakah hubungannya antara tinggi badan dengan panjang tangan (yang
mengakibatkan rentangan tangan menjadi panjang)?
5. Di lingkaran pagi atau saat memulai kelas bisa ditanya pada peserta didik siapa yang rumahnya
paling jauh. Berapa lama masing-masing memerlukan waktu dalam perjalanan dari rumah ke sekolah.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini merupakan pertanyaan sederhana yang bisa membangkitkan
konsep waktu, perbandingan, dan jarak. Konsep-konsep tersebut juga termasuk dalam numerasi.
Pengelompokan juga merupakan bagian dari konsep bilangan yang bisa dilakukan dengan cara bermain.
Misalnya beri mereka pilihan mana yang lebih disukai diantara dua buah, pisang dan jeruk. Ketika mereka
sudah berkelompok minta mereka menghitung teman-teman di dalam kelompoknya dan membandingkan
apakah lebih banyak yang menyukai pisang atau jeruk.
Gambar (a) merupakan penggambaran perbandingan diantara kedua kelompok. Di sini bisa ditanamkan
konsep bahwa 3<8 karena ada teman-teman di kelompok jeruk yang tidak memiliki pasangan di kelompok
pisang.
Aktifitas lain yang bisa dilakukan untuk pengelompokkan adalah menggunakan benda-benda yang ada di
sekitar. Misalnya:
Minta mereka mengelompokkan benda-benda di ruangan kelas berdasarkan bentuknya. Mereka bisa
mengelompokkan meja dan pintu karena sama-sama berbentuk persegi panjang misalnya.
Minta mereka mengelompokkan benda-benda berdasarkan ukurannya.
dan lain-lain
Pemahaman anak terhadap pengelompokan dan pengurutan ini nantinya akan membantu mereka dalam
memahami konsep bilangan yang lebih sulit. Yang perlu ditekankan dalam mengajak anak mengenal
bilangan adalah jangan langsung mengajak mereka berhitung secara formal menggunakan lambang
bilangan walaupun mereka telah dapat menghapal urutan bilangan. Ajak mereka menemukan urutan
berdasarkan kenyataan yang ada agar mereka memahami betul konsep bilangan.
Berikut ini ada bebetapa contoh aktifitas yang bisa dilakukan bersama peserta didik dalam mengenalkan
konsep bilangan:
1. Mengelompokkan orang
a. Bahan yang diperlukan:
i. Holahop ukuran 50 cm (bisa disesuaikan dengan kondisi peserta didik).
b. Aktifitas yang dikerjakan:
i. Minta anak membentuk lingkaran besar mengelilingi holahop.
ii. Katakan bahwa mereka harus berkelompok berdasarkan warna sepatu (bisa diubah berdasarkan
kondisi).
iii. Setelah mereka berkelompok beri mereka kesempatan untuk mengungkapkan persamaan
diantara teman-teman di kelompoknya.
iv. Bandingkan jumlah anggota di setiap kelompok. Minta mereka mengurutkan dari kelompok kecil
ke kelompok besar atau sebaliknya.
v. Lakukan hal yang sama beberapa kali dengan kriteria yang berbeda.
4. Membuat jus
a. Bahan yang diperlukan:
i. Buah-buahan (disesuaikan dengan kesukaan dan ketersediaan).
ii. Gula.
iii. Air.
iv. Blender.
v. Pisau.
vi. Gelas untuk minum.
vii. Es (jika memungkinkan).
b. Aktifitas yang dikerjakan:
i. Potong-potong buah (di sini bisa dibahas tentang ukuran, bentuk, warna, dll).
ii. Masukkan ke dalam blender (bisa diberi kesempatan peserta didik untuk membandingkan
banyaknya buah yang sudah di potong di dalam blender dan yang belum dimasukkan ke dalam
blender).
