Disusun oleh :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, Barakah
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah entreprenursph
dengan judul Al Ighra. Terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam mata
kuliah Kewirausahaan. Karena atas bimbingan bapak saya dapat menyelesaikan tugas saya.
Penyusunan makalah ini tidak pernah lepas dari dukungan dari berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Dan juga ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak.Dr. Musli S.Ag, M.Pd.I yang telah membantu dalam merampungkan makalah
ini.
Penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil hikmah, pelajaran dan
manfaatnya sehingga dapat menginspirasi bagi para pembaca untuk mengangkat masalah lain
yang relevan pada makalah-makalah berikutnya. Semoga Allah SWT. Memberi Ridha dan
Berkah dari hasil karya ini. Aamiin. Yaa Rabbal ‘Alamiin.
PEMBAHASAN
Pengertian maf’ul li ajlih menurut bahasa adalah objek yang menjadi faktor
Pekerjaan.
Menurut Ilmu Nahwu maf’u li ajlih adalah isim masdar yang menjelaskan tentang
faktor/alasan dari penyebutan amil sebelumnya. dan bersatu dalam hal waktu dan
subjeknya.
1. Karena hormat
Contoh:
علي له
ِّ جاء خالد إلكرام
2. karena senang
Contoh:
ۤ جئت للرغبة
فيك
Lafal “rughbatan” isim masdar yang menjadi maf’ul lah, juga bersekutu dalam hal
waktu dengan amil lafal “ji’tu”, karena waktu aku senang, itulah waktu aku mendatanginya.
Juga bersekutu dalam satu subjek yaitu satu fa’il berupa dhamir mutakallim/aku.
3. karena iri/dengki
Contoh FirmanNya:
agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri (al-baqoroh :109)
Lafal “kaffaaron” menjadi hal sebagai amil, dan lafal “hasadan” sebagai maf’ul lah.
Hukum maf’ul li ajlih adalah boleh nashob sekiranya terdapat tiga syarat sebagimana
tersirat dalam bait diatas, yaitu:
a. isim mashdar
c. bersatu dengan amilnya dalam satu waktu dan satu fa’il atau kalimah yg mencukupi tiga
syarat tersebut juga boleh dijarkan dengan huruf jar lit-ta’lil.
jika salah satu saja dari ketiga syarat ini tidak terpenuhi maka wajib dijarkan dengan
huruf jar lit-ta’lil berupa huruf lam, min, fiy atau huruf ba’.
(aqimish-sholaata li duluukisy-syamsi)
Perbedaan fa’il/subjek dalam ayat ini adalah pada lafal “aqim=dirikanlah” subjeknya
berupa dhamir wajib mustatir takdirannya anta/kamu dan lafal “duluuki=tergelincir”
subjeknya berupa lafal “asy-syamsi=matahari” (kemiringan matahari dari tengah-tengah
atas langit/zhuhur). juga terdapat perbedaan waktu dalam ayat ini yaitu waktu mendirikan
sholat tentunya lebih akhir dari waktu tergelincirnya matahari.
جئتك للكتاب
(ji’tu ka lil kitaabi)
Contoh FirmanNya:
(Ar-Rahmaan :10).
A. Kesimpulan
1. Maf’ul li ajlih adalah isim yang digunakan untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan.