Anda di halaman 1dari 26

Dampak Kesehatan Masyarakat Kota dari

d Kebiasaan

Mengkonsumsi
onsumsi Makanan Cepat Saji (Fast
(Fast Food
Food)

Makalah Ilmiah Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Muhammad Guntur Purboyo, S.Sos., M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Defita Zaharani (2056011015


2056011015)
2. Rohmad Maulana (2016011073
2016011073)
3. Niluh Eka Wardani (2016011069
2016011069)
4. Nyola Mayang Firsta (2016011039
2016011039)
5. Iqbal Zulkarnain (2016011027
2016011027)

Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
2020
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Dampak Kesehatan Masyarakat Kota dari Kebiasaan Mengkonsumsi
Makanan Cepat Saji (Fast Food) ini dengan tepat waktu.

Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini adalalah untuk memenuhi


tugas Bapak Muhammad Guntur Purboyo, S.Sos., M.Si. pada mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang kesehatan bagi para pembaca dan juga bagi para
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Guntur


Purboyo, S.Sos., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 21 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Manfaat............................................................................................. 3
D. Tujuan............................................................................................... 3
E. Metodologi Analisis..........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Makanan Cepat Saji (fast food) di


Indonesia........................................................................................... 5
B. Faktor yang mempengaruhi masyarakat kota untuk
mengokonsumsi makanan cepat saji (fast food)............................ 9
C. Dampak negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan
mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) bagi
masyarakat kota............................................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................. 20

Daftar Pustaka
ii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari sekian banyak orang penduduk kota di dunia pasti sudah


pernah mendengar dan menggunakan istilah kesehatan dalam percakapan
sehari-hari. Meskipun begitu, dari sekian banyak orang yang pernah
menggunakan istilah ini, pasti tidak semuanya mengetahui apa arti kata
kesehatan yang sebenarnya. Beberapa orang sering kali mengartikan
kesehatan dengan kata sehat, padahal jika diartikan secara gamblang,
kedua istilah ini memiliki arti yang berbeda (Ariska Puspita,2018).

Masyarakat kota khususnya, banyak sekali kasus-kasus di


temukannya bahwa mereka dibilang jauh dari kata sehat. Hal ini
diakibatkan karena dari pola kehidupan sehari-hari mereka, salah satunya
pola makanan. Makanan menjadi salah satu penentu kesehatan diri.
Makanan merupakan suatu kekayaan sesungguhnya dari setiap kelompok
masyarakat, dan bahwa makanan tidak dilihat dari segi rasa dan
kenikmatannya melainkan ada aspek lain seperti peralatan makan, bahan-
bahan dan sebagainya. Rasa yang terdapat pada makanan juga dapat
mewakili karakteristik yang ada dalam kelompok tersebut. Selain itu juga,
makanan ialah salah satu simbol dari sebuah komunitas masyarakat
(Alexis Soyer, 2011).

Kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia khususnya di daerah


perkotaan pada saat ini sangat beragam, sejalan dengan perkembangan
jumlah dan jenis makanan.
1

Fenomena lain yang tejadi di kalangan masyarakat yaitu keragaman


mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) pada saat ini pola konsumsi
4 sehat 5 sempurna yang sudah ada di kenal masyarakat mulai tergeser
dengan pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung
semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhFungsi gizi tubuh yaitu
mengsilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur
proses-proses kehidupan (Ariska Puspita,2018).

Makanan cepat saji atau yang dikenal dengan sebutan fast food
atau juga bisa dikenal masyarakat dengan istilah junk food. Secara harfiah,
junk food diartikan sebagai makanan makanan sampah atau tidak bergizi.
Istilah tersebut berarti menunjukan makanan-makanan yang dianggap
tidak memiliki nilai nutrisi bagi tubuh. Makanan-makanan junk food tidak
hanya sia-sia, tetapi juga dapat merusak kesehatan. Gangguan kesehatan
akibat makan makanan junk food seperti obesitas, atau kegemukan,
diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, kanker, dan lain
sebagainya ( Lailatul Mufidah, 2016)

Berdasarkan uraian yang telah di sampaikan sebelumnya, maka


akan dibahas lebih mendalam mengenai judul makalah kami yaitu
“Dampak Kesehatan Masyarakat Kota Dari Kebiasaan
Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)” akan kami jabarkan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku masyarakat perkotaan
untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Selain itu juga akan
dibahas mengenai apa saja dampak kesehatan dari kebiasaan mengonsumsi
makanan cepat saji.