iii. Tambahkan air (air bisa disediakan dalam gelas kecil sehingga peserta didik dapat memiliki
kesempatan menghitung berapa gelas kecil air yang dibutuhkan).
iv. Tambahkan gula (bersama peserta didik bisa bersama-sama menghitung berapa sendok gula
yang dimasukkan ke dalam blender).
v. Hidupkan blender (beri kesempatan peserta didik untuk menghidupkan dan mematikan blender
dengan pengawasan guru).
vi. Tuangkan jus yang sudah jadi ke dalam gelas-gelas yang telah disiapkan (di sini bisa dibahas
tentang jumlah gelas yang terisi disesuaikan dengan jumlah peserta didik/orang yang akan diberi
jus).
vii. Apabila menggunakan es bisa dibahas tentang perubahan temperatur jus yang menjadi lebih
dingin (jika ada termometer, memberi kesempatan peserta didik membaca termometer akan lebih
baik).
Selain melakukan aktifitas langsung mereka juga bisa diminta untuk mengumpulkan resep-resep masakan.
Ajak mereka melihat ukuran-ukuran yang digunakan. Berapa gram terigu yang digunakan untuk membuat
satu kue, bandingkan dengan kue yang lainnya. Atau berapa ml susu yang digunakanuntuk membuat roti
manis, bandingkan dengan resep roti tawar. Hal ini akan meningkatkan literasi mereka terhadap
penggunaan konsep bilangan dalam kehidupan sehari-hari. Jika mereka telah memahami penjumlahan dan
perkalian, ajak mereka berhitung berapa takaran yang jika masakan yang akan dibuat dua resep atau
setengah resep.
Aktifitas memasak juga bisa melibatkan peserta didik dalam perencanaannnya. Misal dalam perhitungan
biaya yang diperlukan untuk membuat satu resep sayur sop. Berapa banyak sayuran yang dibutuhkan,
berapa harga sayuran tersebut, jadi berapa uang yang dibutuhkan untuk memasak satu resep sayur sop.
Tentunya aktifitas ini bisa dilakukan oleh mereka yang sudah memahami konsep uang.
Tetapi untuk pengenalan juga perlu dilakukan. Misalnya dengan membuat daftar harga dan peserta didik
diminta hanya menjumlahkan. Atau dengan jumlah yang sudah diketahui peserta didik diminta memilih
besaran uang perlu dibawa untuk belanja. Selain itu dengan melakukan aktifitas belanja dimana anak
dibekali uang seumlah yang dibutuhkan dan dia diajak belanja. Semua itu untuk mengenalkan konsep uang
yang juga termasuk pada kemampuan numerasi pada peserta didik. Tentunya semua kegiatan tersebut
disesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik. Itulah sebabnya asesmen kemampuan numerasi
sangat diperlukan di awal pembelajaran.
Untuk pengenalan lambang bilangan bisa dilakukan menyalin. Lengkapi lembar kerjanya menggunakan
gambar, lambang bilangan, dan nama bilangan. Lembar kerja berikut bisa menjadi contohnya:
Sumber: Practice Book, Bridge in Mathematics Grade 1
Untuk mengenalkan operasi penjumlahan gunakan benda-benda yang mewakili bilangan seperti potongan lidi
atau kancing besar (usahakan jangan menggunakan kancing yang terlalu kecil agar anak tidak mengalami
kesulitan memegangnya). Penggunaan kancing berwarna dapat membantu mereka dalam menanamkan
konsep bilangan positif dan negatif.
Untuk konsep penjumlahan dan pengurangan di awal bisa menggunakan garis bilangan yang digambarkan di
lantai. Sehingga anak bisa bergerak maju atau mundur sesuai bilangannya.
