Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH NAHWU

Maf’ul Li Ajlih (maf’ul lahu)

Dosen Pengampu : Dr. Musli S.Ag, M.Pd.I

Disusun oleh :

Firdatul Nazula (202200157)

Muhamad farhan (2022001155)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, Barakah
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah entreprenursph
dengan judul Al Ighra. Terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam mata
kuliah Kewirausahaan. Karena atas bimbingan bapak saya dapat menyelesaikan tugas saya.

Penyusunan makalah ini tidak pernah lepas dari dukungan dari berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Dan juga ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak.Dr. Musli S.Ag, M.Pd.I yang telah membantu dalam merampungkan makalah
ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa sebagai seorang manusia yang memiliki


keterbatasan, tentunya makalah ini tidak mungkin lepas dari yang namanya kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa, kata dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan segala lapang dada
penyusun membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pembaca yang ingin memberikan saran,
kritik atau pertanyaan demi memperbaiki makalah ini.

Penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil hikmah, pelajaran dan
manfaatnya sehingga dapat menginspirasi bagi para pembaca untuk mengangkat masalah lain
yang relevan pada makalah-makalah berikutnya. Semoga Allah SWT. Memberi Ridha dan
Berkah dari hasil karya ini. Aamiin. Yaa Rabbal ‘Alamiin.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Maf’ul Li Ajlih (maf’ul lahu)

Pengertian maf’ul li ajlih menurut bahasa adalah objek yang menjadi faktor
Pekerjaan.

Menurut Ilmu Nahwu maf’u li ajlih adalah isim masdar yang menjelaskan tentang
faktor/alasan dari penyebutan amil sebelumnya. dan bersatu dalam hal waktu dan
subjeknya.

B. Macam-macam Maf’ul Li Ajlih

1. Karena hormat

Contoh:

ً‫جئتك اليوم لإلكرام غدا‬       

(ji’tuka alyauma lil ikroomi ghodan)

aku mendatangimu hari ini untuk penghormatan esok hari.

‫علي له‬
ِّ ‫جاء خالد إلكرام‬

(jaa’a khoolidun li ikroomi ‘aliyyun lahu)

khalid datang agar ali menghormatinya.        

2. karena senang

Contoh:

‫جئت رغبةً فيك‬    


(ji’tu rughbatan fiika)

aku datang karena senang kepadamu.

Pada contoh diatas lafal “rughbatan”=senang adalah isim masdar yg difahami


sebagai faktor bagi amil/kata kerja lafal “ji’tu”=aku datang. secara maknanya contoh diatas
berbunyi seperti ini:

ۤ ‫جئت للرغبة‬
‫فيك‬

(ji’tuka lir-rughbati fiika)

 aku datang karena senang kepadamu.

Lafal “rughbatan” isim masdar yang menjadi maf’ul lah, juga bersekutu dalam hal
waktu dengan amil lafal “ji’tu”, karena waktu aku senang, itulah waktu aku mendatanginya.
Juga bersekutu dalam satu subjek yaitu satu fa’il berupa dhamir mutakallim/aku.

3. karena iri/dengki

Contoh FirmanNya:

‫لَوْ يَ ُر ُّدونَ ُك ْم ِم ْن بَ ْع ِد إِي َمانِ ُك ْم ُكفَّارًا َح َسدًا ِم ْن ِع ْن ِد أَ ْنفُ ِس ِه ْم‬

(lau yarudduunakum mimba’di iimaanikum kuffaaron hasadan min ‘indi anfusihim)

agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri (al-baqoroh :109)

Lafal “kaffaaron” menjadi hal sebagai amil, dan lafal “hasadan” sebagai maf’ul lah.

C. Hukum Maf’ul Li Ajlih

1. Pengertian hukum maf’ul li ajlih

Hukum maf’ul li ajlih adalah boleh nashob sekiranya terdapat tiga syarat sebagimana
tersirat dalam bait diatas, yaitu:
a.       isim mashdar

b.      lit-ta’lil/penjelasan faktor alasan

c.       bersatu dengan amilnya dalam satu waktu dan satu fa’il atau kalimah yg mencukupi tiga
syarat tersebut juga boleh dijarkan dengan huruf jar lit-ta’lil.

jika salah satu saja dari ketiga syarat ini tidak terpenuhi maka wajib dijarkan dengan
huruf jar lit-ta’lil berupa huruf lam, min, fiy atau huruf ba’.

2. Contoh-contoh hukum maf’ul li ajlih

a. yang tidak bersatu dengan Amilnya dalam hal satu Fa’il/Subjek:

ِ ‫وك ال َّش ْم‬


‫س‬ َّ ‫أَقِ ِم ال‬
ِ ُ‫صاَل ةَ لِ ُدل‬

(aqimish-sholaata li duluukisy-syamsi)

dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir (al-isro’ :78)

Perbedaan fa’il/subjek dalam ayat ini adalah pada lafal “aqim=dirikanlah” subjeknya
berupa dhamir wajib mustatir takdirannya anta/kamu dan lafal “duluuki=tergelincir”
subjeknya berupa lafal “asy-syamsi=matahari” (kemiringan matahari dari tengah-tengah
atas langit/zhuhur). juga terdapat perbedaan waktu dalam ayat ini yaitu waktu mendirikan
sholat tentunya lebih akhir dari waktu tergelincirnya matahari.

b. yang tidak bersatu dengan Amilnya dalam hal satu Waktu:

ً‫جئتك اليوم لإلكرام غدا‬

(ji’tuka alyauma lil ikroomi ghodan)

aku mendatangimu hari ini untuk penghormatan esok hari.

c.yang tidak memenuhi syarat Isim Mashdar:

‫جئتك للكتاب‬
(ji’tu ka lil kitaabi)

aku mendatangimu karena kitab itu.

Contoh FirmanNya:

‫ض َعهَا لِأْل َن َِام‬ َ ْ‫َواأْل َر‬


َ ‫ض َو‬

(wal ardho wadho’ahaa lil anaami)

dan allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya).

(Ar-Rahmaan :10).

A. Kesimpulan

Dari Pembahasan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan:

1. Maf’ul li ajlih adalah isim yang digunakan untuk menjelaskan      sebab terjadinya perbuatan.

2. Macam-macam maf’ul li ajlih yaitu:

    a. karena hormat

    b. karena senang

    c. karena iri/dengki

3.  Hukum maf’ul li ajlih adalah boleh nashob

Anda mungkin juga menyukai