Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

MAKALAH
TFS OBAT TRADISIONAL

OLEH :

Samsibar : F201902016
Hajah Ningsih Inta : F201902008
Dessy Ul Hijrah : F201902022
Sinaritta : F201902014
Afni : F201902019

KELOMPOK 4
C5NR

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
D. Manfaat.................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Teori tentang Sediaan Cair...................................................................................................6
B. Sediaan-Sediaan Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan Cair........................................15
C. Produk Sediaan Cair Dari Tanaman Tradisional................................................................21
BAB III..........................................................................................................................................23
KESIMPULAN..............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................24
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-

Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Makalah ini disusun oleh

penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang datang dari diri peyusun maupun yang datang

dari luar.Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan Allah SWT akhirnya

makalah ini dapat terselesaikan.Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak

yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan

yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah

ini.

Kendari, 22 Oktober 2021

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kaya akan kekayaan tradisi baik yang tradisi yang tertulis maupun tradisi
turun-temurun yang disampaikan secara lisan. Hal ini menandakan bahwa masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman
sehari-hari mereka. Pengetahuan tersebut antara lain perbintangan, arsitektur, pengobatan
tradisional, kesusasteraan, dan lain sebagainya Indonesia kaya akan pengetahuan
mengenai pengobatan tradisional.
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki khasanah pengetahuan dan cara
tersendiri mengenai pengobatan tradisional. Sebelum dituliskan ke dalam naskah kuno,
pengetahuan tersebut diturunkan secara turun-temurun melalui tradisi lisan. Menurut
Djojosugito (1985), dalam masyarakat tradisional obat tradisional dibagi menjadi 2 yaitu
obat atau ramuan tradisional dan cara pengobatan tradisional. Obat tradisional adalah
obat yang turun-temurun digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit
tertentu dan dapat diperoleh secara bebas di alam.
Perkembangan obat tradisional dan pengobatan tradisional saat ini berkembang
pesat sekali khususnya obat tradisional yang berasal dari tumbuhtumbuhan.Hal ini bisa
kita lihat semakin banyaknya bentuk-bentuk sediaan obat tradisional dalam bentuk
kemasan yang sangat menarik konsumen.Salah satunya adalah sediaan cair yang berasal
dari alam.

Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk sediaan soliddalam hal
kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir darisediaan
liquidini.Selain itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat danpengaturan dosis lebih
mudah divariasi dengan penggunaan sendok takar. Sediaanliquidlebih banyak
digunakan pada bayi, anak-anak dan lanjut usia yang sukarminum obat, seperti tablet
dan pil yang memiliki rasa pahit atau tidak enak. Selainitu, sediaan liquidjuga lebih
mudah diabsorpsi oleh tubuh.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Teori Dari Sediaan Cair ?


2. Apa Saja Sediaan-Sediaan Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan Cair?
3. Apa Saja Produk Sediaan Cair Dari Tanaman Tradisional?

C. Tujuan

1. Mengetahui Teori Dari Sediaan Cair.


2. Mengetahui Sediaan-Sediaan Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan Cair.
3. Mengetahui Produk Sediaan Cair Dari Tanaman Tradisional.

D. Manfaat

1. Mempelajari Teori Dari Sediaan Cair.


2. Mempelajari Sediaan-Sediaan Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan Cair.
3. Mempelajari Produk Sediaan Cair Dari Tanaman Tradisional.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori tentang Sediaan Cair