Bagi peserta didik dengan kemampuan yang sudah lebih lanjut bisa memanfaatkan permainan-permainan di
komputer atau internet. Berikut adalah alamat permainan angka di internet:
https://www.factmonster.com/math/flashcards
3. PENILAIAN KEMAMPUAN NUMERASI
Untuk penilaian kemampuan numerasi janganlah hanya terpaku pada hasil. Penilaian dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya:
1) Wawancara
Lakukan tanya jawab secara acak pada peserta didik mengenai alasan mereka melakukan
pengelompokan atau aktifitas yang telah dilakukan. Melalui wawancara tersebut guru dapat
mengetahui apakah peserta didik melakukan berdasarkan pertimbangan yang logis atau hanya sekedar
coba-coba.
Wawancara bisa dilakukan untuk mengukur kemampuan anak dalam memahami konsep numerasi,
kemampuan mereka memahami langkah-langkah pembelajaran, dan kemampuan mereka mengambil
kesimpulan dari apa yang sudah mereka lakukan.
Disediakan rubrik penilaian peserta didik oleh guru agar terhindar dari subjektifitas.
Contoh Rubrik:
Keterangan:
a. Bisa menjawab pendek dan terkesan hanya sekedar coba-coba.
b. Bisa menjelaskan sesuai dengan pertanyaan dengan baik.
c. Bisa menjelaskan dan menambahkan keterangan tambahan dari pertanyaan.
Jumlah Total
Nilai =
Banyaknya Pertanyaan
2) Pengamatan
Untuk nilai pengamatan dapat dilakukan secara individu ataupun perkelompok, hal ini sangat
tergantung kondisi. Pengamatan bisa dilakukan untuk menilai sikap, antusias, dan keseriusan mereka
dalam melakukan aktifitas.
F. Rangkuman
1. Terdapat berbagai keterampilan dasar yang merupakan kemampuan perkembangan anak
sesuai dengan pertumbuhan usia mereka yang perlu diperhatikan sebelum peserta didik mulai
mempelajari literasi maupun numerasi.
2. Numerasi adalah literasi dalam bentuk numerik (angka). Jadi kemampuan numerasi terkait
dengan kemampuan memahami dan kemampuan bekerja dengan angka.
3. Guru perlu meyakini kemampuan dirinya terlebih dahulu sebelum mengajarkan pengembangan
kemampuan numerasi pada peserta didiknya.
4. Terdapat sepuluh poin yang perlu dipersiapkan guru sebelum mengajarkan numerasi pada
peserta didik.
5. Guru perlu melakukan asesmen terlebih dahulu sebelum mengajar untuk mengetahui
kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki peserta didik terkait dengan kemampuan
numerasinya.
6. Dalam melakukan aktifitas pembelajaran pengembangan kemampuan numerasi peserta didik
berkebutuhan khusus perlu diperhatikan prinsip konkrit, sederhana, serta dekat dengan
kehidupan anak. Sehingga pembelajaran menjadi lebih ramah dan menyenangkan bagi peserta
didik.
G. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian numerasi!
2. Jelaskan persiapan apa saja yang harus dilakukan guru sebelum mengajar untuk
meningkatkan kemampuan numerasi pada peserta didik!
3. Apakah yang dimaksud dengan prinsip sederhana dalam pengajaran numerasi pada PDBK?
4. Mengapa asesmen untuk PDBK diperlukan sebelum melakukan pengajaran?
5. Cobalah buat aktifitas pembelajaran numerasi awal bagi PDBK dengan hambatan penglihatan!
Langkah tindak lanjut yang dapat dilakukan peserta pelatihan adalah mencoba menerapkan hasil
pelatihan ini terhadap peserta didik di kelas masing-masing dengan menerapkan strategi yang
telah dipelajari pada kegiatan pembelajaran ini. Di masa pandemi ini, kegiatan tersebut bisa
dilakukan secara daring melalaui pemanfaatan teknologi.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
A. Tujuan
Melalui diskusi, paparan, dan tayangan informasi dan contoh-contoh, peserta pelatihan diharapkan mampu
memahami secara komprehensif pengertian pembelajaran kemampuan numerasi lanjut bagi PDBK, contoh
strategi pembelajaran operasi bilangan bagi PDBK, dan strategi pembelajaran konsep bilangan bagi PDBK.