2
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah tersebut, maka dapat di ambil
sebuah pertanyaan yang akan di bahas lebih mendalam, antara lain:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat kota untuk
mengokonsumsi makanan cepat saji?
2. Apa saja dampak negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan
mengonsumsi makanan cepat saji bagi masyarakat kota?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada pembuatan makalah ini tentang apa
saja dampak kesehatan masyarakat perkotaan dari kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji, antara lain :
1. Mengetahui apa saja dampak negatif pada kesehatan yang ditimbulkan
karena kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji
2. Mengetahui apa saja jenis makanan cepat saji
3. Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada makanan cepat saji

D. Manfaat
Makalah ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat bagi para
pembacanya, dan selain itu juga manfaat dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan edukasi ke halayak ramai khususnya daerah perkotaan,
tentang apa saja dampak negatif dari kebiasaan mengkonsumsi
makanan cepat saji
2. Sebagai titik acuan untuk menghindari makanan yang dinilai kurang
menyehatkan
3. Sebagai bentuk ajakan untuk memulai pola hidup sehat

3
E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan makalha ini
mengguankan teknik pengumpulan data dari berbagai dokumen-dokumen
dan catatan penting dari sebuh organisasi, perorangan ataupun lembaga.
Contohnya dapat berupa transkrip, surat kabar, catatan, buku, agenda,
majalah, journal/artikel.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Makanan Cepat Saji (fast food) di Indonesia

Sejarah Awal Mula makanan Cepat Saji, Sejarah menunjukan


bahwa restoran atau tempat yang menawarkan dan menjual makanan
kepada masyarakat umum sudah ada sejak lama. Tempat makan pertama
yang ditujukan untuk masyarakat secara umum pertama kali ditemukan di
Mesir pada tahun 512 sebelum Masehi. Menu yang ditawarkan masih
terbatas pada sereal dan gandum. Selain itu kebiasaan makan di luar juga
ditemukan pada zaman Romawi kuno. Hal tersebut bisa dilihat dari bukti
yang tertinggal ketika Gunung Vesuvius meletus di dekat daerah
Nepal.Terlihat bukti peninggalan yang menunjukkan adanya penjual
makanan yang terdapat di pinggir jalan, seperti roti, keju, kacang, dan
sebagainya (Walker,2011).

Sekitar pada tahun 1200, di sekitar Kota London, Paris, dan


berbagai kota di Eropa, terdapat rumah-rumah yang menjual dan
menawarkan makanan kepada masyarakat umum. Tetapi pada saat itu
belum tersedia tempat duduk untuk para tamu menyantap makanan. Baru
setelah itu muncul kafe pertama pada tahun 1550 di Kota Oxford dan terus
berkembang hingga pada abad ke-18. Ada sekitar 3000 kafe yang
menawarkan minuman kopi di sekitar Kota London. Kebiasaan itu terus
berkembang hingga sekitar tahun 1800 ketika muncul restoran. Hingga
saat ini kebiasaan tersebut terus berkembang dan restoran muncul dengan
tipe – tipe tertentu (Walker, 2011).

Makanan cepat saji/fast food yang murah inilah yang kemudian


menjadi favorit dan populer di kalangan wisatawan tersebut. Abad ke 20
menjadi awal mula munculnya restoran cepat saji.

5
Restoran cepat saji ini pertama kali berdiri di Amerika pada tahun 1912
dan merupakan jenis automat atau restoran yang menggunakan mesin
penjual untuk melayani pelanggannya dan dioperasikan dengan koin.
Inilah yang kemudian membuat automat muncul di seluruh dunia.
McDonald's memang restoran cepat saji yang terkenal. Namun, restoran
tersebut bukan restoran cepat saji pertama di dunia ini (Walker, 2011)

Pada saat itu restoran cepat saji pertama adalah White Castle, yang
menyediakan hamburger dan berdiri di Kansas pada tahun 1916. Tahun
1919, Roy W. Allen dan Frank Wright mendirikan A&W yang
menerapkan layanan drive-thruuntuk pertama kalinya di Sacramento,
California. Tahun 1923, mereka mulai menjual sistem franchise yang
menyediakan hamburger, kentang goreng dan hotdog. Tahun 1960, A&W
tersebar di 2000 tempat dan memiliki 1200 restoran hingga saat ini
(Walker, 2011).