a. Pengertian Sediaan Cair


Secara umum sediaan cair dalam bahasa Latin disebut Solutiones, artinya
bentuk sediaan berupa larutan.Menurut Farmakope Indonesia ed. IV, solutiones atau
larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut.Larutan terjadi jika suatu bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia
maupun fisika ke dalam bahan cair. Jika bahan NaCl atau KBr dilarutkan dalam air,
ke 2 bahan akan larut, terjadinya larutan ini karena peristiwa kimia, apabila pelarut
air diuapkan akan terbentuk kembali NaCl dan KBr, larutan seperti ini disebut
larutan langsung. Selain itu jika Zn dilarutkan ke dalam H2SO4 akan terjadi reaksi
kimia menjadi larutan ZnSO4 dan larutan ini tidak dapat kembali menjadi bahan
awal Zn dan H2SO4. Larutan seperti ini disebut larutan tidak langsung.
b. Keuntungan dan Kerugian sediaan cair
 Keuntungan :
1. Merupakan campuran yang homogen
2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
3. Dapat diberikan dalam larutan encer, sementara kapsul dan tablet tidak dapat
diencerkan 4. Kerja awal obat lebih cepat karena absorpsi lebih cepat
dibandingkan sediaan padat
4. Lebih cocok untuk anak-anak, kerena dapat ditambahkan pemanis, zat warna,
dan aroma tertentu sehingga menarik
 Kerugian :
1. Bahan obat ada yang tidak larut dalam larutan
2. Bahan obat tidak stabil dalam sediaan cair
3. Bau dan rasa yang tidak dapat ditutupi jika dalam bentuk sediaan cair.
c. Berdasarkan cara pemakaian dan efek yang diharapkan, sediaan cair obat dalam
dibagi menjadi :
1. Sediaan cair yang diberikan lewat mulut dan ditelan, terdiri dari potio, sirop,
elixir, potio effervescent dan guttae
2. Sediaan cair obat dalam yang diberikan lewat mulut tidak ditelan, terdiri dari
collutorium (obat cuci mulut), gargarisma (obat kumur), litus oris(obat oles mulut)
dan guttae oris (obat tetes mulut).
d. Berdasarkan jenis bahn yang terlarut dalam suatu larutan, digolongkan menjadi :
1. Larutan mikromolekuler Merupakan larutan yang mengandung mikrounit yang
terdiri dari molekul atau ion, misalnya alkohol, gliserin, ion natrium, dan ion
klorida dengan ukuran 1 – 10 Ả.
2. Larutan miseler Suatu larutan yang mengandung bahan padat terlarut berupa
agregat (misel) bisa berupa molekul atau ion. 3. Larutan makromolekuler Ialah
larutan yang mengandung bahan padat dimana molekulnya lebih besar dari larutan
mikro, seperti larutan : Pulvis Gummi Arabicum, CMC, PVP, albumin.
e. Beberapa faktor yang mempengaruhi suatu larutan yaitu sebagai berikut:
1. Sifat polaritas bahan terlarut dan pelarut Istilah yang dikenal dengan like
dissolves like, yaitu bahwa molekul-molekul dengan distribusi muatan yang
sama dapat larut secara bolak balik, misalnya molekul polar akan larut dalam
pelarut yang polar, sebaliknya molekul non polar akan larut dalam pelarut non
polar. Konsep polaritas ini kurang tepat jika diterapkan pada zat yang
kelarutannya rendah karena akan terbentuk misel atau agregat dan hidrat
padat.
2. Co-solvency Merupakan pelarut campuran yang digunakan untuk melarutkan
zat tertentu sehingga lebih mudah larut, terjadinya kenaikan kelarutan karena
adanya modifikasi pelarut, misalnya luminal yang tidak larut dalam air, tetapi
dapat mudah larut dalam campuran air-gliserin (solutio petit).
3. Temperatur Pada umumnya suatu zat kelarutannya bertambah dengan
kenaikan temperatur, dan disebut zat itu bersifat eksoterm. Sebaliknya zat
yang jika dinaikkan suhunya justru akan menyebabkan penurunan kelarutan,
disebut zat bersifat endoterm, contohnya : CaSO4, Ca(OH)2 , CaHPO3, (Ca
hipofosfit), Ca-gliserofosfat, minyak atsiri, dan gas-gas yang terlarut.
4. Salting out dan Salting in Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut
tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya,
sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.Salting in adalah
peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih kecil
dibandingkan kelarutan zat utamanya sehingga menyebabkan
kenaikankelarutan zat utamanya. Misalnya Nikotinamidum menyebabkan
riboflavin (vit B2) larut dalam air, karena terjadi penggaraman.
5. Pembentukan kompleks Kompleks terjadi karena adanya interaksi antara zat
tidak larut dan zat yang larut sehingga membentuk suatu senyawa kompleks
yang larut. Contoh : kofein yang tidak larut dalam air, jika ditambahkan
larutan Natrii Benzoat akan terbentuk kompleks dan mudah larut.
6. Ukuran partikel Kecepatan larut suatu zat dipengaruhi oleh ukuran partikel,
semakin halus partikel maka permukaan zat yang kontak dengan pelarut
semakin luas sehingga zat larut makin cepat.
f. Sediaan Obat Cair
1. Solutio (larutan) Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang terlarut. Bagian dari larutan adalah solut (zat terlarut) dan
solven (zat pelarut). Larutan ini dapat berupa gas dalam cairan, cairan dalam
cairan ataupun padatan dalam cairan. Pelarut yang umum digunakan adalah
air.
Sifat larutan
 Homogen
 Mudah diabsorpsi
 Cocok untuk penderita yang sukar menelan, manula dan anak anak
 Untuk obat luar, mudah pemakaiannya
 Volume pemberian besar - Tidak dapat dibuat untuk obat yang tidak
stabil dalam larutan
 Rasa pahit dari obat dapat ditutupi dengan penambahan pemanis dan
perasa. Contoh: Betadine Gargle
2. Sirup
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64 - 66%, kecuali dinyatakan lain.
Istilah sirup digunakan untuk:
 sediaan cair yang mengandung Saccharosa atau gula dengan kadar 64 –
66%.
 Larutan sukrosa hampir jenuh dengan air
 Sediaan cair yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk
suspensi oral.
Sifatnya homogen, lebih kental dan lebih manis dibandungkan sediaan
solutio. Sediaan sirup cocok untuk diberikan kepada anak-anak dan dewasa.
Contoh: Sanmol sirup

Sirup kering adalah sediaan padat yang berupa serbuk atau granula yang
terdiri dari bahan obat, pemanis, perasa, stabilisator dan bahan lainnya,
kecuali pelarut. Apabila akan diberikan kepada pasien maka ditambahkan
pelarut (sir) menjadi bentuk sediaan suspensi.
Sifat sirup kering:
 Umumnya bahan obat berupa antimokroba atau bahan kimia lain
yang tidak larut dan tidak stabil dalam bentuk cairan dalam
penyimpanan lama.
 Memberikan rasa enak, sehingga cocok unutk anak dan bayi.
 Kecepatan absorpsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran
partikel
 Apabila telah ditambahkan akuades, hanya bertahan + pada suhu
kamar, dan +14 hari dalam suhu lemari pendingin.
Contoh: Amoxsan DS.

3. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam bentuk
halus yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan pembawa/vehiculum,
umumnya mengandung stabilisator untuk menjamin stabilitasnya.Sediaan ini
harus dikocok sebelum digunakan.
Sifat suspensi:
 Cocok untuk penderita yang sukar menelan, anak anak dan lansia.
 Bisa ditambah pemanis dan perasa sehingga dapat menutupi rasa yang
pahit dari bahan aktif.
 Kecepatan absorpsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel
yang terdispersi.
Contoh: Mylanta Suspensi

4. Elixir
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven. Untuk
mengurangi jumlah etanol, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin
dan propilengklikol, tetapi untuk dinyatakan sebagai eliksir, maka etanol
harus ada. Kadar etanol antara 3 – 75%, biasanya sekitar 3 – 15%.Selain
sebagai pelarut, etanol dalam eliksir juga berfungsi sebagai pengawet atau
korigensia saporis.
Sifat eliksir :
 Cocok untuk penderita yang sukar menelan
 Karena mengandung alkohol, hati hati untuk penderita yang sensitif
terhadap alkohol atau penyakit tertentu
 Eliksir kurang manis dan kurang kental dibandingkan bentuk sediaan
sirup
Contoh: Mucopect eliksir dan Bisolvon
5. Tingtura
Tingtura adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang
dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.Secara tradisional tingtura
berkhasiat obat mengandung 10% bahan tumbuhan.
Sifat Tingtura:
 Homogen dan bahan obat lebih stabil
 Kadar alkohol yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.

Contoh: Halog

6. Gargarisma Gargarisma adalah larutan obat yang dikumur sampai ke


tenggorokan dan tidak boleh ditelan. Contoh: Betadin gargle.

7. Guttae (obat tetes) Guttae adalah sediaan cair yang pemakaiannya dengan cara
meneteskan. Beberapa jenis obat tetes (guttae) adalah obat tetes oral, tetes
mata, dan tetes telinga.
1) Tetes oral
Sifat umum obat tetes oral :
 Volume pemberian kecil sehingga cocok untuk bayi dan anak
anak
 Pada umumnya ditambahkan pemanis, perasa, dan bahan lain
yang sesuai
 Biasanya untuk obat yang berkhasiat sebagai antimikroba,
analgetik antipiretik, vitamin, antitusif dan dekongestan.
Contoh: Triaminic drop

2) Tetes mata
Sifat umum sediaa tetes mata :
 Harus steril dan jernih
 Isotonis dan isoidris sehingga mempunyai aktivitas optimal
 Untuk pemakaian dosis ganda, perlu penambahan pengawet
Contoh: Insto, Cendo Xytrol

3) Tetes telinga
Sifat tetes telinga:
 Bahan pembawa harus memiliki kekentalan yang cocok seperti
minyak atau sejenisnya (gliserol, minyak nabati, propilenglikol)
sehingga dapat kontak pada liang telinga.
 pH sediaan sebaiknya asam lemah (5-6)
contoh: Otolin tetes telinga, Otopain tetes telinga

4) Tetes hidung
Sifat tetes Hidung :
 pH sekitar 5,5 sampai 7,5
 pada umumnya ditambahkan pengawet dan stabilisator
contoh: Iliadin tetes hidung, Otrivin tetes hidung.
B. Sediaan-Sediaan Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan Cair.

1. Ekstrak Etanol Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) Sebagai Formulasi Obat
Kumur (2017)
Klorheksidin merupakan salah satu obat kumur yang paling banyak digunakan
dan efektif untuk mencegah pembentukan plak.Mekanisme kerja antibakteri klorheksidin
adalah mengikat bakteri, meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri, sehingga dapat
penetrasi ke dalam sitoplasma bakteri, diserap oleh hidroxyapatite permukaan gigi, dan
mucin dari saliva.Dilepas perlahanlahan dalam bentuk yang aktif, menghambat
pertumbuhan plak (Prijantojo, 1992).Tidak semua masyarakat dapat dengan mudah
memperoleh klorheksidin, terutama masyarakat yang jauh dari toko obat maupun apotek.
Upaya yang dapat dilakukan oleh golongan masyarakat ini adalah memanfaatkan
tanaman yang mempunyai khasiat obat, salah satunya daun salam (Eugenia polyantha
Wight).
Daun salam (Eugenia polyantha Wight) adalah salah satu jenis rempahrempah
yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat, khususnya bagi kalangan
ibu rumah tangga. Daun salam sendiri saat ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pelengkap dan penyedap alami pada masakan karena aromanya yang khas.
Namun, selain manfaatnya sebagai penyedap makanan, daun salam ternyata
juga menyimpan banyak manfaat lain bagi kesehatan. Daun salam (Eugenia polyantha
Wight) mempunyai kandungan kimia yaitu tanin, flavonoid, dan minyak asiri 0,05%
yang terdiri dari eugenol dan sitral. Dimana secara farmakologis tanin dan flavonoid
mempunyai efek anti-inflamasi dan antimikroba, sedangkan minyak atsiri mempunyai
efek analgesik (Agoes, 2010).
2. Karakteristik Fisika Sediaan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria
microcarpa Baill.) dengan Variasi Carboxymethyl Cellulose Sodium (CMC-Na)
(2020).
Daun Aquilaria microcarpa baill.diketahui mengandung beberapa senyawa
metabolit sekunder seperti golongan senyawa flavonoid, tanin, dan fenol
(Andrunganyan, 2015; Nabil, 2015).
Salah satu kandungan fitokimia dari gaharu adalah flavonoid yang dalam
beberapa tanaman telah banyak dilaporkan aktifitas farmakologinya antara lain berefek
sebagai antioksidan, antigastritis, antiiinflamasi, antireumatik, antitrombosis, antikanker,
antialergi, antialergi, antimikroba, treatment dalam penyakit kardiovaskular,
antidiabetes, antihepatotoksik, dan antiaterosklerosis (Anjani et al.,2015; Deadman,
2009; Redha, 2010). Ekstrak etanol daun Aquilaria microcarpa baill.perlu dibuat dalam
bentuk sediian farmasi untuk memudahkan penggunaan. Salah satu sediaan yang dapat
diaplikasikan adalah suspensi.Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Kementerian Kesehatan RI, 1995).
Suspensi memiliki beberapa keuntungan yakni homogenitas tinggi untuk bahan
aktif yang memiliki dosis lebih besar, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet atau kapsul
dan dapat menutupi rasa tidak enak dari ekstrak.

Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun Aquilaria microcarpa baill.diawali


dengan melarutan ekstrak dalam air dan natrium benzoat dalam propilen glikol. CMC-
Na ditambahkan air panas dan kemudian digerus sampai homogen.Propilen glikol yang
telah mengandung natrium benzoat dicampurkan dengan mucilago CMC-Na dan diaduk
sampai homogen.Larutan ekstrak ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam campuran
tersebut sambil tetap digerus.Suspensikemudian ditambahkan essens atau perasa dan
trietanolamin dan diaduk sampai homogen.
3. Efektivitas Antimikroba Sediaan Gargarisma Yang Mengandung Kombinasi Daun
Sirih Merah ( Piper crocatum Ruiz & Pav. ) Dan Daun Mint (Menthae Piperita)
Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans Penyebab Karies Gigi. (2020)
Untuk mencegah masalah di dalam mulut terutama karies gigi dapat
menggunakan sediaan Gargarisma yaitu sediaan yang mengandung zat aktif yang dapat
mencegah atau membunuh bakteri penyebab karies gigi.Tumbuhan yang banyak
digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi hal tersebut adalah sirih merah dan daun
Mint. Penggunaan sirih merah dan daun mint dapat digunakan dalam bentuk segar
maupun simplisia. Secara tradisional daun sirih merah dapat mengobati berbagai jenis
penyakit antara lain keputihan, obat kumur, maag, radang mata, nyeri sendi dan
memperhalus kulit.
Sirih merah yang banyak digunakan pada klinik herbal center sebagai ramuan
atau terapi bagi penderita yang tidak dapat disembuhkan dengan obat- obatan kimia
(Anonim, 2009).Senyawa kimia yang terkandung dalam daun sirih merah yaitu alkaloid
flavonoid, saponin, Polifenol dan minyak menguap. Menurut Ivorra, M.D di dalam buku
”A review of natural product and plants as potensial antidiabetic” senyawa aktif
flavonoid dan alkaloid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa
darah (Anonim, 2007).
Daun mint merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai anti bakteri pada
sediaan pasta gigi dan obat kumur, karena Zat yang di kandung di dalam daun mint
adalah minyak menguap sekitar 1 - 2% dan Menthol (80 – 90 %) (Widyaningrum, H.,
dkk. 2011). Menurut Adi (2012), daun mint mengandung minyak menguap 1-2 %,
Menthol 80-90 %, d-pipirition, heksanolfenilasetat, etil amilkarbinol, dan neoMenthol.
Pembuatan obat kumur, dilarutkan Menthol dengan etanol, setelah larut
ditambahkan gliserin, selanjutnya ditambahkan infusdaun sirih merah 10 gram dan atau
infus Daun Mint disaring ke dalam botol dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml
dengan aquadest.
Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut Daun Sirih merah yang di kombinasi dengan Daun Mint dapat dibuat Sediaan
Gargarisma dan memenuhi syarat secara mutu fisik.
4. Efek Antihiperlidemia Obat Tradisonal Khas Suku Muna “Lansau” Berdasarkan
Parameter Kadar LDL (2018).
Suku Muna yang terletak di Kabupaten Muna memiliki ramuan khas tradisonal
yaitu lansau yang mengandung 44 jenis tanaman obat.Secara empiris menurut Suku
Muna ramuan lansau dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit terutama
penyakit dalam yaitu darah tinggi, gula serta penyakit yang berhubungan dengan jantung
dan pembuluh darah (Ihsan et al., 2016).
Sediaan lansau adalah ramuan yang mengandung 44 jenis tumbuhan sekaligus
yang digunakan dengan cara diminum dengan dosis 1 gelas ukuran 250 – 300 mL satu
sampai dua kali sehari. Infusa lansau adalah sediaan tradisional yang pembuatannya oleh
pengobat tradisional (Batra) dengan dosis masing-masing tumbuan obat adalah 1
genggam dan di masak dengan cara di rebus dalam sebuah wadah selama 25-30 menit
dengan suhu 90-950C (Ihsan et al., 2016). Sediaan infusa lansau yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ramuan tradisional yang dibuat oleh tabib lansau yang secara
empiris telah digunakan secara turun temurun dalam masyarakat Muna.
Sediaan tradisional infusa lansau menurunkan kadar LDL pada dosis 250 mL/
Kg BB dan 500 mL/Kg BB dengan penurunan kadar terbesar pada dosis 250 mL/kg BB
(31,7 mg/dL).
5. Formulasi Sediaan Sirup Peningkat Imunitas Dari Herba Meniran (Phyllanthus
niruri L.)
Herba meniran (Phyllanthus niruri L.).memiliki kandungan kimia flavonoid seperti
kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, dan rutin, serta mengandung kaempferol-
1-4- ramnopiranosid, eridiktol-7-ramnopiranosid, nirurin, nirurisid, filantin, hipofilantin,
triterpene, dan alkaloid sekurinin yang berfungsi sebagai imunomodulator alami
(Puspitasari, 2010; Ross, 1999).
Pemanfaatan tanaman herba meniran sebagai imunomodulator alami dapat ditingkatkan
efektivitasnya dengan memformulasikan ekstrak etanol herba meniran menjadi bentuk
sediaan sirup.Sirup merupakan sediaan pekat alam air dari gula atau pengganti gula
dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 2005).

Ditimbang bahan-bahan secara seksama dan botol sediaan ditera 60


mL.Kemudian dibuat sirupus simpleks dengan melarutkan sukrosa dengan aquades
didalam beaker glass diatas hot plate.Kemudian dilarutkan nipagin dalam propilenglikol
secukupnya (Campuran I), ekstrak herba meniran dilarutkan dengan sisa propilenglikol
hingga larut, selanjutnya ditambahkan dengan campuran I dan sirupus simpleks
secukupnya hingga semua bahan terlarut.Campuran ditambahkan essence anggur,
kemudian sediaan dimasukkan kedalam botol dan ditambahkan sisa sirupus simpleks
hingga volumenya 60 mL.
Hasil standarisasi ekstrak herba meniran menunjukkan bahwa ekstrak herba
meniran yang diperoleh telah memenuhi parameter standar mutu ekstrak herba meniran
FHI berdasarkan parameter uji kadar air, parameter uji kadar abu total, parameter uji
kadar abu tidak larut asam dan parameter uji kadar flavonoid total, sehingga ekstrak
herba meniran dapat digunakan sebagai bahan dalam produk farmasi.
6. Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Sirup Daun Sereh (Cymbopogon citratus) (2018)
Sereh (Cymbopogon citratus) merupakan salah satu tanaman yang biasa
digunakan sebagai rempah oleh masyarakat Indonesia.Namun, pemanfaatan sereh
sebagai rempah masakan hanya terletak pada bagian batangnya saja, sedangkan daun
sereh masih menjadi limbah.Padahal daun sereh diketahui memiliki kandungan senyawa
aktif fenol yang dapat berperan sebagai antioksidan (Nambiar dan Matela 2012).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun sereh memiliki potensi
sebagai antioksidan, sehingga dapat digunakan baik dalam bidang kesehatan maupun
pangan.Oleh karena itu diperlukannya pembuatan sediaan yang praktis untuk digunakan
salah satunya sirup.
7. Uji Kelarutan Kristal Kalsium Oksalat Urin Tikus Sprague Dawley setelah
Pemberian Eliksir Ekstrak Etanol Daun Pelawan.
tanaman pelawan (Tristaniopsis obovata [Benn.]) dari famili Myrtaceae.
Tanaman ini digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional untuk mengobati
berbagai penyakit, seperti sakit maag, sakit perut, sakit liver, peningkat stamina
(Kissinger et al., 2013; Kissinger et al., 2016), penawar racun, antidiabetes (Hilwan
2014) dan obat peluruh darah pascamelahirkan (Yusfiati dan Fitmawati, 2015).Bagian
tanaman yang dimanfaatkan adalah daun, kulit kayu, akar dan air dari batang.Zat aktif
dari tanaman ini dipercaya memiliki aktivitas sebagai antilitiasis (Denny dan Kalima,
2016).
daun pelawan dibuat dalam bentuk sediaan obat berupa eliksir untuk
mengoptimalkan khasiat obat. Sediaan eliksir memiliki stabilitas yang baik, karena
adanya sifat hidroalkohol dari pelarut etanol.Pelarut etanol berfungsi dalam
mempertahankan kestabilan obat dalam cairan, sehingga sediaan stabil dan dapat
disimpan dalam waktu lama (Ansel, 2011).
Pembuatan Sediaan Eliksir Ekstrak Etanol Daun Pelawan (EEEDP) Pembuatan
sediaan eliksir menggunakan formula eliksir menurut Wientarsih et al. (2008) yang
terdiri dari bahan yaitu ekstrak daun pelawan (44,8 g) propilen glikol, etanol 70%,
sorbitol cair, gliserin, nipagin 0,2%, oleum menthae piperatea (2 tetes) dan akuades yang
ditera hingga 240 mL. Campuran tersebut disimpan dalam wadah gelap dan tertutup
rapat.