B. Kompetensi Dasar
Memahami secara komprehensif pengantar pembelajaran kemampuan numerasi lanjut bagi PDBK, contoh
strategi pembelajaran operasi bilangan bagi PDBK, dan strategi pembelajaran konsep bilangan bagi PDBK.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh
informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan
demikian peserta didik perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk
bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan
pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan bekerjasama yang efektif. Kemampuan tadi
dapat diasah melalui pembeleajaran matematika atau numerasi.
Menurut The Australian Association of Mathematics Teachers (AAMT), kemampuan numerasi adalah
penggunaan matematika secara efektif untuk kehidupan sehari-hari di rumah, untuk keperluan pekerjaan,
dan untuk partisipasi dalam komunitas dan kehidupan bernegara. Sedangkan di sekolah, numerasi
adalah komponen dasar pembelajaran, bahasa komunikasi, dan alat analisis serta evaluasi di semua
bidang atau mata pelajaran. Numerasi adalah kombinasi dari kemampuan-kemampuan berikut:
mendukung konsep dan keterampilan matematika dari berbagai disiplin ilmu (numerik, spasial, grafis,
statistik dan aljabar); cara berpikir dan strategi matematika; keterampilan berpikir umum; dan apresiasi
terhadap konteks yang mendalam.
Bagi guru anak berkebutuhan khusus, mengajarkan matematika, khususnya konsep bilangan, tentu
adalah suatu tantangan tersendiri. Tantangan tersebut dapat berupa konten matematikanya itu sendiri,
bisa juga berupa tantangan bagaimana cara mengajarkannya pada ABK. Penulis buku Mathematics
Count, Cockroft, dalam bukunya menulis bahwa “mathematics is difficult subject both to teach and to
learn”.
Dia berpendapat bahwa matematika itu sukar, baik untuk diajarkan maupun untuk dipelajari.
Walaupun demikian, sukarnya pembelajaran matematika tadi, bukan berarti tidak bisa diupayakan
menjadi lebih mudah. Dapat dicari berbagai metode, strategi, dan pendekatan sehingga
matematika dapat dengan mudah dipelajari oleh siswa dan tidak sukar untuk diajarkan oleh guru.
Secara ringkas, konsep ini menyatakan bahwa belajar matematika akan semakin baik dan bermakna
ketika kelima fase tersebut dapat dilalui oleh siswa. Unsur kelima fase tersebut adalah konteks dunia
nyata, gambar, simbol tertulis, simbol verbal, dan model kongkret.
Dalam KP 2 ini, sebisa mungkin strategi pembelajaran kemampuan numerasi (operasi bilangan) yang
ditawarkan selalu terkait dengan dunia nyata, menggunakan model konkrit ataupun gambar.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PENJUMLAHAN
PENGURANGAN
PERKALIAN
PEMBAGIAN
b. Strategi Pembelajaran Konsep Pecahan bagi PDBK
Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan Model Lingkaran.
Berikut ini gambarnya:
a. Sempoa (Abacus)
ICEVI (International Council for Education of People with Visual Impairment, www.icevi.org),
salah satu organisasi international yang peduli terhadap pendidikan bagi anak tunanetra
menyarankan menggunakan sempoa saat pembelajaran konsep bilangan kepada siswa
tunanetra. Ilustrasi sempoa sebagai berikut:
b. Tabel Perkalian Braille
Salah satu contoh alat peraga untuk pembelajaran konsep perkalian adalah dengan
mengunakan Tabel Perkalian Braille. Ilustrasinya sebagai berikut:
c. Jarimatika
Berdasarkan hasil penelitian Dessy Happy Pratiwi Soleh, Zainal Abidin, dan Jati Ariati dari
Fakultas Psikologi Universitas Diponogoro Semarang, yang dimuat dalam Jurnal Psikologi
UNDIP Vol. 10, No.2. Oktober 2011, disebutkan bahwa “metode jarimatika memiliki pengaruh
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tunanetra Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri 1
Pemalang”.