Lalu, bagaimana sih makanan cepat saji bisa menyebar ke seluruh


penjuru dunia? Tahun 1950an, industri makanan cepat saji terus
mengalami perkembangan yang pesat. Restoran cepat saji terus melakukan
kolaborasi dan penyempurnaan strategi pemasarannya. Waralaba makanan
cepat saji telah menjadi tempat makan yang populer dengan begitu
mudahnya. Berkat menu standar mereka, tanda yang mudah dikenali dan
strategi periklanan terpadu membuat nama merek dari restoran cepat saji
seperti White Castle, McDonald's, A&W Root Beer dan Howard Johnson's
menjadi terkenal (Walker, 2011).

Istilah makanan Cepat Saji / fastfood mulai diabadikan di Amerika


lewat kamus Merriam-Webster pada tahun 1951. Tahun tersebut juga
menjadi penanda sejarah ketika McDonald's menjadi makanan pokok
warga Amerika yang mengidentikkan logo McDonald's dengan
hamburger.

6
Pada tahun 1960an, sejarah makanan cepat saji menjagi bagian penting
ketika mereka menambahkan menu anak-anak sebagai bagian standar dari
beberapa rantai restoran dan pengiklan yang berfokus pada upaya
pemasaran makanan anak-anak. Sejak saat itu, makanan cepat saji semakin
menjadi favorit untuk semua kalangan (Walker, 2011).

Untuk Restoran fastfood pertama kali masuk ke Indonesia pada


tahun 1970-an. Pada saat itu, restoran cepat saji yang berasal dari
Amerika, seperti KFC, McD, dan sebagainya mulai masuk ke Indonesia
dan hingga saat ini restoran cepat saji terus berkembang. Salah satu
franchise restoran cepat saji dari Amerika, KFC sudah memiliki hampir
490 cabang di 103 kota yang tersebar di seluruh Indonesia dan akan
menambah sekitar 30 gerai baru disepanjang tahun 2014 (Indreswari,
2013). Selain itu, franchise restoran cepat saji yang berasal dari negara
Korea pun seperti Lotteria mulai memasuki pasar Indonesia. Hal ini
membuktikan bahwa Indonesia masih memiliki potensi pasar yang baik di
bidang industri makanan dan restoran, salah satunya di bidang indutri
restoran cepat saji (Budiawati, 2013).

PT. Fastfood Indonesia Tbk. adalah pemilik asli tunggal waralaba


KFC di Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai
pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia.
Perseroan mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober
1979 di Jalan Melawai, Jakarta, dan telah memperoleh sukses. Kesuksesan
outlet ini kemudian diikuti dengan pembukaan outlet-outlet selanjutnya di
Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota-kota besar lain di
Indonesia,antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar,
dan Manado. Keberhasilan yang terus diraih dalam pengembangan merek
menjadikan KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan
dominan di Indonesia (Budiawati, 2013).

7
Kemudian bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham
utama telah meningkatkan pengembangan Perseroan pada tahun 1990, dan
pada tahun 1993 terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta sebagai
langkah untuk semakin mendorong pertumbuhannya. Kepemilikan saham
mayoritas pada saat ini adalah 79,6% dengan pendistribusian 43,8%
kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group, dan 35,8% kepada PT
Megah Eraraharja dari Salim Group; sementara saham minoritas (20,4%)
didistribusikan kepada Publik dan Koperasi. Perseroan memperoleh hak
waralaba KFC dari Yumi Restaurants International (YRI), sebuah badan
usaha milik Yumi Brands Inc, yaitu sebuah perusahaan publik di Amerika
Serikat yang juga pemilik waralaba dari empat merek ternama lainnya,
yakni Pizza Hut, Taco Bell, A&W, dan Long John Silvers. Lima merek
yang bernaung dibawah satu kepemilikan yang sama ini telah
memproklamirkan Yum! Group sebagai fastfood chain terbesar dan
terbaik di dunia dalam memberikan berbagai pilihan restoran ternama,
sehingga memastikan kepemimpinannya dalam bisnis multi-branding.
Untuk kategori produk daging ayam cepat saji, KFC tak terkalahkan
(Budiawati, 2013).