C. Produk Sediaan Cair Dari Tanaman Tradisional

a. Gargarisma ( Obat Kumur)

b. Sirup
c. Elixir
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat dismpulkan bahwa:


1. solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut. Larutan terjadi jika suatu bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia
maupun fisika ke dalam bahan cair.
2. Macam-macam bentuk sediaan cair yakni solution- sirup- suspensi- elixir-tingtura-
gargarisma-dan guttae.
3. Beberapa contoh dari sediaan Cair antara lain Betadine Gargel, Sanmol Syrup,Mylanta
Suspensi, Mucopect Elixir, Bisolvon, Halog, Triaminic Drops, Otolin dan Otrivin.
DAFTAR PUSTAKA

Dina Febrina, Desy Nawangsari.2018.Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Sirup Daun Sereh
(Cymbopogon citratus). Stik Harapan Bangsa. Purwokerto.
Fitriana, M. dkk. 2020. Karakteristik Fisika Sediaan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Gaharu
(Aquilaria microcarpa Baill.) dengan Variasi Carboxymethyl Cellulose Sodium (CMC-
Na). Jurnal Pharmascience,Vol. 07 , No.01, hal: 125 – 131.
Haeria. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi. Uin Alauddin. Makassar.
Januar, R. dkk. 2020. Uji Kelarutan Kristal Kalsium Oksalat Urin Tikus Sprague Dawley setelah
Pemberian Eliksir Ekstrak Etanol Daun Pelawan. Vol. 21 No. 1 : 106-114
Jumain, Syamsuddin Abubakar.2020. Efektivitas Antimikroba Sediaan Gargarisma Yang
Mengandung Kombinasi Daun Sirih Merah ( Piper crocatum Ruiz & Pav. ) Dan Daun
Mint (Menthae Piperita) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans Penyebab Karies
Gigi. Media Farmasi. Vol. XVI No.1.
Martini, Gloria.2016.Farmestika Dasar.Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Sumber Manusia.Jakarta Selatan
Murini, Tri. 2013. Bentuk Sediaan Obat (BSO) Dalam Preskripsi.UGM-Press.Yogyakarta.
Ningrum, W.A. Wasnah, Urmatul.2018.Formulasi Mouthwash Ekstrak Etanol Daun Kemangi
(Ocimumbasilicum L.). Cendekia Journal Of Pharmacy. STIKES Cendekia Utama
Kudus .Vol. 2, No. 2. Http://Cjp.Jurnal.Stikescendekiautamakudus.ac.id.
Selpia, D,S. Novero, A. 2017. Ekstrak Etanol Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) Sebagai
Formulasi Obat Kumur. Jurnal Ilmiah Farmacy, Vol. 4 No.2.
Sugarda, W. O. Dewi, K.W.A.dkk.2019.Formulasi Sediaan Sirup Peningkat Imunitas Dari Herba
Meniran (Phyllanthus niruri L.). JURNAL Kimia (Journal Of Chemistry) 13 (2), 139-
144.
Sunandar Ihsan.dkk.2018.Efek Antihiperlidemia Obat Tradisonal Khas Suku Muna “Lansau”
Berdasarkan Parameter Kadar LDL. UHO. Kendari. Sainstech Farma Vol 11 No 1.

Anda mungkin juga menyukai