Berikut ini sedikit pengantar tentang metode Jarimatika yang dikembangkan oleh Wulandari,
S.P. (2008), untuk angka satuan posisi tangan (kanan) adalah sebagai berikut:
Sedangkan untuk angka puluhan posisi tangan (kiri )adalah sebagai berikut:
Untuk mempelajari lebih jauh tentang Jarimatika, buku rujukan dari Pengembang dapat
diperoleh di toko buku. Bapak/Ibu guru juga dapat mengunjungi website: www.jarimatika.com
E. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan: Menyusun strategi pembelajaran kemampuan numerasi lanjut
Langkah-langkah:
a. Fasilitator menjelaskan tujuan, indikator dan skenario pembelajaran materi strategi
pembelajaran kemampuan numerasi awal
b. Fasilitator memberi tugas untuk menyusun skenario pembelajaran daring dengan
menggunakan materi yang ada pada KP 2 ini.
c. Peserta diberi kebebasan untuk mengerjakan tugas dalam bentuk word atau
powerpoint.
d. Peserta memaparkan tugasnya dalam forum diskusi online.
e. Fasilitator memberikan penguatan atas tugas peserta.
F. Rangkuman
a. Kemampuan numerasi adalah penggunaan matematika secara efektif untuk
kehidupan sehari-hari di rumah, untuk keperluan pekerjaan, dan untuk partisipasi
dalam komunitas dan kehidupan bernegara.
b. Di sekolah, numerasi adalah kemampuan dasar pembelajaran, bahasa komunikasi,
dan alat analisis serta evaluasi di semua bidang atau mata pelajaran. Numerasi
adalah kombinasi dari kemampuan-kemampuan berikut: mendukung konsep dan
keterampilan matematika dari berbagai disiplin ilmu (numerik, spasial, grafis,
statistik dan aljabar), cara berpikir dan strategi matematika, dan keterampilan
berpikir umum.
c. Pendekatan Lesh Translation Model menyatakan bahwa belajar matematika akan
semakin baik dan bermakna ketika memalui lima moda, yakni konteks dunia nyata,
gambar, simbol tertulis, simbol verbal, dan model kongkret.
d. Salah satu strategi dalam pengembangan kemampuan numerasi PDBK, khususnya
pada materi operasi bilangan adalah dengan menggunakan batang Cuisenaire. Untuk
materi pecahan dapat menggunakan model lingkaran.
e. Strategi pembelajaran konsep bilangan bagi PDBK Tunanetra dapat dilakukan
dengan menggunakan Sempoa, Tabel perkalian Braille, dan metode Jarimatika.
G. Evaluasi
a. Jelaskan pentingnya kemampuan numerasi bagi PDBK.
b. Jelaskan pembelajaran matematika yang baik menurut pendapat Lesh.
c. Menurut Saudara, batang Cuisenaire untuk pembelajaran operasi bilangan dalam
modul ini bisa diganti dengan apa? Jelaskan cara menggunakannya.
d. Sebutkan alternatif lain pembelajaran konsep bilangan bagi PDBK selain metode
yang ada dalam modul ini!
e. Cobalah buat aktifitas pembelajaran numerasi lanjut bagi PDBK dengan hambatan
tunagrahita ringan!
2. Kramer, C., dkk. (1997). Rational Number Project. Minneapolis-St.Pail: University of Minnesota
3. ICEVI, dkk. (2005). Mathematics Made Easy for Children with Visual Impairment. ON-NET-ICEVI
6. Soleh, D.H.P., dkk. (2011). Pengaruh Metode Jarimatika Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa Tunanetra Sekolah Dasar SLBN 1 Pemalang. Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 10, No.2.