8
B. Faktor yang mempengaruhi masyarakat kota untuk mengokonsumsi
makanan cepat saji (fast food)

Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya


hidup dan kebiasaan makanan. Pola makan, terutama masyarakat
perkotaan besar dari pola makan tradisonal ke pola makan barat yang
dapat menumbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Makanan cepat saji
(fast food) telah menjadi bagian dari perilaku masyarakat kota dan
dipastikan akan selalu meningkat. Hal ini di pengaruhi dari berbagai
faktor, mengapa masyarakat perkotaan selalu memakan makanan cepat
saji, diantaranya sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk
pengetahuan tentang gizi yang dapat mempengaruhi perilaku
mengonsumsi makanan. Pengetahuan masyarakat kota berhubungan
dengan adanya fasilitas informasi, seperti gedjed/ handphone atau
yang sering disebut ponsel pintar. Hal ini dikarenakan sudah banyak
masyarakat kota bahkan hampir semua sudah memiliki handphone/
ponsel pintar. saat ini, banyak sekali informasi yang dapat di ambil
dari berbagai sumber dari ponsel pintar tersebut tentang berbagai
persoalan yang sedang marak terjadi. Pengetahuan gizi yang kurang
serta menongonsumsi makanan yang tidak bergizi dapat menimbulkan
masalah rendahnya zat gizi dalam tubuh (Budiawati, 2013).

2. Pengaruh Orang di sekitar


Mayoritas masyarakat kota mendapatkan dukungan dari orang
sekitar untuk mengonsumsi makanan cepat saji sebanyak 4-27 kali
dalam satu bulan.

9
Pada penelitian tersebut, berdasarkan FGD yang dilakukan, ajakan
orang sekitar menjadi salah satu faktor yang mempengauhi orang
untuk memilih makanan cepat saji atau fastfood dibandingkan dengan
makanan lainnya. Pada penelitian lain, ajakan orang sekitar juga
menjadi penyebab tingginya konsumsi makanan cepat saji pada
masyarakat kota. Padahal sebenarnya mereka sudah mengetahui
bahaya makanan cepat saji bagi kesehatan (Budiawati, 2013).

Selain itu, masyarakat kota lebih senang makan bersama, seperti


makan bersama teman kantor ketika ada acara, dan ketika selesai
bekerja, sehingga mereka enggan makan di rumah, sehingga dapat
menyebabkan masyarakat kota memiliki kebiasaan makan yang buruk
(Mustikaningsih, 2015).
3. Tempat nyaman untuk berkumpul
Restoran makanan cepat saji ataupun junk food biasanya menjadi
tempat berkumpul bersama keluarga ataupun teman kerja. Tempat
makan yang santai dan nyaman, serta tata ruang yang menarik,
ditambah dengan adanya wifi gratis menjadi daya tarik tersendiri bagi
konsumen untuk makan di restoran cepat saji (Septiana P, 2018).
Tempat nyaman yang disediakan oleh restoran cepat saji banyak
digunakan oleh para orang-orang kota untuk mengerjakan pekerjaan
kantor di tempat tersebut. Hal tersebut menyebabkan frekuensi
konsumsi makanan cepat saji pada masyarakat kota menjadi tinggi.
Selain karena tempat yang nyaman, posisi restoran yang strategis juga
mempengaruhi tingginya konsumsi makanan cepat saji pada
masyarakat kota, seperti lokasi yang dekat dengan kantor bekerja
mereka,(Mustikaningsih, 2015).

10
Tempat yang nyaman menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen
untuk makan di restoran makanan cepat saji. Jarak yang dekat maupun
jarak yang jauh tidak mempengaruhi responden untuk tidak makan
makanan cepat saji karena alasan utama mereka adalah untuk
mendapatkan tempat yang nyaman (Nusa A, 2013).

4. Cepat dan praktis


Pelayanan yang cepat dan penyajian yang praktis juga mempengaruhi
masyarakat kota untuk mengonsumsi makanan cepat saji. Bagi mereka,
mengonsumsi makanan cepat saji menjadi pilihan karena keterbatasan
waktu yang dimiliki (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Selain itu, makanan cepat saji menjadi pilihan orang tua yang memiliki
banyak kesibukan. Orang tua saat ini juga banyak yang mengajak
anaknya untuk berkumpul bersama keluarga di restoran makanan cepat
saji.
Makanan di restoran cepat saji selalu tersedia karena dibuat
menggunakan mesin, sehingga proses pembuatannya cepat dan terlihat
bersih (Nusa A.F.A, 2013). Alasan mengonsumsi makanan cepat saji
adalah karena penyajiannya yang cepat. Pada saat ini, masyarakat kota
menginginkan semua serba cepat. Oleh karena itu, sebagian besar
masyarakat khususnya remaja menginginkan semua yang serba cepat,
seperti memilih makanan instan, baik pada saat proses penyajian
maupun pada saat dimakan (Nusa A.F.A, 2013).

5. Rasa yang enak


Salah satu alasan sering mengonsumsi makanan cepat saji adalah
karena rasa yang enak (Pratiwi, 2018). Masyarakat kota yang terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji menganggap bahwa makanan cepat
saji adalah makanan yang memiliki rasa yang enak,

11
mudah didapat dan dapat menggugah selera makan (Pratiwi, 2018).
Makanan cepat saji maupun junk food umumnya disukai oleh
masyarakat perkotaan karena memiliki rasa yang enak. Faktor yang
menyebabkan makanan cepat saji memiliki rasa yang enak adalah
tingginya kandungan minyak, garam dan gula. Restoran makanan
cepat saji pada umumnya berlomba-lomba membuat variasi makanan
baru dengan rasa yang enak sehingga sesuai dengan selera
masyarakat,(Mustikaningsih,2015). Makanan tersebut memiliki rasa
yang enak karena kandungan monosodium glutamat (MSG), garam
sodium, gula, lemak dan zat adiktif yang menyebabkan kecanduan
pada rasa yang enak dan gurih tersebut (Lestari D, 2012).

6. Harga yang Murah


Harga yang murah dan porsi besar yang ditawarkan restoran cepat
saji juga berpengaruh terhadap kebiasaan mengonsumsi makanan cepat
saji. Selain itu, banyaknya penawaran diskon oleh restoran cepat saji
juga meningkatkan keinginan masarakat untuk membeli makanan
tersebut (Septiana P, 2018). Diskon dan paket hemat yang ditawarkan
membuat konsumen, khususnya remaja menjadi semakin tertarik untuk
datang danmengonsumsi makanan cepat saji (Septiana P,2018).

7. Brand Makanan Cepat Saji


Brand dari suatu restoran cepat saji dapat mempengaruhi seseorang
mengonsumsi makanan cepat saji ini. Remaja cenderung mengonsumsi
makanan yang memiliki brand atau merkyang terkenal sebagai
ekspresi diri dalam pergaulan dan menjadi ajang bergengsi. Hal yang
menjadi trend pada remaja saat ini adalah berfoto di tempat makan
dengan brand tersebut untuk ditunjukkan ke teman-teman mereka
melalui media sosial.

12
Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka telah mengunjungi dan
makan di restoran dengan brand tersebut (Septiana, 2018).

C. Dampak negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan mengonsumsi


makanan cepat saji (fast food) bagi masyarakat kota

Kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia khususnya di daerah


perkotaan pada saat ini sangat beragam, sejalan dengan perkembangan
jumlah dan jenis makanan. Fenomena lain yang tejadi di kalangan
masyarakat yaitu keragaman mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food)
pada saat ini pola konsumsi 4 sehat 5 sempurna yang sudah ada di kenal
masyarakat mulai tergeser dengan pola menu seimbang yang bila disusun
dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Fungsi gizi tubuh yaitu mengsilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Puspita, 2018).
Makanan cepat saji atau yang dikenal dengan sebutan fast food
atau juga bisa dikenal masyarakat dengan istilah junk food. Secara harfiah,
junk food diartikan sebagai makanan makanan sampah atau tidak bergizi.
Istilah tersebut berarti menunjukan makanan-makanan yang dianggap
tidak memiliki nilai nutrisi bagi tubuh. Makanan-makanan junk food tidak
hanya sia-sia, tetapi juga dapat merusak kesehatan. Gangguan kesehatan
akibat makan makanan junk food seperti obesitas, atau kegemukan,
diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, kanker, dan lain
sebagainya ( Lailatul Mufidah, 2016).
Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan akibat
terlalu sering makan makanan cepat saji(fastfood) diantaranya :

13
1. Obesitas atau kegemukan
Masyarakat kota yang mengonsumsi makanan cepat saji
diluar batas wajar dapat berisiko mengalami obesitas atau
kegemukan. Masyarakat Perkotaan yang mengonsumsi
makanan cepat saji dengan asupan energi total yang tinggi
memiliki risiko sebesar 8,27 kali lebih tinggi mengalami
obesitas daripada masyarakat biasa yang mengonsumsi asupan
energi makanan cepat saji yang rendah. Kebiasaan makan yang
salah pada masyarakat kota akan meningkatkan kejadian
obesitas, salah satunya adalah kebiasaan makan makanan
makanan cepat saji (Octavia , 2018).
Selain itu, konsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi
yang sering memiliki risiko 8,03 kali lebih besa mengalami
obesitas dibandingkan dengan masyarakat kota yang jarang
mengonsumsi makanan cepat saji (Andriani,2012). Masyarakat
kota yang mengalami obesitas memiliki frekuensi konsumsi
makanan cepat saji lebih sering dibandingkan meraka yang
tidak mengalami obesitas, perbandingannya yaitu 81,1% dan
18,9%. Masyarakat perkotaan yang sering mengonsumsi
makanan cepat saji berisiko 8,47 kali lebih besar mengalami
obesitas dibandingkan meraka yang jarang mengonsumsi
makanan cepat saji. Berdasarkan wawancara pada suatu
penelitian, masyarakat kota yang mengalami obesitas makan di
restoran yang menyediakan makanan cepat saji sebanyak 1
sampai 2 kali dalam satu minggu (Andriani, 2012). Kegemukan
yang dialami masyarakat kota dapat disebabkan karena gaya
hidup masa kini, seperti mengonsumsi makanan cepat saji atau
fast food modern yang mengandung tinggi lemak dan kalori
namun memiliki kandungan serat, vitamin,