Oktober 2011.
7. Cockcroft, W.H. (1982). Mathematis Counts. London: Her Majesty's Stationery Office.
8. Burk, D. (2009). Bridge in Mathematics 1 Practice Book Backline. Oregon: The Mathematics
Center.
9. Musser, G.L., dkk. (2008). Mathematics for Elementary Teacher A Contemporary Approach.
Denvers, MA: John Iley & Sons Inc.
10. Umi Mardiyati. (2011). Pengembangan Kreativitas Melalui Calistung di TK. Bandung: PPPPTK TK
dan PLB
11. Hott, B.L. dan Isbell, L. (2014). Strategies and Interventions to Support Students with
Mathematics Disabilities. Diunduh dari http://www.council-for-learning-disabilities.org/wp-
content/uploads/2014/12/Math_Disabilities_Support.pdf.
12. Department of Education and Training. (2018). Literacy and Numeracy Tips to Help Your Child
Every Day A Guide for Parents of Children Aged 0-12. Melbourne: State of Victoria Melbourne
Sumber Internet:
1. https://www.youtube.com/watch?v=Wpf1AwRRAR0 diakses pada tanggal 15 Juli 2020.
2. https://www.mathlearningcenter.org/resources/apps diakses pada tanggal 15 Juli 2020.
3. https://www.heinemann.com/mathinpractice/ diakses pada tanggal 15 Juli 2020.
LAMPIRAN
PROFIL PPPPTK TK DAN PLB
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Program yang diusajikan tidak saja diikuti GTK
dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-kanak dan TK dan PLB, tetapi juga dapat diikuti GTK
Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK TK dan PLB) lainnya, termasuk praktisi dan orang tua peserta
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan didik yang relevan dengan pelayanan pendidikan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan anak usia dini dan pendidikan luar biasa. Modul
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. yang disusun ini merupakan salah satu bahan
ajar Program Pengembangan Keprofesian
Sesuai dengan visi yang diusung yaitu Mewujudkan Berkelanjutan Berbasis Kebutuhan dan
Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan Permasalahan Peserta Didik.
berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila
yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa PPPPTK TK dan PLB yang berlokasi di Jl. Dr.
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, Cipto No 9 Bandung, saat ini dipimpin oleh Drs.
bergotong royong, dan berkebinekaan global, PPPPTK Abu Khaer, M.Pd., yang lahir di Kabupaten
TK dan PLB bertugas untuk meningkatkan kompetensi Batang, Jawa Tengah pada tanggl 13 April 1966.
GTK Bidang TK dan PLB. Berbagai program telah Pengalaman kerja sebagai ASN dilalui di Balai
dirancang dan dilaksanakan berkenaan dengan amanat Pengembangan Media Televisi (26 tahun) dan
tugas tersebut, baik dalam bentuk Pelatihan, Balai Pengembangan Multimedia (satu tahun)
Workshop, Seminar, maupun kajian pengembangan. keduanya adalah UPT Pustekkom, sekarang
Pusdatin. Pada saat bertugas di dua balai
Dimasa Pandemi Covid-19 ini, PPPPTK TK dan PLB pengembangan media tersebut banyak
tetap berkomitmen untuk memberikan layanan mengembangkan bahan ajar berbasis TIK untuk
peningkatan kompetensi guru dan tenaga sasaran PAUD dan PLB. Drs. Abu Khaer, M.Pd
kependidikan melalui program-program pelatihan menyelesaikan magister pendidikannya dalam
berbasis jaringan (Daring) yang dapat diikuti oleh Guru bidang Teknologi Pembelajaran dari Universitas
dan Tenaga Kependidikan bidang TK dan PLB. Negeri Malang.
Sementara itu, untuk kegiatan seminar, IG Live dan FB
Live, yang juga disiarkan langsung melalui kanal
Youtube.