14
dan mineral yang rendah. Makanan tersebut diantaranya seperti
burger, pizza, dan french fries (Almatsier,2009). Berdasarkan
penelitian di Inggris,mengonsumsi makanan cepat saji yang
memiliki kadar enegri tinggi menjadi salah satu faktor yang
dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas.
Makanan cepat saji tidak hanya dijadikan sebagai makanan
berat, namun makanan cepat saji juga dijadikan sebagai
makanan ringan (Almatsier, 2019). Kegemukan atau obesitas
disebabkan karena gizi lebih pada tubuh.Kelebihan energi yang
dikonsumsi disimpan dalam jaringan dalam bentuk lemak.
Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
penyakitdegeneratif, seperti hipertensi, penyakit diabetes,
jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Octavia, 2018).

2. Meningkatkan faktor risiko tekanan darah tinggi (hipertensi)


Memakan makanan cepat saji, seperti kentang goreng
memiliki rasa yang enak bagi kebanyakan orang. Tanpa
disadari, makanan tersebut mengandung garam yang tinggi
yang dapat meningkatkan air liur dan sekresi enzim, sehingga
meningkatkan keinginan untuk terus makan makanan tersebut.
Tingginya kandungan lemak jahat dan natrium mengganggu
keseimbangan sodium dan potasium dalam tubuh, sehingga
menyebabkan hipertensi (Octavia, 2018).Kandungan natrium
yang tinggi telah diketahui sebagai faktor penyebab tekanan
darah tinggi. Natrium diketahui mempengaruhi sistem renin-
sngiotensin pada ginjal yang nantinya dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi(Marwan, 2017). Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa seseorang yang mengonsumsi makanan
cepat saji dalam porsi yang besar serta dengan

15
frekuensi 2 sampai 3 kali per minggu, maka dapat
mengakibatkan hipertensi (Octavia L, 2018). Hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang disebabkan karena
obesitas. Dengan kata lain, obesitas merupakan faktor risiko
dari terjadinya penyakit hipertensi. Terdapat hubungan antara
angka kejadian hipertensi dan berat badan yang meningkat
secara drastis sesuai dengan peningkatan berat badan. Risiko
menderita hipertensi meningkat 1,6 kali pada orang yang
overweight, menjadi 3,2 kali pada orang yang obesitas kelas 1,
serta 3,9-5,5 kali untuk obesitas kelas 2 dan 31(Marwan, 2017).

3. Meningkatkan faktor risiko diabetes


Terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji adalah
salah satu penyebab utama meningkatnya trend masalah
kesehatan, termasuk kejadian diabetes (Octavia, 2018) .
Penelitian di Singapura menunjukkan bahwa orang yang
mengonsumsi makanan cepat saji khas negara barat dengan
frekuensi yang sering memiliki risiko lebih besar menderita
diabetes melitus tipe 220. Saat ini telah banyak terjadi bahwa
orang-rang masa kini tidak dapat melawan kebiasaan konsumsi
makanan cepat saji yang dapat memberikan efek bagi
kesehatan masyarakat. Sering mengonsumsi makanan cepat saji
memiliki efek yang menyebabkan peningkatan gangguan
metabolisme, termasuk kegemukan, resistensi insulin, diabetes
tipe 2, serta gangguan kardiovaskular (Octavia, 2018). Salah
satu penyebab diabetes adalah obesitas, sedangkan obesitas
merupakan salah satu akibat dari makan makanan cepat saji
yang pada umumnya memiliki kandungan gizi yang rendah.

16
Risiko menderita diabetes melitus akan meningkat secara
linier sesuai dengan peningkatan indeks massa tubuh (IMT).
Orang dengan overweight atau IMT diatas rata-rata akan
menigkatkan angkakejadian diabetes melitus sebesar 3-4 kali
dibangingkan dengan orang dengan IMT yang normal
(Andriani, 2012).
4. Meningkatkan faktor risiko kanker
Mengkonsumsi makanan cepat saji dapat meningkatkan
risiko kanker,seperti kanker pada organ sistem pencernaan.
Studi di Eropa menyebutkan bahwa konsumsi makanan cepat
saji yang terlalu sering dapat meningkatkan risiko kanker
kolorektal. Hal ini karena makanan cepat saji kuang
mengandung serat, namun tinggi gula dan lemak. Selain itu,
penelitian lain menunjukkan bahwa pria yang terlalu sering
makan makanan yang digoreng lebih dari dua kali dalam satu
bulan telah menunjukkan peningkatan risiko kanker prostat
(Almatsier,2009). Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji
merupakan faktor risiko kejadian FAM atau fibroadenoma
mammae yang merupakan tumor jinak. Penderita FAM tersebut
memiliki risiko 2 kali lebih besar menderita penyakit kanker
payudara di kemudian hari (Octavia, 2018). Makanan cepat saji
yang identik dengan daging yang dimasak dengan temperatur
tinggi akan membentuk zat-zat karsinogenik. Zat tersebut
berpotensi membentuk tumor payudara dan akan meningkatkan
risiko kanker (Almatsier, 2009).

17
5. Meningkatkan faktor risiko penyakit jantung
Salah satu penyebab dari memakan makanan cepat saji
adalah Penyakit jantung menjadi salah satu penyebab kematian
yang menakutkan. Ketersediaan makanan cepat saji yang tinggi
dikaitkan dengan kematian dan penyakit jantung koroner akut,
serta kelebihan berat badan dan obesitas yang tinggi.Salah satu
penyebab terjadinya penyakit jantung adalah obesitas yang
dialami seseorang. Hal ini karena obesitas meningkatkan risiko
terjadinya penyakit jantung. Seseorang yang memiliki berat
badan diatas rata-rata atau obesitas akan mengalami risiko
penurunan fungsi jantung, termasuk fungsi jantung menjadi
tidak normal (Almatsier,2009).

6. Meningkatkan faktor risiko stroke


Dari kegiatan memakan makanan termasuk pola makan
yang salah seperti makan makanan cepat saji dapat memicu
terjadinya stroke pada usia muda. Hal ini disebabkan karena
kandungan kolesterol yang tinggi. Kolesterol tidak baik bagi
kesehatan, yaitu apabila terjadi penyumbatan pembuluh darah.
Apabila mengenai pembuluh darah otak, maka akan
mengakibatkan stroke (Almatsier, 2009). Kasus stroke di
negara maju meningkat akibat kejadian kegemukan dan
semakin banyaknya konsumsi makanan cepat saji pada
masyarakat. Peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia
juga identik dengan kegemukan akibat pola makan makanan
yang mengandung tinggi lemak atau kolesterol (Almatsier,
2009).

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada abad ke 20 muncul restoran cepat saji pertama yang didirikan


di Amerika pada tahun 1912 dan merupakan jenis automat atau restoran
yang menggunakan mesin penjual untuk melayani pelanggannya dan
dioperasikan dengan koin. Pada tahun 1950an makanan cepat saji terus
mengalami perkembangan yang pesat. Berkat menu standarnya, mereka
mudah di kenali dan strategi periklanan yang bagus membuat nama-nama
restoran cepat saji mudah terkenal. Pada tahun 1970an restoran fast food
dari Amerika mulai masuk ke Indonesia.
Setelah itu, makanan cepat saji atau yang dikenal dengan sebutan
fast food atau juga bisa dikenal masyarakat dengan istilah junk food.
Secara harfiah, junk food diartikan sebagai makanan makanan sampah atau
tidak bergizi. Istilah tersebut berarti menunjukan makanan-makanan yang
dianggap tidak memiliki nilai nutrisi bagi tubuh. Makanan-makanan junk
food tidak hanya sia-sia, tetapi juga dapat merusak kesehatan. Gangguan
kesehatan akibat makan makanan junk food seperti obesitas, atau
kegemukan, diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, kanker,
dan lain sebagainya.
Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan akibat
terlalu sering makan makanan cepat saji(fastfood) diantaranya : Obesitas
atau kegemukan ,Meningkatkan faktor resiko tekanan darah tinggi,
Meningkatkan faktor diabetes,Meningkatkan faktor resiko kanker,
Meningkatkan faktor resiko penyakit jantung, Meningkatkan resiko stroke.

19
B. Saran
Makalah yang kami buat ini bukanlah akhir dari permasalahan
mengenai dampak kesehatan masyarakat kota dari bebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji /fast food saja. Pastinya banyaknya
teori dari berbagai sumber atau referensi serta penjelasan dalam makalah
ini tidak lepas dari banyaknya kekurangan.
Selain itu juga, berdasarkan pemeparan yang telah di uraikan
mengenai kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji bagi masyarakat
kota, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat Kota
a. Berdaarkan hasil diskusi kelompok kami, serta banyaknya
referensi seperti buku, journal atau artikel, surat kabar
online, kami menyarankan supaya masyarakat kota
memperhatikan pola makanan yang mereka makan
sehingga dapat memilah dan memilih secara selektif
makanan mana dan apa saja yang akan menjadi konsumsi
sehari-hari. Selain itu juga dengan melakuakn pola hidup
sehat untuk menjaga asupan gizi yang seimbang dengan
mengkolaborasikan makanan cepat saji tersebut dengan
makanan yang kaya tinggi dengan serat seperti sayuran dan
buah-buahan.
b. Sebaiknya untuk mengurangi dampak negatif pada
kesehatan masyarakat kota, mereka dapat memasak di
rumah sendiri dan bisa melihat tutorial memasaknya di
youtube yang sudah jelas lebih higienis dan bisa kita
campurkan dengan sayuran.
c. Selain itu, kurangi mencari tau tentang info promo
makanan makanan junkfood yang membuat mereka tergiur
untuk membelinya,

20
d. Juga jangan mudah tertipu dengan iklan makanan makanan
junkfood di media sosial maupun televisi
e. Dan sibukkan diri dengan melakukan aktivitas atau
berolahraga supaya tidak stress karena biasanya faktor yang
memicu kita untuk membeli makanan junkfood ini adalah
stress dan hal itu yang membuat kita jadi terus lapar.

2. Bagi Penulis Makalah Selanjutnya


Penulis selanjutnya disarankan agar memperbanyak
referensi dari berbagai sumber. Kami yakin bahwa makalah
yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dari segi
informasi. Serta bisa juga dengan metode-metode yang lebih
baik seperti wawancara atau terjun kelapangan secara langsung
kepada masyarakat kota, serta menelitinya lebih mendalam
tentang kebiasaan masyarakat kota mengkonsumsi makanan
cepat saji ini.

21
Daftar Pustaka

Buku:

Walker, Smith., (2011). ”Dampak Glonalisasi bagi Belahan Dunia”.


Jakarta : Gramedia Pustaka.

Jurnal :

Pamelia, Icha., (2018). Perilaku Konsumsi Makanan Cepat Saji Pada


Remaja dan Dampaknya Bagi Kesehatan. Departeman Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku/IKESMA, 14(2), pp. 144-153, sep 2018. ISSN 2684-
7035. Diakses pada tanggal 18 Desember 2020.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/artikel/view/10459

Meliono, Budiono, V. Irmayanti. (2004). “Dimensi Etis Terhadap Budaya


Makan dan Dampaknya Pada Masyarakat”. Jurnal Departemen Filsafat,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Andriani , M.(2012). ”Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan Masyarakat


di Daerah Perotaaní”. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia.

Almatsier, S.(2009). “Kegiatan Masyarakat Kota dalam Menerapkan


Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Jurnal Nutrisia.

Lailatul Mufidah, Nur. (2016). “Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan :


Studi Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt oleh keluarga”. Jurnal jurusan
Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Website :

https://www.kantorworldpanel.com/id/News/makanan-siap-saji-gaya-
hidup <Diakses pada tanggal 20 Desember 2020

“Begini Awal Mula Makanan Cepat Saji Muncul....”,


https://lifestyle.kompas.com/red/2018/03/16/141907920/begini-awal-
mula-makanan-cepat-saji-muncul. <Diakses pada tanggal 20 Desember
2020

Marwan, M.R., (2017). “Bahaya Makan Terlalu Banyak Makanan


Restoran Cepat Saji”. <Referensi dari :
https://news.gunadarma.ac.id/2017/05/bahaya-makan-terlalu-banyak-
makanan-restoran-cepat-saji/> <Diakses pada tanggal 21 Desember 2020

Octavia, L.I.,( 2018). “Dampak konsumsi Junk Food Jangka Panjang”.


<Rederensi dari : https://www.yankes.kemkes.go.id/read-dampak-
konsumsi-junk-food-jangka-panjang-3958.html> <Diakses pada tanggal
21 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai